BAB 83 MENYIMPAN RENCANA RAHASIAHenry memang sudah membongkar semua rahasia jahat Daisy Barker, tapi tidak pada Jacob yang tempramental. Henry memberitahukan semuanya pada Harumi."Daisy Barker!"Henry mendekatkan layar ponsel milik Daisy untuk dia tunjukkan foto cantiknya."Dia membayar orang untuk memata-mataimu!"Henry menceritakan semuanya dan memperingatkan Harumi untuk berhati-hati karena Daisy Barker bisa sangat licik untuk mendapatkan ambisinya. Harumi juga jadi ingat dengan dua orang pria yang beberapa waktu lalu nyaris menembaknya."Aku bisa mengatasinya.""Ya, aku tahu kau mampu mengatasi mereka, tapi Daisy tidak akan berhenti sampai di situ." Pastinya Henry tahu kenapa Daisy mengincar Jacob Lington. "Ingat kau bersama putra keluarga Lington!"Keluarga Lington yang memiliki kekuasaan atas beberapa objek vital, pusat laboratorium internasional, fakultas besar ternama, perusahan raksasa multi nasional, hingga kontribusi militer untuk mempengaruhi pemerintahan.Sebagai putri
BAB 84 GARA-GARA BUNGADiam-diam Pangeran Husain mendatangi kandang burung milik babanya. Husain menghampiri burung elang hitam yang juga sudah menatapnya dari jauh."Aku akan pergi untuk satu minggu, kau tidak perlu mengikutiku."Burung elang hitam itu sudah mengikuti Pangeran Husain sejak dia melihat Pangeran Kecil di resort sky."Ya, aku tahu!" Husain menjawab pertanyaan burung elang."Baba tidak akan memberi ijin, aku tidak boleh melanggar perintahnya."*******Henry, Jacob dan Harumi masih duduk satu meja untuk menghabiskan makan siang. Henry sibuk mengejek Jacob sampai makan siangnya hampir kering, atau Henry memang sengaja berlama-lama dengan Harumi. Pikiran Jacob sedang dipenuhi prasangka negatif bila masih ada Henry di sekitar wanitanya."Apa kau masih harus pergi mengantar bunga?" Jacob baru melihat bunga mawar merah di samping tempat duduk Harumi."Oh, ini dari Henry." Kenaifan Harumi membuatnya tidak sadar jika Jacob sedang cemburu parah pada Henry Loghan.Saat itu juga Ja
BAB 85 TIDAK MAU KALAHPutri Sofia mengejar Pangeran Husain dan Pangeran Habibi yang kabur mengambil ponselnya."Ayo cepat Habibi!" Husain gemas dengan lari adiknya yang lambat."Husain!" Putri Sofia terus berteriak sambil mengejar. "Habibi!"Husain sudah hampir keluar dari pintu depan, sementara Putri Sofia masih menuruni anak tangga dari lantai dua."Ayo cepat ...cepat...cepat!"Mereka panik, saling terburu-buru sampai tidak tahu ada orang di depan pintu. Daisy Barker langsung jatuh terjungkal karena menghindari Pangeran Husain tapi malah tambah ter tubruk oleh Pangeran Habibi yang berlari keteteran di belakang kakaknya."Husain!" Putri Sofia menjerit. "Lihat kau membuat orang jatuh!""Dia jatuh sendiri!" Pangeran Husain tidak mau disalahkan padahal korban mereka sudah tertelungkup di halaman dengan bocah empat tahun duduk diatas kepalanya."Hak ... Hak ... Hak...!" Pangeran Habibi malah tertawa karena jatuhnya tidak sakit. Bokong Pangeran Habibi terpental dari punggung Daisy ke kep
BAB 86 HARI BURUKTatapan Pangeran Husain terlihat jeli, tidak seperti layaknya anak-anak pada umumnya, seolah dia tahu sebuah hal buruk akan terjadi. Daisy Barker sudah melotot agar Husain takut tapi bocah laki-laki itu tetap tidak mengerjab. Daisy curiga Pangeran Husain ikut mendengar pembicaraannya di telepon dan bakal gawat jika bocah itu bercerita pada orang tuanya."Jangan berani memberitahu siapapun!" Daisy mengancam dengan tatapan tegas.Pangeran Husain langsung membalas dengan acungan jari jempol yang perlahan dia balik terjungkal. Seketika Daisy barker merasa sedang ditantang dan diejek oleh anak enam tahun. Daisy baru ingin melangkah maju untuk menangkap Husain tapi perhatiannya segera teralihkan oleh kedatangan Jacob Lington.Dengan penerbangan tujuh jam dan selisih waktu lima jam dari Edinburgh, Jacob Lington datang hampir tengah hari, dia masih sempat bertemu semua keluarganya termasuk Daisy Barker yang langsung berlari menghampiri."Oh, akhirnya kau datang." Daisy lang
BAB 87 BENCANADaisy Barker menjerit histeris, Pangeran Habibi benar-benar mengigit lengannya sampai meninggalkan jejak barisan gigi susu yang tertancap dalam. Setelah menggigit, Pangeran Habibi juga langsung ikut berteriak menangis seolah dia yang telah menjadi korban kejahatan. Anak-anak memang bisa berbuat sesuka hati dan reaksinya sering tidak terduga. Akhirnya teriakan mereka berdua langsung menghebohkan semua orang, yang satu menjerit histeris, satunya lagi meraungkan tangisan nyaring. Jared yang berlari paling dulu, bukan untuk menolong Daisy tapi langsung membopong Pangeran Habibi untuk dia tenangkan."Kenapa?" Jared bertanya pada Habibi yang menangis sampai wajahnya merah tersengal-sengal gagap."Biasanya pangeran kecil tidak akan menangis seperti itu jika tidak sedang ketakutan." Pelayan yang bertugas mengasuh Pangeran Habibi menjelaskan, wanita itu juga baru berlari gugup karena mendengar suara tangis."Dia menggigitku!" Daisy bicara sambil meringis menggenggam lengannya
BAB 88 DAISY BARKERLengan Daisy memang sampai membengkak biru, tapi tetap saja itu cuma bekas gigitan anak empat tahun. Dokter keluarga Lington memberi salep, penghilang nyeri, dan plaster luka."Maafkan anak-anak." Lily yang menimta maaf, dia juga yang terus menemani Daisy karena Jacob entah pergi ke mana. "Menginaplah." Lily menawarkan kamar di mansionnya. " Aku tahu kau hanya tinggal seorang diri di New York."Lily belum tahu jika Jacob dan Daisy baru saja putus. Daisy juga tidak mungkin bercerita, dia tidak bodoh dan tidak akan mengalah dengan mudah."Terimakasi atas kemurahan hati Anda, Mrs. Lington." Daisy setuju untuk menginap. Lily sama sekali tidak menaruh curiga dengan segala niat Daisy. Lily dan Daisy sama-sama dibesarkan di lingkungan keluarga kaya, mereka jadi semakin mudah untuk saling menemukan kecocokan dalam berbagai obrolan. Lily menyukai Daisy Barker yang cantik, berpendidikan tinggi dan banyak wawasan. Tentu Lily bakal sangat mendukung hubunga Daisy bersama Jacob
BAB 89 KETAKUTAN DAISYKeempat pembunuh bayaran yang telah dikirim Daisy telah tewas dibantai dengan sangat mengerikan. Daisy syok dan terus muntah sampai otot perutnya kejang."Apa kau sakit?" Lily terlihat cemas, dia bantu mengambilkan air mineral untuk Daisy yang masih terus tersengal-sengal."Aku bisa memanggil dokter untukmu." Lily memberi saran."Oh, tidak aku baik-baik saja." Daisy buru-buru menggeleng kemudian menegakkan duduknya. "Aku hanya tidak biasa dengan teh di pagi hari."Daisy terus mengarang kebohongan untuk menyakinkan Lily, dia juga lekas memperbaiki sikapnya dengan banyak senyum ceria seolah tidak sedang cemas dan takut."Istirahatlah, biar nanti pelayan mengantar sarapanmu ke kamar."Daisy menuruti nasehat Lily, dia benar-benar sedang ketakutan. Daisy Barker tidak sendirian, banyak yang ikut bermain di belakangnya untuk sebuah tujuan besar. Benar-benar gawat jika rencana mereka semua sampai terbongkar karena kecerobohannya. Daisy segera menghubungi kakak laki-laki
BAB 90 HARI SIAL DAISYSiang harinya Lily mengajak Daisy keluar rumah karena dia butuh teman untuk membeli hadiah."Apa kau mau menemaniku berbelanja?""Ya, tetu." Daisy tersenyum sangat manis untuk menutupi segala masalahnya yang genting.Ternyata Lily mengajak Daisy pergi membeli mainan untuk anak-anak. Sungguh Daisy benar-benar jijik. Jika bukan karena terpaksa untuk meraih simpati keluarga Lington, Daisy tidak akan mau ikut serta.Lily berniat untuk meminta maaf pada keluarga Yang Mulya Serkan karena kemarin Pangeran Habibi telah menangis dirumahnya. Dalam pikiran Daisy, 'Lengannya yang digigit oleh bocah nakal itu, kenapa harus dia juga yang minta maaf?'"Kira-kira mana yang lebih bagus, puzzle atau mainan robot?" Lily minta pendapat Daisy."Puzzle akan merangsang anak berinovasi. Robot canggih cenderung menumbuhkan sifat konsumtif.""Ya, kau benar!" Lily setuju dengan pendapat Daisy, tak ubahnya ponsel pintar yang sekarang banyak menjadikan anak pemalas.Daisy juga membantu pi
BAB 251 BERKUMPULJulie memandikan anjing hitam yang dia bawa pulang dari pemakaman dengan mengunakan air dari selang di halaman."Ayo berputar lagi!" Julie memberi perintah. "Biar kubersihkan kaki kirimu!"Theo terus berputar patuh mengikuti perintah Julie yang sedang menggosok bulunya dengan busa sabun mandinya yang harum."Ingat nanti malam adalah malam tahun baru, kau harus bersih!"Julie juga terus mengajak Theo bicara. "Bibiku baru meninggal dua bulan lalu, sekarang aku juga sendirian."Theo bersuara lirih sambil menggosokkan hidung ke lengan Julie."Terima kasih." Ternyata Julie paham dengan maksud anjing hitam itu untuk bersimpati.Sebenarnya Julie juga tidak memiliki teman bercerita. Selama ini Julie hanya sibuk bekerja dan mengurus bibinya yang sakit-sakitan."Aku keringkan bulumu dulu baru kau bisa makan."Julie buru-buru masuk ke dalam rumah untuk mengambil handuk dan pengering rambut."Ayo kemari!" Julie memanggil dari teras.Theo segera berlari mendekat utuk dikering
BAB 250 MENJADI ANJINGMenjelang malam akhir tahun, hujan terus turun seolah tanpa jeda, begitu pagi agak cerah Julie buru-buru pergi keluar dengan pikup tuanya. Hari masih pagi, Julie berniat pergi mengunjungi makam kedua orang tuanya sebelum malam pergantian tahun.Ketika sampai di pemakaman, Julie terkejut melihat seekor anjing jenis serigala berbulu hitam legam sedang meringkuk di samping makam ayahnya. Sepertinya anjing kurus itu sudah berada di sana sejak hujan semalam, bulunya terlihat kotor kumal oleh percikan tanah lumpur basah."Hai apa kau lapar?"Julie bertanya pada anjing kurus yang terlihat lemah dengan perut cekung."Kau tidur dan kehujanan di sini?"Kebetulan Julie sedang membawa roti isi sisa sarapannya yang belum habis untuk dia ulurkan. Theo yang sudah sangat lapar langsung mengigit roti isi daging asap yang terasa sangat lezat luar biasa setelah beberapa hari tanpa makan. Theo makan dengan lahap dari tangan Julie yang juga sama sekali tidak merasa jijik atau takut
BAB 249"Apa Theo tidak ikut?" Mara baru ingat untuk menanyakan Theo karena Mia cuma datang sendirian."Theo sedang sibuk Mom." Mia terpaksa berbohong."Padahal kemarin dia berjanji akan ikut." Mara nampak kecewa.Seharusnya Mia memang pulang bersama Theo. Tapi sepertinya Theo sedang ingin balas tidak datang. Akhirnya Mia pulang sendiri."Anak muda itu sudah sangat baik, dia selalu menjagamu." Mara terus mengagumi Theo.Sampai di sini, ternyata Mia juga baru sadar jika tidak mudah untuk menjaga persahabatan dan asmara. Kadang harus ada yang mengalah atau lebih dipilih, meskipun sama-sama tidak ada yang buruk."Theo adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki."Mia mempertegas kata 'sahabat' untuk Theo, meski untuk sekarang Mia juga belum bisa menyebut nama Zontus. Zontus masih pergi, Mia belum bisa memberitahu siapapun bila Zontus masih hidup. Zontus sedang menyelesaikan semua urusannya dan tidak ingin kembali diganggu. Yang pasti Zontus juga sedang berjuang keras untuk mereka sem
BAB 248 SEORANG IBUMia berjanji akan memberikan kesempatan pada Helena untuk menjadi ibu yang baik, asal dia mau menemui Mara dan mengakui semua kesalahannya dengan jujur.Di sore hari yang dingin awal musim beku, Helena kembali datang ke tanah peternakan untuk bertemu Mara Clark. Kali ini Helena dan Mara sedang berdiri berhadapan di depan daun pintu yang baru terbuka."Aku ingin bicara denganmu."Helena merasa telah melakukan banyak kejahatan pada Mara Clark. Sekarang Helena harus mengakui dengan jujur dan meminta maaf meskipun mungkin Mara tetap tidak akan memaafkan."Hanya di antara kita berdua dan aku berjanji tidak akan menghapus ingatanmu."Sebenarnya Helena pernah beberapa kali menculik Mara Clark dan menghapus ingatannya mengunakan sihir."Apa kau Helena?" Mara bertanya dengan tubuh masih berdiri kaku karena terkejut."Ya." Helena mengangguk dengan senyum.Dalam pandangan Mara, Helena benar-benar sangat cantik dengan rambut merah seperti milik Anelies dan terlihat masih sanga
BAB 247 DIMAAFKANMia adalah putri yang telah lama sangat Helena nantikan kehadirannya di tengah rasa kesepian. Helena rela melakukan banyak dosa keji demi bisa memiliki seorang anak. Tapi Helena tetap bernasib malang, bayi perempuannya menolak untuk dia lahirkan. Mungkin Mia memang tidak mau lahir dari ibu penyihir dengan darah immortal terkutuk."Kau akan pergi kemana?" Tiba-tiba Mia bertanya. "Kau tidak punya keluarga lagi selain kami, Ibu."Napas Helena langsung seperti tersendat dan jantungnya berdebar kencang karena mendengar dirinya baru disebut 'ibu' oleh Mia. Tubuh Helena gemetar, air mata haru meluncur deras tak tertahan. Setelah sekian lama Helena hanya bisa melihat Mia dari kejauhan, memperhatikan gadis itu dari balik semak dan rimbun pepohonan, kali ini Mia benar-benar sedang berdiri menatapnya tanpa rasa marah atau jijik."Apa aku boleh memelukmu?"Bahkan Helena harus bertanya hanya untuk memeluk putri yang telah dia kandung selama dua puluh lima tahun. Mia masih berdi
BAB 246Di luar gerimis kembali turun, atmosfer pagi terus meredup setelah matahari juga kembali tertutup awan. Udara lembab seolah enggan bergerak, menghambat segala aktifitas dengan dingin menusuk tulang."Zontus...." Mia menggeliat dalam pelukan lengan besar yang ingin terus mendekapnya."Oh ..." Mia berpaling ke kanan dengan sisa napas tersengal. "Ah...!" bibirnya langsung kembali tertangkap.Suara decak basah dan desakan napas maskulin memburu bercampur dalam keributan intim yang meningkat panas di atas ranjang. Zontus terus melumat kasar tapi tetap belum juga terpuaskan. Setiap kali Mia berusaha luput berpaling, Zontus akan segera menangkapnya lagi dengan lebih keras, mencekal rahang lembutnya agar diam untuk di desak dan dihisap.Mia menyukai rasa bibir Zontus yang maskulin kasar, tapi juga sangat lembut membuai. Entah bagaimana, padahal mereka cuma sekedar berciuman tapi rasanya nyawa Mia siap untuk ikut dia berikan. Tubuh Mia merinding gemetar, Zontus sangat besar dan kuat, s
BAB 245 DIBEBASKANZontus melompat ke dalam kawah magma yang sedang bergolak. Zontus sudah tahu jika tubuhnya tidak akan hancur, karena darah Zontus bisa lebih panas dari magma dari prut bumi. Zontus telah menelan darah paling murni dari raja negeri Utara yang bisa membakar lebih panas dari api neraka. Jenis sihir apapun tidak akan dapat lagi menyentuh tubuh Zontus.Begitu masuk ke dalam sumur magma, Zontus langsung berenang, menyelam sampai dalam hingga dia menemukan jasad elang api. Tubuh elang raksasa itu masih utuh di dasar dapur magma. Zontus segera mencabut pedang perak dari punggungnya dan seketika luapan magma ikut bergolak dan bergemuruh."Aku adalah rajamu!" Zontus siap menebaskan pedang perak besarnya. "Hanya aku yang bisa membangkitkan mu atau meleburkan tubuhmu hingga lenyap!"Suara gemuruh dan letupan magma mulai meluap sampai ke puncak gunung."Aku akan membangkitkan mu dan membebaskan mu dari segala belenggu, tapi kau hanya boleh patuh padaku!"Zontus mengayunkan pedan
BAB 244 KESAL DENGAN PARA PENGACAU MEREPOTKAN."Zontus!" Bibir Mia berucap kebas karena masih terlalu syok.Zontus berdiri di bawah shower deras dengan tubuh maskulin telanjang penuh percikan lumpur. Mia melihat lengan besar Zontus menyaruk kasar rambut di kepalnya untuk membersihkan sisa lumpur. Air yang mengalir dari punggung Zontus ikut berwarna keruh pekat. Lelehan lumpur kotor terus meluncur turun melalui tiap inci pilinan otot maskulin yang sedang meregang keras. Mahluk yang sangat mengerikan dan berbahaya.Tiba-tiba Zontus berhenti, berpaling menatap Mia dengan mata masih berkobar seperti api. Benar-benar jingga seperti api, Mia gemetar hingga tidak berani bergerak. Tubuh Mia membeku tanpa mantra, Mia masih terlalu syok dan ketakutan. Rasa takut yang sulit dijelaskan dengan nalar, tapi auranya jelas sangat kuat, terlalu kuat.Nampaknya Zontus juga menyadari tubuh Mia yang sedang menggigil. Perlu beberapa saat sampai perlahan warna jingga di mata Zontus mulai meredup, kembali ke
BAB 243 HUJANHujan akhir musim gugur selalu turun dia sertai badai. Mia memperhatikan guguran daun basah di lantai balkon yang terbawa badai semalam. Sudah hampir tiga jam, Mia hanya meringkuk diam menyaksikan sisa hujan tanpa ingin beranjak dari ranjang.Sebentar lagi musim gugur berlalu, beralih ke musim yang baru tapi nampaknya hati Mia masih belum bisa beranjak ke manapun. Sesering apapun Mia berusaha tersenyum, tapi tetap tidak dapat menutupi kerinduan nya saat sendiri. Sungguh Mia rindu Zontus.Diam-diam air mata bening kembali mengalir dari sudut mata Mia tanpa sedikit suara isakan. Dua bulan lagi usia Mia sudah sembilan belas tahun. Waktu akan terus berjalan tanpa bisa diputar kembali, tapi Mia sudah bertekad menghabiskan seumur hidupnya untuk balas menunggu Zontus.[Ingat kau berjanji akan datang menjemputku di ulang tahunku yang ke dua puluh lima] Mia mengirim pesan ke ponsel Zontus yang sudah lama lenyap padam.********Suhu udara di luar semakin menusuk tulang, rintik h