Share

BAB 18 : MENETAP

Penulis: Olia Safitri
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-07 22:24:55

"WHAT?!" Salsa benar-benar tidak percaya dengan apa yang diketikkan Maya. Mereka bertiga sampai membuat grup WhatsApp agar Dira tidak mendengarnya.

"Jadi sekarang Bu Maya resmi jadi mama Dira?" tanya Salsa tanpa rem.

"Ssst!" Maya berkata pelan, meski Dira tipikal yang tak acuh, tetap saja dia harus berhati-hati. "Lebih tepatnya pengasuh."

Salsa setengah berbisik. "Emangnya kebetulan kayak gini beneran ada?"

Maya mengangkat bahu, sedangkan Bisma tidak mengeluarkan sepatah kata apapun. Laki-laki itu menatap Dira yang sudah berhenti makan dan memilih menggambar.

Bisma mengerti Maya sedang dalam keadaan terhimpit. Tapi Maya tidak perlu sampai berurusan dengan Angga lagi. Apa wanita itu tidak ingat kalau masih Bisma dalam hidupnya?

"Padahal aku bisa minjemin uang, May, sama kamu." Bisma buka suara. Atensi Maya dan Salsa sama-sama mengarah padanya.

Salsa melongo. "Emang Pak Bisma punya uang sebanyak itu?"

Bisma mengangguk. "Aku punya tabungan sebanyak itu, kok." Lalu nada bicaranya merendah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • MAU KAN, JADI MAMA DIRA?   BAB 19 : CALON

    "Mama, bangun."Maya membuka matanya yang masih berat. Untuk sesaat tidak bisa membedakan mana kenyataan dan halusinasi."Aku di mana?" tanyanya pada diri sendiri. Ruangan yang asing ini makin menyempitkan ingatannya."Mama 'kan di lumah Dila!" Anak kecil itu menjawab. Seluruh kejadian yang terjadi hari ini langsung berdesakan dalam kepala. Maya ingat! Wanita itu membelalak, memijat pelipisnya yang mendadak sakit. "Maaf, ya, Dira. M-mama tadi ketiduran."Situasi berubah canggung. Menyebut diri sendiri dengan 'mama' tidak semudah sebelumnya."Enggak papa, Mama. Tadi Ayah bilang mau ke kantol lagi. Jadi Dila disuluh Ayah supaya bangunin Mama," katanya dengan lancar.Maya lekas duduk. Sejenak menghela napas sambil mengelus kepala anak kecil itu. "Sebelumnya kalo ayah tiba-tiba ke kantor, Dira ikut juga?"Dira mengangguk. "Dila ikut. Kantol ayah bagus, Ma!" jawabnya antusias.Maya tahu. Dilihat dari luarannya saja sudah menakjubkan. Bangunannya paling tinggi dan mencolok di kota ini. Wan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-09
  • MAU KAN, JADI MAMA DIRA?   BAB 20 : ALASAN

    "Anak Haji Sulaiman si Rudi itu? Yang umurnya jauh di bawah aku, Ma? Yang bener aja!" Maya benar-benar tidak habis pikir. Wanita itu kelas 8 SMP saja, si Rudi baru masuk SD.Ada helaan napas yang tedengar di panggilan. "Kenapa memang kalau umurnya lebih muda? Kedewasaan 'kan tidak bisa diukur dari umur."Ya, memang umur bukan penentu. Tapi bukan berarti tidak bisa dijadikan tolak ukur. "Iya, Ma. Tapi tetap aja gak seimbang.""Kamu ini ngejawab terus. Coba aja ketemu dulu. Siapa tahu cocok 'kan?"Maya diam. Tidak ingin menyahut. Tiba-tiba sakit merayapi hatinya. Coba-coba? Bagaimana bisa sebuah hubungan dimulai dengan itu?Mamanya kembali membujuk. "Lia, mau sampai kapan kamu begini? Umur kamu sekarang sudah tiga puluh lebih. Kamu gak bisa menjalani hidup seperti ini terus."Maya memejamkan mata. Tangannya bergetar. Bibirnya mendadak getir. "Emang kenapa Ma kalo umurku udah tiga puluh? Aku berhak dong menikah di umur berapa aja.""Masalahnya kamu terlalu pemilih, Lia. Kalau begini ter

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11
  • MAU KAN, JADI MAMA DIRA?   BAB 21 : SEKOLAH

    "Saya tidak bermaksud begitu, Lia." Jantung laki-laki itu berdetak kencang dibalik kemeja licinnya."Terus apa?" Maya menuntut. Suaranya bergetar menahan diri untuk tidak luruh.Wanita itu kecewa dan tersinggung. Dengan sangat terpaksa membuka luka lama. "Apa karna aku gak menyenangkan, kamu jadi menghilang gitu aja? Atau jangan-jangan kamu sudah punya seseorang yang menyenangkan waktu itu, hah?!"Angga mengusap wajah kasar. Menjelaskan dengan gusar. "Kamu salah paham.""Ya udah jelaskan," katanya. Sedikit lagi akan jatuh jika tidak mengingat bahwa harga dirinya juga dipertaruhkan di sini.Laki-laki itu membasahi bibir sebelum menjawab. Ditatapnya Maya sungguh-sungguh. "Lia, ini bukan seperti yang kamu bayangkan. Tapi dunia luar memang kejam. Bahkan ketika kamu tidak sesuai dengan kriteria yang mereka layangkan, mereka akan dengan mudahnya merundungmu. Apakah gemuk adalah sebuah kejahatan?"Maya terdiam. Tangannya berubah dingin. Tatapannya mengiba.Selama tiga tahun di sekolah, Maya

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • MAU KAN, JADI MAMA DIRA?   BAB 22 : MAKANAN

    “Kok tiba-tiba banget, sih, Bis?” Maya mengernyit. “Kamu seriusan gak lagi sakit ‘kan?”Bisma terkekeh. “Ya, enggaklah, May. Aku baik dan aku serius sama omonganku. Kamu tenang aja, aku bakalan jadi seseorang yang dukung kamu terus.”“Tapi kenapa?”Laki-laki itu menatap intens hingga Maya tidak kuasa untuk berpaling barang sejenak. “Kenapa? Emangnya gak boleh, May?”Maya mengusap leher. Canggung akibat tadi. “Ya, boleh aja, sih. Tapi kenapa aku ngerasa kamu aneh, ya?”Bisma menggeleng. “Gak ada yang aneh, May. Intinya aku pengin kamu tahu ada seseorang yang selalu mendukung kamu.”“Tapi kamu ‘kan orang yang paling setuju aku terlibat sama Angga.” Maya semakin memperjelas agar diberi penjelasan.Bisma tersenyum. “Iya, awalnya aku emang gak setuju. Tapi setelahnya aku ngerasa egois sudah bersikap begitu. Aku ngerti Pak Angga yang paling bisa membantu kamu keluar dari masalah sekarang.”Maya tertegun. Sama seperti yang diharapkan Bisma, wanita itu merasa diperhatikan dan dipedulikan. Ada

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-21
  • MAU KAN, JADI MAMA DIRA?   BAB 23 : MERONA

    “M-maksudnya?” “Apakah perkataan saya masih belum jelas?” Laki-laki itu memasukkan tangan ke saku. Dari jarak yang cukup dekat, Maya disuguhi pemandangan tidak mengenakkan dari raut nyaris tanpa ekspresi itu.Maya meneguk ludah susah payah. Nyalinya hampir ciut, tapi berusaha tak gentar. Wanita itu berkacak pinggang untuk menutupinya. “Iya, masih belum jelas. Kenapa coba kamu harus makan di sini? Emang di luaran sana gak ada tempat lagi apa?”Laki-laki itu sedikit melunak. “Saya sudah datang. Kita tinggal makan, apa susahnya?”Maya mengiba pada Bisma yang sudah merepotkan diri membelikan makanan untuknya. Laki-laki itu bergeming, terlihat cukup tenang menghadapi situasi yang ada. Ya, paling tidak dari luarannya saja. Di dalam, laki-laki itu sangat ingin menonjok wajah Angga.“Mama, Dila udah lapal.” Dira merengek dan tidak bisa mengelak kalau Maya juga sudah lapar.Maya menghela napas pasrah. Kalau kemauan Angga tidak diladeni, bukan tidak mungkin mereka tetap dalam situasi ini sampa

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-22
  • MAU KAN, JADI MAMA DIRA?   BAB 24 : JATUH

    “Dira nanti balik duluan aja, ya, sama Ayah,” ucap Maya, enggan melirik ke spion di mana Angga memperhatikannya. Setelah kejadian di gazebo, wanita itu terus mencari cara untuk menghindar. Dira langsung menoleh ke arah Maya. “Mama mau ke mana?” Maya tersenyum, mengusap kepala anak kecil itu lembut. “Mama mau beres-beres barang terus bawa ke rumah Dira, deh." “Dila mau bantu Mama!” Anak kecil itu bersemangat. “Gak usah, ya, Sayang. Biar nanti Dira pulang sama Ayah.” “Kenapa? Kami bisa bantu agar cepat selesai.” Angga merespons. Sialnya malah membuat degup jantung Maya tidak karuan. Sebegitu dasyatnya 'kah senyum laki-laki itu sampai Maya tidak bisa tenang? Terus terbayang-bayang. Maya menggeleng pelan. Selain tidak ingin melibatkan Angga dan Dira, wanita itu punya alasan lain. “Gak, gak perlu dibantu. Aku bisa sendiri. Lagian nanti baliknya aku bawa motor, kok.” Angga menarik perhatiannya kembali lewat spion. Kali ini tatapannya bersiborok dengan Maya. “Bukannya naik motor bah

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-23
  • MAU KAN, JADI MAMA DIRA?   BAB 25 : MOTOR

    “Aku bisa sendiri, kok, Bis.” Maya ingin melepaskan tangannya yang memeluk bahu Bisma. Tapi pantang bagi laki-laki itu membiarkannya. “Udah, May, biar aku aja yang antar kamu pulang, oke? Aku jadi khawatir sama kamu gara-gara tadi.” “Iya, benar, Maya. Mendingan dianterin pulang sama Bisma. Ibu juga jadi khawatir sama kamu. Tapi itu serius kamu gak papa ‘kan?” Ibu Neneng ikut menanggapi. Maya mengangguk kecil. “Iya, gak papa, kok, Bu. Cuma masih sedikit sakit aja.” Wanita paru baya itu memberikan nasihat lebih lanjut. “Nah, nurut aja dianterin Bisma pulang kalau begitu. Bisa-bisa bahaya nanti di jalan kalau masih sakit.” Akhirnya Maya manut saja. Di sisi lain, pick up yang membawa barang-barangnya sudah berangkat sejak lama. Kini tinggal Maya yang tertinggal dan malah berakhir nahas karena tergelincir. “Kamu tunggu di sini dulu. Biar aku yang ngambil motor.” Bisma membantu Maya untuk duduk di pinggiran teras. Maya menyerahkan kunci motor. Untuk sesaat Bisma mengambil helm milikny

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-23
  • MAU KAN, JADI MAMA DIRA?   BAB 26 : MERONA LAGI

    “Emangnya kamu siapa ngatur-ngatur aku gini?” hardik Maya tidak terima. "Plis, ya, ini cuma perkara hujan-hujanan. Aku bukannya ngelakuin tindak kriminal."Tapi Angga juga tidak bisa menerimanya. Laki-laki itu sudah menunggu Maya, bahkan menelponnya berkali-kali. Marahnya bahkan tidak sebanding dengan khawatir yang dirasa.Angga hampir frustrasi karena Maya tidak bisa dihubungi. Dan wanita itu tiba dengan gayanya yang cengengesan, basah, ditambah lagi membawa seseorang yang paling tidak suka dilihat Angga.Laki-laki itu tidak menginginkan bantahan apapun. Maya wajib menurut. Toh, semua ini dilakukan bukan untuk Angga, tetapi keselamatan wanita itu sendiri. “Saya tidak menerima penolakan. Kamu harus patuh dengan aturan yang saya buat. Saya membayar kamu bukan untuk melawan!”Maya meneguk ludah susah payah. Oh, sekarang mainnya ancam-ancaman?“Tapi 'kan---”"Saya sudah katakan dengan jelas." Laki-laki itu menatap Maya tanpa ekspresi. Bagian paling menyeramkan ketika tatapan itu berpinda

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-24

Bab terbaru

  • MAU KAN, JADI MAMA DIRA?   BAB 61 : CURHATAN BISMA

    [Sebenarnya selama ini aku suka kamu, May.]Bisma memijat pelipisnya yang berdenyut. Tangannya tertahan untuk mengirimkan pesan itu pada Maya. Pikirannya berkecamuk hebat. Jika dia tidak mengatakannya sekarang, bisa jadi Angga yang lebih dahulu memiliki Maya.Bisma tidak ingin membiarkan hal itu terjadi. Sudah cukup bagi Bisma menahan rasa sakit yang terus-terusan menjarah jiwanya. Dia akan mengatakannya sekarang.Satu pesan masuk sebelum laki-laki itu sempat menekan tanda pesawat.***Maya dapat merasakan tatapan tak bersahabat Angga. Laki-laki itu melipat tangannya sambil mengernyit dalam-dalam.“Kamu sedang apa dengan Bisma?” tanyanya penuh intimidasi. Seketika otak Maya dibayangi kata-kata bahwa laki-laki itu sedang cemburu.Oh, astaga. Mereka bukan remaja kasmaran lagi padahal.“Cuma ngobrol biasa, kok.” Maya tidak ingin memperkeruh suasana. Dia ingin mengakhiri obrolan itu sebelum menjalar ke banyak hal. “Ayo kita pulang. Kamu bisa jalan sendiri atau harus dibantu?”Angga menghe

  • MAU KAN, JADI MAMA DIRA?   BAB 60 : UKS

    “Coba jelasin ke aku. Kok bisa gini?”Maya mengamati memar di lutut kanan Angga. Wanita itu sebenarnya sudah tahu apa yang menyebabkan memar Angga semakin parah. Namun, dia ingin Angga yang menjelaskannya sendiri.Angga mengangkat bahu tak tahu. “Saya tidak tahu kenapa memar begitu. Sepertinya tiba-tiba muncul.”Maya mendengkus. Wanita itu berpikir Angga hanya berpura-pura padanya. Padahal kenyataannya Angga memang benar tidak ingat.Tidak lama kemudian dokter sekolah –Bu Susi masuk ke ruangan. Perawakannya agak kurus dengan setelan jas putih. Tangannya membawa nampan berisi mangkok, saputangan, gorengan, dua botol air, dan juga obat-obatan.Bu Susi meletakkan nampan di atas nakas. Sebelumnya wanita paruh baya itu sudah memeriksa memar yang dimiliki Angga.“Memarnya tinggal dikompres aja, Bu Maya. Saya juga bawakan obat paracetamol dan ampicillin untuk diminum Pak Angga,” ucap dokter sekolah yang umurnya tidak lagi muda itu. Wajahnya dihiasi senyum tipis. “Kalau begitu saya tinggal sa

  • MAU KAN, JADI MAMA DIRA?   BAB 59 : KAKI SATU

    “Kamu ngapain di sini?!”Maya kaget bukan main. Wanita itu sampai melongo. Di sampingnya sudah ada Angga dengan setelan pakaian olahraga.“Saya mau ikut lomba, memangnya tidak boleh?” ucap Angga tanpa melirik Maya sedikit pun.“Bukannya gak boleh. Kalo itu, sih, terserah kamu. Tapi kenapa tiba-tiba banget?” Maya melipat tangan, menatap Angga penuh tanda tanya. “Lagian aku ‘kan udah bilang bakalan main sama Bisma.” Angga menghela napas dalam. Kali ini mereka saling bersitatap. “Apa kamu tidak mengerti mengapa saya sampai melakukan ini, Lia?”“Apa?” Maya semakin menantang tatapan itu lebih jauh, menelisik jawaban di mata laki-laki itu.Angga mengalihkan pandangan, lurus kehadapan. Ditatap demikian oleh Maya membuat debar jantungnya tak nyaman. Laki-laki itu berucap dengan tegas. “Saya cemburu. Puas kamu?”Maya terdiam. Tidak tahu harus bereaksi apa. Yang pasti, jantungnya berdebar akibat pernyataan blak-blakan itu.Angga pergi ke panitia, meminta tali pengikat. Tanpa meminta persetujua

  • MAU KAN, JADI MAMA DIRA?   BAB 58 : LOMBA

    “Wah, kalo masalah itu saya gak ikut campur, deh.”Salsa melihat Dira yang tadinya sudah berada di sekolah kembali lagi menuju parkiran. Sebelum sempat anak kecil itu berdiri di antara dua orang dewasa yang ribut masalah lomba, atau sebenarnya cinta, Salsa lebih dahulu menjauhkan Dira.“Dira sayang, ayok kita ke kantor. Mama sama ayah kamu lagi ada yang dibicarain sebentar. Kita gak boleh ikut campur masalah mereka, oke?” kata Salsa pada anak kecil itu, sedangkan Angga dan Maya saling diam."Kenapa Dila gak boleh ikut?" Salsa memutar otak, tapi tidak juga menemukan alasan yang tepat. "Pokoknya kita gak boleh ikut campur, Dira. Kita masuk lagi ke sekolah, ya?"Dira menurut saja ketika Salsa memegang tangan dan membawanya pergi. Kelegaan menyeruak dalam diri Salsa karena berhasil menyelamatkan Dira dari situasi yang benar-benar tidak terduga ini.“Kamu mengerti atau tidak perasaan saya, Lia?” Angga mengulang perkataannya.Suara berat itu menyapu pendengaran hingga dada Maya berdesir ha

  • MAU KAN, JADI MAMA DIRA?   BAB 57 : KECANDUAN

    “Angga kenapa, sih?”Maya mengamati buket mawar di tangannya. Selesai makan tadi, Angga langsung kembali ke kantornya. Laki-laki itu juga tidak berbicara sepatah kata apapun, sehingga membuat Maya semakin bingung.Bunyi notifikasi di ponsel Maya sejak tadi tidak berhenti. Maya meletakkan buketnya di meja rias, kemudian menilik apa yang sedang hangat dibicarakan oleh orang-orang di grup guru. Ternyata tidak lain dan tidak bukan mengenai lomba yang akan dilaksanakan besok.Maya hanya menyimak, tidak berminat untuk bergabung. Seperti biasa Salsa yang paling banyak bersuara di sana.Lalu satu notifikasi dari pengirim pesan yang lain masuk ke ponsel Maya.Bisma pengirimnya.[May, besok kamu ikut lomba apa?] tanyanya.Maya mengetik apa adanya. [Belum tau, sih. Liat besok aja. Emang lombanya ada apa aja?]Tidak lama setelahnya Bisma mengirimkan susunan acara yang dilaksanakan besok. Agenda terakhir di jadwal adalah lomba-lomba yang dilakukan oleh siswa dan guru seperti tarik tambang, balap k

  • MAU KAN, JADI MAMA DIRA?   BAB 56 : KESUKAAN

    “Kesambet, Pak?!” Han harap-harap cemas dengan keadaan Angga yang jauh dari kebiasaan. Laki-laki itu sudah bersiap memanggil dukun seandainya Angga memang tidak bisa diselamatkan. Sejak tadi atasannya tidak berhenti tersenyum dan tertawa sendiri. Han sadar tidak termasuk dalam fokus Angga. Tahu tidak dipedulikan, Han yang tadinya agak takut mendekat lekas berdiri di samping Angga dan menaruh dokumen secara sembarang di meja. Laki-laki itu memberanikan diri untuk mengguncang tubuh atasannya. “Pak Angga jangan gila!” “HAANN!” Angga menyorot dengan marah. “Apa yang kamu lakuin ke saya?!” Han mundur beberapa langkah, takut diamuki. “Ya saya kira Bapak lagi kesurupan. Salah siapa senyum-senyum sendiri kayak orang gak waras.” Angga membenarkan jasnya, lalu menghela napas dalam. Ungkapan cinta Maya telah menghinoptis membuat Angga tidak bisa berhenti memikirkannya. Meski masih diperhatikan oleh Han, Angga bersikap untuk tidak peduli. Laki-laki itu memilih menghadapi laptop dan memilih

  • MAU KAN, JADI MAMA DIRA?   BAB 55 : PERASAAN

    “Eh tau gak kalo Pak Angga ternyata udah punya pacar?” “Masa, sih? Gak percaya!” “Iya, sih, susah dipercaya apalagi katanya pacar Pak Angga itu guru.” “Astaga, makin gak percaya aku. Masa orang sekeren Pak Angga pacarannya sama guru. Mustahil banget!” Wanita dengan rambut kucir kuda itu mengambil lipstik dari tasnya, lalu melihat lawan bicaranya dengan heran. “Emang dapat gosip dari mana, sih? Ada-ada aja.” “Budi yang nyeritain. Dia bilang ketemu Pak Angga sama pacarnya di kondangan.” Wanita dengan rambut tergerai itu menjelaskan, sedangkan tangannya sibuk menyapukan bedak ke wajah. “Budi?” Ada nada tidak percaya di dalamnya. Senyum penuh ledekan dilemparkan pada kawannya itu. “Heh? Emang kondangannya anak siapa sampe Budi bisa satu tempat sama Pak Angga? Gila ngaco banget tau gak.” Wanita dengan rambut tergerai mengangkat bahu tak tahu. Terlepas dari benar atau tidaknya berita itu, dia tidak ingin terlibat terlalu jauh. “Iya, sih. Emang mustahil Budi bisa satu tempat sama Pak An

  • MAU KAN, JADI MAMA DIRA?   BAB 54 : MENCOBA KEMBALI

    “Apa, sih, maunya Angga?!” Maya memijat pelipis, berakhir dengan sungutan kesal dan meninggalkan Angga dengan Bisma di koridor. Baiklah, sekarang Maya tidak peduli dua orang laki-laki itu dewasa itu akan bertengkar karena pikirannya telah terbawa arus lain. Segala tindakan Angga yang membuatnya merasa ‘dicintai’ membuat Maya pening. Apa sebenarnya motif laki-laki itu? “Mama kenapa?” Dira bertanya dengan raut khawatir, sedangkan Maya hanya menggeleng pelan. Wanita itu merasa tertangkap basah. “Mama gak papa, kok, Sayang.” Maya tersenyum pada anak kecil di sampingnya. Kalau sampai ditegur begini, berarti emosinya benar-benar menguar keluar, bukan? Anak kecil itu masih menatap Maya seperti mencari jawaban lain di sana. “Ayok, kita main lego blocks aja, Sayang.” Maya berusaha mengalihkan pembicaraan. Wanita itu mengambil tas Dira, lalu mengeluarkan isinya. “Yey! Dila mau buat lumah, Mama!” kata Dira antusias. Anak kecil itu kemudian mengambil beberapa blocks dan mulai membangun imaj

  • MAU KAN, JADI MAMA DIRA?   BAB 53 : BOLA

    “Libur semester nanti kamu pulang ke Jawa?” tanya Maya pada Angga. Saat itu mereka berada di kelas sepuluh dan berangkat sekolah. Aktivitas yang akhir-akhir selalu mereka lakukan bersama. Mereka baru sampai di gerbang sekolah dan melihat siswa laki-laki sangat antusias bermain bola di lapangan. Apakah mereka tidak takut berkeringat dan membuat kelas berbau tidak nyaman? Aih, menurut Maya, mereka tidak keren sama sekali. Mereka berbeda dengan laki-laki di sampingnya yang selalu wangi. Maya jadi penasaran, parfum apa kira-kira yang digunakan Angga? Namun, pikiran gadis itu segera teralihkan ketika Angga menjawab pertanyaannya. “Mungkin enggak. Masih belum tau.” Maya melihat Angga dengan alis Maya bertaut heran. “Emang kenapa gak pulang?” Laki-laki itu sedikit melirik ke arahnya, lalu mengendikkan bahu. “Entahlah. Kayaknya karna takut disuruh-suruh selama liburan. Lagian libur semester paling cuma seminggu.” Maya tertawa. “Iya, sih. Aku setuju. Kalo liburan biasanya bakalan disuru

DMCA.com Protection Status