Share

22. Teror

Penulis: Yenika Koesrini
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-13 13:06:27

"Ba-baik ... aku akan bicara jujur, Bang."

"Katakan!" titah Rain datar.

"Dua kali aku masuk ke ruang kerja Mbak Ingga adalah agar Mbak Ingga bisa menuangkan obat perangsang itu tanpa terlihat kamera."

Wajah Ingga seketika pias. Namun, lekas ia alihkan dengan mendelik pada Vita. "Hei ... jangan buat fitnah sembarang kamu, Vit!" bentak Ingga sambil mendepak tubuh perempuan itu hingga tersungkur.

"Ingga, biarkan dia menyelesaikan ceritanya dulu!" seru Rain mencegah Ingga berbuat kasar lagi.

"Tapi, dia sudah ngelantur bicaranya, Rain," kilah Ingga terus menatap Vita dengan sengit.

"Semua akan dapat jatah bicara." Rain berucap dengan tenang. Dia bangkit dari duduknya. "Kamu pun akan mendapatkan gilirannya. Jadi sekarang diamlah!"

Wajah Ingga semakin terlihat keruh. Namun, dia tidak berani bicara lagi.

"Lanjutkan ceritamu!" suruh Rain pada Vita.

Vita terlihat menarik napas perlahan. Seolah tengah mengumpulkan keberanian untuk

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOS MAFIA   23. Siapa Dia

    "Kiraaan! Ada paket nih." Suara Bang Ayon di lantai bawah.Aku yang baru saja membersihkan kamar Rain buru-buru turun untuk melihat. Sebuah kotak besar Bang Ayon angsurkan padaku."Dari siapa?" tanyaku penasaran."Coba aja buka," balas Bang Ayon santai.Penasaran dengan isinya, gegas kubuka kotak berpita merah muda itu. Tanganku terus menyobek kertas kado yang melapisi."AAA!" Aku menjerit begitu melihat isinya. Sebuah boneka tanpa kepala dengan pesan, 'KAMU HARUS MATI, KIRANI!'"Ada apa, Kiran?" Bang Ayon buru-buru mendekat. Pria itu langsung terbelalak melihat isi dari kado tersebut. "Coba sini aku lihat mungkin ada nama pengirimnya."Bang Ayon mengobok isi kotak tersebut. Namun, ia tidak menemukan apa pun. Saat dirinya membolak-balikkan kotak tersebut, hasilnya juga tetap nihil. Sama sekali tidak ada pertunjuk.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13
  • MALAM PERTAMA DENGAN BOS MAFIA   24. Cuma Mimpikah?

    "Raiiin!" Bang Tigor datang dengan tergopoh-gopoh."Ada apa?" sahut Rain tenang."Polisi akan datang menggerebek markas kita.""Apaaah?" Aku, Iqbal, dan preman yang terlonjak kaget."Ada yang melaporkan jika kita menimbun narkoba di markas ini," terang Bang Tigor serius.Rain bergeming sejenak. "Sisir semua tempat! Cari sampai dapat barang laknat itu sebelum polisi datang!" titahnya tetap tenang."Baik, Bang!" Semua anak buahnya mengangguk patuh.Rain bangkit dari singgasananya. Tanpa bicara dia melangkah. Kakinya tertuju pada anak tangga. Sementara semua anak buahnya langsung berpencar guna mencari barang haram tersebut. Mereka meninggalkan makanan yang belum selesai dihabiskan ini.Tidak mau berdiam diri, aku ikut mengerjakan perintah Rain. Tanpa ragu kutuju kamar pribadi. Agak terkejut masuk ternyata a

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13
  • MALAM PERTAMA DENGAN BOS MAFIA   25. Didan Atau Iqbal?

    Masih dengan mendesis aku bangkit berdiri. Tangan ini mengusap-usap pinggang. Sungguh sakit jatuh dari ranjang. Pinggang ini rasanya seperti hendak patah.Aku menggeliat sebentar untuk merenggangkan otot yang masih terasa kaku. Badanku terasa pegal-pegal karena kemarin lumayan lama membantu Rain bekerja.Kulirik jam kotak di tembok. Pukul empat pagi lewat lima puluh menit. Saatnya beribadah pagi.Dengan penuh kekhusyukan aku menghadap sang Khalik. Bersujud pada-Nya untuk memohon ampunan. Serta kebaikan dalam hidup. Baik untuk diri sendiri, keluarga, dan juga Rain.Ya ... akhir-akhir aku memang selalu menyempatkan namanya di setiap doa. Berharap agar dia selalu keselamatan di setiap langkahnya. Begitu juga dengan Iqbal. Pemuda baik itu juga menempati separuh hatiku yang lain. Doaku sama juga. Semoga Iqbal dan Rain selalu dijauhkan dari marabahaya.Usai meraup wajah aku melipat mukena dan sajadah. Dalam hati memang sudah bertekad. Bahwa apa pun

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13
  • MALAM PERTAMA DENGAN BOS MAFIA   26. Mita Sahabatku

    "Kenapa kamu bisa punya pikiran seperti itu?" Ekspresinya datar."Ya aku bingung. Hanya kamu dan Didan yang masuk ke kamar aku.""Terus?""Jika orang itu adalah Didan, bukankah dia juga anak buahmu--""Gak ada alasan buatku untuk memfitnah apalagi nyelakai kamu," sela Iqbal terdengar tegas. Aku sendiri sampai merasa tidak enak hati karenanya.Pemuda itu menandaskan minumannya. Setelah itu dia beranjak menuju kamarnya yang memang tidak jauh dari dapur ini.Ahhh! Aku mendesah resah. Kenapa semuanya jadi rumit seperti ini?Teringat dengan niat awal, aku langsung segera menyeduh ke sepuluh mie instan tersebut. Semuanya kumasukkan dalam satu panci. Untuk topping kutambahkan sayur cesim, sosis, dan telur mata sapi tentunya.Anak-anak mendekat ketika aku tengah mengambil beberapa mangkok. Mereka paham saja masak

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13
  • MALAM PERTAMA DENGAN BOS MAFIA   27. Bertemu Dengan Tama

    "Mita," bisikku lembut.Gadis lemah lembut itu langsung membuka matanya. "Kiran." Mita yang terharu lantas memelukku erat."Aku mau ngenalin teman-teman baruku," ujarku sembari melepas pelukan. "Kenalkan ini Iqbal dan ini Rain."Iqbal dan Rain masing-masing menipiskan bibirnya pada Mita.Mita sendiri tampak takjub menatap Rain. "Apa kita pernah bertemu?"Tidak hanya aku yang tergelitik mendengarnya. Iqbal pun tampaknya sama. Pemuda itu menatap Mita lamat-lamat, lalu beralih memindai sang bos.Sementara Rain diam dengan dahi mengernyit. "Entahlah ... tapi seingat saya, ini pertama kalinya kita bertemu," ujarnya kalem. Lelaki itu memang cukup santun. Dia bisa menempatkan diri, kapan waktunya bersikap santai, dingin, atau sedikit resmi seperti ini.Bibir Mita mengulas senyum. "Maaf, mungkin saya salah orang. Tapi sungguh, wajah

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-14
  • MALAM PERTAMA DENGAN BOS MAFIA   28. Tentang Shila

    "Menjauhlah kalian dari Kiran!" Suara Rain terdengar lantang."Oh ... Jadi namanya Kiran?" Pria bernama Tama itu kembali melirik padaku dan menyeringai. "Kiran siapa nih? Kiranti? Ha ... ha ... ha." Dia kembali tergelak dengan gaya meremehkan. Sedangkan Ingga hanya tersenyum miring. Sama merendahkan aku juga.Rain menghampiri Tama. "Enyah. Dari. Meja. Ini!" usir Rain dengan penuh penekanan. Suaranya tidak selantang tadi. Namun, tatapannya yang menghujam menjadi pertanda jika dia amat membenci lelaki di hadapannya itu."Nape elu kaku banget kek gitu sih?" Tama kembali menyeringai. "Kita udah lama gak ketemu. Harusnya temu kangen gitu," kelakarnya berusaha sok akrab. Namun, saat tangannya coba menggapai pundak Rain, Rain menepisnya. "Hei ... masih galak aja. Ingat kita bertiga Nathan teman senasib sepenanggungan. Sama-sama anak pungutnya Bang Jack ," tutur Tama menyebut nama seseorang. Aku pikir itu pasti nama ayahnya Shila. Orang yang mengangkat mereka menjadi an

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-14
  • MALAM PERTAMA DENGAN BOS MAFIA   29. Masih Kisah Dari Tigor

    "Sebenarnya Rain, Nathan, dan Tama mendapat bagian dengan porsi yang sama. Namun, pada surat wasiat Rain berhak menjalankan dan menguasai warisan atas nama Shila selama anak itu belum ditemukan. Karena Bang Jack beranggapan bahwa Shila masih hidup." Ia memungkas kisah.Kami masing-masing terdiam kembali."Boleh tanya lagi, Bang?" Aku meminta izin. Takut saja dianggap lancang karena terlalu ingin tahu."Apa?" Tidak kuduga Bang Tigor santai menanggapi."Eum ... Ibunya Shila kalo boleh tahu apakah masih hidup?" tanyaku hati-hati.Lagi-lagi Bang Tigor terlihat menarik napas. "Mbak Sasmita pergi berpulang ketika melahirkan Shila. Ahhhh ... kasihan sekali hidup wanita itu." Bang Tigor menggeleng lemah."Nama istrinya Bang Jack Sasmita?" tanyaku memperjelas."Iya. Dia wanita yang lemah. Lima tahun menikah dengan Bang Jac

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-14
  • MALAM PERTAMA DENGAN BOS MAFIA   30. Pengkhianatan

    "Buat siapa buah sebanyak ini?" tegurku lumayan heran."Buat temanmu lah, semoga dia suka." Rain menyahut tenang, "kalo kamu mau tinggal ambil aja."Aku tercenung. Bagaimana bisa Rain tahu jika Mita sangat menggemari anggur hijau. Apakah suatu kebetulan?Kami menuju kasir. Rain melakukan transaksi. Setelah rampung kami keluar supermarket. Hatiku lumayan tersentuh karena Rain tidak mengizinkan aku membawa plastik belanjaan. Pria itu yang menjijingnya hingga mobil."Kenapa dari tadi kok diam? Biasanya banyak nanya," sindir Rain ketika mobil sudah melaju.Aku meringis kecil. "Anu, Bang, heran saja kok Abang bisa tahu kalo Mita sangat menyukai buah anggur hijau?"Rain menoleh. Dahinya terlihat melipat. "Benarkah?""He-eh. Mita bisa beli berkilo-kilo kalo habis bayaran dulu."Rain mengendikan bahunya perlahan. "Gak tahu, feeling aja pengen ambil anggur ijo tadi.""Wahhh ... intuisi Bang Rain lumayan tajam." Aku memuji sembari

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-14

Bab terbaru

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOS MAFIA   68. Kirei

    Rain dan Kirani sendiri langsung menuju kamar. Sementara Iqbal memilih bergabung dengan teman-temannya di gazebo belakang rumah. Anak-anak sedang main gitar dan bakar-bakar."Aduuuh!" Kirani mengaduh saat memasuki kamar."Nendang lagi?" tanya Rain melihat istrinya mengernyit menahan nyeri. Pria itu membimbing Kirani duduk di tepi ranjang."Kayaknya gak nendang lagi, tapi lagi koprol deh," balas Kirani menyandarkan tubuhnya pada headbed.Rain tersenyum mendengar jawaban lucu sang istri. Mata menangkap ada pergerakan pada perut buncit istrinya. Tangannya tergerak untuk mengelus.Tidak puas mengelus, Rain ingin mengecup permukaan perut Kirani. Dirinya ingin mengajak calon bayinya berbincang. Namun, saat ia membuka baju atas, tangan istrinya mencegah."Kenapa?" tanya Rain bingung.Kirani menggeleng lemah. "Malu."

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOS MAFIA   67. Pertemuan Keluarga

    Lima bulan kemudian.Rain dan Nathan baru saja pulang dari kantor. Semenjak melamar Shila di rumah sakit dulu, Nathan memutuskan untuk tinggal di markas. Karena rasanya tidak etis jika harus seatap bersama Shila padahal keduanya belum sah. Walau pun ada si Bibik di antara mereka.Nathan dan Shila tidak segera melangsungkan pernikahan karena banyak banget agenda yang menunggu di depan mata. Di antaranya adalah menghadiri sidang kasusnya Ingga dan Tama. Baik Rain, Nathan, Shila, Kirani, dan Iqbal datang untuk memberikan kesaksian tentang kelakuan busuk sejoli itu.Setelah melewati beberapa kali sidang, akhirnya hakim memutuskan jika Tama dan Ingga dijatuhi vonis dua puluh tahun penjara. Keduanya divonis bersalah telah melakukan percobaan pembunuhan.Selain kasus, ada agenda lain yang membuat Nathan dan Shila menunda hari bahagia mereka yakni tentangpenyerahan aset. Shila sudah ditemukan. Rain dengan kesadaran diri menyerahkan hak milik gad

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOS MAFIA   66. Kebahagiaan

    Shila tidak menjawab. Dia hanya menghambur pada dada yang terlapis baju khusus rumah sakit berwarna hijau tersebut. Gadis itu menyembunyikan wajahnya pada dada Nathan."Lho-lho ... kok udah main peluk-pelukan begini?"Tiba-tiba Rain datang sembarim merangkul pundak Kirani. Sementara tangan sang wanita memegang kue tart dengan beberapa lilin kecil. Lalu ada Ayon, Iqbal, Gadis, dan Ibu Sakina di belakang mereka. Melihat ada banyak orang yang masuk tentu saja Shila melerai pelukannya."Lho ... siapa yang ulang tahun, Ran?" tanya Shila bingung melihat kue yang dibawa istri sahabatnya itu."Kamu, Mit, eum maksud aku Shila." Kiran menjawab usai mendekati sahabatnya.Shila menyipit. Gadis itu tampak berpikir sejenak. Dia tengah mencoba mengingat sesuatu.Peristiwa terbenturnya kepala akibat pendorongan yang dilakukan Tama tempo hari membuat ingatan Shila sedikit demi sedikit kembali. Gadis itu memejam. Tiba-tiba kenangan akan sweet seve

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOS MAFIA   65. Jawaban Untuk Nathan

    "Eum ... kata dokter bayi kita ....""Apa?" potong Kirani tidak sabaran. Rain terdiam. Pria itu mendongak, lantas menarik napas perlahan. "Kak, jawab! Jangan buat aku mati penasaran!" Kirani mengguncang lengan suaminya. Ketakutan membuatnya super panik."Tenang, Kiran," pinta Rain pelan. Tangannya mengusap lembut rambut sang istri."Gimana aku bisa tenang kalo kamu lama ngejawabnya?" sergah Kirani kasar. Hal yang belum pernah ia lakukan selama hidup dengan Rain. "Aku inget banget, tadi siang perutku sakitnya kayak ditusuk-tusuk pisau. Aku ... aku takut dia gak selamat." Tangis Kirani pecah.Rain memeluk istrinya. "Husst ... gak ngomong yang buruk-buruk! Gak baik itu." Dia menasihati sang istri."Tapi, aku takut, Kak." Kirani merengek.Rain mengusap air mata yang membasahi pipi istrinya. "Gak ada yang perlu ditakutkan, kamu hanya butuh bedrest total saja," terangnya kalem.Kirani menatap suaminya dengan serius. "Maksudnya bedrest aja b

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOS MAFIA   64. Nasib Kirani

    Dia merasa ada banyak tangan yang meremas perutnya. Ketika rasa sakit itu kian menggigit, maka wanita itu akan mencengkeram kuat lengan Rain."Sabar, Sayang. Demi anak kita," ujar Rain lembut. "Tolong tambah kecepatan, Bal!" titah Rain panik."Iya, Bang. Ini juga ngebut kok," balas Iqbal di depan.Rain terus saja menyuruh Iqbal untuk menambah laju mobilnya. Apalagi saat dia merasa cengkeraman kuat dari sang istri. Hatinya benar-benar dilanda takut.Rain bahkan mengumpat kesal saat lampu merah menyala. Dia tidak tega mendengar suara kesakitan sang istri. Andai bisa diwakilkan, Rain memilih dia saja yang merasakan sakit itu.Akhirnya setelah melewati jalanan macet dan beberapa lampu merah, Iqbal telah berhasil mencapai parkiran rumah sakit. Pemuda itu membantu membukakan pintu mobil.Rain keluar dengan hati-hati. Dirinya membopong tubuh sang istri

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOS MAFIA   63. Perjalanan Ke Rumah Sakit

    Shila terus saja tersedu menangisi kondisi Nathan yang tidak sadarkan diri. Wanita itu takut jika Nathan tidak bangun lagi untuk selamanya. Kepedulian dan perhatian Nathan selama beberapa hari terakhir begitu membekas di hatinya. Sementara hari ini dengan mata kepalanya sendiri, Shila melihat kesungguhan dalam diri Nathan.Nathan begitu tulus menjaganya agar tidak lecet sedikit pun. Bahkan pemuda itu rela berkorban nyawa demi dirinya. Melihat itu mata hati Shila terbuka lebar.Sekarang gadis itu tidak meragukan lagi keseriusan ucapan Nathan. Dalam hati Shila bertekad jika nanti Nathan sembuh dia akan lekas menjawab ungkapan hati pemuda itu tempo hari.Tidak jauh dari Shila dan Nathan berdiri Kirani. Dia dan sang suami tengah menunggu kedatangan ambulans untuk mengangkut Nathan ke rumah sakit. Tadinya Rain akan membawanya pulang saat komplotan Tama berhasil dibekuk oleh Komandan Bumi dan pasukannya. Namun, Kirani menolak dengan dalih ingin menemani Sh

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOS MAFIA   62. Takluknya Gembong Mafia

    Tama memuntahkan isi pistolnya. Nathan sempat menghindar dengan melengoskan tubuh. Namun, timah panas tersebut tetap mengenai lengan atasnya."Nathaaan!" Shila dan Kirani menjerit bersamaan melihat bisep pemuda itu sudah berlumuran darah. Shila langsung memdekap Nathan.*Satu jam sebelum kejadian di apartemen Tama.Di rumah sakit, Ijong tengah menjenguk Iqbal. Keduanya tengah asyik berbincang. Sementara di brankar sebelahnya Gadis asyik bermain game di gadget untuk menghilangkan jenuh.Dalam hati, Gadis merutuk kedatangan Ijong. Karena moment mengobrolnya dengan Iqbal jadi tertunda. Apalagi kedua lelaki itu berbicara topik yang tidak dipahami oleh Gadis. Pokok tentang dunia bisnis dan mafia.Ketika tengah asyik berbincang, ponsel Ijong bergetar. Pemuda setengah gondrong itu melihat siapa yang menghubungi. Ternyata Ayon."Ada apa, Yon?" tany

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOS MAFIA   61. Nathan Tameng Shila

    Tama bergegas menarik Shila kembali begitu mendengar peringatan dari polisi. Dia menjadikan Shila sebagai tawanan. Pistol di tangannya ia arahkan pada kepala Shila.Tentu saja gadis itu ketakutan. Tubuh Shila sampai bergetar saking ngerinya. Bibirnya merintih takut.Didan pun memperlakukan Kirani sama seperti bosnya. Wanita itu ia sekap. Moncong senjatanya ia arahkan pada pelipis istri dari Rain.Berbeda dengan Shila yang gemetar ketakutan, Kirani terlihat sedikit tenang. Bukan karena dia berani. Namun, keadaan ini sudah pernah ia alami sebelumnya. Dia memilih diam sembari memikirkan jalan keluar."Sekali kami peringatkan untuk membuka pintu apartemen ini atau kami buka paksa!" Suara Kapten Bumi terdengar lebih keras doorbell interkom.Tama mendekat pintu. Lewat layar LCD tujuh inchi dia bisa melihat keadaan di luar. Ada Komandan Bumi berserta anak buahnya dan

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOS MAFIA   60. Bertarung Melawan Tama

    Tangannya bergerak cepat menarik pistol dari dalam persembunyian. Gegas ia todongkan senjata tersebut pada Rain.Kirani yang ngeri memekik keras. Dia masih trauma dengan insiden beberapa bulan lalu yang merenggut nyawa bapaknya."Tetap tenang dan terus berada di belakang aku," ujar Rain memenangkan hati sang istri. Dia menggenggam kuat tangan Kirani."Tama, buka pintunyaaa!" Sementara di atas Shila terus berteriak dan menggedor pintu. "Taaam!"Teriakan keras dari Shila sedikit mengalihkan perhatian Tama. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Rain. Ketika Tama tengah mendongak, tangannya langsung menampik senjata yang tengah dipegang oleh Tama.Senjata api itu terjatuh ke lantai. Tama terkesiap. Lagi-lagi Rain tidak melewatkan kesempatan. Kakinya bergerak cepat menendang perut Tama hingga lelaki itu terjatuh.Rain dengan sigap meraih pistol Tama dengan kakinya. Setelah dapat dia mengarahkan senjata tersebut pada Tama."Kiran, kamu kel

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status