Pagi ini Anita sedang menyusun pakaiannya kedalam koper. Penerbangan pukul sepuluh pagi dan ia menggunakan waktunya untuk membereskan barang-barangnya yang akan dibawanya ke Singapura nanti.
"Oke selesai." Anita duduk ditepi ranjang. Ia memainkan ponselnya sambil menunggu jam sepuluh. Disana ada email masuk kedalam ponselnya. Anita langsung tersenyum saat melihat siapa yang mengirim email itu.
To : Anita
How are you sweety? I Miss you, sugar. Kamu tahu, bunga mawar mencari kamu. Katanya dia sangat merindukan kamu. Jangan lama-lama disana, dan kembali kesini. Semua merindukan dirimu termasuk aku. Musim panas disini terasa dingin tanpa kehadiran mu. Jangan marah pada Denis lagi, dia sangat menyayangimu. Atas semua kesalahannya itu bukan benar-benar kesalahannya. Dia telah menjelaskan pada kami, I Miss you. Semoga kita bisa bertemu lagi.
Dari pacar kesatu, Zidan.
Cih! Pria itu benar-benar!
Memangnya dengan mengirim pesan ini, hati anita akan luluh? Mimpi saja sana, sampai kapanpun penghianat akan tetap jadi penghianat. Anita tidak akan memaafkan Denis bagaimana pun caranya. Ah, sepertinya ini sudah waktunya pergi. Anita mengambil kopernya dan ban bergegas turun apartemen. Sampai di loby apartemen, Anita tidak menyangka Denis ada disana menunggunya.
"Hai." katanya ramah.
Anita tidak suka situasi seperti ini. Bagaimanapun bisa pria itu tahu tempat tinggalnya. Tidak memperdulikan Denis lagi, Anita menyeret kopernya pergi melewati pria itu.
"Tunggu dulu, kita berangkat bareng." Denis menghentikan koper Anita.
"ENGGAK!!" kata Anita galak. Menjauhkan kopernya kembali dari jangkauan pria itu.
"Kok gitu sih sama mantan pacar?" Denis membuat wajah cemberut di hadapan Anita. Biasanya Anita akan luluh dan langsung menurutinya. Namun sepertinya kali ini gagal.
"Bodi amat!" Anita berkata judes.
"Yauda emangnya aku peduli?" ejek pria itu sambil membawa koper Anita masuk kedalam mobilnya.
Melihat perlakuan Denis yang seenaknya membuat Anita marah.
"Kalau kopernya gak mau dibawa kabur, sebaiknya kamu masuk sekarang." Setelah mengatakan itu, Denis masuk kedalam mobil.
Anita rasanya ingin mencakar wajah kalem pria itu. Di depan sok baik, tapi sebenarnya menyimpan segala rencana busuk di otaknya. Mau tidak mau, Anita pun masuk kedalam mobil Denis.
"Jangan ngomong!" titah Anita saat sudah didalam mobil.
"Oke.." kata Denis terkekeh kecil dan menyalakan mesin mobilnya.
Kadang kala mantan pacarnya ini terlalu PD. Siapa juga yang mau bicara? Denis lagi-lagi terkekeh selama perjalanan.
"Jangan ketawa!" sergah Anita tidak suka. Memang Anita tidak menatap Denis saat ini, tapi Anita tau tabiat pria itu suka mengejeknya.
"Oke.." kali ini Denis benar-benar menahan tawanya.
***
"Sorry, kita kebagian kelas ekonomi. Enggak apa-apa kan?" tanya Denis menyesal.
Sebenarnya Anita bodo amat mau kelas ekonomi atau kelas satu, yang penting bisa naik pesawat dan segera tiba di Singapura. Itu lebih bagus. Anita pergi duduk di kursi pesawat tanpa menghiraukan Denis.
"Enggak marah kan?" Denis menyusul Anita dan duduk di samping wanita itu.
Ck! Ini orang banyak omong amat! Tidak memperdulikan Denis lagi, wanita itu langsung memasang earphone di telinganya. Duku saja saat dia mengejar pria itu, Denis tidak peduli padanya. Sekarang sudah putus malah seperti ini. Baru nyadar yah? Kalau Anita itu lebih bohay dari pacarnya yang dulu pernah di tiduri pria itu.
***
Anita pergi ke toilet. Namun ia harus menunggu sebentar, karena orang yang ada didalam belum juga keluar. Tanpa sengaja ia mendengar suara jeritan tertahan didalam sana. Siapa itu? Karena penasaran Anita langsung menempelkan telinganya didepan pintu. Takut terjadi sesuatu hal buruk. Benar saja, ia mendengar suara grasak-grusuk dari arah dalam
"Are you oke?" Anita lalu mengetuk pintu. Berharap apa yang di khawatirkan nya tidak terjadi.
"Sorry." Tak lama kemudian keluarlah dua orang dari dalam toilet. Salah satunya seorang lelaki bertubuh besar dan tegap, dan satunya lagi seorang wanita pendek berkulit putih pucat. Perutnya besar seperti orang hamil.
OMG! Yang benar saja. Mereka tadi berada dalam satu toilet yang sama? Ini serius?! Tidak mungkin kan mereka buang air kecil atau buang air besar bersama. Apalagi kan disini toilet nya kecil. Mana cukup untuk dia orang.
Kecurigaan Anita semakin menjadi ketika seseorang menjerit dan suara grasak-grusuk semakin memperjelas semuanya. Fix! Mereka benar-benar melakukannya. Tapi apa harus didalam toilet?
"Maaf membuat anda menunggu lama." Pria itu tersenyum ragu pada Anita. Gerakan mengusap leher memperlihatkan kegugupan pria itu. Lalu tanpa diminta dia menjelaskan semuanya pada Anita.
"Istri saja sedang hamil. Dia ingin melakukan hubungan intim bersama saya. Saya tidak punya pilihan selain melakukan keinginan istri saya. Saya tau kami salah, tapi sebagai suami saya tidak bisa menolak. Apa lagi istri saya sedang hamil seperti ini, saya mohon anda tidak memberitahukannya kepada siapa pun."
Anita memandang pria itu lalu ke istrinya yang sedari tadi menunduk ketakutan. Memang benar, ia pernah mendengar ada beberapa wanita hamil yang ingin melakukan hubungan badan bersama suaminya. Setelah membayangkannya, Anita tidak pernah berfikir akan semengerikan ini jadinya. Melirik wanita di sebelah pria itu, Anita jadi tidak tega. Akh! Ia benci jika berada dalam situasi seperti ini.
"Baiklah, saya tidak memberitahu pada siapa pun." putus Anita. Daripada urusannya semakin memanjang, lebih baik menutupnya.
"Terima kasih banyak nona. Jika orang lain yang melihat, mungkin tidak akan sepengertian anda." Pria itu bergumam.
"Tapi akan lebih baik cari tempat yang lebih layak. Karena toilet bukan tempat untuk berbuat semacam itu." sndir Anita tidak bisa lagi menyembunyikan ke sinisannya.
Pria itu mengangguk lalu mengajak istrinya untuk pergi.
Anita tidak habis pikir masih ada saja orang yang ingin melakukan hubungan intim di kamar mandi. Apakah wajar? Sekarang ia jadi terlibat dengan hal menjijikkan seperti ini.
Menarik pintu toilet dengan kasar, Anita masih memandang mereka sinis. Lalu saat ingin masuk, tatapan matanya tidak sengaja menangkap sebuah pistol tertodong dipunggung wanita itu. Tidak salah lagi, yang melakukan adalah suaminya sendiri. Tapi mengapa?
Mengabaikan semuanya, Anita berlari mengejar pria itu. Namun saat ia ingin masuk, Anita langsung ditahan oleh pramugari yang menjaga pintu.
"Maaf anda tidak bisa masuk, ini ruangan kelas satu."
"Tapi saya harus menemui pria itu! Orang itu membawa senjata dan mengarahkannya pada istrinya sendiri!"
"Itu tidak mungkin, semua orang yang akan naik pesawat sudah diperiksa. Dan tidak ada satupun yang membawa senjata disini."
Anita mengacak rambutnya geram. Kenapa disaat genting seperti ini, pramugari itu tidak percaya. Bisa saja kan pria itu menyembunyikan senjatanya secara licik sehingga tidak terdeteksi oleh petugas.
"Saya mohon, izinkan saya masuk. Saya akan membuktikannya kalau pria itu membawa senjata." Anita berusaha meyakinkan pramugari itu.
"Mohon maaf nyonya, tapi anda tidak bisa masuk. Ini sudah peraturannya." Pramugari itu masih memperlihatkan senyum ramahnya.
Anita tidak peduli, ia melewati pramugari itu dan masuk kedalam terburu-buru.
"Hentikan dia!" Anita mendengar pramugari itu meminta tolong temannya.
Saat menemukan pria itu, Anita tarik lengannya sampai berbalik padanya dan dengan berani Anita menadahkan tangannya di hadapan pria itu.
"Dimana pistol itu?!"
***
Disebuah kamar hotel, seorang pria terlihat berdiri didepan kaca besar. Tangan kirinya dimasukkan ke kantong celana dan tangan satu laginya digunakan untuk menjawab telepon dari seseorang."Semuanya telah selesai, kita hanya perlu menerima barangnya besok."Dari lantai lima belas, pria itu bisa melihat pemandangan kota Jakarta yang berkelap-kelip dengan indah. Mobil dan motor-motor tanpa henti berlalu lalang di jalan raya pada malam hari itu."Kali ini aku pastikan, kita memilih anjing yang tepat untuk dijadikan budak. Dia tidak se-naif CEO yang dulu kita angkat. Kita bisa memanfaatkannya, lalu setelah itu kita buang dan jadikan dia sebagai kambing hitam."Masih mendengarkan penuturan dari seberang sana, pria itu berbalik dan berjongkok menghadap wanita yang bersimpuh dibawah kakinya. Kea
Anita benar-benar kesal. Bagaimana bisa wanita itu berbohong, ia yakin wanita itu diancam oleh suaminya sehingga tidak berani mengatakan yang sebenarnya. Jelas-jelas ia melihat dengan mata kepala sendiri kalau pria itu menancapkan pistol di pinggang istrinya. "Kalau kamu kesel karena kita kebagian kelas ekonomi, seharusnya bilang. Jangan main masuk ke kelas satu dan bikin keributan disana." suara Denis terdengar selama mereka berjalan menuju pintu keluar bandara Singapura. Denis membawa troli barang bawaannya. Anita yang berada disampingnya memutar bola matanya malas. Denis saja tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya tapi sudah ceramah. Seperti dia benar saja. Padahal kan hidupnya penuh dengan kesalahan. "Kalau diomongin itu didenger." tegur Denis. Anita benar-benar marah sekarang. "Apaan sih! Kalau enggak tau apa-apa itu diam!" komen Anita pedas.
"ASTAGA DENIS! Ini bukan masalah Lo tidur dengan Siska, gue enggak masalah Lo tidur sama siapapun. Gue udah terbiasa dengan sifat playboy Lo, tapi yang buat gue marah saat itu, kenapa Lo bilang sama Siska kalau gue cuma pemuas nafsu Lo diatas ranjang,""Dan yang lebih parah Lo bilang, Lo bakal terus manfaatin gue selama sisa hidup Lo. Emangnya gue gak tau? Lo bilang saat ulangtahun gue. Sesudah tau itu semua, gue berusaha percaya sama Lo, dan bersikap baisa aja. Tapi lo buat gue kecewa setelah beberapa hari Lo deket banget sama Siska, bahkan tidur bareng sama dia. Gimana gue enggak marah coba?""Jadi karena masalah itu?" Denis berucap tidak percaya. "Seharusnya kamu nanya dulu ke aku, jangan langsung menyimpulkan DNA kabur gitu aja ke Indonesia. Aku nyariin kamu kayak orang gila tau!" Denis mengusap wajahnya kasar."Dengerin.." suaranya berubah lembut seiring tangannya mengambil tangan Anita.
Besoknya Denis dan Anita pergi ke pesta pernikahan itu, dengan dalih bisa menemukan bukti itu. Akhirnya mereka sampai juga di Mansion mewah tempat berlangsungnya pesta pernikahan.Anita sudah menceritakan semuanya pada Denis. Termasuk kejadian di pesawat dan di bandara. Denis sempat marah, karena Anita tidak menceritakan sejak awal. Ia pun hanya bisa meminta maaf setelahnya, jangan salahkan Anita karena mereka sempat marahan sebelumnya.Naik tangga yng berjumlah enam tingkat, Anita dan Denis langsung disambut oleh pria pakaian serba hitam yang bertugas mengecek tamu undangan yng masuk.Denis menyerahkan undangan berwarna gold itu pada petugas. Setelah mengecek dan menelitinya, Denis dan Anita pun dipersilahkan masuk kedalam. Mereka berdua saling tersenyum. Mengingat kembali rencana apa yang akan mereka lakukan kali ini.Denis akan pastikan semuanya akan berjalan sesuai rencana
"siapa mereka?" "Mereka adalah suruhan pria itu. Dan kamu tahu, Markus adik kandung Wisnu yang tewas beberapa waktu lalu dan sekarang menjabat sebagai CEO di perusahaan tambang Batubara. Tadi aku lihat sedang menyelundupkan obatan terlarang bersama pria itu." tutur Anita. "Aku yakin, Markus dan pria itu adalah orang yang membunuh Wisnu. Tapi untuk sementara ini aku punya bukti video tentang penyelundupan itu." terang Anita. Sekarang mereka berada didalam mobil. Denis yang menyetir mobilnya. "Kalau begitu kita bisa menangkap mereka dengan bukti itu!" ucap Denis. "Aku harap begitu." jawab Anita. Dari kaca spion Anita dapat melihat sebuah mobil sedang membuntuti mereka dari belakang. "Denis, sepertinya mereka mengejar kita." Anita melihat kebelakang dan benar saja
Setelah para penjaga itu berhasil menangkapnya, Anita dibawa kembali ke mansion itu lagi. Ia melihat pria itu duduk diruang tamu yang mewah sambil menatapnya seperti mangsa. "Kemana pria satunya?" tanya pria itu pada anak buahnya. Matanya masih mengarah ke Anita, seakan ia seorang mangsa yang lemah dan ingin mati. "Saat kami sedang mengejarnya, tiba-tiba mobil hitam itu datang menyelamatkannya." jelas anak buahnya menunduk. Mendengar itu semua Anita tersenyum senang, sekarang ia tidak perlu khawatir karena Denis akan menyelamatkannya nanti. Dia terlihat tidak senang melihat Anita tersenyum seperti itu. "Kau tersenyum?" Pria itu menghampiri Anita. Dia tidak senang melihat Anita tersenyum seperti itu. "Sekali lagi kau tunjukkan senyum itu!" perintah pria itu menatapnya sengit. Tentu saja Anita tidak ingin menuruti kemauan pria itu, ia memalingkan wa
Setelah kejadian itu, tak lama kemudian Anita kedatangan beberapa pelayan yang masuk kedalam kamar sekapannya. Mereka berempat berdiri sejajar ke arahnya. Ditangan mereka sudah tersedia kotak obat, alat mandi, baju dan troli makanan. Sebenarnya ada apa ini, tidak mungkin jika Alex yang menyuruh mereka kemari. Sudah sangat jelas kalau pria itu marah setelah menamparnya tadi. "Maaf nona, kami datang kemari atas utusan tuan Alex untuk mengobati luka anda." ucap salah satu pelayan itu, dan menyuruh Anita untuk berdiri. "Tapi aku tidak perlu ini." Keempat pelayan itu tidak menggubris ucapannya, dan tetap membantu Anita untuk berdiri. "Mari, kami antar ke kamar mandi." "Sudah ku bilang aku tidak mau! Apa kalian tuli?" ucap Anita masih menolak, tapi kedua pelayan lainnya dengan lancang memapahnya hingga masuk kamar mandi. "Kalian mau apa?" tanya Anita langsung menutupi bagian
Sebelumnya Alex mendapat kabar dari mata-matanya, jika Denis melaporkan penyekapan Anita kepada pihak kepolisian Singapore. Dengan angan dapat menangkap dan menyelamatkan Anita, pria itu berencana datang dan langsung menyergap di kediaman Alex. "Bagaimana sekarang bos?" Sudah barang pasti Alex membuat rencana, dimana Denis maupun polisi itu tidak bisa menangkapnya. "Siapkan dua mobil, yang satu dikawal oleh semua anggota dan satu lagi biar aku yang memakainya. Kalian lewat jalur selatan dan aku jalur barat, kecoh mereka dan buat mereka mengira akulah yang ada di mobil itu. Aku akan tiba lebih dulu di bandara dan pastika
Besok paginya Anita menunggu Alex didepan kamar, ia sudah membereskan pecahan beling yang disebabkan Alex semalam. Ia juga sudah menyiapkan sarapan pagi untuk Alex.Akhirnya pintu terbuka, keluarlah Alex dari balik pintu. Saat Anita berada didepannya, pria itu terkejut melihat Anita berada dihadapannya. Tapi hanya beberapa saat saja. Setelah itu Alex kembali merubah raut wajahnya menjadi datar. "Maaf atas kejadian semalam." Anita menundukkan kepalanya menyesal. Alex tidak membalas dan pergi begitu saja melewati Anita, pria itu langsung duduk di meja makan.Dalam hatinya ia merasa senang karena dapat membuat Alex kesal. Kejadian kemarin tidak seberapa, itu hanya permulaan. Permainan sesungguhnya akan dimulai sekarang."Tunggu dulu, biar aku saja yang menyajikannya." seperkian detik Anita sudah berada dimeja makan dan langsung melayani Alex. Anggap saja perlakuan spesial ini sebagai permintaan maaf Anita. Karena tidak pernah sekalipun Anita menyajikan makanan langsung seperti ini. Bi
Sudah tidak tahan, Anita tidak mau di perintah oleh Alex lagi. Sementang ia seorang majikan bisa seenaknya menyuruh. Jika bukan karena misi, Anita tidak mau melakukan ini semua. Lebih baik jika waktunya ia pergunakan untuk istirahat, baru ini ia istirahat dari pagi hingga saat ini. Alex benar-benar keterlaluan. Pria itu suka memerintah seenaknya. Lihat saja pria itu akan di penjara setelah ini.Anita sudah melakukan berbagai cara, tapi tetap saja gagal. Ia tidak menemukan apapun di rumah ini, mau bertanya kepada pria itu sama saja mencari mati.Tapi ada sesuatu yang membuat Anita kepikiran, ia ragu apakah ini akan berhasil kedepannya atau tidak. Mengingat resikonya yang sangat besar. Ada hati yang harus di pertahankan dan juga harga dirinya yang di korbankan. Ia ragu untuk melakukannya.Akan tetapi jika rencana ini sukses, Anita bisa mendapatkan apa yang diinginkannya yaitu kebebasan dan menjebloskan Alex kedalam penjara.
"ini semua gara-gara kau!!" Alex menyalakan Anita atas rencananya yang gagal.Mereka saat ini sudah berada dirumah, Boy memberitahu Alex bahwa mereka kehilangan jejak Malik dan Anita disalahkan atas semua ini. Ia bahkan sama sekali tidak tahu rencana apa yang hendak Alex lakukan sewaktu di pesta. Ia bingung, terkejut dan sangat marah ketika Alex menyerahkannya sebagai hadiah pada Derry. Tapi dengan seenaknya, pria itu malah menyalahkannya seperti ini."Boy pergi dan selesaikan kekacauan dirumah itu, jangan biarkan polisi tahu mengenai hal ini!" titah Alex sebelum Boy pergi meninggalkan mereka."Aku tidak percaya kau begitu bodoh, seharusnya kau goda saja Malik dan buat dia takluk. Sehingga aku bisa membunuhnya saat itu juga!"Terus menerus Anita disalahkan dan ia masih berusaha sabar. Anita berfikir kenapa Alex harus semarah ini. Biasanya pria itu tidak banyak bicara dan hanya diam terus mengabaikannya seperti biasa."Kau dengar aku?!" Alex mendada
Anita dibawa ke halaman pesta lagi, ia bisa melihat petugas kebersihan sedang bersih-bersih disana."Bos, aku sudah mendapatkannya." ucap Derry pada pria yang membelakangi mereka."Aku tidak menyangka, Alex akan memberikannya dengan mudah." Derry berkata lagi.Bertepatan dengan itu, pria itu membalikan badannya menghadap mereka. Tangannya memegang satu tongkat, senyum di bibirnya mengingatkan Anita pada kejadian beberapa waktu lalu."Maafkan aku." Anita menabrak seorang pria paruh baya didepan pintu toilet. Pria itu tersenyum miring, "tidak masalah."Ada sesuatu yang membuat Anita merasa aneh, tapi Anita merasa tidak perduli dan kembali pada Alex yang menunggunya diluar. Pria itu sangat ribet, Anita ingin ke toilet saja mereka harus mengalami perdebatan yang panjang.Katanya mereka sebentar lagi akan masuk ke pesta ken
"kau yang melakukannya?" tanya Anita. Mereka semua berada di kamar Alex, duduk di sofa mengintrogasi Anita. Anita menundukkan kepalanya dan memainkan kedua tangannya pura-pura ketakutan. "Aku tidak melakukannya." Anita menjawab polos. "BOHONG!! Jelas-jelas dia yang buat aku begini, kakiku jadi terkilir dan kulitku memerah gara-gara wanita itu!! Ngaku saja kau wanita jalang!!" Gladis yang sedang terbaring di kasur Alex berteriak dari kejauhan. Tadi dokter sudah memeriksanya. Gladis hanya perlu istirahat selama beberapa hari, kakinya yang terkilir sudah di gips dan mengenai kulitnya yang memerah memang Anita lah yang membuatnya tapi tidak mengaku. Ketika dikamar mandi, Anita menyiram Gladis dengan air shower yang sedikit panas. Siapa sangka baru saja ia melakukannya, Gladis langsung berteriak dan kepeleset di kamar mandi. Bertepatan dengan itu, Alex datang dan menyaksikan semuanya.
Benar kata Alex selama seminggu ini, ia tidak kembali kerumah. Kemana sebenarnya dia pergi, apa mungkin pria itu menyimpan rahasia besar darinya.Jika begini caranya bagaimana ia bisa menyelidiki kejahatan pria itu. Selama berhari-hari yang dilakukan Anita dirumah ini seperti biasa bersih-bersih, makan dan tidur. Itupun ada dua penjaga yang mengawasinya, ia bosan dan lelah. Rasanya Anita ingin melarikan diri dan mencari Alex diluar sana. Ia curiga pria itu sedang melakukan kejahatannya diluar sana.Ceklek!Suara pintu terbuka menyadarkan Anita dari lamunannya. Segera Anita pergi dari dapur keruang tengah, benar saja saat Anita berjalan keruang tengah ia melihat Alex sedang melangkah arah berlawanan darinya."Dari mana kau?!" Anita bertanya saat sudah berada di sampingnya. "Lukamu baik-baik saja?"Alex mengabaikan dan terus berjalan ke sofa."Jika kau pingsan lagi,
Anita semakin frustasi, "bagaimana ini?"Tidak punya pilihan lain, akhirnya Anita menyeret Alex masuk kedalam kamarnya. Untungnya mereka sedang berada didepan pintu kamar pria itu, jadi ia tidak banyak menguras tenaga untuk menyeret raksasa besar seperti Alex."Astaga, kau ini berat sekali!!" walaupun seperti itu, Alex tetap saja berat.Anita sempat sempoyongan saat memindahkan Alex dari lantai hingga keatas kasur. Pria itu seperti gajah bertubuh gemuk dan besar, tapi tentu saja beda gajah kali ini perutnya kotak-kotak dan sispex. Tanpa pikir panjang lagi Anita langsung membuka pakaian Alex. Darah segar merembes keseluruhan kain kasa itu, dan membuat Anita semakin panik."Dasar merepotkan! Bagaimana sekarang aku mengurus dia?!"Anita semakin panik, ia belum pernah merawat luka orang. Apalagi orang itu memiliki luka yang cukup besar seperti ini. Tapi jika i
Sudah larut malam Anita dikejutkan suara pintu yang terbuka kencang. Anita segera bangkit dari tempat tidur dan memastikan. Tadinya ia sedang tiduran saja tapi karena suaranya sangat keras membuat ia terbangun, Anita berfikir kalau suara itu berasal dari Alex.Mengingat beberapa waktu lalu saat Alex melecehkannya membuat ia mempunyai dendam padanya, sebelum melampiaskan marahnya Anita tidak akan tenang. Benar saja, ketika Anita sampai diruang tengah ia melihat Alex berjalan menuju kamarnya.Anita yang melihat itu langsung menghentikan langkah Alex, ia berdiri dihadapan Alex dan bersiap mencaci maki tentang apa yang diperbuatnya tempo lalu."Oh, enak sekali ya, setelah melecehkan ku kau pergi!!" Anita menyindir, "Kau memang pria brengsek!" umpat Anita lagi, "Selain kriminal kau juga pria yang tidak bermoral ya?"Selama Anita mengomel, pria itu terlihat tidak menggubris perkataan Anita sama sekali. Ale
Masih dengan tugasnya, selama itu Anita menghabiskan waktu untuk bersih-bersih ruangan tengah itu. Bahkan Gladis tidak membiarkannya untuk istirahat, Gladis membawa segunung pakaian dan menyuruh Anita untuk mencucinya.Anita merengut kesal tapi tetap mengerjakannya. Dari sana Gladis terus mengawasinya sambil duduk santai dan makan-makan bersama temannya. Bahkan wanita itu tega tidak mengizinkannya mandi dulu atau berganti pakaian. Alhasil ia seperti sampah busuk disini.Bajunya memang sudah mengering sedari tadi ia bersih-bersih, tapi tetap saja tubuhnya masih bau menyengat hingga indera penciumannya terdalam. Warna hijau dari fermentasi sayuran busuk itu tercetak jelas di kausnya yang putih. Orang-orang yang lewat pun banyak yang menyerukan ke bauan padanya.Sialan Gladis! Wanita itu berhasil merubah Anita yang tadinya dijuluki ratu yang paling cantik di Indonesia seketika berubah menjadi upik abu yang tak ternilai lagi h