Setelah para penjaga itu berhasil menangkapnya, Anita dibawa kembali ke mansion itu lagi. Ia melihat pria itu duduk diruang tamu yang mewah sambil menatapnya seperti mangsa.
"Kemana pria satunya?" tanya pria itu pada anak buahnya. Matanya masih mengarah ke Anita, seakan ia seorang mangsa yang lemah dan ingin mati.
"Saat kami sedang mengejarnya, tiba-tiba mobil hitam itu datang menyelamatkannya." jelas anak buahnya menunduk.
Mendengar itu semua Anita tersenyum senang, sekarang ia tidak perlu khawatir karena Denis akan menyelamatkannya nanti. Dia terlihat tidak senang melihat Anita tersenyum seperti itu.
"Kau tersenyum?" Pria itu menghampiri Anita. Dia tidak senang melihat Anita tersenyum seperti itu.
"Sekali lagi kau tunjukkan senyum itu!" perintah pria itu menatapnya sengit.
Tentu saja Anita tidak ingin menuruti kemauan pria itu, ia memalingkan wa
Setelah kejadian itu, tak lama kemudian Anita kedatangan beberapa pelayan yang masuk kedalam kamar sekapannya. Mereka berempat berdiri sejajar ke arahnya. Ditangan mereka sudah tersedia kotak obat, alat mandi, baju dan troli makanan. Sebenarnya ada apa ini, tidak mungkin jika Alex yang menyuruh mereka kemari. Sudah sangat jelas kalau pria itu marah setelah menamparnya tadi. "Maaf nona, kami datang kemari atas utusan tuan Alex untuk mengobati luka anda." ucap salah satu pelayan itu, dan menyuruh Anita untuk berdiri. "Tapi aku tidak perlu ini." Keempat pelayan itu tidak menggubris ucapannya, dan tetap membantu Anita untuk berdiri. "Mari, kami antar ke kamar mandi." "Sudah ku bilang aku tidak mau! Apa kalian tuli?" ucap Anita masih menolak, tapi kedua pelayan lainnya dengan lancang memapahnya hingga masuk kamar mandi. "Kalian mau apa?" tanya Anita langsung menutupi bagian
Sebelumnya Alex mendapat kabar dari mata-matanya, jika Denis melaporkan penyekapan Anita kepada pihak kepolisian Singapore. Dengan angan dapat menangkap dan menyelamatkan Anita, pria itu berencana datang dan langsung menyergap di kediaman Alex. "Bagaimana sekarang bos?" Sudah barang pasti Alex membuat rencana, dimana Denis maupun polisi itu tidak bisa menangkapnya. "Siapkan dua mobil, yang satu dikawal oleh semua anggota dan satu lagi biar aku yang memakainya. Kalian lewat jalur selatan dan aku jalur barat, kecoh mereka dan buat mereka mengira akulah yang ada di mobil itu. Aku akan tiba lebih dulu di bandara dan pastika
Anita terbangun dari tidurnya, lagi-lagi ia kecolongan dengan tidak sadarkan diri ditempat. Bukan karena dipukul, tapi ini murni karena ketiduran. Niatnya hingga menunggu Alex terbangun, tapi malah ia juga tertidur disana. "Ini dimana?" tanya Anita pada Boy yang duduk didepannya. "Kita ada di Myanmar, nona!" jawab Boy sambil menyetir mobilnya ditengah kota. Dari arah jendela, Anita langsung melihat sebuah pagoda besar yang berdiri kokoh ditengah kota. Ujungnya yang berwarna emas menjadikan pagoda itu sebagai ikon kota Yongan, Myanmar. Jika tidak salah Anita pernah kemari setahun lalu untuk peliputan mingguan tentang pariwisata di Myanmar. "Lalu kita akan kemana?" tanya Anita lagi. Ia juga tidak menemukan Alex dimana pun, kemana perginya pria itu? "Kau terus bertanya nona, sementara bos kami tidak menginginkan kami untuk menjawab. Tapi jika kau memaksa aku akan memberita
Setelah kejadian itu, Anita dibawa pergi menaiki pesawat. Anita berfikir kenapa mereka repot-repot membawanya ke Myanmar kalau ujung-ujungnya disandera seperti ini. Entah kemana tujuan mereka, tapi yang jelas Anita bisa menangkap sesuatu yang mencurigakan disana. Alex dan Boy seperti membicarakan sesuatu. "Permisi nona, ini makanan anda." tiba-tiba seorang pramugari datang diwaktu yang tidak tepat dan membuatnya kacau. "Letakkan saja disana." tandas Anita kesal. Lagian apa pramugari itu tidak tahu, tangan dan kakinya diikat. Mana mungkin ia bisa makan, yah kecuali ia makan langsung dari mulutnya seperi anjing. Baru ia bisa makan, tapi haruskah seperti itu? Sesudah pramugari itu berpamitan pergi , Anita menyantap pasta Mozarella di piringnya. Makanan itu bukan makanan kesukaannya, apalagi ada keju didalamnya ia tidak suka. Bertambah kesal karena makanan itu bukan yang diinginkannya. Anita mend
Selama berhari-hari Anita tidak mau makan. Terakhir kali wanita berambut pirang datang ke kamarnya, wanita itu terlihat enggan membawa makanan untuk Anita. Bahkan Anita masih ingat pertengkaran mereka tempo hari lalu. "Ini makan!" paksa wanita itu sambil menyodorkan nasi kehadapannya. Anita tidak bereaksi, dia hanya menatap sendok itu dalam diam. "Makan!" Wanita itu masih memaksa memasukkan nasi itu kedalam mulut Anita. "Makan jalang!" saat wanita itu berhasil memasukkan nasi kedalam mulut Anita. Bertepatan dengan itu, Anita langsung menyemburkan nasi itu ke wajah wanita berambut pirang itu. "Aahhhhh!!!! KURANG AJAR!!!" Wanita itu berteriak nyaring. Menjauhkan diri dan memegangi wajahnya yang lengket terkena nasi dan air liur. "Aku akan laporkan ini pada Alex! Lihat saja!" Wanita itu langsung bergegas pergi dari sana. Tak lama kemudian wanita itu ke
*Flashback* Setelah Alex memanggil dokter dan pergi, Anita hanya berdiam diri dikamar. Ia berbaring miring menghadap kanan, pikirannya menerawang jauh. Ia memikirkan Denis dan rencananya. Setelah dipikir rencana kaburnya selalu gagal, dan sekarang pikirannya sedang buntu. Ia tidak tahu harus apa lagi sekarang. Sampai saat ini ia tidak tahu kabar Denis, hanya pria itu satu-satunya harapannya. Tapi mengingat keberadaannya sekarang, ia ragu Denis dapat menemukannya. Suara pintu terdengar terbuka, Anita semakin beringsut kesal. Pasti itu wanita yang membawa makanan untuknya. "Makan siang!" Kata wanita itu. "Bawa saja, aku tidak mau!" jawab Anita masih tidak mau berbalik. "Tapi aku disuruh memaksamu untuk makan!"
Anita sedang mengelilingi rumah bordil itu. Sesekali ia menengok kiri-kanan, barangkali ia bisa menemukan sesuatu yang mencurigakan. Tapi sejak dua puluh menit yang lalu, ia tidak menemukan apapun selain para wanita centil itu yang sedang menggoda para pria hidung belang di teras hingga dikamar. Astaga! Apa harus melakukan itu dengan pintu terbuka.Anita terkejut dan menggeleng-gelengkan kepala. Baru saja ia diberi kebebasan oleh Alex, matanya langsung disuguhi hal tercela seperti itu. Sebaiknya ia harus mencari Dina, siapa tahu seniornya itu mempunyai informasi yang bisa dibagi.Belum sempat Anita berbalik untuk pergi, wanita yang dicarinya sedang berjalan kearahnya. Tampang Dina masih sama sewaktu di Indonesia, kaku dan tanpa ekspresi. Sekalinya berekspresi ya marah-marah. Ia sampai berfikir kapan terakhir kali Dina tersenyum. Mungkin saat ia terjatuh ke got waktu ulang tahunnya dulu. Kejadian itu sungguh membuatnya marah karen
Masih dengan tugasnya, selama itu Anita menghabiskan waktu untuk bersih-bersih ruangan tengah itu. Bahkan Gladis tidak membiarkannya untuk istirahat, Gladis membawa segunung pakaian dan menyuruh Anita untuk mencucinya.Anita merengut kesal tapi tetap mengerjakannya. Dari sana Gladis terus mengawasinya sambil duduk santai dan makan-makan bersama temannya. Bahkan wanita itu tega tidak mengizinkannya mandi dulu atau berganti pakaian. Alhasil ia seperti sampah busuk disini.Bajunya memang sudah mengering sedari tadi ia bersih-bersih, tapi tetap saja tubuhnya masih bau menyengat hingga indera penciumannya terdalam. Warna hijau dari fermentasi sayuran busuk itu tercetak jelas di kausnya yang putih. Orang-orang yang lewat pun banyak yang menyerukan ke bauan padanya.Sialan Gladis! Wanita itu berhasil merubah Anita yang tadinya dijuluki ratu yang paling cantik di Indonesia seketika berubah menjadi upik abu yang tak ternilai lagi h
Besok paginya Anita menunggu Alex didepan kamar, ia sudah membereskan pecahan beling yang disebabkan Alex semalam. Ia juga sudah menyiapkan sarapan pagi untuk Alex.Akhirnya pintu terbuka, keluarlah Alex dari balik pintu. Saat Anita berada didepannya, pria itu terkejut melihat Anita berada dihadapannya. Tapi hanya beberapa saat saja. Setelah itu Alex kembali merubah raut wajahnya menjadi datar. "Maaf atas kejadian semalam." Anita menundukkan kepalanya menyesal. Alex tidak membalas dan pergi begitu saja melewati Anita, pria itu langsung duduk di meja makan.Dalam hatinya ia merasa senang karena dapat membuat Alex kesal. Kejadian kemarin tidak seberapa, itu hanya permulaan. Permainan sesungguhnya akan dimulai sekarang."Tunggu dulu, biar aku saja yang menyajikannya." seperkian detik Anita sudah berada dimeja makan dan langsung melayani Alex. Anggap saja perlakuan spesial ini sebagai permintaan maaf Anita. Karena tidak pernah sekalipun Anita menyajikan makanan langsung seperti ini. Bi
Sudah tidak tahan, Anita tidak mau di perintah oleh Alex lagi. Sementang ia seorang majikan bisa seenaknya menyuruh. Jika bukan karena misi, Anita tidak mau melakukan ini semua. Lebih baik jika waktunya ia pergunakan untuk istirahat, baru ini ia istirahat dari pagi hingga saat ini. Alex benar-benar keterlaluan. Pria itu suka memerintah seenaknya. Lihat saja pria itu akan di penjara setelah ini.Anita sudah melakukan berbagai cara, tapi tetap saja gagal. Ia tidak menemukan apapun di rumah ini, mau bertanya kepada pria itu sama saja mencari mati.Tapi ada sesuatu yang membuat Anita kepikiran, ia ragu apakah ini akan berhasil kedepannya atau tidak. Mengingat resikonya yang sangat besar. Ada hati yang harus di pertahankan dan juga harga dirinya yang di korbankan. Ia ragu untuk melakukannya.Akan tetapi jika rencana ini sukses, Anita bisa mendapatkan apa yang diinginkannya yaitu kebebasan dan menjebloskan Alex kedalam penjara.
"ini semua gara-gara kau!!" Alex menyalakan Anita atas rencananya yang gagal.Mereka saat ini sudah berada dirumah, Boy memberitahu Alex bahwa mereka kehilangan jejak Malik dan Anita disalahkan atas semua ini. Ia bahkan sama sekali tidak tahu rencana apa yang hendak Alex lakukan sewaktu di pesta. Ia bingung, terkejut dan sangat marah ketika Alex menyerahkannya sebagai hadiah pada Derry. Tapi dengan seenaknya, pria itu malah menyalahkannya seperti ini."Boy pergi dan selesaikan kekacauan dirumah itu, jangan biarkan polisi tahu mengenai hal ini!" titah Alex sebelum Boy pergi meninggalkan mereka."Aku tidak percaya kau begitu bodoh, seharusnya kau goda saja Malik dan buat dia takluk. Sehingga aku bisa membunuhnya saat itu juga!"Terus menerus Anita disalahkan dan ia masih berusaha sabar. Anita berfikir kenapa Alex harus semarah ini. Biasanya pria itu tidak banyak bicara dan hanya diam terus mengabaikannya seperti biasa."Kau dengar aku?!" Alex mendada
Anita dibawa ke halaman pesta lagi, ia bisa melihat petugas kebersihan sedang bersih-bersih disana."Bos, aku sudah mendapatkannya." ucap Derry pada pria yang membelakangi mereka."Aku tidak menyangka, Alex akan memberikannya dengan mudah." Derry berkata lagi.Bertepatan dengan itu, pria itu membalikan badannya menghadap mereka. Tangannya memegang satu tongkat, senyum di bibirnya mengingatkan Anita pada kejadian beberapa waktu lalu."Maafkan aku." Anita menabrak seorang pria paruh baya didepan pintu toilet. Pria itu tersenyum miring, "tidak masalah."Ada sesuatu yang membuat Anita merasa aneh, tapi Anita merasa tidak perduli dan kembali pada Alex yang menunggunya diluar. Pria itu sangat ribet, Anita ingin ke toilet saja mereka harus mengalami perdebatan yang panjang.Katanya mereka sebentar lagi akan masuk ke pesta ken
"kau yang melakukannya?" tanya Anita. Mereka semua berada di kamar Alex, duduk di sofa mengintrogasi Anita. Anita menundukkan kepalanya dan memainkan kedua tangannya pura-pura ketakutan. "Aku tidak melakukannya." Anita menjawab polos. "BOHONG!! Jelas-jelas dia yang buat aku begini, kakiku jadi terkilir dan kulitku memerah gara-gara wanita itu!! Ngaku saja kau wanita jalang!!" Gladis yang sedang terbaring di kasur Alex berteriak dari kejauhan. Tadi dokter sudah memeriksanya. Gladis hanya perlu istirahat selama beberapa hari, kakinya yang terkilir sudah di gips dan mengenai kulitnya yang memerah memang Anita lah yang membuatnya tapi tidak mengaku. Ketika dikamar mandi, Anita menyiram Gladis dengan air shower yang sedikit panas. Siapa sangka baru saja ia melakukannya, Gladis langsung berteriak dan kepeleset di kamar mandi. Bertepatan dengan itu, Alex datang dan menyaksikan semuanya.
Benar kata Alex selama seminggu ini, ia tidak kembali kerumah. Kemana sebenarnya dia pergi, apa mungkin pria itu menyimpan rahasia besar darinya.Jika begini caranya bagaimana ia bisa menyelidiki kejahatan pria itu. Selama berhari-hari yang dilakukan Anita dirumah ini seperti biasa bersih-bersih, makan dan tidur. Itupun ada dua penjaga yang mengawasinya, ia bosan dan lelah. Rasanya Anita ingin melarikan diri dan mencari Alex diluar sana. Ia curiga pria itu sedang melakukan kejahatannya diluar sana.Ceklek!Suara pintu terbuka menyadarkan Anita dari lamunannya. Segera Anita pergi dari dapur keruang tengah, benar saja saat Anita berjalan keruang tengah ia melihat Alex sedang melangkah arah berlawanan darinya."Dari mana kau?!" Anita bertanya saat sudah berada di sampingnya. "Lukamu baik-baik saja?"Alex mengabaikan dan terus berjalan ke sofa."Jika kau pingsan lagi,
Anita semakin frustasi, "bagaimana ini?"Tidak punya pilihan lain, akhirnya Anita menyeret Alex masuk kedalam kamarnya. Untungnya mereka sedang berada didepan pintu kamar pria itu, jadi ia tidak banyak menguras tenaga untuk menyeret raksasa besar seperti Alex."Astaga, kau ini berat sekali!!" walaupun seperti itu, Alex tetap saja berat.Anita sempat sempoyongan saat memindahkan Alex dari lantai hingga keatas kasur. Pria itu seperti gajah bertubuh gemuk dan besar, tapi tentu saja beda gajah kali ini perutnya kotak-kotak dan sispex. Tanpa pikir panjang lagi Anita langsung membuka pakaian Alex. Darah segar merembes keseluruhan kain kasa itu, dan membuat Anita semakin panik."Dasar merepotkan! Bagaimana sekarang aku mengurus dia?!"Anita semakin panik, ia belum pernah merawat luka orang. Apalagi orang itu memiliki luka yang cukup besar seperti ini. Tapi jika i
Sudah larut malam Anita dikejutkan suara pintu yang terbuka kencang. Anita segera bangkit dari tempat tidur dan memastikan. Tadinya ia sedang tiduran saja tapi karena suaranya sangat keras membuat ia terbangun, Anita berfikir kalau suara itu berasal dari Alex.Mengingat beberapa waktu lalu saat Alex melecehkannya membuat ia mempunyai dendam padanya, sebelum melampiaskan marahnya Anita tidak akan tenang. Benar saja, ketika Anita sampai diruang tengah ia melihat Alex berjalan menuju kamarnya.Anita yang melihat itu langsung menghentikan langkah Alex, ia berdiri dihadapan Alex dan bersiap mencaci maki tentang apa yang diperbuatnya tempo lalu."Oh, enak sekali ya, setelah melecehkan ku kau pergi!!" Anita menyindir, "Kau memang pria brengsek!" umpat Anita lagi, "Selain kriminal kau juga pria yang tidak bermoral ya?"Selama Anita mengomel, pria itu terlihat tidak menggubris perkataan Anita sama sekali. Ale
Masih dengan tugasnya, selama itu Anita menghabiskan waktu untuk bersih-bersih ruangan tengah itu. Bahkan Gladis tidak membiarkannya untuk istirahat, Gladis membawa segunung pakaian dan menyuruh Anita untuk mencucinya.Anita merengut kesal tapi tetap mengerjakannya. Dari sana Gladis terus mengawasinya sambil duduk santai dan makan-makan bersama temannya. Bahkan wanita itu tega tidak mengizinkannya mandi dulu atau berganti pakaian. Alhasil ia seperti sampah busuk disini.Bajunya memang sudah mengering sedari tadi ia bersih-bersih, tapi tetap saja tubuhnya masih bau menyengat hingga indera penciumannya terdalam. Warna hijau dari fermentasi sayuran busuk itu tercetak jelas di kausnya yang putih. Orang-orang yang lewat pun banyak yang menyerukan ke bauan padanya.Sialan Gladis! Wanita itu berhasil merubah Anita yang tadinya dijuluki ratu yang paling cantik di Indonesia seketika berubah menjadi upik abu yang tak ternilai lagi h