Share

BAB 59

Author: Intan april
last update Last Updated: 2024-12-12 19:25:08

Malam itu, setelah menerima pesan misterius di ponselnya, Aris duduk di meja belajarnya. Pandangannya tertuju pada layar ponsel, membaca pesan itu berulang kali. Ia tahu bahwa semakin jauh ia menggali rahasia keluarganya, semakin banyak risiko yang akan ia hadapi. Namun, rasa ingin tahunya sudah terlalu dalam untuk dihentikan.

Di ruang tamu, Bu Siti mengetuk pintu kamar Aris. “Ris, kamu nggak apa-apa? Dari tadi diam aja.”

Aris membuka pintu dan mencoba tersenyum. “Aku nggak apa-apa, Bu. Hanya ada banyak hal di pikiranku.”

Bu Siti mengangguk, meski jelas terlihat ia masih khawatir. “Kalau ada apa-apa, jangan ragu cerita ke Ibu, ya. Kamu nggak sendiri.”

---

Rencana di Sekolah

Keesokan harinya, di sekolah, Aris menceritakan pesan ancaman itu kepada Sasa dan Raka. Kedua sahabatnya langsung khawatir.

“Jadi ada orang yang nggak mau kamu terusin semua ini? Siapa, Ris?” tanya Sasa.

Aris menggeleng. “Aku juga nggak tahu. Tapi aku curiga, ini ada hubungannya dengan keluarga kita, terutama Alena
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Luka Tak Terlihat   BAB 60

    Pagi itu, Aris terbangun dengan perasaan gelisah. Pesan ancaman yang ia temukan tadi malam masih terbayang jelas di pikirannya. Siapa yang berusaha menghentikannya? Dan apa yang sebenarnya mereka takutkan jika kebenaran terungkap?Aris memutuskan untuk tidak memberitahu siapa pun tentang ancaman itu, bahkan Sasa dan Raka. Ia merasa bahwa semakin banyak orang tahu, semakin besar risiko yang mereka hadapi. Namun, ia juga tahu bahwa menghadapi ini sendirian bisa berbahaya.Di sekolah, suasana terasa lebih tegang dari biasanya. Aris mencoba bersikap normal, tetapi pikirannya terus melayang. Ketika Sasa dan Raka mendekatinya di kelas, ia berusaha menyembunyikan kegelisahannya.“Aris, kamu kelihatan aneh hari ini. Ada apa?” tanya Sasa penuh perhatian.“Nggak apa-apa, kok,” jawab Aris singkat. “Cuma lagi banyak pikiran.”Raka menatapnya tajam. “Kalau ada masalah, jangan disimpan sendiri. Kita di sini buat bantu kamu, tahu?”Aris mengangguk, meski dalam hatinya ia tahu bahwa ada hal-hal yang

    Last Updated : 2024-12-13
  • Luka Tak Terlihat   BAB 61

    Aris terdiam, matanya terpaku pada layar ponsel Sasa. Berita tentang hilangnya Andre menghantamnya seperti pukulan keras. Meskipun Andre bukan teman dekatnya, fakta bahwa Andre mungkin terjebak dalam sesuatu yang berbahaya karena memberinya informasi membuat Aris dilanda rasa bersalah.“Ini nggak mungkin kebetulan,” gumam Aris pelan, hampir seperti bicara pada dirinya sendiri.“Kamu kenal dia?” tanya Raka dengan wajah penuh kebingungan.Aris mengangguk pelan. “Dia yang memberiku amplop itu. Dia bilang Nadira Putri masih hidup.”Sasa menatap Aris dengan wajah cemas. “Aris, kamu yakin mau terus menyelidiki ini? Kalau Andre bisa menghilang seperti itu, kamu juga bisa jadi target.”“Aku nggak punya pilihan lain,” jawab Aris dengan suara tegas. “Semakin banyak hal yang terungkap, semakin aku merasa harus tahu kebenarannya. Kalau aku berhenti sekarang, semua ini akan sia-sia.”---Keputusan yang SulitKeesokan harinya, Aris memutuskan untuk tetap melanjutkan rencananya pergi ke Desa Sukamaj

    Last Updated : 2024-12-14
  • Luka Tak Terlihat   BAB 62

    Aris berdiri tegak di ruang tamu rumah Bu Siti, matanya menatap pria yang baru saja datang. Rasa takut mulai bercampur dengan rasa penasaran yang semakin dalam. Sasa dan Raka berdiri di belakang Aris, wajah mereka juga menunjukkan ketegangan yang sama. Siapa sebenarnya pria ini? Apa yang ia inginkan? Pria itu mengamati mereka dengan sorot mata tajam, kemudian dia melangkah masuk tanpa menunggu persetujuan, seolah sudah tahu apa yang dia inginkan. "Nama saya Rio," katanya dengan suara berat. "Dan saya datang untuk memberitahu kamu, Aris, bahwa ada sesuatu yang lebih besar dari yang kamu pikirkan." Sasa maju sedikit, mencoba menahan ketegangan yang semakin memuncak. "Apa maksudmu? Kamu siapa sebenarnya?" Rio tidak langsung menjawab. Dia duduk di kursi yang ada di ruang tamu dan mulai membuka tas hitamnya. Dari dalam tas itu, ia mengeluarkan sebuah map besar yang berisi berbagai dokumen dan foto-foto yang tampaknya sudah sangat tua. Dia meletakkan map itu di meja di depan Aris. "I

    Last Updated : 2024-12-14
  • Luka Tak Terlihat   BAB 63

    Aris duduk di kamarnya di rumah Bu Siti, pikirannya penuh dengan berbagai kemungkinan yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya. Kata-kata ibunya terus terngiang-ngiang, seperti gema yang tidak pernah bisa berhenti. "Semua ini adalah bagian dari rencana yang lebih besar." Apa maksudnya? Mengapa dirinya harus terlibat dalam sesuatu yang bahkan tidak pernah ia ketahui? Pagi itu, Sasa dan Raka datang seperti biasa. Mereka tahu Aris sedang menghadapi sesuatu yang berat, dan kehadiran mereka adalah satu-satunya hal yang membuat Aris merasa tidak sendirian. “Bagaimana pertemuanmu dengan ibumu, Ris?” tanya Sasa sambil meletakkan tasnya di meja kecil. Aris menghela napas berat. “Aku dapat beberapa jawaban, tapi semuanya justru membuatku semakin bingung. Sepertinya keluargaku punya rahasia yang lebih besar dari apa yang pernah aku duga.” Raka menatap Aris dengan serius. “Kamu yakin ini tidak ada hubungannya dengan masalah Alena? Maksudku, sikap dia yang selalu ingin menjatuhkanmu... mun

    Last Updated : 2024-12-15
  • Luka Tak Terlihat   BAB 64

    Malam semakin larut, tetapi Aris masih terjaga di kamarnya yang sunyi. Kata-kata Rio tadi sore terus terngiang-ngiang di benaknya. "Kebenaran ini mungkin akan mengubah segalanya." Apa maksudnya? Apa yang disembunyikan oleh keluarganya selama ini? Aris membuka laptop dan mencoba menulis untuk mengalihkan pikirannya. Namun, kata-kata yang biasa mengalir dengan mudah kini terasa membeku. Ia akhirnya menyerah, menutup laptopnya, dan merenung dalam gelap. Keesokan Pagi Hari itu, suasana di rumah tidak jauh berbeda. Ibu mereka, seperti biasa, sibuk memberi tugas rumah kepada Aris sementara Alena bebas melakukan apa pun yang ia mau. "Aris, cuci pakaian ini sebelum kamu berangkat sekolah," perintah ibunya tanpa sedikit pun menoleh. Aris tidak menjawab. Ia mengangguk lemah dan segera melakukan apa yang diminta. Di dalam hatinya, ia bertanya-tanya kapan semua ini akan berakhir. Setelah selesai, ia bergegas pergi ke sekolah. Di gerbang, Sasa dan Raka sudah menunggunya seperti biasa. "Kamu

    Last Updated : 2024-12-15
  • Luka Tak Terlihat   BAB 65

    Aris menggenggam surat itu dengan tangan gemetar. Pandangannya terus tertuju pada tulisan “Untuk Ayah Rio” yang tertera di sudut atas kertas. Pikirannya penuh dengan pertanyaan. “Apa hubungan ibuku dengan Rio? Dan siapa sebenarnya ayah Rio?”Malam itu, rasa kantuk Aris lenyap. Ia mencoba menghubungkan titik-titik yang selama ini terpisah. Kenapa Rio, seorang remaja yang bukan dari keluarga berada, begitu peduli padanya? Apa mungkin ada hubungan darah antara mereka?Namun, sebelum sempat berpikir lebih jauh, ia mendengar suara langkah kaki mendekat. Cepat-cepat Aris menyembunyikan surat itu ke dalam map dan berpura-pura membaca buku ketika pintu kamarnya terbuka.Ibunya berdiri di sana, wajahnya tegang seperti biasa. "Besok pagi ada tamu penting yang datang ke rumah. Pastikan rumah ini bersih, Aris," katanya tanpa basa-basi.Aris hanya mengangguk. Ia tidak ingin memperpanjang konflik.---Pagi Hari: Sebuah Kunjungan Tak TerdugaKeesokan paginya, rumah keluarga Aris tampak lebih rapi da

    Last Updated : 2024-12-16
  • Luka Tak Terlihat   BAB 66

    Malam itu, Aris tidak bisa tidur. Dokumen yang diberikan Rio seperti bom waktu yang baru saja meledak di depan matanya. Ia membaca ulang nama yang tercantum di sana: Aditya Wijaya. Nama yang sama dengan pria paruh baya yang pernah ia lihat berbicara serius dengan ibunya beberapa waktu lalu."Kenapa nama dia ada di sini? Apa hubungannya dengan keluargaku?" gumam Aris sambil mengamati dokumen tersebut dengan saksama.Bu Siti yang menyadari gelisahnya Aris datang ke kamar dengan secangkir teh hangat. "Aris, apa yang kamu temukan?" tanyanya lembut.Aris menghela napas berat dan menunjukkan dokumen itu kepada Bu Siti. Wanita itu membaca perlahan, lalu matanya membesar. "Ini… surat kepemilikan aset. Apa ibumu pernah bercerita tentang ini?"Aris menggeleng. "Tidak pernah. Tapi dokumen ini menyebutkan bahwa aku adalah ahli warisnya. Aku tidak mengerti, Bu. Kalau ini benar, kenapa keluargaku memperlakukanku seperti sampah? Kenapa mereka tidak pernah mengatakan apa pun?"Bu Siti tidak langsung

    Last Updated : 2024-12-17
  • Luka Tak Terlihat   BAB 67

    Pagi itu, Aris terbangun dengan perasaan gelisah. Pesan misterius yang ia terima semalam terus menghantui pikirannya. Kata-kata dalam pesan itu seolah menantangnya untuk membuka pintu ke masa lalu yang mungkin lebih gelap daripada yang ia bayangkan. Raka dan Sasa memperhatikan kegelisahan Aris saat sarapan di rumah Bu Siti. "Kau terlihat tidak tenang. Ada apa, Aris?" tanya Sasa dengan nada cemas. Aris menggeleng pelan. "Hanya mimpi buruk, mungkin." Namun, jelas dari sorot matanya bahwa itu bukan sekadar mimpi buruk. --- Petunjuk yang Misterius Sepulang sekolah, Aris kembali memikirkan pesan itu. Dengan hati-hati, ia memutuskan untuk membalasnya: "Siapa kamu, dan apa yang kamu tahu tentang aku?" Balasan datang dengan cepat: "Aku orang yang tahu kebenaran. Temui aku di gudang tua di ujung kota. Datang sendirian." Raka, yang kebetulan duduk di sebelah Aris saat itu, melihat pesan di layar ponsel. "Apa itu, Ris? Kau terlibat sesuatu yang berbahaya?" Aris ragu untuk

    Last Updated : 2024-12-18

Latest chapter

  • Luka Tak Terlihat   BAB 97

    Pagi berikutnya, markas Victor kembali bergeliat. Setelah menerima informasi penting dari Clara, setiap anggota tim terlihat sibuk dengan tugas mereka. Ada yang mempersiapkan peralatan, ada pula yang memperkuat sistem keamanan seperti yang dirancang oleh Aris.Victor berdiri di ruang rapat bersama Andre, Aris, dan Clara, menatap peta besar yang memenuhi layar. Peta itu menampilkan lokasi-lokasi strategis yang dikendalikan oleh Raven Syndicate.“Prioritas kita sekarang adalah mengamati pergerakan mereka,” kata Victor sambil menunjuk salah satu titik merah di peta. “Basis utama mereka ada di sini, tapi mereka punya tiga lokasi cadangan yang digunakan untuk menyimpan persenjataan dan dokumen penting.”Andre mengangguk. “Kalau kita bisa menyerang lokasi cadangan itu, mereka akan kehilangan banyak sumber daya.”“Tapi itu berisiko,” Clara menimpali. “Raven Syndicate bukan organisasi kecil. Mereka punya penjaga bersenjata di setiap lokasi.”Aris yang berdiri di belakang Clara angkat bicara,

  • Luka Tak Terlihat   BAB 96

    Pagi itu, markas Victor tampak sibuk seperti biasa. Meskipun bekas-bekas pertempuran masih terlihat di beberapa sudut bangunan, para anggota tim tidak membiarkan semangat mereka surut. Mereka saling membantu memperbaiki kerusakan, mengatur ulang peralatan, dan memastikan markas kembali berfungsi optimal.Aris bergabung dengan kelompok yang sedang memperbaiki area penyimpanan. Ia memegang alat berat di tangannya, membantu mengangkat puing-puing yang menumpuk. Keringat mengalir di wajahnya, tetapi senyum tak pernah lepas dari bibirnya."Aris, kau pasti bisa jadi tukang bangunan setelah ini," canda Andre yang lewat sambil membawa papan kayu.Aris tertawa kecil. "Kalau begini terus, aku mungkin bisa buka jasa renovasi rumah setelah semua ini selesai."Tawa kecil di antara mereka membuat suasana kerja terasa lebih ringan, meskipun tugas yang mereka hadapi cukup berat.---Rapat Strategi BaruSetelah beberapa jam bekerja, Victor memanggil seluruh tim inti untuk berkumpul di ruang rapat utam

  • Luka Tak Terlihat   BAB 95

    Setelah mendapatkan informasi lengkap dari Jovan, Victor memutuskan untuk bertindak cepat. Dengan peta markas utama Raven Syndicate yang Jovan berikan, mereka mulai menyusun strategi untuk menyerang balik."Kita tidak bisa membiarkan mereka menyerang kita lagi," ujar Victor tegas. "Ini saatnya kita mengambil alih kendali."Aris mengangguk setuju. "Tapi kita harus berhati-hati. Raven Syndicate tidak akan membiarkan kita masuk tanpa perlawanan."Victor membagi tim menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama akan menangani keamanan dan menyerang langsung, kelompok kedua bertugas menciptakan pengalihan, sementara kelompok terakhir, yang dipimpin Aris, akan fokus menyusup ke dalam markas untuk menghancurkan sistem komunikasi mereka."Kita harus membuat mereka lumpuh sebelum mereka sadar apa yang terjadi," tambah Andre, yang berada di kelompok pertama.Aris mengepalkan tangannya. "Aku siap memimpin timku."---Persiapan Sebelum PerangMalam itu, suasana di markas Victor sangat tegang. Semua ang

  • Luka Tak Terlihat   BAB 94

    Tim Victor kembali ke markas utama menjelang fajar. Udara pagi terasa dingin, namun tidak ada yang lebih menyejukkan daripada rasa lega setelah pertempuran panjang. Meskipun begitu, suasana di antara mereka tetap tegang. Mereka tahu bahwa kemenangan ini hanya sementara.Aris melangkah keluar dari kendaraan, wajahnya menunjukkan kelelahan yang mendalam. Lina mendekatinya, membawa segelas kopi hangat yang ia buat di ruang sementara."Kau butuh ini," katanya lembut sambil menyerahkan kopi tersebut."Terima kasih," jawab Aris, meminum seteguk kopi. "Bagaimana keadaan tim lainnya?"Lina menghela napas panjang. "Beberapa masih dalam perawatan. Tapi kita kehilangan tiga orang."Aris terdiam. Setiap kehilangan adalah beban berat, terutama saat dia melihat mereka sebagai bagian dari keluarganya.---Victor Merancang Strategi BaruSementara itu, Victor langsung memimpin rapat darurat di ruang utama. Darius, pemimpin Raven Syndicate, telah ditahan di ruang bawah tanah untuk diinterogasi."Ini be

  • Luka Tak Terlihat   BAB 93

    Malam itu, markas dipenuhi dengan ketegangan yang terasa di udara. Setiap orang bergerak cepat, mempersiapkan diri untuk serangan yang hampir pasti datang. Aris berdiri di salah satu pos penjagaan, matanya tajam mengamati kegelapan di depan gerbang utama."Lina, pastikan timmu sudah siap di posisi masing-masing," ujar Aris melalui radio."Semua sudah siap," jawab Lina singkat namun tegas.Sementara itu, Victor berada di ruang komando, memantau layar monitor yang menampilkan rekaman dari kamera pengawas. Dia tahu ini adalah momen yang menentukan. Jika mereka kalah malam ini, seluruh jaringan mereka bisa runtuh."Kita tidak bisa membiarkan mereka mengambil alih," kata Victor dengan nada penuh keyakinan.---Serangan DimulaiTepat tengah malam, suara mesin kendaraan terdengar mendekat. Lampu sorot dari truk dan mobil SUV menerangi area depan markas, mengungkapkan belasan orang bersenjata lengkap yang keluar dari kendaraan tersebut."Semua di posisi masing-masing!" teriak Aris melalui rad

  • Luka Tak Terlihat   BAB 92

    Pagi hari setelah insiden di gudang, Victor memimpin pertemuan besar di markas. Seluruh tim inti hadir, termasuk Aris, Lina, Andre, dan beberapa orang kepercayaan Victor. Mereka tahu bahwa waktu semakin menipis untuk menghadapi ancaman dari Raven Syndicate."Aris sudah membawa dokumen penting tadi malam," Victor membuka pertemuan. "Dan informasi ini memastikan bahwa mereka tidak hanya mengincar kita. Mereka berencana menguasai semua wilayah yang selama ini menjadi bagian dari jaringan kita."Andre mengamati peta yang terbentang di meja. "Mereka tahu semua lokasi strategis kita. Kalau informasi ini benar, maka ada pengkhianat di dalam tim kita."Kata-kata Andre membuat suasana menjadi tegang. Semua orang saling memandang, mencoba mencari tanda-tanda siapa yang mungkin berkhianat.Victor mengangguk setuju. "Aku sudah memikirkan hal itu. Karena itu, kita harus bergerak cepat. Sebelum kita menemukan siapa yang membocorkan informasi, kita perlu melindungi tempat-tempat yang rentan terhadap

  • Luka Tak Terlihat   BAB 91

    Kembali ke MarkasAris dan tim tiba di markas utama yang kini dalam keadaan kacau. Pintu-pintu terbuka, barang-barang berserakan, dan beberapa anggota tim terlihat terluka. Kekacauan ini tidak hanya fisik, tetapi juga mental.Victor segera memimpin rapat darurat. "Ada yang membocorkan informasi penting tentang markas kita. Ini bukan kebetulan."Sang Rubah mengangguk. "Kita perlu mencari tahu siapa yang bertanggung jawab atas ini."Aris memperhatikan suasana tegang di ruangan. Ia tahu bahwa pengkhianatan ini dapat merusak kepercayaan di antara mereka.---Penyelidikan DimulaiVictor membentuk tim kecil untuk menyelidiki kemungkinan adanya mata-mata di dalam kelompok mereka. Aris, Andre, dan Lina dipercaya untuk memimpin investigasi."Kita mulai dari siapa saja yang memiliki akses ke data penting," kata Victor. "Cari tahu siapa yang terakhir kali menggunakan sistem komunikasi kita."Andre menambahkan, "Kita juga perlu memeriksa semua orang yang berada di dekat lokasi kejadian saat seran

  • Luka Tak Terlihat   BAB 90

    Mentor Victor, pria tua yang dikenal dengan nama sandi Sang Rubah, mulai mempelajari situasi yang dihadapi oleh tim Victor. Ia meminta semua informasi terbaru mengenai Raven Syndicate, termasuk pola serangan mereka, struktur organisasi, dan segala data yang berhasil dikumpulkan."Raven Syndicate bukan hanya organisasi kriminal," kata Sang Rubah dengan nada serius. "Mereka adalah ahli dalam permainan psikologi. Mereka memanipulasi musuh untuk bertindak tergesa-gesa, kemudian menghancurkannya perlahan-lahan."Victor mengangguk. "Kami menyadari itu. Tapi kali ini, kami tidak akan membiarkan mereka memimpin permainan."Sang Rubah tersenyum kecil. "Bagus. Kalau begitu, kita harus memulai dengan serangan balik yang tidak mereka duga."---Misi RahasiaSang Rubah menyusun strategi yang melibatkan infiltrasi ke salah satu lokasi operasi kecil Raven Syndicate. Aris dan Andre ditugaskan untuk memimpin misi ini, dengan dukungan beberapa anggota terpercaya."Kalian harus bergerak tanpa terdeteksi

  • Luka Tak Terlihat   BAB 89

    Sementara itu, Victor menerima informasi penting dari salah satu informannya. Kelompok yang menyerang mereka dikenal sebagai Raven Syndicate, sebuah organisasi kriminal besar yang sudah lama mengincar wilayah Victor."Mereka tidak hanya ingin menghancurkan kita," kata Victor kepada Andre. "Mereka ingin mengambil alih seluruh jaringan kita."Andre menghela napas panjang. "Kalau begitu, kita harus bersiap menghadapi perang yang lebih besar."Victor mengangguk. "Tapi pertama-tama, kita harus memastikan Aris dan yang lain selamat."---Pengepungan di Tengah MalamMalam itu, situasi semakin tegang. Aris, Andre, dan beberapa anggota lainnya tetap berjaga di markas yang tersisa. Mereka tahu bahwa serangan berikutnya bisa datang kapan saja.Saat tengah malam, suara kendaraan mendekat membuat semua orang siaga. Aris memegang senjatanya erat-erat, bersiap menghadapi apa pun yang datang.Victor memberikan instruksi melalui radio, "Tetap di posisimu. Jangan bertindak gegabah."Namun, apa yang mer

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status