Share

BAB 52

Penulis: Intan april
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-08 19:51:49

Malam itu, Sasa dan Raka langsung merespons pesan Aris. Mereka sepakat untuk bertemu di rumah Sasa untuk membahas langkah berikutnya. Raka datang dengan membawa laptop, sementara Sasa sudah menyiapkan semua catatan tentang Andre dan Alena yang pernah mereka kumpulkan.

“Ris, aku yakin Andre nggak bekerja sendirian,” kata Sasa, menyerahkan buku catatannya kepada Aris. “Aku nemu beberapa kejadian di sekolah yang mencurigakan. Misalnya, waktu Alena ketahuan ngomongin kamu di belakang, dia selalu menyebut nama Andre.”

Raka mengetik sesuatu di laptopnya. “Aku coba akses arsip sekolah lagi. Kita harus cari tahu kenapa Andre begitu tertarik dengan keluarga kamu.”

“Dan soal plagiarisme itu,” tambah Sasa. “Kamu yakin nggak ada satu pun tulisanmu yang pernah diambil orang lain?”

Aris menggeleng. “Aku selalu hati-hati dengan semua tulisan yang aku kirimkan. Tapi kalau ini benar jebakan Andre, dia pasti punya bukti palsu yang bisa meyakinkan orang.”

---

Penyelidikan mereka berlangsung sampa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Luka Tak Terlihat   BAB 53

    Minggu pagi itu, Aris terbangun dengan perasaan tidak enak. Ia memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar rumah Bu Siti dan Pak Rudi untuk menyegarkan pikirannya. Matahari bersinar lembut, tetapi di hatinya masih ada bayangan ancaman yang terus menghantui. Saat ia kembali ke rumah, Bu Siti menyambutnya dengan tatapan khawatir. “Aris, tadi ada seseorang yang mengantarkan surat untukmu,” kata Bu Siti sambil menyerahkan amplop cokelat yang tampak mencurigakan. Aris membuka amplop itu dengan hati-hati. Di dalamnya terdapat sebuah undangan resmi untuk menghadiri seminar kepenulisan di sebuah hotel terkenal di kota. Namun, yang membuatnya bingung adalah nama pengirimnya tidak dicantumkan. “Seminar ini... Aku bahkan nggak pernah dengar sebelumnya,” kata Aris sambil menunjukkan undangan itu kepada Bu Siti dan Pak Rudi. Pak Rudi membaca undangan itu dengan cermat. “Sepertinya ini peluang bagus untukmu. Tapi, kenapa terasa mendadak?” “Entahlah, Pak. Aku merasa ada sesuatu yang aneh,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Luka Tak Terlihat   BAB 54

    Pagi itu, Aris terbangun dengan perasaan tidak menentu. Malam sebelumnya, pikirannya dipenuhi oleh kata-kata Dini. Rahasia tentang keluarganya menjadi teka-teki baru yang membuatnya semakin gelisah.Bu Siti menyadari perubahan pada Aris. “Kamu baik-baik saja, Nak?” tanyanya lembut sambil meletakkan secangkir teh hangat di meja.Aris menggeleng pelan. “Aku masih bingung, Bu. Wanita itu... Dini, dia bilang aku punya rahasia besar di keluargaku. Tapi aku nggak tahu apa maksudnya.”Pak Rudi yang duduk di dekat mereka ikut angkat bicara. “Mungkin ini saatnya kamu mencoba mencari tahu, Aris. Kalau memang ada sesuatu yang penting, kamu berhak mengetahuinya.”Aris hanya mengangguk. Tapi dalam hatinya, ia tahu itu tidak akan mudah. Ibunya sudah mengusirnya, dan ayahnya tidak pernah peduli. Satu-satunya orang yang mungkin tahu sesuatu adalah Alena, meskipun membayangkan berbicara dengan adiknya itu terasa mustahil.---Saat tiba di sekolah, suasana terasa lebih tegang dari biasanya. Sasa dan Ra

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Luka Tak Terlihat   BAB 55

    Aris tidak bisa tidur sepanjang malam. Foto pria misterius itu terus menghantui pikirannya. Siapa dia? Dan kenapa tulisan di belakang foto menyebutkan "anakku tercinta"?Keesokan paginya, Aris membawa foto itu ke Bu Siti. Ia yakin Bu Siti mungkin tahu sesuatu.“Bu, saya mau tanya,” katanya sambil meletakkan foto di meja. “Ibu pernah lihat pria ini sebelumnya?”Bu Siti menatap foto itu lama. Matanya mengerjap seolah sedang mengingat sesuatu. “Nak, ini... ini seperti wajah yang pernah Ibu lihat di surat kabar lama. Tapi Ibu nggak yakin siapa dia.”Aris mendesah. “Mungkin saya harus mencarinya sendiri.”“Tapi hati-hati, Nak,” kata Bu Siti penuh kekhawatiran. “Kalau orang ini punya kaitan dengan keluargamu, bisa jadi ini membuka luka lama.”---Konfrontasi dengan AlenaDi sekolah, suasana semakin memanas. Gosip yang disebarkan Alena mulai merugikan Aris. Teman-teman sekelasnya mulai berbisik-bisik setiap kali ia lewat.Saat jam istirahat, Aris akhirnya tidak tahan lagi dan mendekati Alena

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Luka Tak Terlihat   BAB 56

    Pagi itu, Bu Siti menatap Aris dengan raut khawatir. Semalam, Aris pulang dengan wajah kusut dan membawa koper yang tampaknya berisi rahasia besar. Meski penasaran, Bu Siti tidak bertanya apa-apa, membiarkan Aris berbicara jika ia siap.Namun, pagi ini Aris tetap diam. Ia hanya berkata singkat bahwa ia perlu ke sekolah.---Konfrontasi di SekolahDi sekolah, situasi tidak jauh lebih baik. Alena sudah lebih dulu menyebarkan rumor bahwa Aris adalah anak yang tidak tahu diri. Banyak teman-teman mereka yang mulai menjauh dari Aris, termasuk beberapa guru yang mempercayai Alena karena latar belakang keluarganya yang terlihat "sempurna."Namun, Sasa dan Raka tetap ada di sisinya.“Aris, kamu nggak sendiri,” ucap Sasa sambil menepuk pundaknya di sela-sela jam istirahat. “Apa pun yang mereka bilang, kita tahu siapa kamu sebenarnya.”Aris tersenyum tipis, meski pikirannya masih berat.“Ada sesuatu yang harus kalian tahu,” ucap Aris tiba-tiba, memutuskan untuk berbagi rahasia yang selama ini me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Luka Tak Terlihat   BAB 57

    Hari-hari Aris di rumah Bu Siti dan Pak Rudi terasa lebih damai, meskipun hatinya masih dipenuhi luka yang sulit sembuh. Sasa dan Raka terus memberinya semangat, tetapi kenangan masa kecil yang penuh tekanan selalu menghantuinya.Aris duduk di beranda rumah sambil memandangi buku catatannya. Tangannya memegang pena, tetapi pikirannya melayang ke masa lalu—ke momen-momen ketika dia selalu merasa menjadi beban bagi orang tuanya.FlashbackSaat Aris kecil, ia sering membantu pekerjaan rumah tanpa diminta. Namun, bukannya pujian yang diterima, ibunya selalu menyalahkan hasil pekerjaannya."Kenapa kamu lambat sekali, Aris? Lihat Alena, dia lebih pintar meski lebih muda!"Kalimat itu terus terngiang di kepalanya.Aris tahu Alena adalah kesayangan ibunya. Setiap ulang tahun Alena dirayakan besar-besaran, sementara ulang tahun Aris sering terlupakan. Di satu kesempatan, Aris pernah mendengar ibunya berbicara pada ayahnya di dapur."Kenapa sih kita harus punya anak pertama sepertinya? Kalau cu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Luka Tak Terlihat   BAB 58

    Aris terjaga sepanjang malam, tatapan matanya tidak lepas dari dokumen dan pesan yang baru saja ia terima. Di kepalanya, banyak pertanyaan bergemuruh, tetapi satu hal yang jelas: ia harus mencari tahu siapa yang berusaha mengungkapkan kebenaran ini kepadanya. --- Di Sekolah Pagi itu, meski pikirannya masih kacau, Aris tetap pergi ke sekolah. Ia berusaha bersikap normal, tetapi Sasa dan Raka langsung menangkap perubahan pada dirinya. “Ris, apa yang terjadi setelah kamu ke taman kemarin?” tanya Sasa saat istirahat. Aris menatap mereka sejenak, kemudian mengangguk. “Aku akan cerita, tapi nanti setelah sekolah selesai. Aku nggak bisa bahas ini di sini.” Raka menepuk bahu Aris. “Tenang, kita selalu ada buat kamu.” Namun, dari kejauhan, Alena memperhatikan mereka. Alena yang sebelumnya merasa puas dengan posisinya sebagai anak yang lebih disukai, kini mulai merasa was-was setelah mendengar percakapan rahasia antara ayah dan ibunya. “Apa sebenarnya yang disembunyikan mereka te

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Luka Tak Terlihat   BAB 59

    Malam itu, setelah menerima pesan misterius di ponselnya, Aris duduk di meja belajarnya. Pandangannya tertuju pada layar ponsel, membaca pesan itu berulang kali. Ia tahu bahwa semakin jauh ia menggali rahasia keluarganya, semakin banyak risiko yang akan ia hadapi. Namun, rasa ingin tahunya sudah terlalu dalam untuk dihentikan.Di ruang tamu, Bu Siti mengetuk pintu kamar Aris. “Ris, kamu nggak apa-apa? Dari tadi diam aja.”Aris membuka pintu dan mencoba tersenyum. “Aku nggak apa-apa, Bu. Hanya ada banyak hal di pikiranku.”Bu Siti mengangguk, meski jelas terlihat ia masih khawatir. “Kalau ada apa-apa, jangan ragu cerita ke Ibu, ya. Kamu nggak sendiri.”---Rencana di SekolahKeesokan harinya, di sekolah, Aris menceritakan pesan ancaman itu kepada Sasa dan Raka. Kedua sahabatnya langsung khawatir.“Jadi ada orang yang nggak mau kamu terusin semua ini? Siapa, Ris?” tanya Sasa.Aris menggeleng. “Aku juga nggak tahu. Tapi aku curiga, ini ada hubungannya dengan keluarga kita, terutama Alena

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Luka Tak Terlihat   BAB 60

    Pagi itu, Aris terbangun dengan perasaan gelisah. Pesan ancaman yang ia temukan tadi malam masih terbayang jelas di pikirannya. Siapa yang berusaha menghentikannya? Dan apa yang sebenarnya mereka takutkan jika kebenaran terungkap?Aris memutuskan untuk tidak memberitahu siapa pun tentang ancaman itu, bahkan Sasa dan Raka. Ia merasa bahwa semakin banyak orang tahu, semakin besar risiko yang mereka hadapi. Namun, ia juga tahu bahwa menghadapi ini sendirian bisa berbahaya.Di sekolah, suasana terasa lebih tegang dari biasanya. Aris mencoba bersikap normal, tetapi pikirannya terus melayang. Ketika Sasa dan Raka mendekatinya di kelas, ia berusaha menyembunyikan kegelisahannya.“Aris, kamu kelihatan aneh hari ini. Ada apa?” tanya Sasa penuh perhatian.“Nggak apa-apa, kok,” jawab Aris singkat. “Cuma lagi banyak pikiran.”Raka menatapnya tajam. “Kalau ada masalah, jangan disimpan sendiri. Kita di sini buat bantu kamu, tahu?”Aris mengangguk, meski dalam hatinya ia tahu bahwa ada hal-hal yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13

Bab terbaru

  • Luka Tak Terlihat   BAB 97

    Pagi berikutnya, markas Victor kembali bergeliat. Setelah menerima informasi penting dari Clara, setiap anggota tim terlihat sibuk dengan tugas mereka. Ada yang mempersiapkan peralatan, ada pula yang memperkuat sistem keamanan seperti yang dirancang oleh Aris.Victor berdiri di ruang rapat bersama Andre, Aris, dan Clara, menatap peta besar yang memenuhi layar. Peta itu menampilkan lokasi-lokasi strategis yang dikendalikan oleh Raven Syndicate.“Prioritas kita sekarang adalah mengamati pergerakan mereka,” kata Victor sambil menunjuk salah satu titik merah di peta. “Basis utama mereka ada di sini, tapi mereka punya tiga lokasi cadangan yang digunakan untuk menyimpan persenjataan dan dokumen penting.”Andre mengangguk. “Kalau kita bisa menyerang lokasi cadangan itu, mereka akan kehilangan banyak sumber daya.”“Tapi itu berisiko,” Clara menimpali. “Raven Syndicate bukan organisasi kecil. Mereka punya penjaga bersenjata di setiap lokasi.”Aris yang berdiri di belakang Clara angkat bicara,

  • Luka Tak Terlihat   BAB 96

    Pagi itu, markas Victor tampak sibuk seperti biasa. Meskipun bekas-bekas pertempuran masih terlihat di beberapa sudut bangunan, para anggota tim tidak membiarkan semangat mereka surut. Mereka saling membantu memperbaiki kerusakan, mengatur ulang peralatan, dan memastikan markas kembali berfungsi optimal.Aris bergabung dengan kelompok yang sedang memperbaiki area penyimpanan. Ia memegang alat berat di tangannya, membantu mengangkat puing-puing yang menumpuk. Keringat mengalir di wajahnya, tetapi senyum tak pernah lepas dari bibirnya."Aris, kau pasti bisa jadi tukang bangunan setelah ini," canda Andre yang lewat sambil membawa papan kayu.Aris tertawa kecil. "Kalau begini terus, aku mungkin bisa buka jasa renovasi rumah setelah semua ini selesai."Tawa kecil di antara mereka membuat suasana kerja terasa lebih ringan, meskipun tugas yang mereka hadapi cukup berat.---Rapat Strategi BaruSetelah beberapa jam bekerja, Victor memanggil seluruh tim inti untuk berkumpul di ruang rapat utam

  • Luka Tak Terlihat   BAB 95

    Setelah mendapatkan informasi lengkap dari Jovan, Victor memutuskan untuk bertindak cepat. Dengan peta markas utama Raven Syndicate yang Jovan berikan, mereka mulai menyusun strategi untuk menyerang balik."Kita tidak bisa membiarkan mereka menyerang kita lagi," ujar Victor tegas. "Ini saatnya kita mengambil alih kendali."Aris mengangguk setuju. "Tapi kita harus berhati-hati. Raven Syndicate tidak akan membiarkan kita masuk tanpa perlawanan."Victor membagi tim menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama akan menangani keamanan dan menyerang langsung, kelompok kedua bertugas menciptakan pengalihan, sementara kelompok terakhir, yang dipimpin Aris, akan fokus menyusup ke dalam markas untuk menghancurkan sistem komunikasi mereka."Kita harus membuat mereka lumpuh sebelum mereka sadar apa yang terjadi," tambah Andre, yang berada di kelompok pertama.Aris mengepalkan tangannya. "Aku siap memimpin timku."---Persiapan Sebelum PerangMalam itu, suasana di markas Victor sangat tegang. Semua ang

  • Luka Tak Terlihat   BAB 94

    Tim Victor kembali ke markas utama menjelang fajar. Udara pagi terasa dingin, namun tidak ada yang lebih menyejukkan daripada rasa lega setelah pertempuran panjang. Meskipun begitu, suasana di antara mereka tetap tegang. Mereka tahu bahwa kemenangan ini hanya sementara.Aris melangkah keluar dari kendaraan, wajahnya menunjukkan kelelahan yang mendalam. Lina mendekatinya, membawa segelas kopi hangat yang ia buat di ruang sementara."Kau butuh ini," katanya lembut sambil menyerahkan kopi tersebut."Terima kasih," jawab Aris, meminum seteguk kopi. "Bagaimana keadaan tim lainnya?"Lina menghela napas panjang. "Beberapa masih dalam perawatan. Tapi kita kehilangan tiga orang."Aris terdiam. Setiap kehilangan adalah beban berat, terutama saat dia melihat mereka sebagai bagian dari keluarganya.---Victor Merancang Strategi BaruSementara itu, Victor langsung memimpin rapat darurat di ruang utama. Darius, pemimpin Raven Syndicate, telah ditahan di ruang bawah tanah untuk diinterogasi."Ini be

  • Luka Tak Terlihat   BAB 93

    Malam itu, markas dipenuhi dengan ketegangan yang terasa di udara. Setiap orang bergerak cepat, mempersiapkan diri untuk serangan yang hampir pasti datang. Aris berdiri di salah satu pos penjagaan, matanya tajam mengamati kegelapan di depan gerbang utama."Lina, pastikan timmu sudah siap di posisi masing-masing," ujar Aris melalui radio."Semua sudah siap," jawab Lina singkat namun tegas.Sementara itu, Victor berada di ruang komando, memantau layar monitor yang menampilkan rekaman dari kamera pengawas. Dia tahu ini adalah momen yang menentukan. Jika mereka kalah malam ini, seluruh jaringan mereka bisa runtuh."Kita tidak bisa membiarkan mereka mengambil alih," kata Victor dengan nada penuh keyakinan.---Serangan DimulaiTepat tengah malam, suara mesin kendaraan terdengar mendekat. Lampu sorot dari truk dan mobil SUV menerangi area depan markas, mengungkapkan belasan orang bersenjata lengkap yang keluar dari kendaraan tersebut."Semua di posisi masing-masing!" teriak Aris melalui rad

  • Luka Tak Terlihat   BAB 92

    Pagi hari setelah insiden di gudang, Victor memimpin pertemuan besar di markas. Seluruh tim inti hadir, termasuk Aris, Lina, Andre, dan beberapa orang kepercayaan Victor. Mereka tahu bahwa waktu semakin menipis untuk menghadapi ancaman dari Raven Syndicate."Aris sudah membawa dokumen penting tadi malam," Victor membuka pertemuan. "Dan informasi ini memastikan bahwa mereka tidak hanya mengincar kita. Mereka berencana menguasai semua wilayah yang selama ini menjadi bagian dari jaringan kita."Andre mengamati peta yang terbentang di meja. "Mereka tahu semua lokasi strategis kita. Kalau informasi ini benar, maka ada pengkhianat di dalam tim kita."Kata-kata Andre membuat suasana menjadi tegang. Semua orang saling memandang, mencoba mencari tanda-tanda siapa yang mungkin berkhianat.Victor mengangguk setuju. "Aku sudah memikirkan hal itu. Karena itu, kita harus bergerak cepat. Sebelum kita menemukan siapa yang membocorkan informasi, kita perlu melindungi tempat-tempat yang rentan terhadap

  • Luka Tak Terlihat   BAB 91

    Kembali ke MarkasAris dan tim tiba di markas utama yang kini dalam keadaan kacau. Pintu-pintu terbuka, barang-barang berserakan, dan beberapa anggota tim terlihat terluka. Kekacauan ini tidak hanya fisik, tetapi juga mental.Victor segera memimpin rapat darurat. "Ada yang membocorkan informasi penting tentang markas kita. Ini bukan kebetulan."Sang Rubah mengangguk. "Kita perlu mencari tahu siapa yang bertanggung jawab atas ini."Aris memperhatikan suasana tegang di ruangan. Ia tahu bahwa pengkhianatan ini dapat merusak kepercayaan di antara mereka.---Penyelidikan DimulaiVictor membentuk tim kecil untuk menyelidiki kemungkinan adanya mata-mata di dalam kelompok mereka. Aris, Andre, dan Lina dipercaya untuk memimpin investigasi."Kita mulai dari siapa saja yang memiliki akses ke data penting," kata Victor. "Cari tahu siapa yang terakhir kali menggunakan sistem komunikasi kita."Andre menambahkan, "Kita juga perlu memeriksa semua orang yang berada di dekat lokasi kejadian saat seran

  • Luka Tak Terlihat   BAB 90

    Mentor Victor, pria tua yang dikenal dengan nama sandi Sang Rubah, mulai mempelajari situasi yang dihadapi oleh tim Victor. Ia meminta semua informasi terbaru mengenai Raven Syndicate, termasuk pola serangan mereka, struktur organisasi, dan segala data yang berhasil dikumpulkan."Raven Syndicate bukan hanya organisasi kriminal," kata Sang Rubah dengan nada serius. "Mereka adalah ahli dalam permainan psikologi. Mereka memanipulasi musuh untuk bertindak tergesa-gesa, kemudian menghancurkannya perlahan-lahan."Victor mengangguk. "Kami menyadari itu. Tapi kali ini, kami tidak akan membiarkan mereka memimpin permainan."Sang Rubah tersenyum kecil. "Bagus. Kalau begitu, kita harus memulai dengan serangan balik yang tidak mereka duga."---Misi RahasiaSang Rubah menyusun strategi yang melibatkan infiltrasi ke salah satu lokasi operasi kecil Raven Syndicate. Aris dan Andre ditugaskan untuk memimpin misi ini, dengan dukungan beberapa anggota terpercaya."Kalian harus bergerak tanpa terdeteksi

  • Luka Tak Terlihat   BAB 89

    Sementara itu, Victor menerima informasi penting dari salah satu informannya. Kelompok yang menyerang mereka dikenal sebagai Raven Syndicate, sebuah organisasi kriminal besar yang sudah lama mengincar wilayah Victor."Mereka tidak hanya ingin menghancurkan kita," kata Victor kepada Andre. "Mereka ingin mengambil alih seluruh jaringan kita."Andre menghela napas panjang. "Kalau begitu, kita harus bersiap menghadapi perang yang lebih besar."Victor mengangguk. "Tapi pertama-tama, kita harus memastikan Aris dan yang lain selamat."---Pengepungan di Tengah MalamMalam itu, situasi semakin tegang. Aris, Andre, dan beberapa anggota lainnya tetap berjaga di markas yang tersisa. Mereka tahu bahwa serangan berikutnya bisa datang kapan saja.Saat tengah malam, suara kendaraan mendekat membuat semua orang siaga. Aris memegang senjatanya erat-erat, bersiap menghadapi apa pun yang datang.Victor memberikan instruksi melalui radio, "Tetap di posisimu. Jangan bertindak gegabah."Namun, apa yang mer

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status