Hari ini Alisia dan Raka akan mengadakan rapat penting di hotel mengenai kerjasama yang mereka kerjakan beberapa bulan terakhir antara hotel dan restoran milik Raka. Alisia pun bersiap-siap berdandan rapih agar dia terlihat cantik di depan suaminya dan dia berharap bahwa perlahan hati Raka akan mulai terbuka hanya untuknya."Wah anak papa cantik banget," ucap pak Adam memuji putrinya."Iya dong pa semua Alisia lakukan hanya demi mas Raka agar dia bisa jatuh cinta sama aku," jawab Alisia bahagia."Lalu bagaimana dengan Alina?entah papah jadi memikirkan dia andai Raka tidak bisa mencintaimu akhiri saja pernikahan ini sebelum Alina tahu nak," ucap sang papa seketika membuat Alisia terdiam."Enggak! Anak papa itu aku bukan Alina kenapa papah mulai peduli sama dia harusnya papah dukung aku," jawab Alisia meninggikan suaranya Mungkin memang ada ikatan batin antara ayah dan anak yang terjalin oleh Pak Adam dan juga Alina, meskipun mereka berdua masih belum sadar bahwa sebenarnya mereka sang
"Alina kamu kenapa ketoko lagi?" Tanya Arumi yang terkejut sahabatnya sudah ada didepan toko padahal, Alina sedang hamil, Arumi paham masa-masa Alina pasti sangat berat karena dia akan merasakan ngidam dan perubahan mood selama masa kehamilan."Aku bosan dirumah terus lagipula aku sudah izin mas Raka hanya saja belum dibalas," jawab Alina."Memang Raka kemana?" Tanya Arumi penasaran."Hari ini ada rapat kerja dihotelnya Alisia dan kata mas Raka dia mau mutusin kerjasama karena mas Raka belum sanggup handle banyak pesanan,"papar Alina."Wah bagus dong itu artinya Raka gak sering ketemu Alisia kan," ucap kembali seketika membuat Alina menatapnya.Arumi terdiam dia keceplosan berbicara seperti itu pada Alina, padahal Arumi tahu Alina tidak Kan mungkin curiga dengan Alisia dan suaminya Raka. Namun, entah mengapa Arumi selalu khawatir dengan kedekatan mereka."Ko kamu bicara seperti itu sih?"tanya Arumi"Kamu pasti mulai curiga lagi sama mas Raka dan Alisia?"Alina menatap tajam sahabatnya
"mas lusa boleh tidak aku kerumah ibu dan menginap beberapa hari disana?" Tanya Alina pada suaminya Raka."Tapi aku belum bisa cuti karena masih banyak kerjaan sayang," jawab Raka "Aku sendiri saja, lagipula aku belum ngabarin ibu tentang kehamilanku, dan mumpung aku belum hamil besar juga," ucap kembali Alina."Yasudah aku izinkan tapi cukup satu Minggu saja yah jangan lama-lama ninggalin aku," jawab Raka dengan manja.Karena ini untuk pertama kalinya Alina meninggalkan sang suami untuk pulang kampung, ke rumahnya bertemu dengan sang Ibu. Alina begitu sangat merindukan ibunya karena semenjak kehamilannya Dia jarang sekali berkabar dengan sang Ibu. Dia juga ingin memberikan sebuah kejutan manis karena sebentar lagi ibunya akan menjadi seorang nenek untuk bayi yang ada dalam kandungannya.Ada rasa cemas dan khawatir jika meninggalkan suaminya sendirian tetapi Alina yakin Raka akan menjaga hatinya dan juga menjaga pernikahannya dengan baik."Tapi kamu yakin gak papa aku pulang?" Tanya
"Alina apa kamu tidak terlalu lama meninggalkan Raka dijakarta sendirian?"tanya Bu asih pada putrinya Alina."Tidak Bu lagipula mas Raka sudah mengijinkan aku menginap selama satu pekan disini," jawab Alina dengan senyuman."Bukan seperti itu nak maksud ibu tidak baik berada jauh dari suami terlalu lama," ucap kembali Bu asih sembari menyiapkan makanan yang sudah ia masak untuk putrinya."Mas Raka bukan suami seperti itu Bu Alina yakin dia akan mampu menjaga hati untuk istrinya terlebih aku sedang hamil anaknya," jawab Alina meyakinkan sang ibu.Lagi-lagi, ucapan Bu asih sama persis seperti apa yang di khawatirkan Arumi sahabatnya, padahal Alina percaya penuh dengan suaminya namun, entah kenapa rasa curiga itu mulai datang ketika ibunya sendiri yang mengatakan.Alina paham ibunya pernah menjadi korban penghianatan yang dilakukan oleh ayah kandungnya sendiri, sebuah luka masa lalu yang sangat sulit diobati walau sudah lama terjadi, tetapi Alina mencoba untuk tetap berpikir positif pada
Pagi ini Raka harus berangkat ke kantor tetapi banyak kemejanya yang masih kusut , bahkan dia yang sudah terbiasa semuanya disiapkan oleh Alina rasanya sangat kerepotan mengurus dirinya sendiri.Ternyata memang pria yang sudah menikah akan menggantungkan semua hal pada istrinya , dan ketika mereka harus terpisah jarak jadilah dunia rasanya seperti berhenti padahal baru saja satu hari.Tok...tok...tok...Suara ketukan pintu dari arah luar, Raka baru saja selesai mandi dan masih dengan kaos lengan pendek dan celana pendeknya.Raka pun keluar karena dia pikir pasti satpam komplek yang ingin menagih iuran keamanan."Alisia," seketika Raka menutup kembali pintunya dengan terkejut."Mas kenapa ditutup lagi sih lagipula kan aku istri kamu," ucap Alisia membuat Raka ingat bahwa dia dan Alisia memang sudah menikah. Dia hanya tidak terbiasa ada perempuan lain dirumahnya selain Alina selama ini. Karena mamah dan adiknya pun jarang sekali berkunjung."Ayo masuk," jawab Raka membuka kembali pintu d
"Nasya," ucap Raka seketika terkejut melihat sang adik sudah ada didepan rumahnya."Kakak lama banget sih buka pintunya aku nunggu lama," jawab Nasya kesal."Kamu ngapain pagi-pagi kerumah kakak?" Tanya Raka panik karena Alisia ada dikamarnya."Mau nganter sarapan dari mama soalnya mama tahu, kak Alina sedang dirumah orang tuanya," jawab Nasya sembari memberikan sebuah bungkusan kepada kakaknya tersebut."Yasudah kamu pulang gih kakak mau pergi ke kantor" ucap kembali Raka pada Nasya adiknya.Raka semakin panik, karena dia takut Nasya akan tahu bahwa Alisia ada dirumahnya dan hal tersebut malah akan membuat Nasya marah dan pasti akan mengadu pada Alina kakak iparnya."Ih aku mau bareng kakak lah ke kampus enak saja udah jauh-jauh datang malah diusir," jawab Nasya kesal dengan kakaknya."Mas Raka ayo," teriak Alisia seketika membuat Nasya terkejut."Hai Nasya kamu disini?" Tanya Alisia dengan senyuman."Kak Alisia ngapain disini?"tanya kembali Nasya menatap kakaknya Raka.Alisia meman
"Berhenti bertindak bodoh Alisia , sekarang kamu lihat akibatnya, Nasya tahu pernikahan kita!" Ucap Raka dengan tegas. Dia sangat kecewa dengan Alisia namun, ia tidak punya pilihan tidak mudah melepaskan Alisia dalam situasi seperti ini, bagaimana jika dia nekat mengatakan yang sejujurnya pada Alina, terlebih Alina sedang hamil."Lagian aku hanya ingin diakui sama seperti Alina karena cepat atau lambat juga semu orang akan tahu mas pernikahan kita," jawab Alisia menatap Raka.Raka seketika menghentikan laju mobilnya dan mencoba menarik nafas panjang, karena pikirannya seperti buntu, berhadapan dengan Alisia yang selalu saja menginginkan hal lebih darinya."Cukup!! Aku minta sama kamu mulai sekarang berhenti ganggu hidup aku dan Alina dan aku sudah putuskan kerjasama dengan hotel milikmu sekarang bisa keluar dari mobilku," papar Raka yang sudah kesal dengan sikap alisia."Ok kalau memang itu mau kamu tapi aku janji mas kamu akan menyesal dan akan kembali sama aku camkan itu!" Jawab Al
Waktu terus berlalu tidak terasa usia kandungan Alina menginjak empat bulan, kehamilannya cukup baik dan Alina sendiri memang jarang sekali mengidam seperti layaknya wanita hamil.Alina juga terpaksa mengikuti kemauan suaminya Raka untuk berdiam dirumah dan juga memutuskan kerjasama dengan Alisia, padahal Alina ingin sekali berbicara dengan Alisia mengenai masalah dengan Raka , namun Raka sama seperti menutup akses Alisia untuk menganggu hidupnya serta Alina, walau Raka tahu alisia masih berstatus istrinya. Namun, Raka sudah tidak peduli lagi dengan pernikahannya dengan Alisia."Mas bagaimana bisnis restoran kamu?" Tanya Alina yang penasaran dengan bisnis suaminya karena semenjak memutuskan kerjasama dengan Alisia Raka memang jarang sekali keluar rumah bahkan dia rapat kerja hanya via zoom atau telpon."Baik-baik saja ko," jawab Raka yang masih fokus dengan layar laptopnya."Tapi kamu jarang sekali ke kantor akhir-akhir ini ada masalah lagi?" Tanya Alina semakin penasaran."Usahaku me
"Kak Devan, maafkan aku aku tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi pada hidup kak Devan aku pikir keadilan selama ini mencintai kalian yang ternyata dia adalah kak Raka." Ucap Nasya dengan menitikan air mata di hadapan Devan, Dia sangat merasa bersalah karena menjadi wanita yang tidak percaya dengan kekuatan cinta yang dia miliki Dan dia juga tidak bisa percaya dengan cinta yang Devan berikan padanya selama ini."Nasya, kamu tidak salah kok justru aku yang minta maaf sama kamu karena aku tidak bisa memenuhi janjiku tepat waktu untuk menemuimu saat itu aku dan raka justru mengalami kecelakaan dan membuat hidup kita benar-benar hancur sekarang satu-satunya cara bagaimana agar kita bisa menyelamatkan hidup kalian dan Aisyah. "Papar Devan dengan senyuman."Sudah, jangan bersedih seperti itu Kamu jelek tahu aku lebih suka lihat kamu tersenyum. "Goda Devan pada wanita yang dia cintai itu."Hmmmm, romantisnya sudah selesai ya sekarang waktunya kita memikirkan Bagaimana caranya agar me
"jadi, Aisyah adalah putriku dia Putri kandungku bersama dengan Alina? "Tanya Raka terbelalak ketika tahu bahwa kenyataannya selama ini dia memang sudah bertemu dengan Putri kandungnya."Iya Raka, Aisyah adalah putrimu bersama dengan Alina apa kamu ingat sebelum sebuah kecelakaan itu terjadi kamu mengantarkan aku pergi ke bandara agar aku bisa melamar Nasya segera mungkin tapi ternyata justru kecelakaan malah menimpa kita hingga akhirnya wajah kita malah rusak namun hal itu malah dimanfaatkan oleh Alicia yang ternyata selama ini berpura-pura gila di depan kita semua. "Jawab Devan seketika membuat kepala Raka pun sakit.Ingatan Raka perlahan mulai kembali dia tidak mampu menahan rasa sakit kepalanya kalau mengingat sedikit demi sedikit apa yang diucapkan oleh Devan, hingga akhirnya dia pun tersungkur ke lantai dan pingsan Devan tidak bisa berkutik karena dia diikat oleh Alisia."Raka, sadar aku mohon kamu sadar kita harus cepat-cepat pergi dari tempat ini sebelum Alicia kembali ataupun
Devan salah, dia justru malah dijebak oleh perawat tersebut yang menjadi suruhan alesia bukannya diantar ke alamat yang dia inginkan, namun Devan justru disekap di sebuah ruangan yang entah di mana.Devan pun tidak mampu berkutik, karena dia tidak bisa melawan Alicia dalam kondisinya yang masih seperti ini."Maafkan aku pak Devan, aku sudah berjanji untuk tetap terus berada di pihak Mbak Alisia jadi aku tidak bisa berada di pihakmu. "Jawab perawat tersebut yang justru meninggalkan Devan sendirian.***Waktu terus berlalu, tidak terasa pernikahan Alina dan juga Fathir memang sudah dekat mereka sudah mempersiapkan segala persiapan pernikahan yang memang akan direncanakan dengan sangat sederhana Alina tahu ini bukan pernikahan pertama dalam hidupnya bukan seperti pernikahan bersama dia dengan Raka tapi mau tidak mau Alina memang harus menikah dengan Fathir agar Devan tidak lagi mengganggu kehidupannya.Sementara itu, Nasya memang memutuskan untuk menetap di Bandung dia tidak kembali ke J
Tok...tok... Pagi-pagi sekali, sudah ada tamu di rumah Alina dan di saat dia membukakan pintu ternyata itu adalah Devan. Alina mencoba menutup pintunya kembali karena dia tidak mau bertemu dengan Devan dia tidak mau lagi ada kesalahpahaman di antara mereka."Alina, Aku tahu kamu marah pada aku tapi aku minta sama kamu jangan menikah dengan Fathir dia bukanlah laki-laki yang baik aku takut jika dia menyakiti kamu lagi. "Teriak Devan di depan pintu rumah Alina."Sudahlah Devan lebih baik kamu pergi dari kehidupanku jangan pernah lagi ganggu aku dan juga Mas Fatir Aku akan menikah dengannya Bulan depan aku mohon terima keputusanku itu. "Jawab alina.Nasya melihat Alina berdiri di depan pintu, dia sekolah tidak mengizinkan seseorang masuk ke dalam rumah Nasya pun menghampiri Alina."Kenapa Kak Alina melakukan hal itu? ""Maksud kamu apa Nasya, Aku hanya tidak mau bertemu lagi dengan Devan Aku akan menikah dengan mas Fathir jika dia datang ke sini hanya untuk menemuiku lebih baik dia pergi
Devan perlahan mulai menggerakkan kakinya, dia ingin segera bisa bergerak dan keluar dari rumah ini pada dia mau menghentikan rencana Alicia yang sangat jahat."Selamat pagi Tuhan, Saya perawat baru di sini dan saya yang akan merawat Tuan Devan. "Ucap seorang wanita yang masuk ke dalam kamar Devan."Alicia ke mana? ""Nyonya Alisia sedang pergi, kemungkinan dia pergi sangat lama katanya ada sesuatu yang harus dia selesaikan. "Akhirnya Devan bisa sedikit lega, karena dia terbebas dari Alisia dan dia akan memikirkan cara untuk keluar dari rumah ini."Perawat itu pun memberikan sebuah nampan berisikan makanan, Irfan meminta dia keluar karena devan ingin berusaha keras untuk bisa menggerakkan kakinya, dia tidak menyangka akan tidur terlalu lama dalam koma, belum lagi yang ternyata wajahnya telah ditukar oleh sepupunya sendiri, karena ingin membalaskan dendamnya pada Alina.***"Kenapa kamu mengajakku ketemuan di restoran ini Alicia aku mah bagaimana kalau ada yang melihat kita?""Kamu t
Devan perlahan tersadar, dan mendapati dirinya berada di rumah sakit dia terus memagangi kepalanya, dan dia baru ingat bahwa tadi dia habis bertengkar dengan Fathir."Dokter Devan, lebih baik anda istirahat dulu soalnya tadi ada pingsan. "Ucap salah satu perawat menghampiri dirinya."Gimana dokter Fathir? ""Dokter Fathir tadi sudah izin untuk pulang dia meminta saya untuk merawat Pak Devan lagi pula, Ada apa yang terjadi sama dokter Devan kenapa bisa ada bertengkar dengan dokter Fathir? "Tanya perawat tersebut seolah sudah mengenal Devan dengan baik, karena memang Devan sendiri dulu pernah bekerja di rumah sakit ini merawat Alina namun yang ada di hadapan perawat tersebut memang bukanlah Devan yang asli dia hanyalah Raka yang wajahnya harus tertukar dengan Devan karena ulah Alisia."Maaf sus, tapi saya itu bukan dokter saya yang laki-laki biasa lagi pula kenapa pertanyaan Anda seperti itu seolah Anda mengenal saya dengan baik. "Ucap Devan."Jadi dokter Devan tidak ingat dengan saya?
Fathir tiba di rumah Alina, dia pun langsung bergegas mencoba untuk menghampiri Alina karena dia tahu dari Devan bahwa Alina telah menerima lamarannya. Baru saja Fatir ingin menekan bel rumah Alina, tiba-tiba saja Nasya keluar dan menatap laki-laki yang akan menjadi calon suami dari kakak iparnya."Mas Fathir, Ada apa ke sini? "Tanya Nasya yang seolah tidak suka dengan kehadiran Fathir."Aku mau bertemu dengan Alina Nasya, apa dia ada di dalam? ""Aku mau tanya sama Mas Fathir, apa sebenarnya maksud Mas Fatir melamar Kak Alina? ""Apa maksudmu Nasya, lagi pula memang aku salah mengungkapkan perasaanku ingin melamar Alina bukankah Alina juga sudah berstatus bagi seorang janda dan dia sedang tidak menerima lamaran dari laki-laki lain. ""Tapi kenapa bisa secepat itu mas Fatir melamar Kak Alina?"Belum sempat Fathir menjawab pertanyaan dari Nasya, tiba-tiba saja Alina pun menghampiri mereka berdua Alina menatap Nasya seolah mengisyaratkan bahwa semuanya baik-baik saja, namun tetap saja d
Devan terus mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi dia pun menuju rumah sakit di mana tempat Fathir bekerja. Ternyata Devan begitu sangat terluka atas yang dilakukan oleh Fathir Karena dia pikir Fathir adalah sahabatnya yang membantu dia untuk bisa dengan Alina namun ternyata, justru Fatir malah ngelamar Alina tanpa sepengetahuan dirinya."Kurang ajar kamu Fathir, ternyata kamu malah menusukku dari belakang! "Ucap Devan yang terus mengendarai mobilnya dengan begitu sangat kencang.Sesampai di rumah sakit tempat Fatir bekerja, Devan pun langsung mencari sahabatnya itu dan benar saja, dia bertemu dengan Fathir secara langsung."Devan, tumben sekali kamu datang ke rumah sakit ada apa? "Belum sempat pertanyaan Fathir dijawab oleh Devan, tiba-tiba saja Devan melayangkan satu pukulan di wajah Fatir, hingga membuatnya terjungkal ke lantai."Pengecut kamu Fathir! Kamu selama ini telah membohongiku kamu bilang kamu tidak memiliki perasaan apapun pada Alina tapi ternyata apa? Kamu malah
"Aisyah." Panggil nasyah membuat Aisyah tersenyum bahagia."Tante Nasya, Ayo masuk tante. ""Tante mau pamit, karena mungkin besok Tante mau pulang ke Jakarta. ""Tante kok cepat sekali sih, kata Ibu Tante mau tinggal di Bandung. "Ucap Aisyah dengan raut wajah sedih.Ada rasa sesal di hati Nasya, karena dia yang awalnya memang ingin menetap di Bandung karena dia berharap dia akan bisa bersatu dengan Devan namun ternyata semua itu hanyalah sia-sia Nasya harus kembali melanjutkan kehidupannya yang baru dan mengikhlaskan Devan untuk bersama dengan kakak iparnya Alina."Aisyah, tante kan harus kembali lagi bekerja nanti kalau seandainya ada waktu tante akan datang berkunjung ke sini lagi. ""Ayolah tante, Aisyah tidak punya teman lagi selain tante Nasya ibu selalu saja sibuk dengan pekerjaannya belum lagi, Om Devan juga sudah tidak tinggal di sini. "Rengek Aisyah membuat Nasya pun menahan tangisnya.Nasya tahu, bagaimana perjuangan Alina untuk membesarkan Aisyah seorang diri tanpa ada seo