Pagi ini Bu asih sudah menyiapkan sarapan untuk kedua anaknya Devan dan nasya, mereka sudah seperti putra dan putrinya karena Alina sedang menjalani pengobatan dirumah sakit jiwa, kehadiran Devan dan Nasya membuat hati Bu asih terasa senang. Setidaknya dia bisa melupakan kesedihannya atas apa yang tengah dialami putri semata wayangnya Alina."Wangi masakan Tante selalu enak dari dulu persis sekali masakan almarhumah mamah." ujar Devan yang menghampiri Bu asih yang tengah asik menyiapkan sarapan."Kamu bisa saja Devan." ucap Bu asih tersenyum bahagia pada keponakannya itu."Wah Bu banyak sekali padahal ibu tidak usah menyiapkan sarapan biar Nasya dan kak Devan beli sarapan diluar saja." sahut Nasya menatap Bu asih."Kamu kan jarang-jarang kebandung lagipula nanti kamu sibuk kuliah lagi," ujar Bu asih pada Nasya."Wah Nasya seperti putri kedua Tante yah sangat dekat sekali dan sama-sama cantik wajar om Adam tidak bisa move on dari Tante." sahut Devan tersenyum bahagia"Devan sudah yah
"Kamu mau ke mana mas? "Tanya Alisia pada sang suami yang pagi-pagi sudah rapi."Aku mau pergi ke rumah kedua orang tuaku lagi pula sudah kewajibanku untuk mengunjungi mereka, "jawab Raka menatap Alisia."Aku ikut dong lagi pula kan aku sudah sah menjadi istri kamu dan semua orang juga tahu dan aku ingin bertemu dengan kedua mertuaku, "ujar Alisia.Raka pun mengangguk dan setuju dia tidak mungkin menolak permintaan apapun dari Alisia karena, dia tidak ingin Alisia malah berbuat semau dia terlebih Raka harus bisa tahan dengan sikap istrinya itu karena dia ingin semuanya cepat selesai dan dia bisa bertemu kembali dengan Alina dan anak yang ada dalam kandungannya."Hai Raka kau mau ke mana? "Sahut pak Adam yang tiba-tiba saja menghampiri Raka.Raka baru ingat, dia ingin berbicara berdua dengan mertua yaitu ingin memberitahukan bahwa selama ini Alina yang dia cari adalah Alina istrinya perempuan yang telah dihancurkan kebahagiaannya oleh Putri tirinya itu.Namun, Raka tidak bisa memberita
"kak Devan makasih ya sudah mau antar aku ke rumah, apakah kak Devan mau masuk ketemu sama mama papa? "Tanya Nasya menatap Devan."Nanti sajalah belum waktunya untuk bertemu dengan kedua orang tua kamu, oh iya aku boleh minta nomor handphone kamu Nasya jadi kalau memang kamu ada perlu apapun Kamu bisa hubungi aku,"jawab Devan dengan senyuman.Nasya pun mengangguk dan tersenyum pada devan. Devan memberikan handphonenya kepada Nasya untuk menyimpan sendiri nomor teleponnya. Devan sangat bahagia, akhirnya dia bisa lebih dekat dengan wanita yang dia sukai itu . walaupun memang untuk saat ini dia belum bisa berterus terang pada Nasya karena dia tahu ada masalah Yang harus ngasih selesaikan, terlebih Nasya juga masih kuliah meskipun memang usia mereka berjarak cukup jauh, tetapi Devan sudah sangat nyaman terlebih Indonesia memang bisa bersikap dewasa dalam menghadapi sesuatu yang ada di depannya. Itulah yang membuat Devan bangga dan sangat kagum dengan gadis manis yang dia temui tanpa senga
"Nasya," ucap Raka yang langsung masuk kedalam kamar adiknya."Bisa gak sih ketuk pintu dulu sebelum masuk!" Ujar Nasya ketus."Kamu kenapa sih de?" Tanya Raka menatap adiknya." Mah Nasya mau istirahat yah," jawab Nasya tanpa memperdulikan kakaknya Raka. Raka pun hanya terdiam, bu karin menatap putra pertamanya itu serta putri bungsunya. Mungkin, untuk saat ini mereka berbeda prinsip dan sedang tidak akur karena sebuah permasalahan yang terjadi dirumah ini. Namun, sebagai seorang ibu ia tetap berharap agar anak-anaknya bisa seperti dulu lagi saling peduli dan menyayangi.Bu Karin dan Raka meninggalkan kamar Nasya , dan membiarkannya beristirahat dan menenangkan dirinya."Maafin Raka ya mah semua karena aku Nasya jadi membenci aku sekarang," ucap Raka menatap sang mama."Kamu tidak perlu mint maaf mamah tau kamu punya alasan kenapa bisa melakukan hal ini," ujar sang mamah."Andai saja Raka bisa menahan hawa nafsu Raka dan tidak terjebak dengan Alisia pasti keluarga kita akan jauh bah
nyonya Karin melihat raut wajah putrinya seketika berubah jauh lebih bahagia dari sejak awal pulang, sebagai seorang ibu dia paham mungkin memang putrinya sedang merasakan kasmaran dengan lawan jenisnya."Mama kenapa natap Nasya kaya gitu sih?" Tanya Nasya menatap sang mamah."Mama hanya bahagia kalau anak mama bahagia juga lagipula, mama kan cuman mau tahu kamu bertemu siapa," ujar Bu Karin dengan senyuman."Teman ko mah lagipula Nasya hanya mau fokus dengan kuliah dulu sampai selesai baru setelah itu kerja," ucap Nasya pada mamahnya."Kalau Allah sudah mengirimkan jodoh untukmu sebelum lulus kuliah asal pria itu baik mamah setuju ko," papar Bu Karin tersenyum manis pada Nasya kecil yang kini sudah dewasa.Nasyapun mencoba menghiraukan ucapan sang mamah karena, bagi dirinya kini masalah Alina yang secepatnya harus diselesaikan."Ma kak Raka dan Alisia masih lama disini?" Tanya Nasya kesal."Ko manggilnya Alisia sih sayang panggil kakak dong mau bagaimanapun sekarang dia kakak ipar k
"makasih banyak ya Kak berkat kak Devan aku bisa lebih tenang sekarang dan tetap berpikir positif ke depannya aku hanya perlu fokus kepada Kak Alina dan Bu Asih itu saja untuk saat ini, "papar Nasya menatap Devan."Aku harap setelah ini kamu tetap tegas pada kakakmu Nasya untuk tidak akan mempertemukan lagi dengan Alina mungkin setelah bayi itu lahir Aku akan minta Lina untuk menceraikan suaminya agar dia bisa sepenuhnya bebas dari kakakmu." ujar Raka.Ada kesedihan yang tidak terlihat dari Nasya, sebenarnya dia tidak ingin kakaknya berpisah begitu saja dengan istrinya namun, melihat kondisi Alina yang hingga sampai dengan detik ini menjadi dirinya yang lain sehingga memutuskan untuk ingin kakaknya berpisah dengan Alina. terlebih ada orang ketiga dalam hubungan mereka Nasya yakin bahwa Alisia tidak akan pernah mau berbagi suami dan tidak ada satu wanita pun yang menginginkan menjadi yang kedua."Oh ya Nasya besok aku mau berangkat ke Bandung pagi-pagi dan setelah itu aku akan fokus un
"mas kamu ngapain sih ngeliatin ke arah luar terus lewat jendela emang kamu lagi menunggu siapa? "Tanya Alisia pada suaminya tersebut."Aku lagi nungguin Nasya Aku khawatir sudah lewat magrib dia belum pulang juga,"Jawab Raka pada Alisia."Heran deh sama kamu sebegitu perhatiannya sama adik perempuan kamu itu kamu nggak pernah mikirin perasaan aku apa Mas? "Tanya Alisia dengan raut wajah kesal."Apa yang di perlu dikhawatirkan dari kamu? Sedangkan kamu sendiri sedang berada sama aku di sini,"jawab tegas Raka menatap sang istri."Kenapa sih malah ribut-ribut terus? "Sahut Bu Karin pada Raka dan Alisia."Masyarakat rumah masa dia masih khawatir dengan Nasya padahal kan nanti juga Nasya pulang sendiri,"sahut Alisia.Dan tidak selang beberapa lama sebuah mobil berwarna putih pun parkir di depan rumah kedua orang tua Raka. Raka pun bergegas keluar bersama Alisia dan juga sang mama."Kaka Raka, Alisia mama," ucap Nasya seketika terkejut saat pulang."Devan ko kamu bisa kenal adikku Nasya?"
"aku harus bicara dengan Devan kamu disini dulu yah Alisia," ujar Raka sembari terus menahan sakit di bibirnya."Aku ikut! Biar devan aku beri pelajaran" ucap Alisia dengan emosi."Tidak! Ini urusan lelaki aku harus tahu kenapa Devan emosi melihatku kembali lagipula aku dan Devan baik-baik saja kan" papar Raka menatap Alisia.Akhirnya Alisia mengalah dia tidak ikut dengan Devan walaupun hatinya sendiri terasa kesal melihat perlakuan sepupunya itu terhadap suami yang dia cintai.Raka langsung mengambil kunci mobil dan bergegas menyusul Devan kerumah Alisia karena, Raka yakin Devan pasti ada disana.***"Kenapa semua jadi seperti ini ya Allah gadis yang aku cintai ternyata adik dari laki-laki yang sudah menghancurkan Alina" gumam Devan yang terus melakukan mobilnya.Handphonenya berdering satu panggilan masuk dari kontak yang bernama Raka, Devan tahu Raka pasti mencari jawaban atas sikapnya hari ini pada dia. Karena awalnya hubungan mereka baik-baik saja tidak seperti sekarang.Devan sa
"Kak Devan, maafkan aku aku tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi pada hidup kak Devan aku pikir keadilan selama ini mencintai kalian yang ternyata dia adalah kak Raka." Ucap Nasya dengan menitikan air mata di hadapan Devan, Dia sangat merasa bersalah karena menjadi wanita yang tidak percaya dengan kekuatan cinta yang dia miliki Dan dia juga tidak bisa percaya dengan cinta yang Devan berikan padanya selama ini."Nasya, kamu tidak salah kok justru aku yang minta maaf sama kamu karena aku tidak bisa memenuhi janjiku tepat waktu untuk menemuimu saat itu aku dan raka justru mengalami kecelakaan dan membuat hidup kita benar-benar hancur sekarang satu-satunya cara bagaimana agar kita bisa menyelamatkan hidup kalian dan Aisyah. "Papar Devan dengan senyuman."Sudah, jangan bersedih seperti itu Kamu jelek tahu aku lebih suka lihat kamu tersenyum. "Goda Devan pada wanita yang dia cintai itu."Hmmmm, romantisnya sudah selesai ya sekarang waktunya kita memikirkan Bagaimana caranya agar me
"jadi, Aisyah adalah putriku dia Putri kandungku bersama dengan Alina? "Tanya Raka terbelalak ketika tahu bahwa kenyataannya selama ini dia memang sudah bertemu dengan Putri kandungnya."Iya Raka, Aisyah adalah putrimu bersama dengan Alina apa kamu ingat sebelum sebuah kecelakaan itu terjadi kamu mengantarkan aku pergi ke bandara agar aku bisa melamar Nasya segera mungkin tapi ternyata justru kecelakaan malah menimpa kita hingga akhirnya wajah kita malah rusak namun hal itu malah dimanfaatkan oleh Alicia yang ternyata selama ini berpura-pura gila di depan kita semua. "Jawab Devan seketika membuat kepala Raka pun sakit.Ingatan Raka perlahan mulai kembali dia tidak mampu menahan rasa sakit kepalanya kalau mengingat sedikit demi sedikit apa yang diucapkan oleh Devan, hingga akhirnya dia pun tersungkur ke lantai dan pingsan Devan tidak bisa berkutik karena dia diikat oleh Alisia."Raka, sadar aku mohon kamu sadar kita harus cepat-cepat pergi dari tempat ini sebelum Alicia kembali ataupun
Devan salah, dia justru malah dijebak oleh perawat tersebut yang menjadi suruhan alesia bukannya diantar ke alamat yang dia inginkan, namun Devan justru disekap di sebuah ruangan yang entah di mana.Devan pun tidak mampu berkutik, karena dia tidak bisa melawan Alicia dalam kondisinya yang masih seperti ini."Maafkan aku pak Devan, aku sudah berjanji untuk tetap terus berada di pihak Mbak Alisia jadi aku tidak bisa berada di pihakmu. "Jawab perawat tersebut yang justru meninggalkan Devan sendirian.***Waktu terus berlalu, tidak terasa pernikahan Alina dan juga Fathir memang sudah dekat mereka sudah mempersiapkan segala persiapan pernikahan yang memang akan direncanakan dengan sangat sederhana Alina tahu ini bukan pernikahan pertama dalam hidupnya bukan seperti pernikahan bersama dia dengan Raka tapi mau tidak mau Alina memang harus menikah dengan Fathir agar Devan tidak lagi mengganggu kehidupannya.Sementara itu, Nasya memang memutuskan untuk menetap di Bandung dia tidak kembali ke J
Tok...tok... Pagi-pagi sekali, sudah ada tamu di rumah Alina dan di saat dia membukakan pintu ternyata itu adalah Devan. Alina mencoba menutup pintunya kembali karena dia tidak mau bertemu dengan Devan dia tidak mau lagi ada kesalahpahaman di antara mereka."Alina, Aku tahu kamu marah pada aku tapi aku minta sama kamu jangan menikah dengan Fathir dia bukanlah laki-laki yang baik aku takut jika dia menyakiti kamu lagi. "Teriak Devan di depan pintu rumah Alina."Sudahlah Devan lebih baik kamu pergi dari kehidupanku jangan pernah lagi ganggu aku dan juga Mas Fatir Aku akan menikah dengannya Bulan depan aku mohon terima keputusanku itu. "Jawab alina.Nasya melihat Alina berdiri di depan pintu, dia sekolah tidak mengizinkan seseorang masuk ke dalam rumah Nasya pun menghampiri Alina."Kenapa Kak Alina melakukan hal itu? ""Maksud kamu apa Nasya, Aku hanya tidak mau bertemu lagi dengan Devan Aku akan menikah dengan mas Fathir jika dia datang ke sini hanya untuk menemuiku lebih baik dia pergi
Devan perlahan mulai menggerakkan kakinya, dia ingin segera bisa bergerak dan keluar dari rumah ini pada dia mau menghentikan rencana Alicia yang sangat jahat."Selamat pagi Tuhan, Saya perawat baru di sini dan saya yang akan merawat Tuan Devan. "Ucap seorang wanita yang masuk ke dalam kamar Devan."Alicia ke mana? ""Nyonya Alisia sedang pergi, kemungkinan dia pergi sangat lama katanya ada sesuatu yang harus dia selesaikan. "Akhirnya Devan bisa sedikit lega, karena dia terbebas dari Alisia dan dia akan memikirkan cara untuk keluar dari rumah ini."Perawat itu pun memberikan sebuah nampan berisikan makanan, Irfan meminta dia keluar karena devan ingin berusaha keras untuk bisa menggerakkan kakinya, dia tidak menyangka akan tidur terlalu lama dalam koma, belum lagi yang ternyata wajahnya telah ditukar oleh sepupunya sendiri, karena ingin membalaskan dendamnya pada Alina.***"Kenapa kamu mengajakku ketemuan di restoran ini Alicia aku mah bagaimana kalau ada yang melihat kita?""Kamu t
Devan perlahan tersadar, dan mendapati dirinya berada di rumah sakit dia terus memagangi kepalanya, dan dia baru ingat bahwa tadi dia habis bertengkar dengan Fathir."Dokter Devan, lebih baik anda istirahat dulu soalnya tadi ada pingsan. "Ucap salah satu perawat menghampiri dirinya."Gimana dokter Fathir? ""Dokter Fathir tadi sudah izin untuk pulang dia meminta saya untuk merawat Pak Devan lagi pula, Ada apa yang terjadi sama dokter Devan kenapa bisa ada bertengkar dengan dokter Fathir? "Tanya perawat tersebut seolah sudah mengenal Devan dengan baik, karena memang Devan sendiri dulu pernah bekerja di rumah sakit ini merawat Alina namun yang ada di hadapan perawat tersebut memang bukanlah Devan yang asli dia hanyalah Raka yang wajahnya harus tertukar dengan Devan karena ulah Alisia."Maaf sus, tapi saya itu bukan dokter saya yang laki-laki biasa lagi pula kenapa pertanyaan Anda seperti itu seolah Anda mengenal saya dengan baik. "Ucap Devan."Jadi dokter Devan tidak ingat dengan saya?
Fathir tiba di rumah Alina, dia pun langsung bergegas mencoba untuk menghampiri Alina karena dia tahu dari Devan bahwa Alina telah menerima lamarannya. Baru saja Fatir ingin menekan bel rumah Alina, tiba-tiba saja Nasya keluar dan menatap laki-laki yang akan menjadi calon suami dari kakak iparnya."Mas Fathir, Ada apa ke sini? "Tanya Nasya yang seolah tidak suka dengan kehadiran Fathir."Aku mau bertemu dengan Alina Nasya, apa dia ada di dalam? ""Aku mau tanya sama Mas Fathir, apa sebenarnya maksud Mas Fatir melamar Kak Alina? ""Apa maksudmu Nasya, lagi pula memang aku salah mengungkapkan perasaanku ingin melamar Alina bukankah Alina juga sudah berstatus bagi seorang janda dan dia sedang tidak menerima lamaran dari laki-laki lain. ""Tapi kenapa bisa secepat itu mas Fatir melamar Kak Alina?"Belum sempat Fathir menjawab pertanyaan dari Nasya, tiba-tiba saja Alina pun menghampiri mereka berdua Alina menatap Nasya seolah mengisyaratkan bahwa semuanya baik-baik saja, namun tetap saja d
Devan terus mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi dia pun menuju rumah sakit di mana tempat Fathir bekerja. Ternyata Devan begitu sangat terluka atas yang dilakukan oleh Fathir Karena dia pikir Fathir adalah sahabatnya yang membantu dia untuk bisa dengan Alina namun ternyata, justru Fatir malah ngelamar Alina tanpa sepengetahuan dirinya."Kurang ajar kamu Fathir, ternyata kamu malah menusukku dari belakang! "Ucap Devan yang terus mengendarai mobilnya dengan begitu sangat kencang.Sesampai di rumah sakit tempat Fatir bekerja, Devan pun langsung mencari sahabatnya itu dan benar saja, dia bertemu dengan Fathir secara langsung."Devan, tumben sekali kamu datang ke rumah sakit ada apa? "Belum sempat pertanyaan Fathir dijawab oleh Devan, tiba-tiba saja Devan melayangkan satu pukulan di wajah Fatir, hingga membuatnya terjungkal ke lantai."Pengecut kamu Fathir! Kamu selama ini telah membohongiku kamu bilang kamu tidak memiliki perasaan apapun pada Alina tapi ternyata apa? Kamu malah
"Aisyah." Panggil nasyah membuat Aisyah tersenyum bahagia."Tante Nasya, Ayo masuk tante. ""Tante mau pamit, karena mungkin besok Tante mau pulang ke Jakarta. ""Tante kok cepat sekali sih, kata Ibu Tante mau tinggal di Bandung. "Ucap Aisyah dengan raut wajah sedih.Ada rasa sesal di hati Nasya, karena dia yang awalnya memang ingin menetap di Bandung karena dia berharap dia akan bisa bersatu dengan Devan namun ternyata semua itu hanyalah sia-sia Nasya harus kembali melanjutkan kehidupannya yang baru dan mengikhlaskan Devan untuk bersama dengan kakak iparnya Alina."Aisyah, tante kan harus kembali lagi bekerja nanti kalau seandainya ada waktu tante akan datang berkunjung ke sini lagi. ""Ayolah tante, Aisyah tidak punya teman lagi selain tante Nasya ibu selalu saja sibuk dengan pekerjaannya belum lagi, Om Devan juga sudah tidak tinggal di sini. "Rengek Aisyah membuat Nasya pun menahan tangisnya.Nasya tahu, bagaimana perjuangan Alina untuk membesarkan Aisyah seorang diri tanpa ada seo