Coretan-coretan abstrak memenuhi kertas yang ada diatas meja dikamar Cinta. Dia semalam memilih pulang dan hari ini pun dia tidak masuk kerja. Perutnya yang merasa lapar hanya di isi mie instan. Namun anehnya Cinta hari ini tidak lagi menangisi kisah asmara nya dengan Bian. Mungkin airmata nya sudah habis karena dia semalam menangis hingga dia sendiri tidak tahu kalau dia tertidur di sofa ruang tamu rumahnya.
Hari sudah mulai sore namun Cinta belum juga beranjak keluar dari kamarnya selain makan siang dengan mie nya tadi. Cinta duduk diatas tempat tidur sambil mengadahkan kepala melihat atap rumah. Semuanya begitu sakit, hingga sesak itu masih terasa sangat jelas. Sayup-sayup Cinta mendengar namanya dipanggil, dia menajamkan pendengarannya dan dia turun dari tempat tidur. Perlahan membuka pintu Cinta lalu mengetahui siapa yang memanggilnya. "Iya sebentar," ujarnya lalu membuka pintu.
"Ta, loe gak apa-apa kan?" Mila serta Renata sudah b
Hola.... tekan bintang dulu dong biar aman. Bian udh nongol lagi nih.💞💞💞💞💞Bian sedang memijat pelipisnya sakit akibat Stevani yang selalu berjalan bolak-balik diruangannya. Sudah disuruh pergi secara baik-baik namun wanita ini dengan perkataan lembutnya mengatakan akan menunggu Bian makan siang lalu makan bersama dengan masakan yang dia masak sendiri. "Ah...Bian ayo kita makan. Kita dulu sering makan siang bersama, piknik, ah..apa kamu mau kita pergi bersama untuk piknik?" Bian menjauhkan tangan Stevani dari bahunya. "Stev cukup! Pulanglah, aku banyak pekerjaan. Kamu bisa menghambat pekerjaan ku jika terus berkeliaran disini." Stevani duduk dipangkuan Bian dengan kotak bekal yang sudah dia bawa lalu menyuapi Bian dengan senyuman lembutnya itu. Dia menulikan telinganya untuk mendengar apapun yang Bian katakan. Dia akan berusaha membuat Bian kembali padanya, dia masih dan selalu mencintai Bian. Semua wak
Jika aku seorang yang kau cintaMaka beruntunglah aku pernah bertahtaNamun cinta ku hanya membendung asaLupakan semua karena aku sungguh jauh dari kata sempurna...Meski kesempurnaan bukanlah ukuran untuk mencinta,Tapi aku tidak akan bisa mengurungmu ditempat ku berada.Biar nama mu hanya aku yang menjagaHapus nama ku agar kau bahagiaBahagialah dengan dia yang membuat mu melihat seluruh dunia.Lagi, Bian menatap hamparan bintang dan menyampaikan perasaannya. Cinta, andai dia tahu kalau yang Bian lakukan adalah demi kebaikan wanita itu. Bian meremas kedua lututnya dan sakit diseluruh tubuhnya menguar dengan rasa putus asa. Dia jauh lebih hancur, tidak seperti saat merelakan Stevani pergi. Kali ini bukan hanya hati nya yang sakit. Tapi seluruh saraf dalam tubuhnya. Bahkan logika nya pun ikut merasa putus asa dengan keadaannya. Bian sunggu
Nama Bian tertera disana, jantung Cinta berdetak dengan keras. Kulit tubuhnya bahkan meremang karena getaran rindu yang dia miliki untuk Bian."Hallo...," jawab Cinta gugup."Hai," jantung Cinta hampir terlepas saat nada suara yang dulu sering menghiasi malam sebelum tidurnya."Em..ada ap_a Pak?""Cinta maaf kan saya. Saya sudah membuat kamu menderita, menangis hingga matamu seperti mata Po." Cinta mengernyit dan dia tersenyum. Sedikit harapan mulai menyeruak hadir, apakah ini karena Bian melihat dia dan Dandy tadi. Ah, dia harus berterimakasih dengan Dandy jika benar hubungan mereka membaik karena Dandy."Kamu tahu Po kan?""Tau Pak. Itu film Kung fu Panda." Cinta mendengar kekehan kecil Bian yang lepas. Dia begitu bahagia karena tawa Bian. See dia merasa bahagia hanya karena mendengar Bian tertawa. Lalu kenapa Bian tidak mempercayai dia akan
Surai coklat dan bergelombang Cinta terlihat sangat cocok dengan dirinya. Setelan baju kerja dengan celana bahan kain yang dia gunakan membalut sempurna tubuhnya yang semakin ramping saja.Cinta tersenyum lebar saat memasuki kantor dimana tempat dia mencari sesuap nasi.Dua bulan terkahir ini Cinta sangat sulit menjalani roda kehidupannya karena Bian pergi tanpa jejak. Tidak ada telpon, tidak ada pesan singkat, dan sosial media semua keluarga Bian tidak pernah menunjukkan wajah Bian. Bella juga tidak pernah lagi datang ke kantor dua minggu setelah Bian pergi karena sibuk dirumah sakit dan mengurus anaknya.Cinta hanya berani bertanya kepada Viza atau tidak Banu, tapi mereka juga tidak pernah terlihat. Mau menelpon dan menanyakan secara langsung dia tidak berani. Sepertinya Tuhan mengerti kegundahan Cinta. Saat dia memarkirkan sepedanya dia melihat Banu dan Viza masuk kedalam kantor. Cinta berlari dengan cepat lalu saat di lobby
Semilir angin malam menyentuh kulit Dandy dan Cinta, angin yang berhembus kencang menerbangkan dedaunan. Cinta membuka kunci pintu rumahnya dan masuk kedalam rumah menghidupkan lampu yang tadinya mati."Masuk Dan," ajak Cinta dengan suara pelannya. Dia sudah tidak ada tenaga karena terus menangis lalu kepalanya mulai terasa sangat pusing. "Kamu sakit?"Cinta menggelengkan kepalanya. "Hanya sedikit pusing." Dandy duduk sendiri diruang tamu rumah Cinta itu. Ini pertama kali dia masuk kerumah Cinta, dulu ia hanya berani mengantarkan Cinta sampai di depan gang rumah. Dulu dia adalah anak nakal, suka tawuran dan juga dia mengamen. Bukan karena tidak memiliki biaya untuk hidup, tapi karena dia suka melakukan hal yang membuat orangtua nya murka. Keluarga Dandy termasuk keluarga berada, ayah nya seorang pensiunan tentara dan Ibu nya seorang Bidan. Dandy juga termasuk anak yang pintar, namun karena perceraian kedua orangtuanya membuat dia meminta untuk lebih diperhatikan.
Bisik-bisik dari karyawan kantor terdengar oleh Cinta, entah perasaannya saja atau bukan tapi sepertinya bisik-bisik itu disertai dengan lirikan kepadanya.Mila berlari mengejarnya lalu memeluk Cinta. "Hei, hei ada apa?" Mila tersenyum lebar dan memberikan bingkisan kado berwarna merah kepada Cinta. "Apa ini? Aku tidak sedang berulang tahun." Cinta tersenyum membolak-balik kado itu."Tadi ada banyak kurir kesini, mengantarkan banyak sekali kado." Kening Cinta berkerut, dia berpikir apa itu dari Bian mengingat dulu Pria itu dulu melakukan hal yang sama. "Terus kenapa mereka semua melihat ku seperti itu?" Mila melihat sekitar lalu mengajak Cinta berjalan meninggalkan lobby kantor. "Kabarnya salah satu Pria Jayker akan ada yang bertunangan. Mungkin mereka pikir itu kau dan Bian.""Ngaco!," jawab Cinta namun dia kemudian berpikir jangan-jangan Bian dan Stevani."Hei sudah ayo cek kado-kado mu. Itu dari Dandy." Cinta melihat Mila tak
Guntur terdengar menggelar, seolah janji Dandy direstui Sang Pencipta serta Ibu dan Ayah nya. Cinta terpaku dengan Dandy, perlahan dia mulai menyadari kalau tangannya sudah disentuh oleh pria itu. "Apa kau menerima lamaranku Ta?" Cinta diam, tidak tahu menjawab apa. Dia memang ingin melupakan Bian tapi bukan ingin menjadikan Dandy sebagai tameng nya. "Aku mohon Ta. Jika kau ingin berlari maka aku siap menggenggam tanganmu, berlari jauh dan melupakan semua kepahitan ini. Dulu aku pernah berjanji bukan?""Entah kamu ingat atau tidak. Tapi aku masih ingat janji ku untuk menikahimu. Semua yang aku capai saat ini berkat kamu Ta. Kamu yang menjadi acuan untuk ku menjadi Dandy yang sekarang." Cinta menunduk, bagaimana dia tidak terharu dengan ini. Tapi hati nya masih sakit. Cinta perlahan berdiri dia meninggalkan Dandy sendiri di makam lalu dia pergi mengayuh sepedanya dengan menantang hujan yang sangat lebat.Bisakah hujan menghapus kenangan k
"Saya terima nikah dan kawinnya Cinta Fatih Binti Abdul Fatih dengan mas kawin tersebut Tunai." Mila dan lima orang lainnya dimana Ayah Dandy, Pak Penghulu, Renata, dan Orang tua Renata mengucap syukur lalu berdoa. Didalam kamar rumah sakit itu Dandy dan Cinta resmi menikah, hanya saja semua dokumen dibuat dengan bantuan teman Dandy untuk mempermudah semuanya. Namun secara agama mereka sudah sah, begitulah pemikiran Dandy. Tapi tetap saja dia terbebani karena Cinta tidak mengetahui hal ini.Dandy melihat wanita yang masih memejamkan matanya itu, malam ini Dandy akan membawa Cinta ke Jepang. Dia sudah meminta bantuan bos nya untuk membantu nya. Dia berhutang budi dengan Devano sangat banyak, membawa Cinta ke berobat ke Jepang bukanlah mudah ditambah dengan keadaan Cinta yang seperti ini. Dandy mengecup kening Cinta dalam lalu meminta maaf atas kelancangannya."Sorry Ta, aku terima kalau kamu mau marah nanti dan membenci ku." Ayah Dandy menepuk ba
Saat itu aku melihat dia pertama kali dengan senyuman yang mampu mematahkan hatiAndai senyuman nya bukan untukuTapi aku sungguh beruntung. Karena senyum itu milikku.Aku mencoba menjauhkan dia dari garis jalankuNamun dia kembali menarik ku dengan hanya menggunakan senyum ituSenyumnya mampu meruntuhkan pertahananku...Andai dia tahu kalau hari ku tanpa nya tidak lah lebih berarti dari apapun di Dunia ini.Bisakah kita berjalan berdampingan bersama?Karena sekarang aku siap dengan kedua kaki ku yang hanya akan melangkah pulang dalam dekapanmu...Ijinkan aku hanya mengucap sumpah pernikahan dengan nama mu yang menjadi mempelainya..Berikan aku kesempatan membuat mu terus bahagia bersama ku, bersama anak-anak kita.Aku bersumpah hanya kamu yang terakhir dan aku tak akan mengulangi lagi kesalahan ku yang pernah meninggalkan mu...Cinta...Will you marry me?Cinta menutup mulut nya saat melihat pohon didepan r
Bian yang dari kantor langsung saja berlari menuju kamar rawat yang dikatakan Bella. Dia membuka gagang pintu itu lalu mendorongnya perlahan. Terlihat Cinta sedang duduk di sebelah brankar dengan memegangi lengan anaknya. Bian merasakan kesedihan Cinta, wajah bayi kecil itu terlihat tenang namun membuat hati Bian sangat sakit. Alat bantu pernapasan masih terpasang dengan impus yang mengalir semakin menambah sakit di dada Bian. Anak sekecil itu harus merasakan ditusuk jarum infus, pasti Dandy tadi menangis dengan kuat. Pikirnya.data-p-id=8684792e4e5e7292f95e233df2ac1630,Bian melihat teman Cinta Renata tertidur di sofa, lalu perlahan tangan Bian menyentuh pundak Cinta. "Pak Bian,"ucap Cinta tekejut. "Ya saya." Bian tersenyum manis. "Kalau kamu mau tidur, tidur saja. Saya akan bantu menjaga Dandy disini." Cinta menggelengkan kepalanya. Dia bertanya-tanya apakah Bian sudah mendengar cerita Bella.data-p-id=77349407c8c03e3e8689fb9cbdf2fc22,"Tidak apa-apa Pak, saya tidak meng
Airmata Cinta tidak bisa dia hentikan, hatinya begitu sakit melihat anaknya terkulai lemas dalam gendongan akibat dirinya yang lalai. Dia berlari tergesa-gesa tanpa memperdulikan kalau dia tidak lagi memakai alas kaki.Rumah sakit adalah tujuan Cinta tanpa memikirkan apapun lagi selain keselamatan anaknya. Untungnya di depan rumah sakit sedang berdiri Bella yang baru saja hendak pulang kerumahnya."Bella...," panggil Cinta yang baru tiba di teras rumah sakit besar. Bella terkejut, dia menatap darah di tangan Cinta dan seorang bayi. "Suster," teriak Bella memanggil petugas rumah sakit."Bella, tolong selamatkan anak ku. Tolong Bella.""Cinta kamu tenang ayo masuk, aku akan mengurus anakmu." Bella langsung masuk kembali ke dalam rumah sakit. Dia buru-buru masuk ke dalam ruang gawat darurat sementara Cinta hanya bisa menunggu diluar ruangan. Satu jam kemudian Bella keluar dari ruangan itu dengan wajah tenang diserati senyuman khas nya. Bella melihat pergelangan tan
Waktu terus berlalu dan Cinta sekarang menjadi ibu yang tangguh. Cinta mulai melanjutkan hidupnya dengan uang yang diberikan oleh pihak perusahaan Dandy serta dia juga memulai memasak karting demi menghidupi dirinya dan si Dandy kecil. Pagi-pagi sebelum Renata pergi kerja dia akan meminta tolong Renata menjaga anaknya sementara dia ke pasar lalu setelah Renata berangkat dia akan memasak dirumah sambil mengurus buah hatinya, setelah itu Cinta akan mengantarkan masakannya kepada orang yang memesan katringnya menggunakan ojek online dengan membawa bayi mungil yang baru berusia dua bulan itu.Cinta sadar kalau uang yang diberikan perusahaan Dandy akan berkurang jika dia memakai nya setiap hari, jadi lebih baik menyimpan uang itu untuk keperluan mendadak saja. Dan setiap harinya Cinta akan melakukan pekerjaanya sebagai tukang karting.Dalam satu hari Cinta bisa mendapatkan orderan dua puluh sampai tiga puluh box, sehingga itu sudah sangat lumayan buatnya dan anaknya. Setiap h
Rintik hujan menyertai kepergian Dandy, airmata dan tetesan air hujan menjadi satu saat ini. Cinta tidak bisa menahan tangisannya saat tubuh Dandy masuk kedalam liang lahat. Dandy dikuburkan tepat di sebelah makam ayah mertuanya, makam yang belum lagi kering itu sudah kembali ramai jadi perbincangan akibat meyusulnya anak semata wayang nya. Banyak orang menatap iba Cinta, dan yang paling ingin berada disebelah Cinta saat ini adalah Bian. Namun saat ini dia hanya bisa mengamati Cinta dari kejauhan, jika memang wanita itu hilang ingatan maka semua kenangan indah mereka tidak diingat oleh Cinta. Bian menebak kalau Cinta hilang ingatan akibat kecelakaan yang baru saja terjadi.Airmata Cinta rasanya ingin sekali Bian hapus. Cinta menangis untuk kepergian suami yang sangat dia sayangi. Bian menghembuskan napas kasar lalu tepukan di bahunya menyadarkan Bian kalau dia ditemani sebagian keluarganya di pemakaman itu. Brian berbisik kepada Bian membuat Bian sangat terkejut.&
Mila berlari ikut membawa brankar dimana terdapat tubuh Cinta yang tidak lagi membuka matanya. Mila menangis karena melihat darah yang keluar dari tubuh Cinta. Disaat yang bersamaan brankar Dandy juga dibawa masuk kedalam ruang operasi.Mila mengurus semua yang perlu dia lakukan disana termasuk menelpon Renata.Dandy bersama Cinta baru saja tiba di Jakarta tiga hari yang lalu karena Ayah Dandy meninggal dunia. Cinta seharusnya tidak ikut karena dia sedang hamil besar namun Cinta memaksa dan hasil periksa Dokter memberikan Cinta ijin menaiki maskapai penerbangan dari Jepang menuju Indonesia.Ditengah lorong rumah sakit berdiri seorang wanita yang melihat Mila menangis seorang diri sebelum akhirnya seorang wanita datang memeluk erat tubuh Mila. Bella penasaran dengan apa yang terjadi, dia baru hari ini kembali masuk bekerja karena baru selesai dari masa cuti panjang mengurus pertunangan Bian dan Viza.Dia berjalan mendekati kedua wanita yang menangis saling menguatka
Dandy merapihkan rambut Cinta yang menutupi wajah wanita itu. Surai hitam yang telah terpotong pendek akibat kecelakaan yang yang dilalui Cinta tujuh bulan yang lalu itu kini perlahan mecapai bawah kuping Cinta. Dandy mencium bibir Cinta sekilas lalu beranjak ingin tidur tapi tangannya di tahan oleh Cinta. Mata yang tadi tertutup itu perlahan terbuka mengintip dari balik bulu mata yang tebal miliknya. “Kenapa tidak dilanjutkan? Bukankah aku istri mu.” Dandy mengerti arah pertanyaan Cinta tapi dia hanya bisa tersenyum lembut lalu mengusap rambut Cinta sayang. “Nanti akan kita lakukan setelah jagoan kita lahir. Aku tidak ingin membuat mu lelah. Tidurlah besok kita akan menjemput Mila di Bandara.” Cinta langsung tersenyum lebar. “Jadi kau menelponnya tanpa memberitahukan ku?” Dandy mengangguk mantap. “Tentu aku tidak bia meninggalkanmu seorang diri di sini.” Dandy sudah mengatakan kalau dia akan pergi ke Luar Negri untuk beberapa hari saja karena ada pekerjaan mendadak.
data-p-id=26218981fd24d0d9786d4f100df02931,Tawa seorang terdengar begitu indah di dengar oleh Bian, dari jarak yang tidak terlalu jauh Bian mampu melihat wajah bahagia dari wanita yang dia cintai.data-p-id=522b7098d3000a0ec64d6278efaefea7,Cinta nya terlihat cantik meski dengan potongan rambut pendek seperti saat ini, entah apa yang terjadi sehingga wanita itu memotong pendek rambutnya. Bian masih setia melihat wajah Cinta yang duduk manis memakan ice cream yang dibelikan Dandy untuk nya di Mall itu.data-p-id=5b8162bd30ce19e8284390171dca8092,Lalu bola mata Bian menangkap perubahan pada perut Cinta. Terlebih saat pria di sebelah Cinta mencium lembut perut itu, Bian terdorong ke belakang karena nya.data-p-id=9ecaf030d3eddf572f22514bf1a3c4eb,Apakah dia benar-benar sudah terlambat? data-p-id=bf7f7088d236bd624875f670b8c7b13f,Cinta benar-benar terlihat
data-p-id=a79a185a04519be4bcbaf803e8aec99d,Hari yang ditunggu Bian hadir dia sudah bisa berjalan dengan baik, meski tidak bisa untuk berlari. Kedua kaki nya belum bisa untuk hal itu. Semua sudah dia urus dan hari ini dia akan pergi menemui wanita yang sudah dia lepaskan. Wanita yang sangat dia inginkan.Perasaan itu semakin kuat saat Cinta meninggalkannya, tapi kali ini Bian bertekad membawa Cinta kembali dalam hidupnya. Meski harus membuat wanita itu bercerai dari suami nya.data-p-id=1fa7356139617bbcd165eefaea78e81e,Bian melihat foto Cinta dalam kamarnya dan dia memasukan bingkai foto itu ke dalam tas ransel yang dia bawa."Kamu akan pergi Bian?" tanya Mama nya yang masuk ke dalam kamar.data-p-id=bac0be73b6aef1ce8a5a123c6e3826c1,"Ya Ma, doa kan Bian ya." Mama nya hanya mampu mengangguk. "Meski sebenarnya yang kau lakukan adalah salah. Memisahkan seorang istri dari suami nya Bian, tapi Mama berharap setelah in