Share

Chapter 22

Suasana makan malam yang sangat menegangkan. Seumur hidupnya Pandan tidak pernah merasakan suasana dingin seperti sekarang ini di meja makan. Hanya terdengar dentingan sendok dan garpu alih-alih candaan hangat yang biasanya acapkali mereka lakukan. Khususnya apabila kedua orang tuanya ikut makan bersama. Suasananya langsung ceria dengan segala celotehan-celotehannya. Kali ini formasi mereka memang tidak lengkap. Ayahnya sedang mempunyai urusan di luar. Di meja makan hanya ada ibunya, kakaknya dan Mbak Puput, pacar kakaknya. 

Malam ini Pandan gelisah sekali. Air yang diminumnya bagai duri, dan nasi yang dimakannya bagai sekam. Ia merasa sungguh-sungguh tidak nyaman. Ia seperti seorang pesakitan yang sedang menunggu hukuman. Sedikit saja ia membuat kesalahan, pasti keributan akan pecah. Tinggal menunggu pemicunya saja.

"Kamu kenapa makannya sedikit sekali, Pandan?" Ibunya melirik piringnya yang hanya berisi seperempat centong nasi dan ses

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status