Beberapa menit berlalu, mobil Harry akhirnya sampai di depan sebuah butik terkenal di Korea Selatan. Harry dan Yura segera memasuki butik tersebut. Ketika Harry baru membuka pintunya, dia langsung disambut oleh semua pelayan yang membungkuk hormat ke arahnya. Harry yang melihatnya tidak begitu terkejut karena butik ini adalah salah satu aset milik keluarganya. "Sebegitu terkenalkah seorang Harry Borison sehingga mampu membuat semua orang tunduk padanya?" batin Yura tidak melepaskan seinci pun pandangannya dari sosok Harry.
"Jangan terlalu lama memandangiku! Nanti kamu akan terjerat oleh pesonaku," bisik Harry pada Yura.
"Ciihh, amit-amit. Aku nggak segampang itu untuk bisa menyukai pria," ketus Yura.
"Jadi, kamu selama ini menyukai sesama wanita gitu maksudnya." Harry langsung mendapatkan pukulan dari Yura.
"Dasar menyebalkan ..." Yura langsung meninggalkan Harry
"Kamu begitu keras kepala Yura. Tapi, itu yang membuatmu semakin menarik," batin
Yura yang merasa diperhatikan menolehkan wajahnya. "Apa kamu lihat-lihat?" tanya Yura sinis kepada pegawai wanita itu. "Dasar nggak sopan." Pegawai wanita itu mengomentari Yura. Belum sempat Yura membalas perkataan pegawai itu, Harry sudah menyela. "Sudah cukup, sekarang kamu boleh keluar dari ruanganku." Tegas Harry kepada pegawai wanita itu sebelum terjadi pertengkaran di antara keduanya. Pegawai wanita itu langsung pergi dengan penuh kekesalan. Harry segera menutup pintu ruangannya dan duduk di hadapan Yura sambil bersedekap tangan. "Jangan bertanya apa-apa kepadaku, karena aku lagi malas bicara. Aku hanya ingin mencari tempat yang tenang tanpa ada gangguan dari rekan-rekanku yang terus bergosip tentang hubunganku denganmu. Dan aku rasa tempat ini paling cocok untuk menyelesaikan dokumen-dokumen ini." Yura langsung membuka dokumen-dokumennya di depan Harry. "Baiklah, tapi ini nggak gratis," jawab Harry menatap Yura. "Oke, nggak masalah," uc
"Sudah-sudah itu urusan anak muda Jerry, kita tidak usah ikut campur. Sebaiknya kita membicarakan tentang pernikahan mereka saja," ujar tuan Han menenangkan sedikit perseteruan antara bapak dan anak yang memiliki sifat sama-sama keras kepala. "Baiklah kamu menang kali ini Harry (pura-pura sebal). Oke begini, berhubung pernikahan kalian diajukan dan kami sepakat lebih cepat akan lebih baik. Jadi, pernikahan kalian diadakan lusa depan. Kalian besok jam 02.00 siang berangkat ke Shanghai, China bersama Daniel juga. Sedangkan kami, habis ini langsung berangkat karena harus menyiapkan segala sesuatunya di sana. Persiapkan semua barang-barang kalian malam ini. Harry, tolong jaga Yura dan juga Daniel oke!" Jelas tuan Park Jerry yang membuat Harry dan Yura melongo atas penuturan orang tuanya. Namun, mereka tidak bisa mengelak apa pun karena mereka merasa percuma juga hal itu tidak akan berubah meskipun mereka mengajukan argumen. "Oh iya satu lagi, setelah kamu pulang dan meny
Keesokan harinya, Yura, Harry, dan juga Daniel sudah berada di bandara Incheon, Korea Selatan. Karena 15 menit lagi pesawat menuju Shanghai akan segera take of. Setelah beberapa jam mereka melakukan perjalanan, akhirnya pesawat landing juga di bandara Pudong, Shanghai. "Waahh, akhirnya kita sampai juga di Shanghai Harry." Histeris Yura sambil menggandeng tangan Harry, sedangkan Harry hanya tertawa melihat Yura yang mulai bersikap manja kepadanya. Daniel yang melihat kemanjaan Yura pada Harry hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kelakuan Nunna benar-benar menggelikan." Perkataan Daniel membuat Yura menoleh ke arahnya. "Bilang saja kalau kamu cemburu melihat kakakmu ini sudah mempunyai pasangan. Iya, 'kan?" ujar Yura. "Oh sorry ... aku sudah memiliki kekasih." Jawaban Daniel membuat Yura kesal. Sedangkan Harry hanya tersenyum melihat perdebatan antara kakak beradik itu. Mereka bertiga segera memasuki mobil yang telah dikirim oleh tuan Park dan m
Tiba-tiba Yura terlonjak (karena terkejut) ketika ada sebuah tangan menyentuh bahunya. "Apa kamu tidak bosan hanya membaca buku seperti ini?" tanya Harry berhasil membuat Yura semakin gugup. "Ahhh, tidak. Aku lebih suka membaca buku daripada melakukan hal lain." Yura mencoba menyembunyikan rasa gugupnya. "Apa maksudmu melakukan hal lain?" tanya Harry menggoda dan mendekatkan dirinya ke arah Yura. "Ahhh, aku tahu kamu memikirkan melakukan malam pertama bersamaku iya kan?" lanjut Harry mendekat lagi ke arah Yura. "Apa yang kamu lakukan?" Yura semakin gugup melihat Harry yang semakin mendekat. "Bukankah tadi kamu bilang sedang memikirkan malam pertama denganku?" tanya Harry mencoba menggoda istrinya. "Tidaakk ... aku tidak pernah mengatakannya. Kamu saja yang langsung menyimpulkannya secara sepihak." Yura mencoba untuk tenang. Namun, Harry semakin mendekat ke arahnya. Seda
Mereka berdua saling kejar-kejaran di tepi pantai dengan gelak tawa yang tidak lepas dari keduanya. Yura yang terus menghindar dari Harry, tiba-tiba kakinya tersandung membuat tubuhnya oleng dan akhirnya ia terjatuh. Harry yang tidak jauh dari Yura langsung menghampirinya. "Kamu nggak apa-apa, 'kan, Yura?" tanya Harry khawatir. "Kakiku sakit Harry." Yura merengek manja pada Harry. Kemudian Harry mengulurkan tangannya membantu Yura untuk berdiri. "Harry ..." Panggil Yura sambil merentangkan kedua tangannya. Harry yang mengerti dengan maksud istrinya itu langsung memeluknya begitu hangat. "Kenapa kamu jadi manja begini?" tanya Harry sambil mengelus rambut Yura. "Kenapa? Lagian apa salahnya seorang istri bermanja-manjaan dengan suaminya. Aku ingin memelukmu saja. Soalnya sebentar lagi kita kembali ke Korea pasti kamu nanti akan sibuk begitu juga denganku. Apalagi kita harus bermain kucing-kucingan dengan orang-orang kantor karena mereka semua tidak tahu
Di aula yang terbilang sangat luas, di sana terdapat para pegawai yang sudah berkumpul menunggu kedatangan direktur besar. Susana yang tadinya begitu bising, kini berubah menjadi sunyi karena kedatangan direktur beserta pengawalnya. Yura melihat raut muka Harry yang sedikit kusut merasa khawatir dengan keadaan suaminya sekarang. Yura sama sekali tidak mengerti masalah apa yang sedang menimpa suaminya saat ini begitu juga dengan rencana Harry, karena memang Harry tidak ingin melibatkan Yura dengan masalahnya. Mata Yura tak henti-hentinya terus memandang Harry dari tempat di mana ia duduk sekarang yang tak jauh dari podium Harry, sehingga Harry juga bisa melihatnya. Harry berdiri di depan para pegawainya dan menyampaikan beberapa pesan. "Selamat siang semuanya, maaf beribu maaf karena saya telah membuat waktu kerja kalian terganggu. Saya mau mengumumkan suatu hal penting pada kalian semuanya. Besok saya akan pergi ke cabang perusahaan yang berada di Amerika, karena ada beberap
Handphone Harry bunyi. Ada sebuah pesan yang masuk. From : Istriku Suamiku, jangan cemburu ya.Tapi, wajahmu tadi sangat menggemaskan.Aku sudah merindukanmu, bagaimana ini?Ya sudahlah. Hati-hati ya, di sana. Miss you... Harry hanya tersenyum membaca pesan dari istrinya (Yura). Namun, Harry sengaja tidak membalas pesan dari Yura karena dia ingin sedikit menggodanya. Saat ini, dia sudah berada di tempat yang tidak ada orang yang tahu. Dia di sana bersama dengan Dongsun. Mereka berdua sudah merencanakannya matang-matang bahkan mereka sudah memasang beberapa cctv di setiap sudut kantor tanpa sepengetahuan para pegawainya. "Apa ada pergerakan yang mencurigakan Dongsun?" tanya Harry. "Untuk saat ini tidak ada Harry. Kita pantau saja," ujar Dongsun sambil melihat monitor yang dapat merekam setiap kejadian yang tertangkap di kamera. Bandara Incheon Myung
Yura segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan Harry. Ruangan itu terlihat begitu rapi dan terasa sunyi. Yura berjalan mendekat ke meja kerja Harry. Di sana terdapat papan nama Harry yang terbuat dari marmer dan juga ada foto tampan Harry yang memakai setelan jas hitam dengan rambut yang dipangkas ke atas membuatnya terlihat begitu berwibawa. Yura terus memandangi foto suaminya itu. Tanpa sadar bening-bening kristal sudah bergelinang di wajahnya. Hatinya sekarang terasa begitu sakit, karena merindukan seorang Harry Borison. Di saat Yura masih menangis tersedu-tersedu, tiba-tiba ponselnya berbunyi. "Yoebseyo (hallo)?" jawab Yura tanpa melihat nama peneleponnya. "Hai princess! Kenapa kamu menangis di ruanganku? Apa kamu tahu? Itu membuat hatiku sakit," ucap orang di seberang sana. Yura begitu mengenali suara orang yang meneleponnya. Siapa lagi orang yang memanggil dirinya princes kalau bukan suaminya sendiri, Harry. Dia semakin menangis tidak bisa berk
"Aku tidak menyimpannya, karena aku pikir data itu aman dan tidak mungkin orang luar bisa mencuri data itu. Lagian Naemi juga tidak mungkin mencurinya. Dia juga tidak tahu kalau rumah sakit ini milik keluargaku," jelas Marwin yang mulai merasakan ada keganjalan dari situasi saat ini."Oke, begini saja masalah tentang penyelidikan ini hanya kita berdua saja yang tahu. Jangan sampai ada yang tahu lagi termasuk orang terdekat kita sekali pun, karena kita juga tidak tahu siapa yang benar-benar tulus membantu dan siapa yang menyembunyikan sesuatu di belakang kita," saran Jungwo. Dia juga merasakan sesuatu yang aneh tentang kejadian ini."Oke, baiklah. Terima kasih kamu sudah mau membantu. Kalau gitu, kamu pulang dulu. Aku juga akan membantu menyelidiki mengenai masalah ini," jawab Marwin."Oke, aku pulang dulu. Oh iya, sebaiknya kamu bicarakan masalah ini dengan Harry juga karena dia yang sangat berpengaruh dalam menyelesaikan masalah ini," ucap Jungwo dan langsung m
Saat ini, Naemi sudah ada di kediaman pamannya. "Huufftt, kenapa masalah terus saja muncul kepadaku? Oh Tuhan, aku nggak ingin ada orang yang kehilangan nyawanya, karena ulahku lagi. Sudah berapa banyak orang yang sudah mati di tanganku? Aku ingin bertobat, Tuhan. Maka dari itu, tolong berikan Harry padaku, agar aku bisa menebus segala kesalahanku selama ini," batin Naemi sedikit memaksa sambil duduk di kursi taman rumah sambil menunggu pamannya pulang. "Kenapa kamu ada di sini, Naemi? Bukankah seharusnya kamu ada di rumah suamimu?" tanya Jo Jingri membuyarkan lamunan Naemi. "Ohh, paman sudah pulang? Aku hanya ingin mengunjungimu saja. Pikiranku sedang kalut saat ini. Oh iya, apa paman tahu tentang Rachel penyanyi terkenal itu?" tanya Naemi. "Sepertinya nama itu nggak asing. Sebentar, kamu punya fotonya nggak?" Kemudian Naemi memberikan foto Rachel yang ia dapat dari media sosial kepada pamannya. "Oh, aku ingat. Dia dulu itu penyanyi di club m
Malam yang begitu sunyi hanya terdengar suara hembusan angin dan aliran air sungai yang meneduhkan hati. Di sana, terdapat sosok wanita cantik duduk berdiam diri sambil menatap bintang-bintang yang seakan-akan sedang menghiburnya malam ini. Angin yang berhembus semakin menusuk kulit putih wanita itu. Rasa dinginnya malam sama sekali tidak ia pedulikan, tergantikan akan hatinya yang kembali hangat saat dirinya menyendiri seperti ini.Entah sampai kapan semua cobaan yang menimpa dirinya berakhir, menggantikan semuanya dengan kebahagian. Ingin rasanya dia tidak bersikap egois seperti ini. Namun, dia sudah lelah akan semua hal yang telah terjadi dalam hidupnya. Kata menyerah selalu menghantui pikirannya. Dia sakit di saat statusnya yang sebenarnya harus disembunyikan di hadapan publik, membuat semua pergerakannya harus dikendalikan.'Harry calling'Nama itu, membuat hatinya kembali merasakan rasa sakit. Rasa egois lebih dominan daripada rasa rindu, hingga m
"Hei bro, ke mana Calista?" tanya Harry pada Marwin."Entahlah. Tadi dia pergi ke toilet dan mukanya seperti habis melihat dirimu selingkuh, bung," bisik Marwin sambil ketawa.Harry langsung meninggalkan Marwin dan bergegas untuk mencari Calista. Namun, langkahnya terhenti saat namanya di panggil."Hai, direktur Harry. Senang bisa menjadi bintang tamu spesial di perusahaanmu aku sangat merasa terberkati," ucap Rachel manis di hadapan Harry."Sama-sama. Saya juga berterima kasih, karena anda sudah meluangkan waktu untuk menghadiri acara perusahaan kami," jawab Harry formal.Perbincangan mereka menjadi sorotan banyak orang bahkan wartawan tak menyia-nyiakan mengabadikan kesempatan emas itu."Bisakah anda menemani saya untuk mengobrol? Saya tidak terlalu kenal dengan orang-orang di sini." Ucapan Rachel begitu manis mungkin jika itu diucapkan di depan pria lain pasti hatinya sudah berbunga-bunga. Namun, ucapan manis itu ditujukan pada Harr
"Kenapa hatiku sakit, ya, saat melihat mereka berjalan berdampingan seperti itu?" tanya Harry pada hatinya sendiri.‘’Hei bukannya dia itu Han Yura?”“Waawww, apa aku nggak salah lihat? Wanita itu sangat mirip dengan mendiang istri Direktur Harry, loh.”“Apakah dia reinkarnasi dari sosok Han Yura? Daebaakkk ....”“Berita kali ini membuat gempar warga Korea pastinya.” Semua para tamu undangan, banyak yang dibuat terkejut dengan kedatangan Calista dan Marwin kecuali pegawai Rank Group yang memang sudah tahu dengan sosok Calista. Pasalnya, wajah mendiang istri sang direktur muda Harry Borison menjadi sorotan publik pasca kecelakaan terjadi yang menewaskan wanita malang tersebut. Sehingga, saat Calista menginjakkan kaki di tempat pagelaran akbar tersebut, wajar saja banyak or
Tiba sudah hari pergelaran akbar yang ditunggu-tunggu para kolega dan seluruh pebisnis Korea Selatan. Di mana mereka saling mencari muka di depan sang direktur Perusahaan Rank Group. Bahkan di antara mereka ada yang ingin mendapatkan perhatian, ada juga yang ingin mendapatkan kerja sama bersama perusahaan raksasa tersebut.Calista yang berada di kediaman Marwin, merasa sangat gelisah. Dia bingung mau memakai baju yang mana. Setidaknya penampilannya malam ini tidak boleh kalah dengan para wanita yang ingin mencari perhatian Harry."Hei, kenapa mukamu kusut begitu, hemm?" tanya Marwin yang tiba-tiba berada di samping calista."Aku bingung ini, gaun apa yang akan aku pakai nanti? Apalagi gaun-gaun kesayanganku ada di rumahku dan Harry ...." Wajah Calista cemberut hanya karena gaun."Dasar wanita. Ribet sekali, sih. Nih, Harry tadi sudah mengirimkan gaun untukmu," ucap Marwin sambil memberikan gaun itu kepada Calista."Waahh, benarkah
"Yang pasti mulai keluar dari ruang rapat tadi, kami tidak tahu keberadaan dia direktur.""Baiklah, masalah laporan itu gampang bisa diatur, yang penting kalian temukan dulu teman kalian itu." Harry meninggalkan ruangan perwakilan CN grup. Dengan perasaan yang begitu berkecamuk, Harry terus menghubungi nomor Calista. Namun, tidak ada jawaban sama sekali."Tolong cari keberadaan Calista, jika kalian menemukan petunjuk, segera hubungi aku." Harry menyuruh anak buahnya untuk mencari Calista.Sambil terus menghubungi Calista, Harry memasuki ruangannya dengan perasaan tidak tenang sama sekali. Namun saat sudah duduk di sofa sambil terus memegang hp nya berharap ada jawaban, tiba-tiba Harry mendengar deringan ponsel di ruangannya meskipun suaranya tidak terlalu keras tapi Harry mampu mendengarnya. Selangkah demi selangkah, Harry telusuri di setiap detail ruangannya. Saat tiba di depan pintu ruang peristirahatannya, bunyi ponsel itu semakin terdengar jelas.'Cek
Di perusahaan CN Grup, sedang gencar dengan berita perselingkuhan istri dari direktur mereka dengan pewaris Rank Group. Bahkan semua orang sedang menonton video wawancara Harry tadi lewat ponsel mereka masing-masing. Banyak para wanita sakit hati dengan perkataan Harry yang mengatakan bahwa tidak ada wanita yang bisa menggantikan sosok istrinya. Dan itu membuat semua harapan para wanita musnah untuk bisa mendampingi pria sukses dan wibawa seperti sosok Harry yang menjadi idola di kalangan para wanita."Aku sangat tidak setuju kalau pria tampan seperti direktur Harry harus mendapatkan wanita seperti Naemi." Salah satu pegawai wanita berkomentar."Kau benar. Lagian sudah punya suami masih saja menggoda pria lain," pungkas yang lain."Jelas-jelas di sini Naemi yang menggoda direktur Harry. Sampai-sampai direktur Rank Group i mengungkapkan hal seperti itu di hadapan para wartawan.""Dasar wanita tidak tahu malu. Gimana ya, reaksi direktur Daehan k
Di perusahaan Rank Group, sudah terdapat banyak wartawan di lobi. Kedatangan wartawan itu membuat para pegawai bahkan seluruh penghuni perusahaan bertanya-tanya apa yang menyebabkan para wartawan itu berada di perusahaan mereka. Hingga sebuah mobil sport hitam tiba di depan pintu lobi membuat semua wartawan langsung mendekat ke sekitar mobil tersebut. Sang pemilik mobil hanya bisa memandang mereka dengan tanda tanya besar, apa mau mereka dan siapa yang telah mengundang mereka datang ke sini. Sedangkan kalau diingat-ingat tidak ada acara penting di perusahaan. Dengan perasaan tenang dan aura kewibawaan direktur perusahaan tersebut keluar dari mobilnya. Di adalah direktur utama Rank Group (Harry Borison).Berbagai kamera menyoroti dirinya dan bermacam-macam pertanyaan mereka lontarkan di hadapan Harry. Tindakan yang secara tiba-tiba itu membuat para pengawalnya kualahan menghadapi para wartawan."Direktur Harry, sebenarnya apa hubungan anda dengan Naemi istri dari putra