Yura segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan Harry. Ruangan itu terlihat begitu rapi dan terasa sunyi. Yura berjalan mendekat ke meja kerja Harry. Di sana terdapat papan nama Harry yang terbuat dari marmer dan juga ada foto tampan Harry yang memakai setelan jas hitam dengan rambut yang dipangkas ke atas membuatnya terlihat begitu berwibawa. Yura terus memandangi foto suaminya itu. Tanpa sadar bening-bening kristal sudah bergelinang di wajahnya. Hatinya sekarang terasa begitu sakit, karena merindukan seorang Harry Borison. Di saat Yura masih menangis tersedu-tersedu, tiba-tiba ponselnya berbunyi.
"Yoebseyo (hallo)?" jawab Yura tanpa melihat nama peneleponnya.
"Hai princess! Kenapa kamu menangis di ruanganku? Apa kamu tahu? Itu membuat hatiku sakit," ucap orang di seberang sana.
Yura begitu mengenali suara orang yang meneleponnya. Siapa lagi orang yang memanggil dirinya princes kalau bukan suaminya sendiri, Harry. Dia semakin menangis tidak bisa berk
Keesokan harinya, semua pegawai sedang bersiap-siap untuk meeting mingguan dengan direktur. Tapi berhubung direktur tidak ada, meeting di pimpin oleh wakil direktur. Semuanya sudah memasuki ruangan meeting begitu juga dengan tim pemasaran. "Yura, kau sudah siap, 'kan? Buat presentasinya?" tanya manajer Jo. " Ya. Aku sudah siap semuanya," jawab Yura begitu mantap. "Baguslah kalau begitu. Ayo kita menuju ruang meeting!" Mereka semua menunggu kedatangan wakil direktur. Tak lama kemudian, wakil direktur masuk ke dalam ruangan meeting yang disambut oleh semua orang di situ. Tapi anehnya, Myungso tidak duduk di kursi depan tempat di mana ia seharusnya memimpin meeting ini. Melainkan dia duduk di sebelah kursi para pegawai lainnya membuat semua orang bingung. Tak lama kemudian, tiba-tiba pintu ruangan terbuka lagi dan muncullah sosok direktur besar bersama sekretarisnya membuat semua orang kembali terkejut. Bagaimana bisa yang tadinya direktur
"Ohh, aku minta maaf, benar-benar minta maaf, Direktur. Sudah mengganggu. Kalau begitu saya undur diri dulu," ucap Yura salah tingkah melihat ketiga orang itu menatap ke arahnya. "Tunggu ..." ujar Harry membuat langkah Yura terhenti. "Apa ada yang ingin kamu sampaikan Yura?" tanya Harry beranjak ke arah Yura. "Oh tidak direktur. Saya hanya ingin mengantarkan dokumen saja," jawab Yura gugup. "Dokumen?" tanya Harry memicingkan matanya melihat Yura yang tidak membawa apa-apa di tangannya. Sedangkan Yura yang menyadari kalau dia tidak membawa apa-apa saat pergi ke ruangan Harry, hanya merutuki kebodohannya itu. "Eemm, itu direktur, sepertinya dokumennya ketinggalan di meja saya," alasan Yura yang langsung membuat Harry menahan tawanya. "Aiisshh. Dasar menyebalkan," gerutu Yura kesal yang hanya di dengar oleh Harry. "Baiklah, kamu boleh kesini lagi nanti dan jangan lupa bawa dokumenmu." Harry tersenyum hangat membuat Yura semakin merindukannya.
Di dalam lift, Yura mulai merasa cemas. Ia tidak ingin mengingat kejadian waktu kecilnya yang membuatnya merasa ketakutan. Yura terus mencoba menetralkan dirinya agar lebih tenang. Tiba-tiba Yura mendengar ada barang jatuh dari atas dan ia segera melihatnya. Betapa terkejutnya Yura, saat ini di hadapannya ada seekor burung yang mati terkena tembakan. Yura langsung teriak histeris melihatnya. Ia teringat dengan traumanya waktu kecil. Yura langsung lemas. Kakinya tidak bisa menopang tubuhnya lagi. Dan dadanya begitu sesak untuk bernapas. "Harry." Yura menggumamkan nama suaminya. Ia begitu ketakutan saat ini. Tubuhnya bergetar dan air mata tak henti-hentinya keluar dari bola matanya. Yura terus menggumamkan nama Harry. Tiba-tiba pintu lift mulai terbuka dan yang Yura lihat pertama kali adalah sosok Harry di sana. Yura segera berusaha berdiri dengan kondisi yang berantakan, mata membengkak, rambut acak-acakan. Setelah pintu lift terbuka penuh, Yura langsung berlari memel
"Waahh, pelupamu itu sungguh sudah stadium empat. Bagaimana kamu bisa lupa kalau kita sekarang akan kedatangan klian besar, hah?" kesal Dongsun. Harry yang mendengar perkataan Dongsun hanya menggaruk rambutnya yang tidak gatal itu."Ahh maaf, tadi ada sedikit kendala di perjalanan. Jadi, aku sedikit terlambat." jawab Harry senyum-senyum. Sedangkan Dongsun hanya menatapnya malas."Apa persiapannya sudah kelar semua?" tanya Harry dengan tampang polosnya membuat kedua sahabatnya tidak tega terus mengomelinya."Persiapannya sudah kelar semua dan klien kita akan datang 15 menit lagi," jawab Myungso dengan penuh kewibawaan berbeda dengan Dongsun yang terus menggerutu kesal pada Harry.Mereka bertiga sedang menunggu kedatangan klien dari China itu di ruangan Harry. Sudah 15 menit mereka menunggu, klien itu tidak kunjung datang membuat mereka bertiga mulai sedikit bosan. Tiba-tiba suara telepon di meja kerja Harry berbunyi."Direktur, klien dari china suda
Diruangan Harry, mereka semua masih merundingkan mengenai proyek yang akan mereka bangun dan kembangkan bersama. Yutu dan Harry sebagai direktur dari perusahaan mereka masing-masing, memberi keputusan kalau proyek itu akan di bangun di Pulau Jeju. Akhirnya, mereka semua menyetujui dengan keputusan direkturnya itu dan segera membuat rencana mengenai rancangan desain dan juga dana yang akan mereka keluarkan.Tidak terasa sudah empat jam mereka melakukan meeting mengenai proyek baru mereka. Karena merasa lelah, mereka semua segera mengakhiri diskusinya dan beristirahat terlebih dahulu. Harry mempersilahkan Yutu dan yang lainnya untuk beristirahat di ruangan yang telah ia persiapkan buat para kliennya."Kalian istirahatlah terlebih dahulu! Saya sudah mempersiapkan ruangan buat kalian semua. Saya harap kalian semua merasa nyaman berada di perusahaan saya ini." Harry mengantarkan Yutu bersama yang lain."Thank you direktur Harry Borison. Anda sudah membuat kami merasa
Setelah selesai makan siang, mereka bertiga (Harry, Myungso, dan Dongsun) beranjak keluar dari ruangan. Mereka ingin ngopi bersama di kantin kantor sekalian ngobrol disana. Saat pintu lift terbuka, mereka dikejutkan dengan pemandangan yang ada di depannya.Tatapan Harry begitu nyalang. Dia mengepalkan tangan seolah-olah ingin meninju siapa saja yang ada di hadapannya saat melihat istrinya dalam pelukan pria lain. Hatinya semakin sakit ketika mengetahui Yura begitu senang dalam pelukan pria itu yang tak lain adalah direktur kliennya dari China (Yutu). Harry benar-benar tak habis pikir dengan apa yang dilihatnya sekarang begitu juga dengan Myungso dan juga Dongsun yang hanya melongo melihatnya.Yura langsung menegang melihat suaminya sudah ada di depannya dengan tatapan tajam yang ingin menerkamnya saat ini juga. Situasi ini membuatnya begitu salah tingkah ketika melihat ada Myungso dan juga Dongsun disana. Ingin rasanya ia menjelaskan semuanya pada Harry, tapi situasiny
Tangan itu masih bertahan melingkar ke tubuh seseorang yang begitu Yura cintai. Rasa nyaman dan bersalah menggerogoti hatinya. Sehingga hanya air mata yang bicara. Bibirnya bungkam ketika menyadari satu hal, Harry tidak meresponnya."Harry maaf, aku benar-benar minta maaf. Kau jangan salah paham dulu, pria tadi itu sahabat kecilku. Aku begitu terkejut melihat dia ada di kantor tadi. Terus dia langsung memelukku karena kita sudah lama sekali tidak pernah bertemu," jelas Yura dengan suara lirih menangis sesenggukan memeluk punggung Harry."Kau bohong. Tadi dia bilang kalau kamu mantan kekasihnya. Jadi, kalau sepasang mantan kekasih berpelukan dengan bahagianya seperti tadi, itu tandanya masih ada rasa cinta di dalam hatinya." Harry menyangkal tidak percaya dengan perkataan Yura. Ada rasa kecewa di benak Harry. Dia cemburu melihat senyuman itu saat berada di pelukan pria lain."Apaaa? Kau bilang apa tadi? Si rusa culun itu bilang kalau aku mantan kekasihnya? Waahh,
Ada koneksi kuat, cinta dan kasih sayang saat berpelukan sembari menyandarkan kepala di meja seperti itu. Dengan Yura menindih tubuh Harry. Mungkin tidak ada obrolan berarti tetapi pelukan seperti ini cukup menggambarkan keinginan untuk bisa bersama. Ada rasa menghargai yang mendalam dan memuja satu sama lain. Mata itu terus menilisik ke tubuh wanita yang ia cintai mencari apakah ada luka yang tergoreskan di kulit putih itu."Yura kamu tidak apa-apa?" tanya Harry khawatir dengan memegang pipi Yura."Aku tidak apa-apa Harry," jawab Yura tersenyum sambil memegang tangan Harry yang ada di pipinya itu.Sedangkan Yutu yang masih ada disana terseyum-senyum tak jelas melihat kemesraan sahabatnya itu. "Ekheemm, apa kalian akan mengumbar kemesraan di kantor?" goda Yutu menahan tawanya membuat mereka berdua salah tingkah.Yura kembali ke ruangannya setelah berbaikan dengan sahabatnya itu di ruangan Harry. Kalau bukan karena Harry, mereka berdua pasti masih sali
"Aku tidak menyimpannya, karena aku pikir data itu aman dan tidak mungkin orang luar bisa mencuri data itu. Lagian Naemi juga tidak mungkin mencurinya. Dia juga tidak tahu kalau rumah sakit ini milik keluargaku," jelas Marwin yang mulai merasakan ada keganjalan dari situasi saat ini."Oke, begini saja masalah tentang penyelidikan ini hanya kita berdua saja yang tahu. Jangan sampai ada yang tahu lagi termasuk orang terdekat kita sekali pun, karena kita juga tidak tahu siapa yang benar-benar tulus membantu dan siapa yang menyembunyikan sesuatu di belakang kita," saran Jungwo. Dia juga merasakan sesuatu yang aneh tentang kejadian ini."Oke, baiklah. Terima kasih kamu sudah mau membantu. Kalau gitu, kamu pulang dulu. Aku juga akan membantu menyelidiki mengenai masalah ini," jawab Marwin."Oke, aku pulang dulu. Oh iya, sebaiknya kamu bicarakan masalah ini dengan Harry juga karena dia yang sangat berpengaruh dalam menyelesaikan masalah ini," ucap Jungwo dan langsung m
Saat ini, Naemi sudah ada di kediaman pamannya. "Huufftt, kenapa masalah terus saja muncul kepadaku? Oh Tuhan, aku nggak ingin ada orang yang kehilangan nyawanya, karena ulahku lagi. Sudah berapa banyak orang yang sudah mati di tanganku? Aku ingin bertobat, Tuhan. Maka dari itu, tolong berikan Harry padaku, agar aku bisa menebus segala kesalahanku selama ini," batin Naemi sedikit memaksa sambil duduk di kursi taman rumah sambil menunggu pamannya pulang. "Kenapa kamu ada di sini, Naemi? Bukankah seharusnya kamu ada di rumah suamimu?" tanya Jo Jingri membuyarkan lamunan Naemi. "Ohh, paman sudah pulang? Aku hanya ingin mengunjungimu saja. Pikiranku sedang kalut saat ini. Oh iya, apa paman tahu tentang Rachel penyanyi terkenal itu?" tanya Naemi. "Sepertinya nama itu nggak asing. Sebentar, kamu punya fotonya nggak?" Kemudian Naemi memberikan foto Rachel yang ia dapat dari media sosial kepada pamannya. "Oh, aku ingat. Dia dulu itu penyanyi di club m
Malam yang begitu sunyi hanya terdengar suara hembusan angin dan aliran air sungai yang meneduhkan hati. Di sana, terdapat sosok wanita cantik duduk berdiam diri sambil menatap bintang-bintang yang seakan-akan sedang menghiburnya malam ini. Angin yang berhembus semakin menusuk kulit putih wanita itu. Rasa dinginnya malam sama sekali tidak ia pedulikan, tergantikan akan hatinya yang kembali hangat saat dirinya menyendiri seperti ini.Entah sampai kapan semua cobaan yang menimpa dirinya berakhir, menggantikan semuanya dengan kebahagian. Ingin rasanya dia tidak bersikap egois seperti ini. Namun, dia sudah lelah akan semua hal yang telah terjadi dalam hidupnya. Kata menyerah selalu menghantui pikirannya. Dia sakit di saat statusnya yang sebenarnya harus disembunyikan di hadapan publik, membuat semua pergerakannya harus dikendalikan.'Harry calling'Nama itu, membuat hatinya kembali merasakan rasa sakit. Rasa egois lebih dominan daripada rasa rindu, hingga m
"Hei bro, ke mana Calista?" tanya Harry pada Marwin."Entahlah. Tadi dia pergi ke toilet dan mukanya seperti habis melihat dirimu selingkuh, bung," bisik Marwin sambil ketawa.Harry langsung meninggalkan Marwin dan bergegas untuk mencari Calista. Namun, langkahnya terhenti saat namanya di panggil."Hai, direktur Harry. Senang bisa menjadi bintang tamu spesial di perusahaanmu aku sangat merasa terberkati," ucap Rachel manis di hadapan Harry."Sama-sama. Saya juga berterima kasih, karena anda sudah meluangkan waktu untuk menghadiri acara perusahaan kami," jawab Harry formal.Perbincangan mereka menjadi sorotan banyak orang bahkan wartawan tak menyia-nyiakan mengabadikan kesempatan emas itu."Bisakah anda menemani saya untuk mengobrol? Saya tidak terlalu kenal dengan orang-orang di sini." Ucapan Rachel begitu manis mungkin jika itu diucapkan di depan pria lain pasti hatinya sudah berbunga-bunga. Namun, ucapan manis itu ditujukan pada Harr
"Kenapa hatiku sakit, ya, saat melihat mereka berjalan berdampingan seperti itu?" tanya Harry pada hatinya sendiri.‘’Hei bukannya dia itu Han Yura?”“Waawww, apa aku nggak salah lihat? Wanita itu sangat mirip dengan mendiang istri Direktur Harry, loh.”“Apakah dia reinkarnasi dari sosok Han Yura? Daebaakkk ....”“Berita kali ini membuat gempar warga Korea pastinya.” Semua para tamu undangan, banyak yang dibuat terkejut dengan kedatangan Calista dan Marwin kecuali pegawai Rank Group yang memang sudah tahu dengan sosok Calista. Pasalnya, wajah mendiang istri sang direktur muda Harry Borison menjadi sorotan publik pasca kecelakaan terjadi yang menewaskan wanita malang tersebut. Sehingga, saat Calista menginjakkan kaki di tempat pagelaran akbar tersebut, wajar saja banyak or
Tiba sudah hari pergelaran akbar yang ditunggu-tunggu para kolega dan seluruh pebisnis Korea Selatan. Di mana mereka saling mencari muka di depan sang direktur Perusahaan Rank Group. Bahkan di antara mereka ada yang ingin mendapatkan perhatian, ada juga yang ingin mendapatkan kerja sama bersama perusahaan raksasa tersebut.Calista yang berada di kediaman Marwin, merasa sangat gelisah. Dia bingung mau memakai baju yang mana. Setidaknya penampilannya malam ini tidak boleh kalah dengan para wanita yang ingin mencari perhatian Harry."Hei, kenapa mukamu kusut begitu, hemm?" tanya Marwin yang tiba-tiba berada di samping calista."Aku bingung ini, gaun apa yang akan aku pakai nanti? Apalagi gaun-gaun kesayanganku ada di rumahku dan Harry ...." Wajah Calista cemberut hanya karena gaun."Dasar wanita. Ribet sekali, sih. Nih, Harry tadi sudah mengirimkan gaun untukmu," ucap Marwin sambil memberikan gaun itu kepada Calista."Waahh, benarkah
"Yang pasti mulai keluar dari ruang rapat tadi, kami tidak tahu keberadaan dia direktur.""Baiklah, masalah laporan itu gampang bisa diatur, yang penting kalian temukan dulu teman kalian itu." Harry meninggalkan ruangan perwakilan CN grup. Dengan perasaan yang begitu berkecamuk, Harry terus menghubungi nomor Calista. Namun, tidak ada jawaban sama sekali."Tolong cari keberadaan Calista, jika kalian menemukan petunjuk, segera hubungi aku." Harry menyuruh anak buahnya untuk mencari Calista.Sambil terus menghubungi Calista, Harry memasuki ruangannya dengan perasaan tidak tenang sama sekali. Namun saat sudah duduk di sofa sambil terus memegang hp nya berharap ada jawaban, tiba-tiba Harry mendengar deringan ponsel di ruangannya meskipun suaranya tidak terlalu keras tapi Harry mampu mendengarnya. Selangkah demi selangkah, Harry telusuri di setiap detail ruangannya. Saat tiba di depan pintu ruang peristirahatannya, bunyi ponsel itu semakin terdengar jelas.'Cek
Di perusahaan CN Grup, sedang gencar dengan berita perselingkuhan istri dari direktur mereka dengan pewaris Rank Group. Bahkan semua orang sedang menonton video wawancara Harry tadi lewat ponsel mereka masing-masing. Banyak para wanita sakit hati dengan perkataan Harry yang mengatakan bahwa tidak ada wanita yang bisa menggantikan sosok istrinya. Dan itu membuat semua harapan para wanita musnah untuk bisa mendampingi pria sukses dan wibawa seperti sosok Harry yang menjadi idola di kalangan para wanita."Aku sangat tidak setuju kalau pria tampan seperti direktur Harry harus mendapatkan wanita seperti Naemi." Salah satu pegawai wanita berkomentar."Kau benar. Lagian sudah punya suami masih saja menggoda pria lain," pungkas yang lain."Jelas-jelas di sini Naemi yang menggoda direktur Harry. Sampai-sampai direktur Rank Group i mengungkapkan hal seperti itu di hadapan para wartawan.""Dasar wanita tidak tahu malu. Gimana ya, reaksi direktur Daehan k
Di perusahaan Rank Group, sudah terdapat banyak wartawan di lobi. Kedatangan wartawan itu membuat para pegawai bahkan seluruh penghuni perusahaan bertanya-tanya apa yang menyebabkan para wartawan itu berada di perusahaan mereka. Hingga sebuah mobil sport hitam tiba di depan pintu lobi membuat semua wartawan langsung mendekat ke sekitar mobil tersebut. Sang pemilik mobil hanya bisa memandang mereka dengan tanda tanya besar, apa mau mereka dan siapa yang telah mengundang mereka datang ke sini. Sedangkan kalau diingat-ingat tidak ada acara penting di perusahaan. Dengan perasaan tenang dan aura kewibawaan direktur perusahaan tersebut keluar dari mobilnya. Di adalah direktur utama Rank Group (Harry Borison).Berbagai kamera menyoroti dirinya dan bermacam-macam pertanyaan mereka lontarkan di hadapan Harry. Tindakan yang secara tiba-tiba itu membuat para pengawalnya kualahan menghadapi para wartawan."Direktur Harry, sebenarnya apa hubungan anda dengan Naemi istri dari putra