“Apa, apa maksudmu?” teriak Lyan dengan terbata-bata.
Regan mengulurkan tangan ke arah Kaisar. Seolah mengerti apa yang diinginkan olehnya, Kaisar memberikannya pematik api.
“Aku punya aturan, jika tidak ada yang mengatakannya dalam tiga detik, maka aku akan membakar satu berkas setiap tiga detik itu. Kira-kira, aku harus memulainya dari mana?”
Lyan memang bukan dari kalangan biasa, kelurganya sudah mempunyai bisnis yang berkembang di berbagai produksi. Sekarang, semua dokumen properti mereka berada di tangan Regan. Lyan membelalakkan matanya, jika Regan benar melakukannya, maka dia akan benar-benar tamat dan mati secara perlahan.
Sebenarnya Regan bisa saja menyelidiki semuanya, hanya saja dia sedang merebus katak sekarang. Membiarkan mereka kepanasan, sampai mengakui kejahatan mereka sendiri.
Pematik itu mulai mengepulkan api kecil, satu berkas kepemilikan butik ternama yang berdiri di Perancis berada di tangannya. Itu adal
“Apa ada yang salah? Aku sudah tidak tertarik dengan propertimu dan tidak membakarnya. Tapi aku tidak mengatakan kalau tidak akan memanggil polisi bukan? Lagipula, aku adalah warga negara yang baik dan taat hukum. Sudah sewajarnya aku melakukan ini.”‘Apa? Anda mengatakan kalau anda warga negara yang baik dan taat hukum? Lantas siapa yang menyuruh saya merekam semua pengakuan mereka dan merebut perusahaan secara paksa? Tidak ada hukum seperti itu untuk mengancam seseorang mengakui kejahatan. Tapi tidak apa-apa, saya bangga dengan anda Tuan,’ ungkap Kaisar dalam hati. Di sana, anggota polisi yang mendengar mendapat panggilan dari Regan segera bergerak dengan cepat. Semua pengakuan sudah terkumpul, mereka hanya tinggal meringkus dan mengeksekusi. Kali ini Lyan tidak akan selamat, dia mengakui kalau dia adalah otak dari penculikan Anya, dan masih ada Sandi yang sepertinya akan menjadi saksi untuk memberatkan hukuman pria itu.Namun Ra
Kesal menghadapi Mira yang sudah tidak dia kenal lagi, Jihan keluar dengan menutup pintu kamar keras-keras. Dia duduk di kursi yang memanjang dengan menghela napas kasar. Entah bagaimana membuat Mia mengakui kalau dia memang ada hubungannya dengan ini semua.Jihan sangat yakin, kalau pertemuannya dengan Raisa waktu itu pasti ada hubugannya dengan semua ini. Seharusnya dia tidak di sini sekarang, seharusnya dia berada di dalam kantor dan bekerja dengan Padmana. Namun, mendengar Anya yang mendadak hilang, dia ikut memikirkan itu. Karena biar bagaimana pun, dia pernah bekerja untuknya dan Anya sangat baik padanya selama ini.Jihan mengusap wajahnya kasar, saat dia hendak berdiri, dia melihat seorang wanita yang tengah membawa bayi di gendongan tangannya. Meskipun dia tidak pernah bertemu dengan Manda, tapi wajah wanita itu masih jelas dalam ingatannya.“Manda dengan seorang bayi?” gumamnya sendiri. “Manda!” panggilnya dengan sedikit keras ka
Di atas brankar itu Sandi terus menggerang kesakitan sampai akhirnya dokter memberikan obat bius untuk menenangkannya. Regan benar-benar sangat kecewa dengan apa yang terjadi saat ini. Jika kondisi Sandi tidak segera membaik dengan cepat, maka dia tidak bisa hanya diam dan menunggu tanpa berbuat apa pun.Pria itu menghempaskan tubuhnya dengan duduk di kursi tunggu yang terletak di luar ruangan. Wajahnya terlihat sangat kusut sekali, karena sudah dua malam ini juga dia tidak tertidur sedikit pun. Begitupun dengan Kaisar yang juga tidak beristirahat sama sekali.“Tidak, aku tidak bisa diam saja. Aku harus melakukan sesuatu.” Regan kembali berdiri dan mengusap dagunya dengan mondar-mandir. “Mira, di mana dia sekarang?”“Ada di kamar yang tidak jauh dari sini.”Kaisar segera menuntun Regan ke kamar Mira. Sejak awal dia memang sudah menyerahkan semua keputusan apa pun yang akan diambil oleh Regan nanti, meskipun sebenarnya d
Mira tidak bisa diam saja dan menunggu hingga Regan mengetahui semuanya. Saat ini, mereka pasti tidak akan diam saja dan akan melakukan sesuatu untuk melanjutkan pencariannya. Gadis itu segera mencabut infus tanpa seizin dokter dan melunasi semua biaya rumah sakit.“Taxi!” teriaknya dengan melambaikan tangan. Salah satu mobil taxi yang berwarna biru dengan logo burung mendekat dan menepi. “Pak, antar ke lapas sekarang juga ya! Kalau bisa secepatnya.”“Baik, Non.”Mira sungguh tidak sabar sekali! Taxi sudah melaju lebih cepat dan karena macet, taxi itu tidak bisa langsung menyalip-nyalip saja. Namun, Mira terus saja menyuruh untuk menambah kecepatan lagi, dan lagi. Hingga mereka tiba di sebuah lapas dengan penjagaan ketat.Selesai membayar itu, dia dengan segera masuk ke dalam sana dengan sedikit terburu-buru padahal jam kunjung baru saja dibuka. Ruang kunjungan pun masih sangat sepi, dan saat dia mengatakan hendak menca
Di sana, Regan segera berdiri dengan menatap beberapa layar monitor. Mereka dengan senang hati menunjukkannya, tapi sayangnya tidak ada CCTV yang berada di jalan sepi itu sama sekali. Hanya ada di persimpangan tepat saat Mira kecelakaan saja, dan itu semakin menyulitkan Regan.Kaisar sudah menyelidiki ini, dan memang benar, saat Mira keluar dari jalan tersebut dia memang seorang diri saja dan berakhir dengan motornya yang ditabrak seseorang dari arah lain.“Apa ada lagi yang bisa kami bantu, Pak?” tanya salah satu dari petugas itu.“Apa jalan keluar hanya di persimpangan itu saja?”“Mm ... sebenarnya ada jalan tikus di sana, tapi tidak ada CCTV yang mengakses, karena itu hanya jalan sempit yang bisa dilalui oleh roda dua saja. Itu menuju kompleks perumahan kecil yang jarang penduduk.”Regan tersenyum miring. Dia sangat yakin jika preman itu tidak terlihat di persipangan jalan, maka mereka pasti keluar dari jalan
Anya sudah tidak kuat lagi untuk beranjak. Perutnya terasa sangat sakit sekali, hingga dia merunduk dan mencekramnya. “Sakit sekali! Tolong bawa aku ke rumah sakit.”“Kamu tidak akan bisa menipu kita lagi!”Mereka benar-benar menyeret Anya sekarang. Tidak ada perlawanan sama sekali, hanya dia yang terus merintih menahan sakit di perutnya. Sampai akhirnya dia tidak tahan lagi dan tergeletak tidak berdaya. “Wanita ini benar-benar merepotkan!” gerutu salah satu dari mereka dan dia segera menggotong Anya layaknya orang yang membawa beras.Di sisi yang lain, rombongan Regan datang dengan arak-arakan. Sebenarnya tidak susah untuk mencari keberadaan mereka, hanya melacak plat motornya saja mereka sudah tiba di sebuah rumah di mana Anya baru saja kabur dari sana.Regan yang masuk terlebih dulu dengan berlarian, sayangnya mereka tidak meneukan apa pun di dalam sana. Namun, yang mereka tahu tempat itu baru saja mere
Mendengar suara Mira, Regan membalikkan tubuhnya. Sorot mata yang masih bersahabat tadi tidak lagi sama. Dendam, penuh kebencian dan amarah yang dia tahan. Suasana kamar mendadak hening dan terasa berat. “Keluar,” ucapnya lirih tapi sangat menekan.“Tidak. Aku hanya ingin melihat temanku, atas dasar apa kalian mengusirku?”Regan tersenyum miring, dia mendekat dengan kedua tangannya yang dia sembunyikan di dalam saku. Sebenarnya di dalam sana kedua tangan itu mengepal keras. Kalau saja Mira yang di depannya ini seorang lelaki, maka Regan tidak akan menahan diri lagi.“Benar. Aku tidak punya dasar untuk mengusirmu, tapi sebentar lagi aku akan mendapatkan semua alasan untuk mengusirmu. Bahkan menjebloskanmu ke dalam penjara.”Di atas brankar itu Anya mulai mendengar suara beberapa orang samar-samar. Semakin lama suara itu semakin nyata dan salah satu sura itu sangat ia kenali. Anya membuka matanya perlahan. Dilihatnya seke
Kaisar tiba dengan cepat ke kantor polisi. Wira mengatakan jika mereka tidak mau mengaku siapa yang menyuruh mereka dan mengatakan jika mereka tidak pernah berhubungan dengan Mira sekali pun. Tidak ada bukti apa pun yang menyangkut pautkan dengan Mira.Di ruang introgasi itu salah satu yang diduga menjadi bos mereka masih dalam proses penyelidikan. Kaisar masuk dengan langkah tenang. “Aku akan melipatkan bayaran yang sudah kalian terima jika kamu mau mengaku.”“Aku sudah mengaku, apalagi yang kamu inginkan?”“Sekali lagi aku tanya padamu. Apakah Mira yang membayar kalian?”“Mira lagi, Mira lagi. Aku harus katakan berapa kali pada kalian, jika aku tidak mengenal dia sama sekali.” Preman itu masih bersikukuh, karena mereka sudah mendapatkan bayaran yang setimpal. Meskipun mereka akan dijebloskan ke dalam penjara, mereka tidak akan asing lagi dengan itu.Dengan menggunakan alasan jika mereka hendak memer
Seiring waktu, semua permasalahan yang mereka lalui terlupakan. Kehidupan terus berjalan dan seolah memberikan dunia baru untuk mereka. Tiba di saat hari yang mereka tunggu, Anya melahirkan dan dia melakukannya secara normal.Regan tidak pernah meninggalkan istrinya, bahkan dia yang menangis saat Anya mengeluh sakit yang luar biasa. Namun, menit kemudian, tangisnya berubah senyum lebar mendengar suara tangisan bayi.“Pak Regan, anak anda laki-laki.” Dokter itu memberikan anak mereka padanya. Dia sangat tampan, tapi wajah Anya mendominasi hingga dia terlihat tampan sekaligus imut di waktu yang sama.Anya menangis bahagia setelah beberapa jam menangis kesakitan. Setelah dibersihkan, mereka pindah ke ruang inap dan bayi itu tidak juga turun dari gendongan Regan. Kaisar yang ingin menggendongnya pun tidak memiliki kesempatan.Di saat itu, pintu ruangan terbuka, Sarah masuk dengan wajah memelas. Sejak dia mendengar jika Anya akan melahirkan, dia se
Jihan membeku, dia merasa sangat kecil di sana. Perlahan, hinaan dari Padmana yang selama ini hanya dia telan bulat-bulat, seolah doa yang menjadi kenyataan. Dia merasa senang sekaligus menangisi dirinya sendri. Bahkan dia tidak pernah merasakan kasih sayang yang seperti itu.Kaisar hanya memandangnya, semakin dilihat Jihan semakin menyedihkan. Jihan memang tidak mengatakan apa pun, tapi kedua mata yang menyorotkan kekosongan di hatinya itu terlihat sangat jelas. Kaisar menjadi gelisah, entah karena apa.Pria itu menyahut botol minum dan meskipun dia menegaknya hingga tersisa setengah, perasaannya masih gelisah. Tubuhnya tergerak untuk mendekat, lalu tiba-tiba mencium bibir Jihan dengan cepat hingga membuat wanita itu terkejut dengan responnya.“Kau hanya membuatku takut dengan ekspresimu yang diam saja. Makanlah, aku akan menyusul Tuan Regan.”Jihan tercengang, sampai Kaisar keluar dari ruangan pun dia masih tidak berkedip.“Kamu
“Aku tidak akan pergi dan aku akan tidur di sini.” Jihan melengos dan masuk ke kamar mandinya. Selesai mandi, dia terlihat sangat segar dengan rambut yang masih basah.Kemeja yang dia pakai pun sangat longgar dan kebesaran, tapi panjangnya hanya sampai paha dan itu sangat minim. Jika dia mengangkat kedua tangan, maka dia akan mengekspose pahanya yang mulus itu membuat Kaisar berkali-kali memalingkan pandangan.“Kau hanya boleh tidur di sofa.”“Tidak masalah, selagi aku tidak sendri.”Kaisar melempar selimut ke arahnya, dan dia memejamkan mata terlebih dulu. Saat dia pikir Jihan pun sudah mulai tertidur, mendadak kasur yang berada di sisinya tenggelam seperti ada seseorang yang meniduri.“Mau apa kau?” teriak Kaisar, yang mendapati Jihan merayap di sisinya.“Tidakkah kau merasa di sini seram? Mira pasti pernah tinggal di sini. Aku tidak berani di sofa sendirian. Kalau kau tidak menahanku p
“Si- siapa ini?”“Kaisar. Mulai saat ini, jika kau berani mendekati Jihan lagi, aku tidak akan ragu untuk mematahkan semua tulangmu.”“Jihan adalah tunanganku dan apa yang aku perbuat padanya, sama sekali tidak ada hubungan apa pun denganmu.”“Dia bukan milikmu lagi dan sebaiknya kau enyah dari kota ini sebelum aku menyeretmu ke lubang kuburmu sendiri.”Setelah mengatakan itu, Kaisar memutus sambungan dan menyerahkan ponsel ke Jihan dengan entengnya. Jihan tidak mendengar apa jawaban Padmana, tapi yang jelas pria itu pasti ketakutan. Satu-satunya hal yang ditatuti pria itu adalah dia yang kembali dengan Kaisar karena dia tahu jika dia tidak akan mampu melawan pria itu.“Anda membuatku dalam masalah besar.”“Aku sudah menyelamatkanmu dan kau mengatakan aku membawa masalah besar?”“Anda tidak tahu, saya berhutang padanya untuk biaya pengobatan ibu saya di kamp
Anya menyandar di pundak Regan, rasanya sangat nyaman dan tenang. Malam ini, Wira mengendara dengan santai, dan sesekali kedua matanya melirik ke arah spion. Melihat Regan yang memejamkan mata dengan Anya yang memeluknya, hatinya pun ikut bahagia.Sayang sekali, hanya dia yang tersiksa karena sudah melajang cukup lama. Namun, melihat Regan, keinginan untuk memiliki satu wanita dalam hidupnya muncul begitu kuat. Wira sudah lama bekerja dengan Kaisar, menjadi pengawal Regan dan mengikuti dia ke mana pun.Selama hidupnya, dia telah menyaksikan sendiri jika Regan tidak pernah bermain-main dengan wanita. Ada pun Manda, tapi saat itu jusru sang wanitalah yang menjebaknya. Dalam arti, Regan tidak pernah berniat untuk bermain-main dengan istrinya.Wira juga masih mengingat dengan jelas, di mana saat itu Regan kehilangan istrinya selama beberapa bulan dan melihat betapa kacaunya dia. Regan memang sangat arogan waktu itu, pemarah dan terlihat bukan pria yang banyak memili
Mengorbankan dua nyawa? Regan tertegun sejenak dan pikirannya jatuh pada Manda dan juga anaknya. Dia yang mendesak Manda agar mengatakan semua tentang Lyan, dan apakah itu maksudnya Lyan akan membunuh mereka?Regan menendang tubuh Lyan, hingga dia menggelinding beberapa kali. “Patahkan semua tulangnya hingga dia mati dan buang mayatnya ke laut.”“Baik.” Wira mengeksekusi Lyan dan menyelesaikan tugas Regan dengan sangat ganas.Di samping itu, dia mengambil istrinya dari Kaisar dan membawanya di atas kedua tangan lalu pergi dari gedung itu. Namun, Regan tidak pergi begitu saja. Dia hanya meletakkan Anya di dalam mobil dan kembali keluar untuk menghubungi Sandi.Seharusnya Sandi masih menangani masalah cafe, tapi dalam beberapa sambungan dia juga tidak mendapatkan jawaban atas panggilannya. Regan mengumpat, dan melayangkan pukulan ke udara. Dia sudah meletakkan bodyguard untuk melindungi Manda, tapi Lyan itu sangat licik! Kemungkinan
Mobil yang membawa Anya bergerak dengan cepat sekali, tapi Wira sudah menyambungkan dengan sistem navigasi di mobil dan mereka tidak perlu untuk mencarinya. Mereka pikir Lyan akan membawanya keluar dari Jakarta, tapi ternyata tidak. Mobil mereka berbelok dan menuju ke suatu tempat.Melihat itu, Regan semakin menambah kecepatan, hingga Jihan kehilangan jejak mereka. Kaisar dengan cepat melacak mobil Regan, dan mengikuti rute mereka meskipun sudah tertinggal jauh.Saat Regan tiba di sana, tempat itu merupakan gedung kosong dengan bangunan terbengkalai. Semuanya gelap dan tidak terlihat cahaya apa pun. Meskipun begitu, Regan tidak merasa ragu sama sekali untuk meneruskan langkahnya. Ada Anya yang menunggu untuk diselamatkan di dalam sana.Mereka masuk dengan waspada, berbekal hanya lampu senter di ponsel dan mengarahkan itu segela arah. Awalnya tidak ada yang aneh, hanya saja tepat saat mereka masuk lebih dalam lagi, terlihat Lyan yang berdiri dengan me
“Benar, tampar aku! Tampar!” teriak Mira sekencang-kencangnya. Entah saat ini dia memang sedang menangis menyesal atau masih dengan kepura-puraannya, kedua mata wanita itu mengalirkan air mata. “Aku iri denganmu, aku benci melihat kehidupanmu yang sempurna sedangkan banyak orang yang menderita di bawahmu. Aku benci!”“Jadi kau menyalahkan semua orang yang menderita itu padaku? Apa kau tidak pernah berpikir, jika sikapmu sendiri yang membuat semua orang menjauhimu?”“Kau yang sudah merebut perhatian Kaisar! Kau merebut kasih sayangnya, hingga aku tidak akan pernah menjadi yang pertama baginya. Kau sudah memiliki Regan, dan kau masih serakah dengan merebut perhatian Kaisar! Aku membencimu!”PLAKKSekarang, bukan hanya Anya yang menampar dia, melainkan Akbar yang melakukan itu. “Salah Apa Nona Anya padamu hingga kau berulang kali ingin melenyapkan nyawanya, hah? Apa dia mencoba untuk membunuhmu? Hanya kar
Baru juga mereka masuk, pelayan lelaki itu itu berdiri dan menghadang. “Maaf, Pak, untuk malam ini cafe tidak bisa dipesan karena sudah ada seseorang yang memesan untuk acara penting.”“Tenang saja, aku ke sini tidak untuk menyewa tempat ini. Aku hanya ingin sedikit melakukan renovasi.”“Mungkin kamu lebih butuh ini.” Kaisar menyodorkan pemukul itu ke arah Sandi dan dia dengan senang hati menerimanya.Sekali ayunan, dia memecahkan etalase kaca hingga membuat semua pengunjung ketakutan dan termasuk pelayan juga di dalamnya.“Maaf untuk ketidak nyamanannya, tapi kalian semua bisa pergi dari sini sekarang juga dan tidak perlu membayar makanan yang sudah kalian pesan.” Kaisar berteriak ke arah mereka semua dan di saat itu mereka berlarian sendiri-sendiri.“Pak, apa yang anda lakukan?” teriak salah satu dari pelayannya. Semuanya tampak panik, tapi hanya Kila yang sudah tidak terkejut sama sekal