“Aku juga, aku tidak mau mati mengerikan seperti mereka. Mulai saat ini, aku akan berhenti dan mengundurkan diri dari sini.” Salah satu dari mereka juga menangis dan menyeka air matanya. Dia berdiri sambil melepas apron dengan kaki yang gemetar.
“Jangan bodoh! Kalau kalian berhenti, kita juga akan tetap mati karena kalian tidak akan dibiarkan hidup setelah mengetahui semuanya!” Pelayan laki-laki yang membantu Jihan mencari taxi menghentikan mereka. “Lebih baik jaga sikap kalian agar mereka tidak mengetahui tempat apa ini sebenarnya.”
“Kita tidak akan bisa mengalahkan mereka! Tuan Regan itu sangat pintar dan mengerikan. Apa kau pikir dia tidak akan tahu tentang ini?”
“Kecilkan suaramu bodoh! Untuk saat ini dia memang tidak tahu, ‘kan? Jika dia tahu kita semua pasti sudah mati sekarang. Jadi kita tetap harus menjaga rahasia ini hingga kita menemukan celah untuk bisa meloloskan diri agar tidak terjebak den
Raisa ditemani oleh temannya dan untuk pertama kalinya mereka berkunjung menemui Lyan. Bukan mereka yang tidak ingin, melainkan Lyan sendiri yang tidak ingin mereka menemui atau pun mengabarinya sampai dia keluar nanti.Karena temannya itu sudah menjanjikan jika mereka bisa menengok di jam yang seharusnya bukan waktu untuk berkunjung, maka itu yang terjadi sekarang. Raisa dan temannya itu memang diperbolehkan masuk, hanya dengan batas waktu yang sudah ditentukan.Mereka duduk di depan skat kaca, tidak lama setelah itu Lyan dibawa keluar oleh satu petugas dan mendudukkan dia di balik skat kaca itu. “Lama tidak melihatmu, kau semakin menawan.”“Lyan, kapan kau akan keluar dari sini? Tidakkah kau tau, kita semua kehilangan arah karena tidak ada kamu di sana.”“Sayang ... apa yang membuatmu setakut ini? Aku sudah membuat semua tempat itu sangat aman, tidak akan ada yang tahu tempat apa itu sebenarnya.”“Tapi, B
Lyan nampak bersemangat saat mendengar itu. Seringai tipis muncul di wajahnya sekilas yang menunjukkan pria itu punya banyak pikiran licik. “Tidak banyak, aku hanya ingin kamu pergi ke cafe, dan temukan semua alat penyadap yang diletakkan oleh Regan di sana. Kamu tidak akan mendapatkan masalah hari ini, karena malam ini Regan akan sedikit sibuk. Manfaatkan waktumu dengan sebaik mungkin, sebelum mereka sadar jika semua alat penyadapnya sudah dipindahkan.”“Jadi ... kau ingin aku memindahkannya? Padahal aku lebih suka menghancurkan karena itu hanya akan membuat pekerjaanku repot dua kali lipat.”“Benar, aku tidak ingin mereka tau jika kita sudah tau. Kau mengerti maksudku, ‘kan?”“Sepertinya kau semakin licik di sana. Atau ... kau yang terlalu nyaman?”“Apa ada perbedaan di antaranya?” Lyan tertawa hambar. “Sudah, cepatlah bergerak sebelum pelayan cafe menimbulkan masalah baru untukku.&
Regan tersenyum miring setelah mendengar penjelasan dari pria yang menelponnya. Dia menjelaskan jika kemungkinan besar rencanya telah tercium oleh mereka. Saat ini, ada seorang lelaki yang terlihat mencurigakan dan mondar-mandir mencari sesuatu.“Lumayan, kalian tidak sebodoh yang aku kira.” Regan bergumam dengan masukkan ponsel ke dalam sakunya.Pria itu terdiam dengan menyandar di tembok. Jelas ini bukanlah kelakuan Raisa, dia tahu jika wanita itu hanya wanita arogan yang tidak akan pernah berpikir sampai sejauh itu. Jika memang dia tahu, maka dia tidak akan bisa menemukan alat penyadap yang disebar oleh Wira karena pria itu menggunakan alat penyadap yang bahkan tidak akan bisa dibedakan dengan benda disekelilingnya.Namun, pria yang disebutkan oleh orang suruhannya ini menemukan semuanya yang artinya dia sudah sangat berpengalaman. Raisa tidak punya koneksi dengan orang-orang seperti itu, kecuali ... Lyan. Iya, pria itu mempunyai koneksi luas dan
“Jadi, kamu mau berkompromi denganku?” Regan tersenyum miring. “Enyahlah!”Regan benar-benar tidak memiliki rasa simpati sedikit pun dengan Manda. Jika tidak karena mencari tahu informsi tentang Lyan, dia juga tidak mungkin memanggil Manda ke ruangannya. Manda sangat takut hingga lututnya gemetar. Selain dia tidak ingin berhubungan dengan Lyan, dia juga tidak ingin kehilangan pekerjaan yang akan menjadi kesempatan terakhirnya.Manda berlutut di bawah Regan dengan menundukkan kepala menyesal. Seharusnya dia tahu, jika tidak akan ada yang bisa berkompromi dengan Regan. Apalagi dia yang hanya merupakan karyawan biasa dan bukan siapa-siapanya.“Pak, saya minta maaf, saya tidak bermaksud berkompromi dengan anda. Hanya saja, saat ini saya sudah memiliki anak dan saya tidak bisa membiarkan kehidupan anak saya terancam. Lyan itu berbahaya, saya hanya meminta perlindungan saja.”“Baiklah, sampai aku bisa membereskannya kam
Regan terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya menyuruh Wira pergi dari sana. “Kita kembali ke perusahaan, Tuan?”“Tidakkah kamu lapar?”“Ini ... masih belum masuk waktu makan siang. Apa anda ingin mampir ke rumah makan?” Wira mengernyit, tidak biasanya juga Regan akan makan sebelum masuk waktu makan siang. Padahal, jelas tadi dia melihat kalau Regan sarapan bersama dengan istrinya.“Apa salahnya jika belum masuk waktu makan siang? Bagaimana jika ke Cafe Monalisa, aku rasa makanan di sana lumayan.”“Baik.”Wira sadar, Regan tidaklah memburu makan siang kali ini. Namun, entah apa yang dia rencanakan, dia juga tidak bisa menebak untuk kali ini. Yang dia tahu, Cafe Monalisa bukanlah seleranya.Dalam tiga puluh menit, mobil mereka sudah tiba di tempat parkir. Meskipun bukan jam makan siang, tapi cafe itu sudah ramai pengunjung. Wira turun terlebih dulu, membukakan pintu untuk Regan
Sejak saat malam itu, di mana salah satu pelayan mendatanginya di rumah sakit hingga tiga hari sampai saat ini, Regan tidak mengambil langkah sama sekali. Bahkan Raisa berpikir jika Regan sudah tidak memikirkan dan mencampuri urusan di cafenya lagi.Namun, tidak dengan Lyan. Semakin Regan diam, semakin Lyan curiga jika Regan merancang rencana besar yang hanya menunggu waktu kapan itu akan meledak. Akhirnya Regan menemukan lawan yang seimbang.Dia sudah membuat lelaki itu jempalitan di dalam penjara hingga merasa setiap menit bagaikan berada di sisi timer bom. Jika sebelumnya dia hanya mempercayakan semuanya kepada Raisa, sekarang dia lebih sering untuk bertanya langsung kepada pelayan cafe tentang keadaan di sana.“Apa yang terjadi di cafe hari ini?”Salah satu dari pelayan itu menjawab dengan tenang di sana. Dia adalah lelaki yang membantu Jihan mencari taxi waktu itu. “Tidak ada, Pak. Cafe berjalan seperti biasa. Semuanya normal.&rdquo
Anya menghentikan langkah tepat di belakang Mira. Meskipun dia tidak menyebut nama Akbar, jelas perkataan Mira itu hanya untuk menyinggungnya dengan Akbar. Memangnya kenapa jika dia dekat dengan Akbar? Pasti kedekatan dia dengan Kaisar sangat menyinggung perasaannya hingga Mira tidak bisa berpikir jernih lagi sekarang.Dengan tenang Anya berbalik dan memperhatikan Mira yang saat ini memalingkan pandangan dan tidak mau melihatnya. “Oh, tentu saja. Apa kamu tidak dihiraukan lagi sama Kaisar?”Sekarang, Anya tidak akan sungkan-sungkan lagi untuk melawan perkataan Mira setelah apa yang sudah dilakukan oleh wanita itu. Anya mendekat, hingga kepala mereka sejajar sekarang. “Kamu sedang tidak menyalahkan kegagalanmu pada orang lain, ‘kan?”Mira tersenyum kaku. “Aku memang gagal, tapi setidaknya aku hanya memperjuangkan satu lelaki.”Anya mengerti, jika saat ini Mira mencoba untuk memprovokasinya. Namun, karena Anya juga
Di Rumah Sakit Medika ....Jihan tetaplah harus menebus apa yang sudah dia janjikan pada Kaisar waktu itu. Selain dia juga akan membayar rawat inap Kasiar, dia juga berjanji untuk merawat dia hingga membaik. Namun, selama tiga hari juga tidak ada yang berbeda di antara mereka selain hanya sebatas atasan dan bawahan.Mungkin lebih dari itu, karena Kaisar hanya memerintahkannya mirip seperti pelayan dengan seenaknya sendiri. Bahkan untuk mengganti channel TV pun, dia enggan melakukannya sendiri. Jihan sampai meremat kedua tangannya sendiri hingga kuku-kukunya memutih.Kaisar memang tahu, tapi pada akhirnya dia juga tidak mau tahu. Hanya tertawa dalam hati seolah sangat terpuaskan. “Kau mencari saluran televisi saja tidak becus,” cibirnya. “Tidak ada yang bagus yang bisa aku tonton.”“Pak, jika anda tidak berselera dengan saluran televisinya, bukankah itu karena anda sendiri?”“Apa kamu mencoba mengatakan jika