Kaisar melajukan mobilnya dengan cepat menuju kantor Rendi saat ini. Jika Mira tidak tahu, tidak ada orang lain lagi kecuali pria itu.
Melihat kedatangan Kaisar, semua karyawan Rendi menunduk hormat. Wajar saja, Regan adalah pemegang saham tertinggi di sana.
"Ke mana Rendi?" tanya pada Sekretaris yang berada di depan ruangan CEO.
"Ada, Pak. Ada di dalam. Mari, silakan," ujar wanita itu mempersilakan dengan tangannya.
Melihat kedatangan Rendi pun pria itu langsung berdiri tegak. Mempersiapkan diri, siapa tau ia mendapat pukulan tiba-tiba seperti kemarin.
"Ada apa anda sampai datang ke mari?"
"Jangan coba-coba membawa kabur Nona Muda!"
"Kabur? Jadi Anya kabur?"
Rendi dengan cepat meraih ponselnya. Percuma saja, Rendi pun mendapat jawaban yang sama. Jika dilihat dari aplikasi yang bersimbol gagang telepon, ia terakhir mengaktifkan ponsel sejak tengah malam tadi.
"Apa yang kalian lakukan samp
Fanya resmi dinyatakan menghilang. Dan itu membuat Regan membawa kasus ini sampai ke pihak berwajib. Bahkan dia juga menyewa detektif khusus untuk menyelidiki hilangnya Fanya. Ponsel wanita itu tidak pernah aktif. Mobilnya pun masih tergeletak di depan salon dan Regan baru membawanya pulang malam ini. Seluruh CCTV di hotel sudah diperiksa, namun Fanya hanya terlihat melintas saja. Tidak terdeteksi dia pergi menggunakan apa, dan dengan siapa. Dan itu membuat Regan geram. Sampai tengah malam pun, tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Keluarga Atmaja pun juga tidak menelpon. Seolah Fanya tiba-tiba hilang ditelan bumi. Meskipun Regan tidak pernah mengucap kata rindu, tapi jelas dengan tingkahnya yang mendadak diam, baik Kaisar maupun Akbar tau kalau pria itu sangat kehilangan. Malam ini Kaisar tidak bisa meninggalkan Regan begitu saja. Pria itu terus terjaga dengan meletakkan ponsel dan juga laptop tepat di atas meja. 
Sudah sejak dua minggu setelah kejadian itu, Fanya belum juga ditemukan. Sejak itu juga Regan tidak tidak pernah bisa tidur nyenyak. Sepertinya, kebiasaan memeluk Fanya sudah menjadi candu. Ia hanya kelimpungan hingga sering terbangun tengah malam. Dan itu semua berimbas pada kesehatan Regan. Sarah pun sengaja tinggal di rumah anaknya demi untuk memantau kondisi anaknya. Takut-takut jika pria itu mendadak senewen sampai lupa dirinya sendiri. Apa lagi pihak berwajib sudah menghentikan pencarian dan menutup kasus. Fanya dinyatakan meninggal dan mayatnya tidak bisa ditemukan. "Jangan berhenti mencarinya Kai!" "Tidak akan Tuan. Kita hanya bisa mengandalkan orang-orang kita sekarang. Tapi saya yakin, Nona Muda pasti akan ditemukan." Kaisar merasa gagal dalam tugasnya. Hanya untuk mencari satu wanita, ia harus membuat pengumuman di setiap penerbangan. Nama Fanya sudah seperti teroris berbahaya di m
Erland Enterprises selalu sibuk dengan ribuan orang yang memeras keringat di dalamnya. Ribuan orang, yang akan mempertaruhkan tenaga sekaligus pikiran mereka untuk perusahaan terbaik di negara ini. Ada sedikit yang berbeda di lantai atas. Ketegangan, saat Kaisar berdiri di depan beberapa karyawan yang sudah di buatnya kaku.BUGHPukulan pertama mendarat di salah satu wajah mereka dari tangan Kaisar. Pria itu tersungkur dan langsung berdiri dengan cepat.Jangankan untuk melawan, mengelus lukanya saja ia tidak akan mungkin berani melakukannya. Wajah Kaisar masih memerah menandakan amarahnya belum tersalurkan semua."Apa kamu digaji hanya untuk tidur, hah?!"Menjawab pertanyaan Kaisar sama dengan menyerahkan nyawa. Jangan coba-coba membuka mulut, kalau masih ingin keluar dari Erland Enterprises dalam keadaan baik-baik saja."Saya tidak mau tau, dalam tiga bulan kedepan, White House harus beroprasi."
Hari ini Regan benar-benar tersudut. Sarah nekat dengan mengancam Regan dan mengatakan kalau dia tidak akan makan apa pun sampai Regan menerima pertunangannya dengan Manda.Dan itu sudah di lakukan Sarah satu malam. Paginya, wanita itu masuk rumah sakit karena punya riwayat penyakit maag.Dan hasilnya, Regan menerima itu dan melaksanakan pertunangan di sore harinya. Semuanya ia lakukan hanya untuk memuaskan Sarah. Tidak ada niatan sama sekali untuk menikahi Manda setelahnya."Berhasil, Ma!" seru Manda dengan memeluk Sarah."Mama bilang juga apa, sayang, Regan tidak akan bisa menolak dengan perkataan Mama. Sekarang tinggal bagaimana dia menyetujui untuk menikahimu.""Tenang saja Ma, aku yang akan membuat dia menerimaku."Sementara itu, Regan sudah kembali ke kamarnya. Pria itu benar-benar tertekan bukan karena Manda. Tapi sudah tiga minggu Fanya belum juga ia temukan.Tok tok tok"Hmmm.""Di luar a
Aku sudah hampir putus asa mencari Anya. Ini sudah hampir lima bulan, dan dia belum juga mau kembali padaku. Bahkan aku juga menyiarkan ke semua saluran televisi bahwa istriku hilang. Tidak, dia tidak hilang tapi dia kabur. Bodoh. Suami macam apa aku ini, sampai istriku pun takut denganku. Anya, kembalilah! Aku merindukanmu. Baiklah kalau dia tidak mau memaafkan aku. Tapi setidaknya, aku ingin melihat dia muncul dan bilang kalau dia baik-baik saja. Aku putus asa, aku tidak tau lagi ke mana harus mencarinya. Apa dia sehat? Apa dia punya tempat untuk tinggal? Aku hampir gila karena setiap hari menanyakan hal yang sama di kepalaku. Malam ini, aku sengaja keluar sekedar mencari angin dengan berjalan kaki di gang kompleks. Tidak biasanya aku melakukan ini, dan ini semua karena aku yang sudah lelah. Aku berhenti tepat di taman. Banyak pasangan muda yang menghabiskan malam minggu mereka di s
Pandangan kami terkunci. Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Rasanya semua syarafku terkunci dan tidak berfungsi.Sial! Air mata ini menetes tanpa persetujuanku dan tanpa aku sadari.Anya. Dialah Anyaku, istriku.Apa yang terjadi? Dia takut padaku?Anya mundur perlahan sampai tubuhnya menatap tembok. Dan semua syarafku kembali berfungsi."Tinggalkan aku."Sepertinya Kaisar juga syok dengan kehadiran Anya yang tiba-tiba. Dia baru bereaksi setelah aku mengeluarkan perintah.Pemilik salon ditarik oleh Kaisar, dan aku mendengar pintu yang terkunci. Bagus, Kaisar tau apa yang aku pikirkan.Aku mendekat perlahan ke arahnya. Rasanya aku ingin berlari dan mendekapnya erat. Sungguh aku ingin melakukan itu."Anya," panggilku lirih.Dia tidak menjawab, hanya tertunduk dengan memelintir kedua tangannya. Aku memandangi kedua tangannya yang bergetar. Tapi pandanganku ter
Akbar sudah menyambut kami di depan pintu rumah. Mungkin lebih tepatnya menyambut istriku. Dia hanya mengucap selamat datang padanya. Brengsek memang. "Apa semuanya sudah siap?" "Sebentar lagi, Tuan." "Cepat! Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi." "Baik." Aku menggiring Anya masuk ke kamar terlebih dulu. Dan sialnya, Mama juga keluar dari kamarnya. Malas sekali jika aku harus berdebat dengannya kali ini. "Ngapain pulang?" "Sayang," panggilku dengan memiringkan tubuh Anya. "Masuklah dulu, bersihkan dirimu." Aku mengecup keningnya sekali lagi. Entah sudah berapa banyak ciuman yang aku berikan padanya sejak tadi. "Mama belum selesai, kenapa kamu pulang?!" Aku tidak ingin Anya tertekan dengan kehadiran Mama. Lebih baik aku cepat-cepat menyuruhnya masuk dan menutup pintu kamar. "Bisa gak, sih, Mama tidak bersikap seperti itu? Anya istriku, dan sampai kapan pun dia akan tetap menjadi
Aku berlari mengejarnya, tapi Manda pun mengikuti langkahku dan mencekal tangan ini sebelum masuk ke kamar. "Apa lagi, sih?!" "Re, kita mau nikah! Kamu gak bisa giniin aku!" "Bisa. Kita hanya bertunangan, dan itu pun karena akal-akalan kalian. Mulai sekarang, pertunangan kita batal. Jangan ganggu aku lagi!" "Kamu tidak bisa membatalkan ini begitu saja! Kenapa kamu jahat sekali denganku, Re? Kenapa?" Apa lagi sekarang? Manda mulai menangis seolah dia adalah korban. "Jadi ternyata kamu seperti ini? Kamu menikmati tubuhku saat istrimu tidak ada. Dan sekarang, kamu mencampakkan aku setelah istrimu pulang, iya? Kamu keterlaluan, Re!" "Manda!" bentakku. "Aku tidak pernah menyentuhmu, jangan bicara sembarangan!" "Sembarangan katamu? Setelah beberapa kali kamu meniduriku dan sekarang kamu bilang aku bicara sembarangan?!" Aku tidak tahan lagi. Aku tau dia sengaja mengeraskan suaranya agar Anya mendengar perka
Seiring waktu, semua permasalahan yang mereka lalui terlupakan. Kehidupan terus berjalan dan seolah memberikan dunia baru untuk mereka. Tiba di saat hari yang mereka tunggu, Anya melahirkan dan dia melakukannya secara normal.Regan tidak pernah meninggalkan istrinya, bahkan dia yang menangis saat Anya mengeluh sakit yang luar biasa. Namun, menit kemudian, tangisnya berubah senyum lebar mendengar suara tangisan bayi.“Pak Regan, anak anda laki-laki.” Dokter itu memberikan anak mereka padanya. Dia sangat tampan, tapi wajah Anya mendominasi hingga dia terlihat tampan sekaligus imut di waktu yang sama.Anya menangis bahagia setelah beberapa jam menangis kesakitan. Setelah dibersihkan, mereka pindah ke ruang inap dan bayi itu tidak juga turun dari gendongan Regan. Kaisar yang ingin menggendongnya pun tidak memiliki kesempatan.Di saat itu, pintu ruangan terbuka, Sarah masuk dengan wajah memelas. Sejak dia mendengar jika Anya akan melahirkan, dia se
Jihan membeku, dia merasa sangat kecil di sana. Perlahan, hinaan dari Padmana yang selama ini hanya dia telan bulat-bulat, seolah doa yang menjadi kenyataan. Dia merasa senang sekaligus menangisi dirinya sendri. Bahkan dia tidak pernah merasakan kasih sayang yang seperti itu.Kaisar hanya memandangnya, semakin dilihat Jihan semakin menyedihkan. Jihan memang tidak mengatakan apa pun, tapi kedua mata yang menyorotkan kekosongan di hatinya itu terlihat sangat jelas. Kaisar menjadi gelisah, entah karena apa.Pria itu menyahut botol minum dan meskipun dia menegaknya hingga tersisa setengah, perasaannya masih gelisah. Tubuhnya tergerak untuk mendekat, lalu tiba-tiba mencium bibir Jihan dengan cepat hingga membuat wanita itu terkejut dengan responnya.“Kau hanya membuatku takut dengan ekspresimu yang diam saja. Makanlah, aku akan menyusul Tuan Regan.”Jihan tercengang, sampai Kaisar keluar dari ruangan pun dia masih tidak berkedip.“Kamu
“Aku tidak akan pergi dan aku akan tidur di sini.” Jihan melengos dan masuk ke kamar mandinya. Selesai mandi, dia terlihat sangat segar dengan rambut yang masih basah.Kemeja yang dia pakai pun sangat longgar dan kebesaran, tapi panjangnya hanya sampai paha dan itu sangat minim. Jika dia mengangkat kedua tangan, maka dia akan mengekspose pahanya yang mulus itu membuat Kaisar berkali-kali memalingkan pandangan.“Kau hanya boleh tidur di sofa.”“Tidak masalah, selagi aku tidak sendri.”Kaisar melempar selimut ke arahnya, dan dia memejamkan mata terlebih dulu. Saat dia pikir Jihan pun sudah mulai tertidur, mendadak kasur yang berada di sisinya tenggelam seperti ada seseorang yang meniduri.“Mau apa kau?” teriak Kaisar, yang mendapati Jihan merayap di sisinya.“Tidakkah kau merasa di sini seram? Mira pasti pernah tinggal di sini. Aku tidak berani di sofa sendirian. Kalau kau tidak menahanku p
“Si- siapa ini?”“Kaisar. Mulai saat ini, jika kau berani mendekati Jihan lagi, aku tidak akan ragu untuk mematahkan semua tulangmu.”“Jihan adalah tunanganku dan apa yang aku perbuat padanya, sama sekali tidak ada hubungan apa pun denganmu.”“Dia bukan milikmu lagi dan sebaiknya kau enyah dari kota ini sebelum aku menyeretmu ke lubang kuburmu sendiri.”Setelah mengatakan itu, Kaisar memutus sambungan dan menyerahkan ponsel ke Jihan dengan entengnya. Jihan tidak mendengar apa jawaban Padmana, tapi yang jelas pria itu pasti ketakutan. Satu-satunya hal yang ditatuti pria itu adalah dia yang kembali dengan Kaisar karena dia tahu jika dia tidak akan mampu melawan pria itu.“Anda membuatku dalam masalah besar.”“Aku sudah menyelamatkanmu dan kau mengatakan aku membawa masalah besar?”“Anda tidak tahu, saya berhutang padanya untuk biaya pengobatan ibu saya di kamp
Anya menyandar di pundak Regan, rasanya sangat nyaman dan tenang. Malam ini, Wira mengendara dengan santai, dan sesekali kedua matanya melirik ke arah spion. Melihat Regan yang memejamkan mata dengan Anya yang memeluknya, hatinya pun ikut bahagia.Sayang sekali, hanya dia yang tersiksa karena sudah melajang cukup lama. Namun, melihat Regan, keinginan untuk memiliki satu wanita dalam hidupnya muncul begitu kuat. Wira sudah lama bekerja dengan Kaisar, menjadi pengawal Regan dan mengikuti dia ke mana pun.Selama hidupnya, dia telah menyaksikan sendiri jika Regan tidak pernah bermain-main dengan wanita. Ada pun Manda, tapi saat itu jusru sang wanitalah yang menjebaknya. Dalam arti, Regan tidak pernah berniat untuk bermain-main dengan istrinya.Wira juga masih mengingat dengan jelas, di mana saat itu Regan kehilangan istrinya selama beberapa bulan dan melihat betapa kacaunya dia. Regan memang sangat arogan waktu itu, pemarah dan terlihat bukan pria yang banyak memili
Mengorbankan dua nyawa? Regan tertegun sejenak dan pikirannya jatuh pada Manda dan juga anaknya. Dia yang mendesak Manda agar mengatakan semua tentang Lyan, dan apakah itu maksudnya Lyan akan membunuh mereka?Regan menendang tubuh Lyan, hingga dia menggelinding beberapa kali. “Patahkan semua tulangnya hingga dia mati dan buang mayatnya ke laut.”“Baik.” Wira mengeksekusi Lyan dan menyelesaikan tugas Regan dengan sangat ganas.Di samping itu, dia mengambil istrinya dari Kaisar dan membawanya di atas kedua tangan lalu pergi dari gedung itu. Namun, Regan tidak pergi begitu saja. Dia hanya meletakkan Anya di dalam mobil dan kembali keluar untuk menghubungi Sandi.Seharusnya Sandi masih menangani masalah cafe, tapi dalam beberapa sambungan dia juga tidak mendapatkan jawaban atas panggilannya. Regan mengumpat, dan melayangkan pukulan ke udara. Dia sudah meletakkan bodyguard untuk melindungi Manda, tapi Lyan itu sangat licik! Kemungkinan
Mobil yang membawa Anya bergerak dengan cepat sekali, tapi Wira sudah menyambungkan dengan sistem navigasi di mobil dan mereka tidak perlu untuk mencarinya. Mereka pikir Lyan akan membawanya keluar dari Jakarta, tapi ternyata tidak. Mobil mereka berbelok dan menuju ke suatu tempat.Melihat itu, Regan semakin menambah kecepatan, hingga Jihan kehilangan jejak mereka. Kaisar dengan cepat melacak mobil Regan, dan mengikuti rute mereka meskipun sudah tertinggal jauh.Saat Regan tiba di sana, tempat itu merupakan gedung kosong dengan bangunan terbengkalai. Semuanya gelap dan tidak terlihat cahaya apa pun. Meskipun begitu, Regan tidak merasa ragu sama sekali untuk meneruskan langkahnya. Ada Anya yang menunggu untuk diselamatkan di dalam sana.Mereka masuk dengan waspada, berbekal hanya lampu senter di ponsel dan mengarahkan itu segela arah. Awalnya tidak ada yang aneh, hanya saja tepat saat mereka masuk lebih dalam lagi, terlihat Lyan yang berdiri dengan me
“Benar, tampar aku! Tampar!” teriak Mira sekencang-kencangnya. Entah saat ini dia memang sedang menangis menyesal atau masih dengan kepura-puraannya, kedua mata wanita itu mengalirkan air mata. “Aku iri denganmu, aku benci melihat kehidupanmu yang sempurna sedangkan banyak orang yang menderita di bawahmu. Aku benci!”“Jadi kau menyalahkan semua orang yang menderita itu padaku? Apa kau tidak pernah berpikir, jika sikapmu sendiri yang membuat semua orang menjauhimu?”“Kau yang sudah merebut perhatian Kaisar! Kau merebut kasih sayangnya, hingga aku tidak akan pernah menjadi yang pertama baginya. Kau sudah memiliki Regan, dan kau masih serakah dengan merebut perhatian Kaisar! Aku membencimu!”PLAKKSekarang, bukan hanya Anya yang menampar dia, melainkan Akbar yang melakukan itu. “Salah Apa Nona Anya padamu hingga kau berulang kali ingin melenyapkan nyawanya, hah? Apa dia mencoba untuk membunuhmu? Hanya kar
Baru juga mereka masuk, pelayan lelaki itu itu berdiri dan menghadang. “Maaf, Pak, untuk malam ini cafe tidak bisa dipesan karena sudah ada seseorang yang memesan untuk acara penting.”“Tenang saja, aku ke sini tidak untuk menyewa tempat ini. Aku hanya ingin sedikit melakukan renovasi.”“Mungkin kamu lebih butuh ini.” Kaisar menyodorkan pemukul itu ke arah Sandi dan dia dengan senang hati menerimanya.Sekali ayunan, dia memecahkan etalase kaca hingga membuat semua pengunjung ketakutan dan termasuk pelayan juga di dalamnya.“Maaf untuk ketidak nyamanannya, tapi kalian semua bisa pergi dari sini sekarang juga dan tidak perlu membayar makanan yang sudah kalian pesan.” Kaisar berteriak ke arah mereka semua dan di saat itu mereka berlarian sendiri-sendiri.“Pak, apa yang anda lakukan?” teriak salah satu dari pelayannya. Semuanya tampak panik, tapi hanya Kila yang sudah tidak terkejut sama sekal