Pada akhirnya, Anya tetap bersikukuh untuk menyuruh Kaisar kembali terbaring. Saat ini, meskipun Regan sedang sendirian, tapi dia punya keyakinan yang besar terhadap suaminya. Selama ini, dia juga tidak pernah meragukan Regan sama sekali.
Di sana, Regan benar-benar melakukan rapat besar dengan mengundang para petinggi perusahaan. Tidak ada yang direkayasa, karena memang itulah jadwal dia yang sesungguhnya. Regan memang sedang bekerja, melakukan pertemuan besar di salah satu ruangan yang dijaga oleh pengawal.
Namun, tidak dengan Wira. Saat ini, dialah yang harus mengambil peran dan bertindak. Dia berkeliling, mengamati ruangan yang sedang mereka gunakan untuk rapat. Menurut penuturan Regan yang dia dapat dari Kaisar, ruangan itu seperti dimensi waktu yang bisa menghilang setelah masuk ke dalam sana.
Penjaga yang bekerja untuk cafe itu sendiri masih berdiri di depan ruangan, dan Wira tidak menghiraukan mereka sama sekali. Dia berputar-putar, mengamati setiap inci
Setelah mendengar semua carita dari Kaisar, Anya hanya tidak ingin itu terulang kembali dan jangan sampai itu terjadi pada Regan. Meskipun keyakinan jika suaminya tidak akan pernah terkalahkan, tetap saja resiko terluka itu selalu ada. Mungkin selama ini memang tidak pernah terjadi apa pun, tapi bagaimana jika keberuntungan sedang tidak bersamanya?“Anya!”“Aku tidak akan pulang, dan aku akan tetap di sini.” Anya pura-pura tidak mendengar dan membalikkan badan.Regan yang di belakangnya mendekat dan memeluknya dari belakang. “Sayang, aku janji akan cepat pulang jika sudah selesai, ya!”“Kalaupun tidak langsung pulang, cepat berilah aku kabar.”“Aku akan selalu mengingatnya.” Regan menciumnya sekali lagi, hingga seolah mereka tidak akan pernah berhenti untuk melakukan itu. Kaisar memang terbiasa, tapi Wira tidak. Seolah dia tidak pernah melihat adegan seperti itu, Wira dengan cepat memaling
“Aku juga, aku tidak mau mati mengerikan seperti mereka. Mulai saat ini, aku akan berhenti dan mengundurkan diri dari sini.” Salah satu dari mereka juga menangis dan menyeka air matanya. Dia berdiri sambil melepas apron dengan kaki yang gemetar.“Jangan bodoh! Kalau kalian berhenti, kita juga akan tetap mati karena kalian tidak akan dibiarkan hidup setelah mengetahui semuanya!” Pelayan laki-laki yang membantu Jihan mencari taxi menghentikan mereka. “Lebih baik jaga sikap kalian agar mereka tidak mengetahui tempat apa ini sebenarnya.”“Kita tidak akan bisa mengalahkan mereka! Tuan Regan itu sangat pintar dan mengerikan. Apa kau pikir dia tidak akan tahu tentang ini?”“Kecilkan suaramu bodoh! Untuk saat ini dia memang tidak tahu, ‘kan? Jika dia tahu kita semua pasti sudah mati sekarang. Jadi kita tetap harus menjaga rahasia ini hingga kita menemukan celah untuk bisa meloloskan diri agar tidak terjebak den
Raisa ditemani oleh temannya dan untuk pertama kalinya mereka berkunjung menemui Lyan. Bukan mereka yang tidak ingin, melainkan Lyan sendiri yang tidak ingin mereka menemui atau pun mengabarinya sampai dia keluar nanti.Karena temannya itu sudah menjanjikan jika mereka bisa menengok di jam yang seharusnya bukan waktu untuk berkunjung, maka itu yang terjadi sekarang. Raisa dan temannya itu memang diperbolehkan masuk, hanya dengan batas waktu yang sudah ditentukan.Mereka duduk di depan skat kaca, tidak lama setelah itu Lyan dibawa keluar oleh satu petugas dan mendudukkan dia di balik skat kaca itu. “Lama tidak melihatmu, kau semakin menawan.”“Lyan, kapan kau akan keluar dari sini? Tidakkah kau tau, kita semua kehilangan arah karena tidak ada kamu di sana.”“Sayang ... apa yang membuatmu setakut ini? Aku sudah membuat semua tempat itu sangat aman, tidak akan ada yang tahu tempat apa itu sebenarnya.”“Tapi, B
Lyan nampak bersemangat saat mendengar itu. Seringai tipis muncul di wajahnya sekilas yang menunjukkan pria itu punya banyak pikiran licik. “Tidak banyak, aku hanya ingin kamu pergi ke cafe, dan temukan semua alat penyadap yang diletakkan oleh Regan di sana. Kamu tidak akan mendapatkan masalah hari ini, karena malam ini Regan akan sedikit sibuk. Manfaatkan waktumu dengan sebaik mungkin, sebelum mereka sadar jika semua alat penyadapnya sudah dipindahkan.”“Jadi ... kau ingin aku memindahkannya? Padahal aku lebih suka menghancurkan karena itu hanya akan membuat pekerjaanku repot dua kali lipat.”“Benar, aku tidak ingin mereka tau jika kita sudah tau. Kau mengerti maksudku, ‘kan?”“Sepertinya kau semakin licik di sana. Atau ... kau yang terlalu nyaman?”“Apa ada perbedaan di antaranya?” Lyan tertawa hambar. “Sudah, cepatlah bergerak sebelum pelayan cafe menimbulkan masalah baru untukku.&
Regan tersenyum miring setelah mendengar penjelasan dari pria yang menelponnya. Dia menjelaskan jika kemungkinan besar rencanya telah tercium oleh mereka. Saat ini, ada seorang lelaki yang terlihat mencurigakan dan mondar-mandir mencari sesuatu.“Lumayan, kalian tidak sebodoh yang aku kira.” Regan bergumam dengan masukkan ponsel ke dalam sakunya.Pria itu terdiam dengan menyandar di tembok. Jelas ini bukanlah kelakuan Raisa, dia tahu jika wanita itu hanya wanita arogan yang tidak akan pernah berpikir sampai sejauh itu. Jika memang dia tahu, maka dia tidak akan bisa menemukan alat penyadap yang disebar oleh Wira karena pria itu menggunakan alat penyadap yang bahkan tidak akan bisa dibedakan dengan benda disekelilingnya.Namun, pria yang disebutkan oleh orang suruhannya ini menemukan semuanya yang artinya dia sudah sangat berpengalaman. Raisa tidak punya koneksi dengan orang-orang seperti itu, kecuali ... Lyan. Iya, pria itu mempunyai koneksi luas dan
“Jadi, kamu mau berkompromi denganku?” Regan tersenyum miring. “Enyahlah!”Regan benar-benar tidak memiliki rasa simpati sedikit pun dengan Manda. Jika tidak karena mencari tahu informsi tentang Lyan, dia juga tidak mungkin memanggil Manda ke ruangannya. Manda sangat takut hingga lututnya gemetar. Selain dia tidak ingin berhubungan dengan Lyan, dia juga tidak ingin kehilangan pekerjaan yang akan menjadi kesempatan terakhirnya.Manda berlutut di bawah Regan dengan menundukkan kepala menyesal. Seharusnya dia tahu, jika tidak akan ada yang bisa berkompromi dengan Regan. Apalagi dia yang hanya merupakan karyawan biasa dan bukan siapa-siapanya.“Pak, saya minta maaf, saya tidak bermaksud berkompromi dengan anda. Hanya saja, saat ini saya sudah memiliki anak dan saya tidak bisa membiarkan kehidupan anak saya terancam. Lyan itu berbahaya, saya hanya meminta perlindungan saja.”“Baiklah, sampai aku bisa membereskannya kam
Regan terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya menyuruh Wira pergi dari sana. “Kita kembali ke perusahaan, Tuan?”“Tidakkah kamu lapar?”“Ini ... masih belum masuk waktu makan siang. Apa anda ingin mampir ke rumah makan?” Wira mengernyit, tidak biasanya juga Regan akan makan sebelum masuk waktu makan siang. Padahal, jelas tadi dia melihat kalau Regan sarapan bersama dengan istrinya.“Apa salahnya jika belum masuk waktu makan siang? Bagaimana jika ke Cafe Monalisa, aku rasa makanan di sana lumayan.”“Baik.”Wira sadar, Regan tidaklah memburu makan siang kali ini. Namun, entah apa yang dia rencanakan, dia juga tidak bisa menebak untuk kali ini. Yang dia tahu, Cafe Monalisa bukanlah seleranya.Dalam tiga puluh menit, mobil mereka sudah tiba di tempat parkir. Meskipun bukan jam makan siang, tapi cafe itu sudah ramai pengunjung. Wira turun terlebih dulu, membukakan pintu untuk Regan
Sejak saat malam itu, di mana salah satu pelayan mendatanginya di rumah sakit hingga tiga hari sampai saat ini, Regan tidak mengambil langkah sama sekali. Bahkan Raisa berpikir jika Regan sudah tidak memikirkan dan mencampuri urusan di cafenya lagi.Namun, tidak dengan Lyan. Semakin Regan diam, semakin Lyan curiga jika Regan merancang rencana besar yang hanya menunggu waktu kapan itu akan meledak. Akhirnya Regan menemukan lawan yang seimbang.Dia sudah membuat lelaki itu jempalitan di dalam penjara hingga merasa setiap menit bagaikan berada di sisi timer bom. Jika sebelumnya dia hanya mempercayakan semuanya kepada Raisa, sekarang dia lebih sering untuk bertanya langsung kepada pelayan cafe tentang keadaan di sana.“Apa yang terjadi di cafe hari ini?”Salah satu dari pelayan itu menjawab dengan tenang di sana. Dia adalah lelaki yang membantu Jihan mencari taxi waktu itu. “Tidak ada, Pak. Cafe berjalan seperti biasa. Semuanya normal.&rdquo
Seiring waktu, semua permasalahan yang mereka lalui terlupakan. Kehidupan terus berjalan dan seolah memberikan dunia baru untuk mereka. Tiba di saat hari yang mereka tunggu, Anya melahirkan dan dia melakukannya secara normal.Regan tidak pernah meninggalkan istrinya, bahkan dia yang menangis saat Anya mengeluh sakit yang luar biasa. Namun, menit kemudian, tangisnya berubah senyum lebar mendengar suara tangisan bayi.“Pak Regan, anak anda laki-laki.” Dokter itu memberikan anak mereka padanya. Dia sangat tampan, tapi wajah Anya mendominasi hingga dia terlihat tampan sekaligus imut di waktu yang sama.Anya menangis bahagia setelah beberapa jam menangis kesakitan. Setelah dibersihkan, mereka pindah ke ruang inap dan bayi itu tidak juga turun dari gendongan Regan. Kaisar yang ingin menggendongnya pun tidak memiliki kesempatan.Di saat itu, pintu ruangan terbuka, Sarah masuk dengan wajah memelas. Sejak dia mendengar jika Anya akan melahirkan, dia se
Jihan membeku, dia merasa sangat kecil di sana. Perlahan, hinaan dari Padmana yang selama ini hanya dia telan bulat-bulat, seolah doa yang menjadi kenyataan. Dia merasa senang sekaligus menangisi dirinya sendri. Bahkan dia tidak pernah merasakan kasih sayang yang seperti itu.Kaisar hanya memandangnya, semakin dilihat Jihan semakin menyedihkan. Jihan memang tidak mengatakan apa pun, tapi kedua mata yang menyorotkan kekosongan di hatinya itu terlihat sangat jelas. Kaisar menjadi gelisah, entah karena apa.Pria itu menyahut botol minum dan meskipun dia menegaknya hingga tersisa setengah, perasaannya masih gelisah. Tubuhnya tergerak untuk mendekat, lalu tiba-tiba mencium bibir Jihan dengan cepat hingga membuat wanita itu terkejut dengan responnya.“Kau hanya membuatku takut dengan ekspresimu yang diam saja. Makanlah, aku akan menyusul Tuan Regan.”Jihan tercengang, sampai Kaisar keluar dari ruangan pun dia masih tidak berkedip.“Kamu
“Aku tidak akan pergi dan aku akan tidur di sini.” Jihan melengos dan masuk ke kamar mandinya. Selesai mandi, dia terlihat sangat segar dengan rambut yang masih basah.Kemeja yang dia pakai pun sangat longgar dan kebesaran, tapi panjangnya hanya sampai paha dan itu sangat minim. Jika dia mengangkat kedua tangan, maka dia akan mengekspose pahanya yang mulus itu membuat Kaisar berkali-kali memalingkan pandangan.“Kau hanya boleh tidur di sofa.”“Tidak masalah, selagi aku tidak sendri.”Kaisar melempar selimut ke arahnya, dan dia memejamkan mata terlebih dulu. Saat dia pikir Jihan pun sudah mulai tertidur, mendadak kasur yang berada di sisinya tenggelam seperti ada seseorang yang meniduri.“Mau apa kau?” teriak Kaisar, yang mendapati Jihan merayap di sisinya.“Tidakkah kau merasa di sini seram? Mira pasti pernah tinggal di sini. Aku tidak berani di sofa sendirian. Kalau kau tidak menahanku p
“Si- siapa ini?”“Kaisar. Mulai saat ini, jika kau berani mendekati Jihan lagi, aku tidak akan ragu untuk mematahkan semua tulangmu.”“Jihan adalah tunanganku dan apa yang aku perbuat padanya, sama sekali tidak ada hubungan apa pun denganmu.”“Dia bukan milikmu lagi dan sebaiknya kau enyah dari kota ini sebelum aku menyeretmu ke lubang kuburmu sendiri.”Setelah mengatakan itu, Kaisar memutus sambungan dan menyerahkan ponsel ke Jihan dengan entengnya. Jihan tidak mendengar apa jawaban Padmana, tapi yang jelas pria itu pasti ketakutan. Satu-satunya hal yang ditatuti pria itu adalah dia yang kembali dengan Kaisar karena dia tahu jika dia tidak akan mampu melawan pria itu.“Anda membuatku dalam masalah besar.”“Aku sudah menyelamatkanmu dan kau mengatakan aku membawa masalah besar?”“Anda tidak tahu, saya berhutang padanya untuk biaya pengobatan ibu saya di kamp
Anya menyandar di pundak Regan, rasanya sangat nyaman dan tenang. Malam ini, Wira mengendara dengan santai, dan sesekali kedua matanya melirik ke arah spion. Melihat Regan yang memejamkan mata dengan Anya yang memeluknya, hatinya pun ikut bahagia.Sayang sekali, hanya dia yang tersiksa karena sudah melajang cukup lama. Namun, melihat Regan, keinginan untuk memiliki satu wanita dalam hidupnya muncul begitu kuat. Wira sudah lama bekerja dengan Kaisar, menjadi pengawal Regan dan mengikuti dia ke mana pun.Selama hidupnya, dia telah menyaksikan sendiri jika Regan tidak pernah bermain-main dengan wanita. Ada pun Manda, tapi saat itu jusru sang wanitalah yang menjebaknya. Dalam arti, Regan tidak pernah berniat untuk bermain-main dengan istrinya.Wira juga masih mengingat dengan jelas, di mana saat itu Regan kehilangan istrinya selama beberapa bulan dan melihat betapa kacaunya dia. Regan memang sangat arogan waktu itu, pemarah dan terlihat bukan pria yang banyak memili
Mengorbankan dua nyawa? Regan tertegun sejenak dan pikirannya jatuh pada Manda dan juga anaknya. Dia yang mendesak Manda agar mengatakan semua tentang Lyan, dan apakah itu maksudnya Lyan akan membunuh mereka?Regan menendang tubuh Lyan, hingga dia menggelinding beberapa kali. “Patahkan semua tulangnya hingga dia mati dan buang mayatnya ke laut.”“Baik.” Wira mengeksekusi Lyan dan menyelesaikan tugas Regan dengan sangat ganas.Di samping itu, dia mengambil istrinya dari Kaisar dan membawanya di atas kedua tangan lalu pergi dari gedung itu. Namun, Regan tidak pergi begitu saja. Dia hanya meletakkan Anya di dalam mobil dan kembali keluar untuk menghubungi Sandi.Seharusnya Sandi masih menangani masalah cafe, tapi dalam beberapa sambungan dia juga tidak mendapatkan jawaban atas panggilannya. Regan mengumpat, dan melayangkan pukulan ke udara. Dia sudah meletakkan bodyguard untuk melindungi Manda, tapi Lyan itu sangat licik! Kemungkinan
Mobil yang membawa Anya bergerak dengan cepat sekali, tapi Wira sudah menyambungkan dengan sistem navigasi di mobil dan mereka tidak perlu untuk mencarinya. Mereka pikir Lyan akan membawanya keluar dari Jakarta, tapi ternyata tidak. Mobil mereka berbelok dan menuju ke suatu tempat.Melihat itu, Regan semakin menambah kecepatan, hingga Jihan kehilangan jejak mereka. Kaisar dengan cepat melacak mobil Regan, dan mengikuti rute mereka meskipun sudah tertinggal jauh.Saat Regan tiba di sana, tempat itu merupakan gedung kosong dengan bangunan terbengkalai. Semuanya gelap dan tidak terlihat cahaya apa pun. Meskipun begitu, Regan tidak merasa ragu sama sekali untuk meneruskan langkahnya. Ada Anya yang menunggu untuk diselamatkan di dalam sana.Mereka masuk dengan waspada, berbekal hanya lampu senter di ponsel dan mengarahkan itu segela arah. Awalnya tidak ada yang aneh, hanya saja tepat saat mereka masuk lebih dalam lagi, terlihat Lyan yang berdiri dengan me
“Benar, tampar aku! Tampar!” teriak Mira sekencang-kencangnya. Entah saat ini dia memang sedang menangis menyesal atau masih dengan kepura-puraannya, kedua mata wanita itu mengalirkan air mata. “Aku iri denganmu, aku benci melihat kehidupanmu yang sempurna sedangkan banyak orang yang menderita di bawahmu. Aku benci!”“Jadi kau menyalahkan semua orang yang menderita itu padaku? Apa kau tidak pernah berpikir, jika sikapmu sendiri yang membuat semua orang menjauhimu?”“Kau yang sudah merebut perhatian Kaisar! Kau merebut kasih sayangnya, hingga aku tidak akan pernah menjadi yang pertama baginya. Kau sudah memiliki Regan, dan kau masih serakah dengan merebut perhatian Kaisar! Aku membencimu!”PLAKKSekarang, bukan hanya Anya yang menampar dia, melainkan Akbar yang melakukan itu. “Salah Apa Nona Anya padamu hingga kau berulang kali ingin melenyapkan nyawanya, hah? Apa dia mencoba untuk membunuhmu? Hanya kar
Baru juga mereka masuk, pelayan lelaki itu itu berdiri dan menghadang. “Maaf, Pak, untuk malam ini cafe tidak bisa dipesan karena sudah ada seseorang yang memesan untuk acara penting.”“Tenang saja, aku ke sini tidak untuk menyewa tempat ini. Aku hanya ingin sedikit melakukan renovasi.”“Mungkin kamu lebih butuh ini.” Kaisar menyodorkan pemukul itu ke arah Sandi dan dia dengan senang hati menerimanya.Sekali ayunan, dia memecahkan etalase kaca hingga membuat semua pengunjung ketakutan dan termasuk pelayan juga di dalamnya.“Maaf untuk ketidak nyamanannya, tapi kalian semua bisa pergi dari sini sekarang juga dan tidak perlu membayar makanan yang sudah kalian pesan.” Kaisar berteriak ke arah mereka semua dan di saat itu mereka berlarian sendiri-sendiri.“Pak, apa yang anda lakukan?” teriak salah satu dari pelayannya. Semuanya tampak panik, tapi hanya Kila yang sudah tidak terkejut sama sekal