Lampu berkelap-kelip, kilauan bianglala memancar di bagian open deck terlihat menyala indah, memancar di antara pekatnya langit malam yang menyelimuti. Bintang berkelip malu di atas sana di mana sang candra menyembul, semburatnya, memancar, menghujani lautan, berkilat-kilat di antara desiran air yang nampak menghitam sebagian. Pesta mewah di sebuah kapal pesiar milik keluarga besar Andreas, tengah diselenggarakan, di mana, terdapat kolam renang, ubin kolam berwarna biru seperti laut, air beriak menyilaukan seperti kristal terpancar sorot lampu hias yang menerangi. Desau angin menyapa, dentuman musik, seirama teriakan Disk jockey yang mengumandangkan, sorak-sorai, berteriak lantang semakin menambah riuh lantai bagian atas kapal pesiar tersebut.
Stela dan Axelle berjalan menaiki tangga menuju dek terbuka bagian atas, menghampiri Arsen dan Andreas untuk bertegur sapa. Wanita itu nampak cantik dalam balutan dress sifon warna ungu, setinggi l
jangan lupa tinggalkan jejak komentar, terima kasih sudah membaca Love Sugar Daddy
“Kalian masih semangat!” teriak sang D.J yang merupakan seorang lelaki gagah dengan gaya casual, kaos oblong, celana jeans yang robek bagian lutut. “Mari bersenang-senang!” teriaknya lagi lantang, tangannya terlihat lincah memutar piringan hitam yang berputar. Dentuman musik masih bertalu-talu semakin semarak. Stela menatap ke arah pinggir kolam renang di mana para tamu undangan asik menari-nari seiring musik mengalun. Tua muda bersorak sorai tanpa mengenal usia, asik dalam menggerakkan badan. Stela tertegun, sempat berpikir apakah Axelle dan juga Zayn sang papa juga bertindak demikian ketika menghadiri sebuah pesta bangsawan. Wanita tersebut kembali menatap teman duduknya, melihat gelas yang mirip corong bening, yang dipegang Joy dengan sedikit menggoyangkan, hingga buah kecil yang berada di dalamnya ikut terguncang-guncang, Stela menatap binar. “Joy, air putih itu buat aku,” ujar Stela.
Axelle dan Andreas berjalan beriringan menuruni tangga menuju tempat pesta berlangsung. Axelle berusaha profesional, Andreas juga telah meminta maaf dengan tulus atas hal tidak menyenangkan yang dia lakukan terhadap Joy. Bintang tamu undangan pada pesta yang diselenggarakan lelaki tua tersebut atas saran Arsen kali ini Joy. Sebagai permintaan maafnya. Axelle terlihat mengedarkan pandang, menatap bar yang berada di antara riuhnya pesta. Stela masih duduk manis terlihat kesal, mungkin Joy atau Arsen menjahilinya, begitu pikir Axelle. Bhum! Duar! Duar! Suara ledakan berbunyi sekali, semua orang menjerit, musik dj berhenti mendadak. Argh! Aaaah! Teriakan mereka bersaut-sautan. “Tenang jangan panik, itu kembang api, pertanda acara inti akan segera dimulai.” Suara DJ menenangkan para tamu undangan, alunan musik berganti instrumen romantis. Para hadirin kompak, mereka melongok, menyaksikan kembang api menyala di atas langit hitam pekat.
Axelle tergesa menarik tangan Stela melewati kerumunan orang-orang. Mereka berjalan memasuki dek bagian kamar penumpang. Brak! Axelle membuka pintu secara kasar lalu gegas menutup dan menguncinya. Stela mengedip-kedipkan mata melihat tingkah sang suami yang membuatnya berdebar. Axelle menatap dengan naps kembang kempis, dia meraup wajah Stela lalu mencium bibir itu kembali sebelum Stela membuka suara untuk bertanya. Yah, bagi Axelle pertanyaan Stela tidak terlalu penting, yang lebih penting saat ini adalah desakan junior yang menuntut. Tidak peduli pesta di luar sana masih berlangsung. Axelle merapatkan tubuh, membuat milikinya di bawah sana yang menonjol terasa ketika bersentuhan dengan paha mulusnya. Ciuman Axelle terkesan lebih menuntut, yah si pencium yang handal, membuat Stela kepayahan mengikuti. Nampaknya Axelle begitu menikmati jika sang istri terlihat tidak berdaya dalam kungkungannya. Bibir Axelle menjauh dari bibir
Zayn menyesap minumannya kemudian menoleh ke arah sang istri yang tengah asik menikmati asinan lelaki itu tersenyum kemudian menarik tubuh sang istri ke dalam pelukan. Freya membalas pelukan sang suami. Keduanya terhanyut dalam kemesraan. Wanita itu mendongak sedikit, mengecup puncak hidung Zayn yang mancung. Zayn mengecup bibir Freya antara rasa asin, manis dan asam melekat di bibir wanitanya. Sesekali Zayn menelusupkan lidah, menelusuri bagian dari bibir dan saling memainkan lidah. Ciuman berakhir dengan beberapa kecupan setelahnya. "Bayi kita benar-benar nakal," keluh Zayn terkekeh. Lelaki itu mengelus perut sang istry yang mulai membuncit. Freya terkekeh, keduanya kemudian menautkan kening, embusan napas terasa hangat menyapa pipi. Aroman mint dari bibir sang suami, bau tubuh itu menguar, mengusik Freya. “Kau sudah menghubungi anak buahmu
Stela menghela napas, dia membaringkan tubuh telanjangnya di ranjang dengan tengkurap. Badanya lengket, berkeringat, tubuhnya kelelahan setelah di gempur habis-habisan oleh sang suami. Axelle beringsut naik ke atas ranjang, lelaki tersebut mengecup pundak sang istri kemudian mengelus rambut panjang Stela. “Kau, baik-baik saja, Sayang?” tanya Axelle. “Tubuh saya rasanya remuk, pinggang saya benar-benar pegal. Mas mempermainkan saya, lalu menggempur dengan kekuatan penuh, bagaimana saya tidak tumbang,” keluh Stela. “Maaf, kau sangat menggoda, Sayang,” bisik Axelle, “bisa kita lakukan lagi?” pinta Axelle. “Saya lelah, Mas, kita tidur,” kata Stela. “Baiklah mari kita tidur.” Axelle mengecup pucuk kepala sang istri. Wanita itu membalikkan badan telentang, tidak sengaja
Stela baru saja terlelap ketika pintu diketuk, wanita mungil itu memijit kening yang mendadak nyut-nyutan. Dia beringsut bangun bertepatan dengan, Axelle yang keluar dari kamar mandi, mengenakan handuk kimono. Keduanya saling pandan, Axelle tersenyum ramah lalu mengambil handuk kimono di dalam nakas, menyerahkan kepada Stela. Wanita tersebut tersenyum girang lalu mengenakannya. Rambut Axelle masih terlihat basah, sangat sexy bagi Stela, terutama bagian dada yang sedikit terbuka. Axelle berjalan ke arah pintu lalu membukanya. Joy tanpa permisi masuk ke dalam, mereka saling menatap satu sama lain. “Kalian tadi dengar?” tanya Joy. “Dengar apa?” Axelle balik bertanya. “Tembakan,” jawab Joy. “Kau yakin, itu suara tembakan, mungkin saja hanya kembang api,” kata Stela dengan polosnya. “Ini t
Kreat! Suara pintu berderit, dua orang lelaki masuk ke dalam ruangan mengedarkan pandang dengan berjalan mengendap-endap. Mereka celingukan, Axelle masih mengamati dengan mengintip lewat celah dari tumpukan barang-barang yang sebagian telah berserakan di lantai. Dia kemudian bernapas lega melihat kedua orang pemuda tersebut, Axelle menggandeng tangan sang istri berjalan mendekati mereka. “Astaga, kalian mengagetkan kami,” suara bariton lelaki memekik. “Kalian yang membuat kami jantungan, kami kira siapa,” keluh Stela menatap ke arah mereka dengan bibir mengerucut. “Joy, kau sudah mendapatkan apa yang kau cari?” tanya Axelle. Yah, kedua orang tersebut adalah Joy dan juga Roland. Mereka saling berpandangan satu sama lain sebelum menjawab pertanyaan Axelle. Axelle menyadari hasil nihil dari tatapan tanpa kata tersebut, namun dia ingin memastikan sendiri,
Freya menggerakkan tubuhnya naik turun secara teratur, lebih lembut dari biasanya. Zayn membiarkan sang istri untuk memimpin permainan. Suasana begitu dingin, sudah hampir pagi. Tidur lelap Zayn terganggu dengan sentuhan hangat pada miliknya. Dia pun terbangun, tidak marah ataupun menolak service yang diberikan sang istri. Dia pun menginginkan hal tersebut hanya saja semalam Zayn mencoba mengontrol diri mengingat sang istri tengah hamil muda. Namun, sekarang sang istri tengah berolah raga di atasnya. Suara mendesah Freya benar-benar menggoda, Zayn masih bersikap tenang, dengan menggerakkan pinggulnya membantu sang istri bergerak. “Kau sangat nakal, Sayang,” keluh Zayn. “Aku tidak mampu menahan, kau sangat menggoda, Sayang,” gelak Freya yang lalu memekik, merasakan tubuh bagian bawah terasa bergetar. Wanita tersebut ambruk di dada bidang sang suami. Satu kali gerakan,
Novel Baru Judul : Jaran Goyang Ratu Rengganis "Berikan aku ragamu, maka akan aku kabulkan segala keinginanmu, Rengganis.” Suara melantun itu membuat wanita berparas rupawan yang dipanggil Rengganis, menengadah dari posisi bersimpuh, menatap sosok wanita setengah tembus pandang yang melayang di hadapannya dengan kabut tebal menyelimuti tubuh wanita itu. Manik hitam segelap malam milik Rengganis terlihat basah, memancarkan kesedihan yang begitu dalam. Debu dan kotoran tebal menghiasi wajahnya, menunjukkan betapa tersiksa dan terabaikan dirinya untuk waktu yang cukup lama. Melihat keterpurukan Rengganis, wanita itu menyeringai, kakinya turun menapak tanah. “Aku bisa membantumu membalaskan dendam, entah kepada jalang bernama Madhavi … ataupun bajingan yang kau panggil Kakang Prabu Abra itu.” Rengganis mengepalkan tangan, membayangkan wajah kedua orang yang membuat hidupnya terasa bak neraka. Namun, melihat kabut hitam yang menyelimuti wanita di hada
Axelle menoleh ke arah sumber suara, ada Mirza dan juga Marvel. Keduanya berjalan mendekat, Axelle sedikit terkejut, baru saja dia memikirkan anak malang itu kini telah berada di hadapannya beserta sang ayah. Axelle menyalami keduanya, saling bercanda dan juga bertukar kabar. Axelle lalu mengajak mereka menyusuri balkon dan kemudian turun melewati anak tangga menuju taman di samping kediaman megah tersebut. harum bunga mawar menguar tercium ketika mereka berjalan menapaki tanah basah yang baru saja disiram oleh para maid. Bunga-bunga indah tumbuh subur berkat perawatan yang baik pula. Mereka berjalan melewati pohon mangga kenangan. Axelle menoleh ke arah Mirza lalu tersenyum, Mirza yang tidak tahu apa-apa membalas senyuman Axelle seadanya. Mereka kemudian duduk di saung menikmati matahari sore. Warna jingga itu terlihat menenangkan, yah, tenang. Setelah kekacauan yang terjadi selama ini. Ketiga orang yang tengah mengalami hal tidak mengenakkan. Mereka paham
Sampai di rumah Axelle segera memeluk sang istri, dia mengangkat lalu memutar tubuh Stela bersama dengan dirinya. Kebahagiaan tiada tara yang tercurah. Layaknya selongsong kosong kini menumpuk bernas kebahagiaan yang semakin bertambah. Ada benih di dalam rahim sang istri yang harus dijaga kini. Sungguh sesuatu yang sangat tidak terkira. Kembali pada masa lalu pertemuan keduanya yang tidak pernah terduga. Auristela gadis mungil teman anaknya, yah, gadis yang selalu bersama Mirza. Lebih tepatnya, Mirza yang selalu menyeret gadis tersebut ke mana pun dia pergi. Axelle yang awalnya mengira Freya adalah cinta sejatinya, siapa yang menyangka wanita tersebut mengkhianati dan mempermainkan perasaan dirinya juga Marvel Junior, ayah biologis dari Mirza. Hidup layaknya bianglala yang berputar, begitu pula dengan takdir yang semestinya memang harus terjadi. Kehidupan ibarat topeng yang menyembunyikan jati diri. Dunia bawah penuh kekejaman, mem
Rafael tersenyum dengan kebahagiaan yang dirasakan Stela, hasil pemeriksaan menyatakan Stela sehat. Rafael mengernyitkan kening melihat senyum Stela itu berubah sedikit menyeramkan, dia seolah melihat aura Zayn dari dalam diri wanita muda yang duduk manis di hadapannya. Dingin AC tidak membuatnya dingin, Rafa kesulitan bernapas juga mendadak, aura ruangan menyeramkan, keringat dingin mengucur di pelipis. “Ini pasti akan menjadi kejutan bagi Mas Axelle dan juga Papa,” kelakar Stela. “Mereka, mereka pasti akan bahagia,” ujar Rafael terbata. ‘Astaga, kenapa aku jadi segugup ini dengan seorang wanita muda, sangat menyeramkan, apakah semua keturunan darah biru memang memiliki aura mematikan,’ keluh Rafa dalam benaknya sendiri. “Lebih tepatnya mungkin mereka akan terkejut,” ujar Stela. “Apa!” pekik Rafael. “Dokter
Pagi hari ketika bangun tidur, Stela merasa enggan sekali bangkit. Tubuh terasa benar-benar nyeri dan remuk, dia mengamati sekeliling. Sang suami tidak ada di sampingnya, terdengar suara bunyi air di kamar mandi. Wanita muda itu tersenyum lalu meraup wajahnya dengan kedua tangan. Axelle keluar dari kamar mandi dengan keadaan basah dan hanya mengenakan handuk seukuran pinggang. Lelaki tersebut tersenyum sumringah melihat Stela melambaikan tangan. “Selamat pagi, istriku,” sapa Axelle berjalan mendekati ranjang. Lelaki tersebut duduk di samping lalu mengecup kening sang istri dengan sayang. Wajah sang istri nampak lesu dan kelelahan. “Tidurlah lagi jika masih mengantuk!” perintah Axelle mengumbar senyum. Stela menggeleng, dia berusaha beringsut bangkit namun, perutnya terasa nyeri. “Aw!” pekiknya, membuat dirinya meringis, Axelle yang melihat gelagat aneh langsung membantu sang istri duduk. &nb
Assalamu'alaikum Halo, saya author KarRa. Dengan segala kerendahan hati, saya mohon maaf tidak bisa up date untuk beberapa hari ke depan. Baik Love Sugar Daddy mau pun Godaan Memikat. Saat ini author sedang sakit, mohon do'anya agar cepat pulih untuk bisa melanjutkan up date seperti biasanya 🙏 Untuk giveaway menuju akhir Love Sugar Daddy masih berjalan dengan semestinya ya, dan pemenang yang mendapat souvenir akan diumumkan ketika novel tersebut Tamat. Tetap ikuti selalu ya guys, untuk informasi lebih lanjut bisa lihat di akun sosial media author. Add: KarRa atau Follow: @karra_lovely. Sekian dan terima kasih, sekali lagi mohon maaf yang sebesar-besarnya 🙏
Joy mengganti pakaian di kamar mandi. Dia mengingat beberapa serpihan masa lalu, ketika sang ibu menyuruh untuk mencari kebenaran tentang kematian Nyonya Zeroun. Semua bukti tertutup rapat, lebih gila lagi, saat semua ditemukan segalanya mengarah kepada Zayn. Joy yang notabene putra kedua berbeda ibu tersebut, menjelajahi tempat-tempat kumuh, lontang-lantung mirip gelandangan. Hingga takdir mempertemukan dengan Roland, sang sahabat karib, perbedaan kasta tidak membuat mereka saling mendominasi. kerja sama yang baik mampu menumbuhkan terasa kekeluargaan bagi dirinya dan juga Roland. Begitu keras Olivia mendidik putranya agar mampu menjadi pelindung dan calon pemimpin dari dunia bawah yang Olivia geluti. Maut menjadi lawan seimbang bagi Joy yang pernah beberapa kali hampir mati. Bagi orang yang diinginkan, Joy menampakkan sosok lembut, konyol dan baik hati. Namun, bagi lawan, Joy seperti sosok iblis yang siap mencincang habis mangsanya. Lelaki t
Gadis itu meringis kesakitan, hal wajar itu pengalaman pertama baginya. Saat hendak melangkah, jalannya seperti tidak lagi sama, kakinya terbuka cukup lebar, mengangkang. Joy menoleh ke belakang, menatap gadis yang menundukkan kepala dengan kedua tangan bersedekap di perut. Langkah gadis itu seakan rapuh, yah dia yang menggagahi hingga membuatnya kesulitan berjalan. Lelaki tersebut masih memperhatikan langkah wanita muda tadi, merasa sangat lamban. Joy melebarkan mata bergegas meraih tubuh gadis yang hampir tersungkur ke bawah tersebut. “Hati-hati,” ujar Joy. “Terima kasih,” jawab Violet. Joy tersenyum, lelaki tersebut kemudian memapah Violet memasuki sebuah butik. Beberapa pengunjung menatap dengan Joy dengan perasaan terpukau, kagum, dia lelaki tampan mempesona, meski kemeja yang dikenakan terlihat lusuh, berpeluh, dia belum sempat mandi. Beberapa orang wanita saling berbisik, Joy t
Membantai para bawahan Arsen juga membakar ruang yang terhubung ke penjara bawah tanah, menghilangkan jejak. Menutup mulut para maid yang berada di sana dengan mengantongi identitas mereka, mengawasi keluarga masing-masing mereka tanpa terkecuali. Agar semua mulut bungkam, kejam yah satu kata itu yang dapat dikatakan kejam. Bahkan untuk seorang gadis berlesung pipit dengan rambut bergelombang. Iris mata terlihat hitam pekat, kulitnya kuning langsat khas orang pribumi dari kota tersebut. Menatap ke arah Joy dan Roland dengan senyum manis. Joy memandang ke arah Roland mencari jawaban, Roland mengedikkan bahu pertanda tidak tahu menahu. Manis, satu kata yang terlontar dalam pikiran Joy melihatnya. “Ah, maaf, Tuan, bisa saya meminta ijin pulang?” tanya gadis tersebut menundukkan kepala. “Hei, aku sudah katakan dari awal, selama seminggu ke depan kalian masih dalam pantauan kami!” ujar Rolan