Lily sudah menghabiskan beberapa bungkus Cheetos yang entah dari mana dia ambil. Saat Joy sudah menyelesaikan pekerjaan, menutup laptop lalu menatap ke arah gadis tersebut. Joy melebarkan mata, melihat meja penuh berisi bungkus Cheetos, juga beberapa kaleng soft drink. Dia menatap ke arah Lily yang tengah meneguk minumannya. Tanpa risih sedikit pun Lily menatap Joy yang masih melongo.
“Tubuhmu kerdil tapi kau banyak makan, tidak takut berat badan naik?” tanya Joy menatap pipi dan bibir Lily yang terdapat remah-remah.
“Saya bukan kerdil,” desis Lily memanyunkan bibir.
Lily mengangkat tangan hendak mengelap bibir, Joy menampik tangan tersebut, dia lalu menarik box tisue di tengah meja menyerahkan kepada Lily. Gadis muda itu tersenyum kemudian mengambil tisue untuk mengelap mulut. Joy menatap wanita di dekatnya itu lalu terkekeh kecil.
“Tuan Muda sudah se
Hay D'Lovely Karra, jangan lupa untuk tinggalkan jejak komentar ya, terima kasih sudah membaca Love Sugar Daddy
Axelle keluar dari kamar mandi untuk dengan mengenakan handuk kimono. Rambutnya basah kuyup pertanda lelaki tersebut baru usai mandi. Dia mengernyitkan kening, melihat ranjang kosong. Ada kekhawatiran langsung menyergap hati. Lelaki tersebut mengedarkan pandang, dia menggigit bibir lalu bernapas lega kala melihat bayangan Stela nampak di depan pintu jendela balkon, tertutup gorden. Axelle melangkah mendekat ke arah balkon. Tirai warna putih itu berkelebat tertiup angin, menutup wajah Axelle. Lelaki tersebut, menyibakkan tirai di wajahnya, terlihat Stela berdiri dengan kepala mendongak ke atas, tubuhnya bak terguyur cahaya rembulan, pemandangan eksotis, yang membuat Axelle tertawan. “Apa yang kau lakukan disini, Sayang?” tanya Axelle memeluk sang istri dari belakang. Axelle menyusupkan kepala ke ceruk leher bagian kanan sang istri, mengecup lembut. “Menatap rembulan, bukankah indah, Mas,” ujar Stela. &nb
Andreas berdiri di depan gedung perkantoran milik Zeroun Grup. Dia tersenyum ketika melihat Axelle berjalan menaiki tangga. Lelaki tua tersebut lalu melangkah mendekati Axelle. Axelle tidak terkejut dengan kehadiran Andreas juga Arsen di kantornya. Entah apa yang hendak kedua orang tersebut lakukan, lelaki tersebut membalas senyum ketika Arsen tersenyum. “Hai, adik ipar,” sapa Arsen melambaikan tangan. Senyum Axelle menghilang ketika mendengar Arsen memanggilnya ‘adik ipar’ terdengar aneh dan tidak terbiasa. Arsen memang kakak iparnya namun, melihat lagi, mengingat, membuat dia bingung bagaimana harus bersikap. Harga dirinya terluka dipermainkan seorang yang baginya ‘bocah kecil’ Arsen menghela napas berat lalu menatap kedua orang di hadapannya. Arsen masih terlihat tengil sedangkan lelaki tua yang berdiri di belakangnya nampak angkuh, tatapannya enggan. “Kenapa kalian ber
Beberapa orang berjajar di depan emperan sebuah toko, ada penjual minuman, membeli penyegar tenggorokan di kala siang yang panas tidak terkira. Belakang penjual minuman tenda tersebut ada sebuah bangunan toko bunga, di sana Stela sekarang berada, di dalam toko bunga bersama Lily melihat bunga-bunga indah bermekaran. Seorang wanita berpakaian sexy dengan dress scuba warna merah lengan sabrina. Wanita tersebut memperhatikan Stela dari seberang jalan, di dalam sebuah mobil warna hitam. Setelah beberapa saat, dia keluar mobil, mengenakan kacamata hitam, menyeberang jalan, langkahnya tegap dengan kepala sedikit mendongak ke atas. Wanita itu masuk ke dalam toko, berhenti di belakang Stela juga Lily yang tertawa girang mengamati beberapa tanaman bunga dalam pot yang terlihat segar. “Kau Stela, bukan?” tanya wanita tadi. Stela menoleh lalu menatap wanita tersebut, matanya melebar dengan mulut melongo memben
Axelle tengah mengikuti rapat di kantornya, kebersamaan dengan sang istri dan bayangan Stela menari dalam pikiran. Ketika malam, Stela mengenakan lingerie hitam, beberapa kenangan masa lalu muncul, bergantian kejadian ketika Stela mencoba merayunya. Dia tersenyum, beberapa karyawan memandang heran. Namun, mereka bersyukur setidaknya sang atas lebih baik dari pada tatapan dingin angkuh di masa lalu. Axelle semakin memikirkan sang istri, hatinya gelisah. Dia meraih ponsel di atas meja, iseng menekan nomor Stela, menunggu beberapa detik, panggilan tidak terjawab. Senyum di bibir Axelle menghilang, wajahnya berubah masam, membuat beberapa karyawan yang melihatnya merasa terganggu. “Iblis telah kembali menyelimuti CEO kita,” bisik salah seorang yang duduk bersebelahan dengan Axelle. Lelaki yang duduk di sampingnya diinjak kaki oleh wanita di samping kiri, lelaki yang berbisik tadi mendelik menoleh ke arah sang wanita. &nbs
Stela membuka mata dengan perlahan dia menatap ke sekeliling, mata gadis cantik tersebut melebar. Jantung berdegup kencang, dia menoleh ke arah Lily, membenahi letak duduknya. Lily tersenyum nyengir, menatap ke arah majikan dengan wajah tanpa dosa. “Lily, mobil kenapa berhenti?” tanya Stela mendelik. Lily terkekeh dengan ekspresi tidak berdaya, “Bensin habis, Nyonya,” keluh Lily kembali nyengir. “Serius?” tanya Stela mencoba menenangkan diri. “Serius lahir batin, Nyonya,” jawab Lily menelan saliva. “Ini gila, kalau habis kenapa masih disini, ayo turun,” pekik Stela membuka pintu mobil diikuti Lily. “Kabur!” teriak Stela kompak dengan Lily. “Joy, kalau kau tidak sampai di waktu yang tepat aku akan memecatmu menjadi adik ipar,” teriak Stela yang masih menggenggam ponsel dengan erat. Keduan
Axelle mulai panik, dia mencengkeram rambutnya merasa frustrasi. Tidak pernah dia sangka, jika dia begitu mencintai Stela sedalam ini. Membuatnya terus berpikir seperti orang tidak waras. Marah secara tiba-tiba seperti yang baru saja dia lakukan hanya karena Stela tidak dapat dihubungi. Lelaki tersebut baru saja keluar dari lift, berjalan menuju lobi diikuti Roland. Pemuda tersebut menatap heran sang atasan, dia tersenyum melihat tingkah aneh Axelle, tuannya sedang cemburu buta tidak beralasan. Axelle melirik ke arah sang asisten tersebut, dia mengernyitkan kening. Tatapan tajam, dahinya berkerut membuat kedua alis menyatu. “Aku tahu kau sedang menertawakanku Roland,” keluh Axelle, ekspresi menahan tawa itu, membuatku ingin mencekikmu,” lanjut Axelle berkeluh. Kali ini Roland benar-benar terbahak tidak dapat menahannya lagi, “Astaga Tuan, Anda sedang cemburu,” ujar Roland masih terkekeh. &nb
Stela menyeruput es cappuccino dalam kemasan hingga suaranya terdengar nyaring, baik Axelle maupun yang lain menatap ke arah wanita itu. Hah! Stela mendesah merasakan tenggorokan yang kini terasa segar, menikmati sensasi manis segar minuman yang masuk ke dalam tenggorokannya. Saat ini mereka tengah duduk di bawah pohon rindang, di mana seorang pedagang es kemasan cup menjajakan dagangannya di pinggir trotoar. Axelle langsung melotot ke arah ketiga lelaki yang memandang wajah sang istri, Joy, Mirza juga Roland langsung mengalihkan pandang. “Si maung tengah tidak ingin pasangannya kita lirik,” sindir Joy. “Kau benar, tatapan Matanya itu mengisyaratkan seperti, ‘akan aku cungkil matamu jika menatapnya’ bukankah begitu,” timpal Mirza menatap ke arah Joy. “Benar sekali,” ujar Lily. Ro
Cinta itu juga telah tertanam di benak Stela, siapa sangka kebersamaan mampu membuatnya hanyut dalam pesona Axelle. Meski pada awalnya dia pernah jatuh cinta kepada Mirza. Yah, bukankah cinta pertama memang akan sangat sulit untuk bersatu. Masa lalu tinggal masa lalu, kini Stela hidup dengan penuh rasa syukur. Berdampingan dengan orang yang mencintai dirinya, terlebih lagi Stela pun mencintai sang suami. Stela memeluk Freya, sedang Axelle menaruh bunga tersebut di teras rumah Zayn. Freya melirik sebentar lalu tersenyum. Memandang wajah lelaki yang dulu sempat membuatnya seperti orang bodoh. Melakukan hal yang terbilang cukup jahat, mengintimidasi wanita mungil yang kini menjadi anak tirinya. Ah, takdir yang unik bukan. Sampai di kediaman Zayn, Axelle turun, berjalan sebentar menuju bagasi mobil yang dinaiki Roland juga Joy, untuk mengangkat dua pot bunga mawar warna kuning dan putih. Kedatangan d
Novel Baru Judul : Jaran Goyang Ratu Rengganis "Berikan aku ragamu, maka akan aku kabulkan segala keinginanmu, Rengganis.” Suara melantun itu membuat wanita berparas rupawan yang dipanggil Rengganis, menengadah dari posisi bersimpuh, menatap sosok wanita setengah tembus pandang yang melayang di hadapannya dengan kabut tebal menyelimuti tubuh wanita itu. Manik hitam segelap malam milik Rengganis terlihat basah, memancarkan kesedihan yang begitu dalam. Debu dan kotoran tebal menghiasi wajahnya, menunjukkan betapa tersiksa dan terabaikan dirinya untuk waktu yang cukup lama. Melihat keterpurukan Rengganis, wanita itu menyeringai, kakinya turun menapak tanah. “Aku bisa membantumu membalaskan dendam, entah kepada jalang bernama Madhavi … ataupun bajingan yang kau panggil Kakang Prabu Abra itu.” Rengganis mengepalkan tangan, membayangkan wajah kedua orang yang membuat hidupnya terasa bak neraka. Namun, melihat kabut hitam yang menyelimuti wanita di hada
Axelle menoleh ke arah sumber suara, ada Mirza dan juga Marvel. Keduanya berjalan mendekat, Axelle sedikit terkejut, baru saja dia memikirkan anak malang itu kini telah berada di hadapannya beserta sang ayah. Axelle menyalami keduanya, saling bercanda dan juga bertukar kabar. Axelle lalu mengajak mereka menyusuri balkon dan kemudian turun melewati anak tangga menuju taman di samping kediaman megah tersebut. harum bunga mawar menguar tercium ketika mereka berjalan menapaki tanah basah yang baru saja disiram oleh para maid. Bunga-bunga indah tumbuh subur berkat perawatan yang baik pula. Mereka berjalan melewati pohon mangga kenangan. Axelle menoleh ke arah Mirza lalu tersenyum, Mirza yang tidak tahu apa-apa membalas senyuman Axelle seadanya. Mereka kemudian duduk di saung menikmati matahari sore. Warna jingga itu terlihat menenangkan, yah, tenang. Setelah kekacauan yang terjadi selama ini. Ketiga orang yang tengah mengalami hal tidak mengenakkan. Mereka paham
Sampai di rumah Axelle segera memeluk sang istri, dia mengangkat lalu memutar tubuh Stela bersama dengan dirinya. Kebahagiaan tiada tara yang tercurah. Layaknya selongsong kosong kini menumpuk bernas kebahagiaan yang semakin bertambah. Ada benih di dalam rahim sang istri yang harus dijaga kini. Sungguh sesuatu yang sangat tidak terkira. Kembali pada masa lalu pertemuan keduanya yang tidak pernah terduga. Auristela gadis mungil teman anaknya, yah, gadis yang selalu bersama Mirza. Lebih tepatnya, Mirza yang selalu menyeret gadis tersebut ke mana pun dia pergi. Axelle yang awalnya mengira Freya adalah cinta sejatinya, siapa yang menyangka wanita tersebut mengkhianati dan mempermainkan perasaan dirinya juga Marvel Junior, ayah biologis dari Mirza. Hidup layaknya bianglala yang berputar, begitu pula dengan takdir yang semestinya memang harus terjadi. Kehidupan ibarat topeng yang menyembunyikan jati diri. Dunia bawah penuh kekejaman, mem
Rafael tersenyum dengan kebahagiaan yang dirasakan Stela, hasil pemeriksaan menyatakan Stela sehat. Rafael mengernyitkan kening melihat senyum Stela itu berubah sedikit menyeramkan, dia seolah melihat aura Zayn dari dalam diri wanita muda yang duduk manis di hadapannya. Dingin AC tidak membuatnya dingin, Rafa kesulitan bernapas juga mendadak, aura ruangan menyeramkan, keringat dingin mengucur di pelipis. “Ini pasti akan menjadi kejutan bagi Mas Axelle dan juga Papa,” kelakar Stela. “Mereka, mereka pasti akan bahagia,” ujar Rafael terbata. ‘Astaga, kenapa aku jadi segugup ini dengan seorang wanita muda, sangat menyeramkan, apakah semua keturunan darah biru memang memiliki aura mematikan,’ keluh Rafa dalam benaknya sendiri. “Lebih tepatnya mungkin mereka akan terkejut,” ujar Stela. “Apa!” pekik Rafael. “Dokter
Pagi hari ketika bangun tidur, Stela merasa enggan sekali bangkit. Tubuh terasa benar-benar nyeri dan remuk, dia mengamati sekeliling. Sang suami tidak ada di sampingnya, terdengar suara bunyi air di kamar mandi. Wanita muda itu tersenyum lalu meraup wajahnya dengan kedua tangan. Axelle keluar dari kamar mandi dengan keadaan basah dan hanya mengenakan handuk seukuran pinggang. Lelaki tersebut tersenyum sumringah melihat Stela melambaikan tangan. “Selamat pagi, istriku,” sapa Axelle berjalan mendekati ranjang. Lelaki tersebut duduk di samping lalu mengecup kening sang istri dengan sayang. Wajah sang istri nampak lesu dan kelelahan. “Tidurlah lagi jika masih mengantuk!” perintah Axelle mengumbar senyum. Stela menggeleng, dia berusaha beringsut bangkit namun, perutnya terasa nyeri. “Aw!” pekiknya, membuat dirinya meringis, Axelle yang melihat gelagat aneh langsung membantu sang istri duduk. &nb
Assalamu'alaikum Halo, saya author KarRa. Dengan segala kerendahan hati, saya mohon maaf tidak bisa up date untuk beberapa hari ke depan. Baik Love Sugar Daddy mau pun Godaan Memikat. Saat ini author sedang sakit, mohon do'anya agar cepat pulih untuk bisa melanjutkan up date seperti biasanya 🙏 Untuk giveaway menuju akhir Love Sugar Daddy masih berjalan dengan semestinya ya, dan pemenang yang mendapat souvenir akan diumumkan ketika novel tersebut Tamat. Tetap ikuti selalu ya guys, untuk informasi lebih lanjut bisa lihat di akun sosial media author. Add: KarRa atau Follow: @karra_lovely. Sekian dan terima kasih, sekali lagi mohon maaf yang sebesar-besarnya 🙏
Joy mengganti pakaian di kamar mandi. Dia mengingat beberapa serpihan masa lalu, ketika sang ibu menyuruh untuk mencari kebenaran tentang kematian Nyonya Zeroun. Semua bukti tertutup rapat, lebih gila lagi, saat semua ditemukan segalanya mengarah kepada Zayn. Joy yang notabene putra kedua berbeda ibu tersebut, menjelajahi tempat-tempat kumuh, lontang-lantung mirip gelandangan. Hingga takdir mempertemukan dengan Roland, sang sahabat karib, perbedaan kasta tidak membuat mereka saling mendominasi. kerja sama yang baik mampu menumbuhkan terasa kekeluargaan bagi dirinya dan juga Roland. Begitu keras Olivia mendidik putranya agar mampu menjadi pelindung dan calon pemimpin dari dunia bawah yang Olivia geluti. Maut menjadi lawan seimbang bagi Joy yang pernah beberapa kali hampir mati. Bagi orang yang diinginkan, Joy menampakkan sosok lembut, konyol dan baik hati. Namun, bagi lawan, Joy seperti sosok iblis yang siap mencincang habis mangsanya. Lelaki t
Gadis itu meringis kesakitan, hal wajar itu pengalaman pertama baginya. Saat hendak melangkah, jalannya seperti tidak lagi sama, kakinya terbuka cukup lebar, mengangkang. Joy menoleh ke belakang, menatap gadis yang menundukkan kepala dengan kedua tangan bersedekap di perut. Langkah gadis itu seakan rapuh, yah dia yang menggagahi hingga membuatnya kesulitan berjalan. Lelaki tersebut masih memperhatikan langkah wanita muda tadi, merasa sangat lamban. Joy melebarkan mata bergegas meraih tubuh gadis yang hampir tersungkur ke bawah tersebut. “Hati-hati,” ujar Joy. “Terima kasih,” jawab Violet. Joy tersenyum, lelaki tersebut kemudian memapah Violet memasuki sebuah butik. Beberapa pengunjung menatap dengan Joy dengan perasaan terpukau, kagum, dia lelaki tampan mempesona, meski kemeja yang dikenakan terlihat lusuh, berpeluh, dia belum sempat mandi. Beberapa orang wanita saling berbisik, Joy t
Membantai para bawahan Arsen juga membakar ruang yang terhubung ke penjara bawah tanah, menghilangkan jejak. Menutup mulut para maid yang berada di sana dengan mengantongi identitas mereka, mengawasi keluarga masing-masing mereka tanpa terkecuali. Agar semua mulut bungkam, kejam yah satu kata itu yang dapat dikatakan kejam. Bahkan untuk seorang gadis berlesung pipit dengan rambut bergelombang. Iris mata terlihat hitam pekat, kulitnya kuning langsat khas orang pribumi dari kota tersebut. Menatap ke arah Joy dan Roland dengan senyum manis. Joy memandang ke arah Roland mencari jawaban, Roland mengedikkan bahu pertanda tidak tahu menahu. Manis, satu kata yang terlontar dalam pikiran Joy melihatnya. “Ah, maaf, Tuan, bisa saya meminta ijin pulang?” tanya gadis tersebut menundukkan kepala. “Hei, aku sudah katakan dari awal, selama seminggu ke depan kalian masih dalam pantauan kami!” ujar Rolan