Satu tahun lalu ketika Axelle menyerahkan dokumen dalam map yang harus Stela tanda tangani. Pertengkaran hebat yang terjadi usai persetubuhan panas malam hari tidak menyurutkan keinginan Axelle untuk berpisah. Dingin, Stela seperti tidak mengenali sang suami. Tidak ada kah rasa yang bisa membuatnya luluh. Tangis gadis itu pecah, dia berteriak melepas segala perasaan nyeri dan bertumpuk. Tangan Stela bergetar mengambil map dan bolpoin di atasnya. Mata wanita mudah tersebut menyipit, bukan surat perceraian yang dia dapat namun.
***Tetap berpura-pura merasa sedih, Sayang. Ada banyak mata-mata berkeliaran. Kau pergilah ke taman kota. Di sana ada Dokter Rafael menjemputmu. Tunggu di tempat yang aman sampai aku mendapat banyak sekutu. Tinggalkan ponsel dan semua barang yang ada, Rafael akan mengurus segalanya. Lily akan memberikan nomor ponsel rahasia yang akan menghubungkan kita. Maafkan aku telah menyakiti dirimu, sungguh aku mencintaimu Sayang. Ikuti arahan
Zayn mengecup wanita di sampingnya dengan mesra. Dia kemudian beringsut menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang keduanya. Senyum kepuasan tersungging di wajah cantik itu. Zayn memilih duduk di tepi ranjang, dia mengenakan mantel tidurnya untuk kemudian meraih minuman dari gelas dan menyesapnya. Sang wanita bangkit untuk kemudian memeluk tubuh Zayn dari belakang. "Malam masih panjang Freya, apa kau menginginkan lagi, Sayang?" tanya Zayn. Yah, Zayn baru saja berolahraga panas dengan Freya. "Bukan demikian, Sayang, sampai kapan kita akan seperti ini?" tanya Freya. "Bersabarlah, hingga waktu yang tepat, kau tahu, si bodoh Axelle tengah menjemput istrinya. Dia pikir aku tidak tahu ketika dia m
Hening sebentar, Axelle memejamkan mata, dia menarik napas perlahan. Dilirik sang istri yang lelap tertidur, ada rasa penyesalan yang dalam. Andai dulu dirinya lebih kuat, dapat diandalkan, melindungi orang terkasihnya. Pasti perpisahan tidak akan pernah terjadi, satu tahun tanpa menyentuh Stela terasa sangat hampa. Hidupnya dia isi dengan ambisi mencari kekuatan demi menopang kerajaan bisnis yang hampir dihancurkan Zayn. Suara ketukan di kaca mobil membangunkan Axelle dalam lamunan sejenak. Lelaki tersebut membuka pintu, dia menatap lelaki muda di hadapannya. "Kau semakin lama semakin membangkang ya," ujar Axelle. "Tentu, karena ini demi kebaikan kalian berdua Tuan," ujar lelaki tersebut. Axelle terkekeh, "Aku tidak selemah itu Roland," kata Axelle lagi. "Saya tahu Tuan, saya hanya memastikan keselamatan Anda, semua atas titah Tuan Joy," terang
Seorang lelaki berkepala plontos keluar dari dalam kemudian mobil warna merah mengkilap. Dia berjalan ke arah belakang dan membuka pintu, mempersilahkan dengan hormat sang empunya keluar. Sepasang orang tua nyentrik turun dari mobil tersebut. Mereka mengulas senyum, terlihat bahagia. Berbanding terbalik dengan Axelle yang menatap tidak suka. Kedua orang tua tersebut berjalan mendekat, Stela menghambur ke pelukan si wanita tua. Keduanya melepas rindu. Axelle menatap datar, dia memicingkan alisnya, pertanda meminta penjelasan. "Hey, Pak Tua, apa yang Anda lakukan di sini, jangan berkata kalian mengikutiku pergi," decak Axelle berkacak pinggang. "Kurang lebih seperti itu," ujar Zeroun tanpa ragu. "Astaga
Stela yang merasa kebingungan hanya menatap sang suami ketika, lengan mulusnya ditarik masuk kembali ke dalam walk in closet. Axelle menekan pundak sang istri penuh kelembutan, membimbingnya duduk di sebuah sofa bundar. Lelaki itu kembali bangkit memilih dress, yang kebanyakan pakaian tanpa lengan atau malah setinggi lutut. Dia berdecak kesal, kembali memilah pakaian yang berjajar di lemari yang menyatu dinding tersebut. Akhirnya lelaki tersebut menemukan dress warna navy dengan lengan terompet tiga per empat setinggi di bawah lutut. "Sayang, ganti pakaianmu dengan ini!" perintah Axelle meletakkan dress tersebut di sofa lain. Stela menatap tertegun, merasa kebingungan dengan tingkah sang suami. "Kenapa saya harus ganti Mas?" tanya Stela dengan wajah polos.
Ketiga sahabat yang terlihat mirip kucing bertengkar itu terlibat obrolan saling menyalahkan dan menjatuhkan. Reuni yang seharusnya berakhir manis berujung pengusiran Mirza dan Arsen oleh Stela yang merasa menjadi bulan-bulanan candaan kedua pemuda tersebut. Ada juga Lily yang menjadi penonton perdebatan yang tidak berguna tersebut. "Dasar sahabat gila," teriak Stela. Kedua pemuda tersebut malah terbahak untuk kemudian berjalan keluar dari kediaman Zeroun. Stela mengekor di belakang. Langit terlihat terang, ada semburat merah di atas sana. Suasana yang begitu tenang dengan sepoi angin menyapa. Rambut panjang Stela yang terurai melambai-lambai. "Astaga Stela, kamu mirip ayam hendak bertelur," kelakar Mirza. "Sahabat gila namun menyenangkan bukan," timpal Arsen. "Selamat kencan ya, cepat berikan kami keponakan yang lucu dan imut," imbuhnya berseloroh. &nb
Zayn mendekat ke arah Stela kemudian menyalami, dia mengecup punggung tangan Stela. Lirikan mata Zayn yang menggoda setiap wanita memandang, tidak membuat Stela tertawan. Wanita tersebut menekan perasaan gugupnya sebisa mungkin agara terlihat natural. Meski Stela tahu betapa kejamnya Zayn, ada rasa benci menyembul melalui sorot mata Stela, mengingat tragedi kematian kedua orang tuanya. Tatapan Stela secepat kilat beralih ramah ketika Zayn memandang. Sebuah topeng yang harus sama-sama sempurna. 'Benarkah lelaki ini yang menyebabkan kedua orang tuanya meninggal?' tanya Stela dalam benak. Saat itu Axelle tengah berada di tempat sang empunya pesta. Zayn memanfaatkan momen tersebut dengan baik. Dia mendekati Stela kemudian mengajaknya ke luar dari ruang tersebut, dengan dalih ingin membicarakan sesuatu. Stela menoleh sebentar ke arah Axelle, sang suami sedang berbincang dengan Tuan Fabian yang merupakan rekan bisnisnya. Mereka nampa
Pesta terlihat semarak, lagu-lagu romantis mereka putar sebagai penghantar dansa di area hall. Para tamu undangan yang sebagian besar adalah pengusaha kaya raya turut hadir. Langit-langit hall dihiasi foil emas berkilauan. Sebuah pesta yang lebih nampak terlihat seperti ajang pamer gaun dan juga tuxedo super mahal. Untuk mempertontonkan kemewahan dan juga loyalis sebagian besar orang. Ada yang berpikir tentang memanfaatkan satu sama lain. Ada yang bersembunyi di balik topeng keramahan namun, tidak banyak pula dari sebagian golongan yang benar-benar baik. Suasana sedikit canggung ketika anak buah Zeroun tiba-tiba datang, memberikan informasi jika Stela tidak dalam jangkauan.Dalam artian hilang dari pengawasan. Ada yang melihat Stela berlalu pergi ke serambi gedung dengan seorang lelaki berparas gagah dan menawan. Jantung Axelle bergemuruh mendengarnya,
Zayn mempersilahkan Stela masuk ke dalam kediamannya. Jantung wanita itu berdegup kencang. Ingin rasanya dia pingsan di tempat jika bisa. Namun sayang, tubuhnya masih tegar berdiri tegak. Dia mulai melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah mewah tersebut. Siapa sangka, dia berjumpa dengan Arsen. Keduanya sama-sama terkejut. Bingung harus bagaimana bersikap. Arsen melongo melihat wajah ayu Stela dalam balutan dress malam. "Hay, Stela," ucap Arsen. "Halo Pak Arsen, selamat mal …." Kalimat Stela menggantung ketika netranya tidak sengaja menatap ke arah tangga yang berada di sudut ruang. Dia menahan napas melihat wanita cantik anggun dalam balutan mantel tidur warna pink. Wanita itu semakin mendekat ke arah Stela. Keduanya saling bersitatap, wanita itu tersenyum ramah pada Stela. 'Tante Freya,' bisik Stela, 'menarik, apa yang dia lakukan di sini, musuh atau teman?' lanjutnya masih dalam h
Novel Baru Judul : Jaran Goyang Ratu Rengganis "Berikan aku ragamu, maka akan aku kabulkan segala keinginanmu, Rengganis.” Suara melantun itu membuat wanita berparas rupawan yang dipanggil Rengganis, menengadah dari posisi bersimpuh, menatap sosok wanita setengah tembus pandang yang melayang di hadapannya dengan kabut tebal menyelimuti tubuh wanita itu. Manik hitam segelap malam milik Rengganis terlihat basah, memancarkan kesedihan yang begitu dalam. Debu dan kotoran tebal menghiasi wajahnya, menunjukkan betapa tersiksa dan terabaikan dirinya untuk waktu yang cukup lama. Melihat keterpurukan Rengganis, wanita itu menyeringai, kakinya turun menapak tanah. “Aku bisa membantumu membalaskan dendam, entah kepada jalang bernama Madhavi … ataupun bajingan yang kau panggil Kakang Prabu Abra itu.” Rengganis mengepalkan tangan, membayangkan wajah kedua orang yang membuat hidupnya terasa bak neraka. Namun, melihat kabut hitam yang menyelimuti wanita di hada
Axelle menoleh ke arah sumber suara, ada Mirza dan juga Marvel. Keduanya berjalan mendekat, Axelle sedikit terkejut, baru saja dia memikirkan anak malang itu kini telah berada di hadapannya beserta sang ayah. Axelle menyalami keduanya, saling bercanda dan juga bertukar kabar. Axelle lalu mengajak mereka menyusuri balkon dan kemudian turun melewati anak tangga menuju taman di samping kediaman megah tersebut. harum bunga mawar menguar tercium ketika mereka berjalan menapaki tanah basah yang baru saja disiram oleh para maid. Bunga-bunga indah tumbuh subur berkat perawatan yang baik pula. Mereka berjalan melewati pohon mangga kenangan. Axelle menoleh ke arah Mirza lalu tersenyum, Mirza yang tidak tahu apa-apa membalas senyuman Axelle seadanya. Mereka kemudian duduk di saung menikmati matahari sore. Warna jingga itu terlihat menenangkan, yah, tenang. Setelah kekacauan yang terjadi selama ini. Ketiga orang yang tengah mengalami hal tidak mengenakkan. Mereka paham
Sampai di rumah Axelle segera memeluk sang istri, dia mengangkat lalu memutar tubuh Stela bersama dengan dirinya. Kebahagiaan tiada tara yang tercurah. Layaknya selongsong kosong kini menumpuk bernas kebahagiaan yang semakin bertambah. Ada benih di dalam rahim sang istri yang harus dijaga kini. Sungguh sesuatu yang sangat tidak terkira. Kembali pada masa lalu pertemuan keduanya yang tidak pernah terduga. Auristela gadis mungil teman anaknya, yah, gadis yang selalu bersama Mirza. Lebih tepatnya, Mirza yang selalu menyeret gadis tersebut ke mana pun dia pergi. Axelle yang awalnya mengira Freya adalah cinta sejatinya, siapa yang menyangka wanita tersebut mengkhianati dan mempermainkan perasaan dirinya juga Marvel Junior, ayah biologis dari Mirza. Hidup layaknya bianglala yang berputar, begitu pula dengan takdir yang semestinya memang harus terjadi. Kehidupan ibarat topeng yang menyembunyikan jati diri. Dunia bawah penuh kekejaman, mem
Rafael tersenyum dengan kebahagiaan yang dirasakan Stela, hasil pemeriksaan menyatakan Stela sehat. Rafael mengernyitkan kening melihat senyum Stela itu berubah sedikit menyeramkan, dia seolah melihat aura Zayn dari dalam diri wanita muda yang duduk manis di hadapannya. Dingin AC tidak membuatnya dingin, Rafa kesulitan bernapas juga mendadak, aura ruangan menyeramkan, keringat dingin mengucur di pelipis. “Ini pasti akan menjadi kejutan bagi Mas Axelle dan juga Papa,” kelakar Stela. “Mereka, mereka pasti akan bahagia,” ujar Rafael terbata. ‘Astaga, kenapa aku jadi segugup ini dengan seorang wanita muda, sangat menyeramkan, apakah semua keturunan darah biru memang memiliki aura mematikan,’ keluh Rafa dalam benaknya sendiri. “Lebih tepatnya mungkin mereka akan terkejut,” ujar Stela. “Apa!” pekik Rafael. “Dokter
Pagi hari ketika bangun tidur, Stela merasa enggan sekali bangkit. Tubuh terasa benar-benar nyeri dan remuk, dia mengamati sekeliling. Sang suami tidak ada di sampingnya, terdengar suara bunyi air di kamar mandi. Wanita muda itu tersenyum lalu meraup wajahnya dengan kedua tangan. Axelle keluar dari kamar mandi dengan keadaan basah dan hanya mengenakan handuk seukuran pinggang. Lelaki tersebut tersenyum sumringah melihat Stela melambaikan tangan. “Selamat pagi, istriku,” sapa Axelle berjalan mendekati ranjang. Lelaki tersebut duduk di samping lalu mengecup kening sang istri dengan sayang. Wajah sang istri nampak lesu dan kelelahan. “Tidurlah lagi jika masih mengantuk!” perintah Axelle mengumbar senyum. Stela menggeleng, dia berusaha beringsut bangkit namun, perutnya terasa nyeri. “Aw!” pekiknya, membuat dirinya meringis, Axelle yang melihat gelagat aneh langsung membantu sang istri duduk. &nb
Assalamu'alaikum Halo, saya author KarRa. Dengan segala kerendahan hati, saya mohon maaf tidak bisa up date untuk beberapa hari ke depan. Baik Love Sugar Daddy mau pun Godaan Memikat. Saat ini author sedang sakit, mohon do'anya agar cepat pulih untuk bisa melanjutkan up date seperti biasanya 🙏 Untuk giveaway menuju akhir Love Sugar Daddy masih berjalan dengan semestinya ya, dan pemenang yang mendapat souvenir akan diumumkan ketika novel tersebut Tamat. Tetap ikuti selalu ya guys, untuk informasi lebih lanjut bisa lihat di akun sosial media author. Add: KarRa atau Follow: @karra_lovely. Sekian dan terima kasih, sekali lagi mohon maaf yang sebesar-besarnya 🙏
Joy mengganti pakaian di kamar mandi. Dia mengingat beberapa serpihan masa lalu, ketika sang ibu menyuruh untuk mencari kebenaran tentang kematian Nyonya Zeroun. Semua bukti tertutup rapat, lebih gila lagi, saat semua ditemukan segalanya mengarah kepada Zayn. Joy yang notabene putra kedua berbeda ibu tersebut, menjelajahi tempat-tempat kumuh, lontang-lantung mirip gelandangan. Hingga takdir mempertemukan dengan Roland, sang sahabat karib, perbedaan kasta tidak membuat mereka saling mendominasi. kerja sama yang baik mampu menumbuhkan terasa kekeluargaan bagi dirinya dan juga Roland. Begitu keras Olivia mendidik putranya agar mampu menjadi pelindung dan calon pemimpin dari dunia bawah yang Olivia geluti. Maut menjadi lawan seimbang bagi Joy yang pernah beberapa kali hampir mati. Bagi orang yang diinginkan, Joy menampakkan sosok lembut, konyol dan baik hati. Namun, bagi lawan, Joy seperti sosok iblis yang siap mencincang habis mangsanya. Lelaki t
Gadis itu meringis kesakitan, hal wajar itu pengalaman pertama baginya. Saat hendak melangkah, jalannya seperti tidak lagi sama, kakinya terbuka cukup lebar, mengangkang. Joy menoleh ke belakang, menatap gadis yang menundukkan kepala dengan kedua tangan bersedekap di perut. Langkah gadis itu seakan rapuh, yah dia yang menggagahi hingga membuatnya kesulitan berjalan. Lelaki tersebut masih memperhatikan langkah wanita muda tadi, merasa sangat lamban. Joy melebarkan mata bergegas meraih tubuh gadis yang hampir tersungkur ke bawah tersebut. “Hati-hati,” ujar Joy. “Terima kasih,” jawab Violet. Joy tersenyum, lelaki tersebut kemudian memapah Violet memasuki sebuah butik. Beberapa pengunjung menatap dengan Joy dengan perasaan terpukau, kagum, dia lelaki tampan mempesona, meski kemeja yang dikenakan terlihat lusuh, berpeluh, dia belum sempat mandi. Beberapa orang wanita saling berbisik, Joy t
Membantai para bawahan Arsen juga membakar ruang yang terhubung ke penjara bawah tanah, menghilangkan jejak. Menutup mulut para maid yang berada di sana dengan mengantongi identitas mereka, mengawasi keluarga masing-masing mereka tanpa terkecuali. Agar semua mulut bungkam, kejam yah satu kata itu yang dapat dikatakan kejam. Bahkan untuk seorang gadis berlesung pipit dengan rambut bergelombang. Iris mata terlihat hitam pekat, kulitnya kuning langsat khas orang pribumi dari kota tersebut. Menatap ke arah Joy dan Roland dengan senyum manis. Joy memandang ke arah Roland mencari jawaban, Roland mengedikkan bahu pertanda tidak tahu menahu. Manis, satu kata yang terlontar dalam pikiran Joy melihatnya. “Ah, maaf, Tuan, bisa saya meminta ijin pulang?” tanya gadis tersebut menundukkan kepala. “Hei, aku sudah katakan dari awal, selama seminggu ke depan kalian masih dalam pantauan kami!” ujar Rolan