Malam harinya Maya berdiri di balkon kamarnya dengan tatapan nanar. Ucapan Paman Johan sudah membuat gelisah.
"Seharusnya, kamu berpikir sebelum memutuskan semua ini, karena pada akhirnya New-A akan jatuh jika kamu tidak berpikir matang.. dan Erwin, pasti akan sangat sedih jika mendengar hal buruk terjadi pada New-A" ucap Paman Johan dengan serius.
"Apa yang harus aku lakukan??" gumam Maya bertanya pada diri sendiri.
Ia pun mulai mengingat-ingat teman-teman yang bisa ia minta tolong.
"Reno Barack?? atau Aldi Bakri??" gumamnya lagi dengan mengingat-ingat, namun nyatanya tak satu pun bisa ia pegang.
"Atau?? Sausan Holmen?" sebutnya lagi.
"Ck?" decak Maya yang kian pusing, ia merasa jika pikiran kini buntu.
"Mereka pasti tidak mau, ah.. New-A.. New-A?? apa yang harus kita lakukan??" rutu Maya dengan memijit-mijit kepalanya yang seakan ia rasa berdenyut sakit.
Tak lama terdengar suara deringan telfon masuk. Maya pun bergerak untuk mengambil handphonenya tersebut yang berada di meja riasnya.
Terlihat nama Poppy disana, teman kuliahnya dulu.
"Hallo?" sapa Maya.
"Hay, May?? ikut party yuk??"
Maya berpikir.
"Dimana?"
"Sky"
"Ah, baiklah aku akan kesana" jawab Maya yang akhirnya memutuskan untuk rileks sejenak dari beban pikirannya.
Dan komunikasi itu pun terputus begitu saja.
Maya pun akhirnya bersiap dengan menganti pakai yang sekiranya seusai pada party itu.
***
Selang beberapa waktu, akhirnya mobil sedan merah pun terpakir rapi pada satu gedung pencakar langit.
Maya turun dengan membawa tas kecil bersamanya. Ia sudah bersiap untuk melepaskan ke jenuh yang sudah beberapa minggu menghantui dirinya.
Maya pun melangkah pelan menuju gedung tersebut. Ia berjalan dengan langkah pasti dengan langsung menuju lift.
Ia masuk pada lift yang terlihat kosong dan langsung menekan angka 25 pada tombol lift tersebut.
***
Beberapa menit kemudian, Maya pun tiba pada lantai yang ia tuju.
Langkahnya terlihat sangat santai menyusuri lantai tersebut hingga tanpa dua orang pria berpakaian seragam menyambutnya.
"Selamat Datang Mbak" sambut sang pelayan.
Maya memberikan nomor mamber. Dan sang pelayan pun menyambut dengan senang hati.
"Silahkan masuk mbak Maya" ujar sang pelayan dengan mengembalikan kartu milik Maya.
Maya pun berjalan dengan santai ketika pintu berkaca hitam itu terbuka lebar untuknya.
Maya masuk dan sorot matanya mengitari dengan cepat ruangan remang tersebut.
Namun dari kejauhan terdengar suara khas sang teman. Maka seketika senyum Maya pun terkembang dengan langkah menuju sofa besar tempat perkumpulan itu berada.
"Maya!!" seru suara Poppy yang terdengar nyarinf memanggil.
Maya seketika melupakan jenuhnya dan akhirnya berkumpul dengan teman-teman nya itu.
Obrolan ringan, minuman dan makanan silih berganti menemani perkumpulan mereka. Tanpa di sadari Maya akhirnya menghabiskan 3 gelas alkohol berjenis ringan.
Poppy melihat dengan sorot berbeda pada temannya itu. Ia meraih gelas Maya ketika temannya itu akan mengeguk gelas ke 4.
"Hay!! kau bisa mabuk"
"Hm" gumam Maya dengan menyeringai senyum simpul.
"Bagaimana kabar Papa mu??" tanya Poppy dengan nada berbisik pada Maya.
"Hm, sedikit lebih baik" sahut Maya dengan menatap pada gelas di tangannya.
"Aku dengar kau akan menikah dengan Dimas Anggara??"
Maya bergeming, begitu pula dengan beberapa teman yang mendengar percakapan mereka.
"Apa benar??" tanya seorang lainnya dengan nada serius.
"Ah, tidak.. aku ti.." ucap Maya terhenti ketika tak sengaja melihat sosok yang ia kenal.
"Tidak, aku pikir itu hanya gosip karena yaa, perusahaan Star Tomo berinvestasi pada New-A" jelas Maya sekilas."Oh, aku sempat kaget, jika benar kau menikah dengan Dimas, maka kau akan jadi gadis yang beruntung!!" ujar seorang teman wanita lain.
Mendengar ucapan temannya itu, Maya merasa jijik, bagaimana penilaian orang begitu sempurna pada sosok bajingan yang ternyata mempunyai jiwa binatang.
"Sepertinya kalian harus tau, jika baru-baru ini aku mendengar seseorang mengambil alih dermaga kapal keluarga Alex" ujar seorang wanita dengan santai menyantap buah di atas meja mereka.
"Oya??" seru seorang lainnya yang kaget.
"Ya, aku rasa pria ini benar-benar kaya" timpalnya lagi dengan yakin.
Maya mendengar dengan seksama, dan mendengar kata-kata kaya seolah mengusik rasa penasarannya.
"Mereka memanggilnya dengan nama Master"
"Master??" seru Maya dan Poppy bersamaan.
"Heem, ah.. pasti dia orang yang tak bisa kita jangkauan.. bahkan kelas pergaulannya benar-benar terbatas" seru wanita itu lagi dengan nada serius.
"Apa nama perusahaannya??"
"DG"
"DG??" ulang Maya.
"Heem, DG alias Drangon"
"Oh" sahut Maya cepat.
"Aku rasa pastilah itu perusahaan senior, dan pemiliknya pasti seorang pria tua yang jelas telah sepuh di bidang bisnis" ujar Poppy berpendapat.
"Hm" gumam Maya menyetujui.
***
Setelah hampir 4 jam berkumpul dengan teman-teman nya, Maya yang hendak pulang. Akhirnya menyempatkan diri pergi ke toilet.
Dan ketika ia berada pada bilik toilet untuk buang air kecil, tanpa di sengaja ia mendengar pembicaraan yang menarik perhatiannya.
"Aku dengar DG melebarkan dunia bisnis hingga ke dermaga kapal, hal itu terjadi karena Keluarga Alex tak bisa membayar hutang pada DG"
Pikiran Maya dengan cepat berputar.
"Jadi, aset Alex berpindah pada DG??" bisik batin Maya.
"Aku jadi tambah penasaran pada sosok pemilik DG, ia bisa dengan seyap melebarkan bisnisnya tanpa harus gambar gembor.." ujar wanita yang bersuara nyaring.
"Ya.. aku dengar ia juga berinvestasi pada tambang batu bara"
"Waah" gumam Maya berbisik kagum dalam bilik toilet.
"40 miliar rasanya itu keuntungan terkecil DG dalam 6 kuartal"
Maya reflek menutup mulutnya dengan cepat, ia cukup terkaget mendengar pembicaraan perusahaan misterius ini.
Tak lama terdengar suara air di wastafel itu mengalir deras.
"Aku semakin penasaran siapa pemilik DG?? dari kabar sky jika pemilik DG itu masih muda dan tampan"
Tawa kecil pun seketika terdengar.
"Ah, sayangnya aku tak bisa berpaling dari Dimas Anggara"Deg...Maya terkaget ketika mendengar ucapan wanita itu menyebutkan nama pria brengsek Dimas Anggara.
"Apa pun yang terjadi, aku akan tetap menjatuhkan hati pada Dimas Anggara"
"Tapi, aku dengar anak dari New-A akan menikah dengan Dimas, apa kau tak tau?"
Maya berdebar menunggu reaksi jawaban wanita itu. Namun nyatanya wanita itu hanya tertawa kecil.
"Tidak ada yang tah rencana Dimas, selain aku.. dan aku akan percaya padanya" ujar wanita itu yang terdengar percaya diri.
Tak lama terdengar langkah sepatu hak tinggi itu keluar dari ruang toilet itu. Hingga sesaat toilet itu pun menjadi hening.
Maya masih melamun tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
Dan akhirnya Maya sadar jika sedari awal Dimas memang tidak pernah tulus untuk menikah dengannya.
***
Di pekatnya malam, langkah kaki Maya berjalan di sepanjang koridor rumah sakti. Langkah kakinya berjalan pelan menuju kamar rawat sang Papa.
Perlahan ia membuka pintu ruangan itu. Terlihat sang Papa masih terbaring di atas tempat tidur itu .
Wajah Maya berubah sedih, ia mendekat pada sisi jemari sang Papa yang terlihat kaku. Ia meriah jemari itu dan mencoba mengenggam sela-sela jemari Papa Erwin.
Namun nyatanya hal itu membangunkan sang Papa.
"Pah??"
Maya berusaha mendekat pada sang Papa dengan sedikit merendah.
"Papa baik-baik aja kan?? apa butuh sesuatu?"
Pria paruh baya itu hanya menggeleng pelan dalam keterbatasan.
Maya terpaku dengan wajah sedih.
"Pah, maafkan Maya ya??" ucapan Maya lirih.
Sorot mata sang Papa pun menunjukkan rasa khawatir pada sang putri. Ia ingin berbicara namun lidahnya tak dapat dia gunakan seperti sedia kala.
Hingga dengan terpaksa ia mengerakkan tangan kiri untuk membelai wajah sang putri.
Maya terteguh, sentuhan itu membuatnya lemah.
"Maya akan lakukan apa pun untuk menyelamatkan New-A" ucap Maya pelan.
***
Berselang beberapa waktu, tersebar undangan dengan sangat cepat dari pihak Star Tomo yang akan meresmikan kantor baru.
Dan yang membuat Maya dan Marcel kaget adalah, peresmian itu di lakukan secara sepihak oleh Star Tomo.
"Star Tomo mulai menguasai kita" seru Marcel dengan wajah kesal melihat undangan yang beredar.
"Bahkan dalam peresmian ini ia menambah neberapa klausal yang tidak ada salam rancangan kita?" timpal tim yang menangani investasi.
Maya di buat pusing dengan hal yang benar-benar diluar dugaan. Padahal pihak New-A sudah menghentikan pekerjaan ini dari 1 bulan yang lalu, namun nyatanya pihak Star Tomo berjalan sendiri tanpa New-A.
"Kita harus bagaimana??" seru seorang bawahan Maya yang terlihat gusar. Waktu yang mereka miliki tidak lah banyak untuk membatalkan kerjasama ini.
Maya akhrinya bangkit dari kursinya dan mengenggam selebaran undangan itu.
"Kau mau kemana?" tanya Marcel.
Maya menoleh.
"Bertemu dengan Dimas Anggara dan menghentikan ini semua" ujar Maya dengan nada tegas.🍃🍃🍃
Mobil sedan merah milik Maya akhirnya kembali terparkir di halaman gedung Star Tomo. Padahal ia pikir, ia tak akan pernah kembali lagi.
Dengan langkah tegas, Maya masuk kedalam gedung tinggi itu. Tujuannya jelas yaitu menuju ruang kantor Direktur Utama, Dimas Anggaran.
Setiap di lantai tujuan Maya, suasana yang sama persis kembali terlihat. Hening dan tanpa seorang sekertaris di meja kerjanya.
Maya mengenggam tas ya ia bawa dengan kuat. Dan langkah pun berjalan dengan pasti masuk kedalam ruangan utama itu.
Ketika pintu itu terbuka, Maya melihat kesekeliling ruangan itu yang terlihat rapi dan kosong.
Sesaat ia sempat menghelan nafas lega, yaa setidaknya ia tak melihat adegan tak senonoh Dimas lagi.
Namun tak lama seketika terdengar derap langkah berjalan menuju ruang Utama itu. Maya reflek berbalik dan pria itu pun muncul dengan beberapa staf yang mengikuti langkahnya dari belakang.
Dimas sedikit terkaget, namun tak lama ia melempar senyum pada Maya.
"Lama tidak bertemu sayang!" ujar Dimas dengan mendekat pada Maya. Maya secara spontan mundur untuk menghindari.
Wajah tegas dan jutek terlihat jelas di wajah Maya.
Melihat sambutan yang berbeda, Dimas memberi kode pada stafnya untuk keluar dari ruangannya itu.
Sepeninggalan staf Dimas, tatapan tajam Maya terlihat jelas di mata Dimas.
"Apa??"
Mendengarkan hal itu, Maya yang sudah kepalang marah dengan cepat melemparkan lembaran undangan di hadapan wajah Dimas.
"Apa anda tidak punya rasa malu, Tuan Dimas?? kita sudah putus.. dan New-A tak akan pernah bekerjasama dengan Star Tomo!!" ucap Maya meradang.
Dimas menatap lembaran undangan yang jatuh kelantai, dan tanpa terduga senyum tipisnya terukir.
Ia seolah mengejek ucapan Maya.
"Kau masih marah dengan kejadian itu?? aku hanya bersenang-senang sesaat dan.. aku berjanji itu terakhir kalinya dan tidak ada wanita lain yang akan aku nikah selain kamu, Maya" ucap Dimas Anggara dengan mencoba mendekat dan hendak menyentuh rambut di pundak Maya.
Namun Maya dengan cepat menapih tangan Dimas.
Sorot mata Maya tajam, ia merasa jijik mendengar ucapan Dimas yang tak tau malu.
"Berhentilah berpura-pura" ucap Maya tegas tanpa rasa takut.
"Karena sampai kapan pun, Zarulita Maya Aritama tidak akan pernah mau menikah dengan pria bintang seperti mu" ucap Maya tajam dengan nada penekanan.Dimas meradang, sorot matanya berubah marah mendengar ucapan Maya.
Hingga dengan cepat ia meraih lengan Maya lalu menariknya dengan paksa. Maya beraksi cepat dan berusaha untuk menahan.
Dimas memaksa tubuh Maya di dalam dekapannya.
"Kau tak akan pernah bisa menolak, seorang Dimas Anggara!! tidak juga dengan New-A yang akan aku lebur menjadi Star Tomo baru" bisik Dimas dengan wajah penuh percaya diri.
Maya terhenyak ketika mendengar ucapan Dimas yang begitu percaya diri.
"New-A butuh Star Tomo, New-A butuh Dimas Anggara, karena itulah kau harus menikah dengan aku, Maya!!" ujar Dimas dengan penuh nafsu pada Maya.
"ITU TIDAK AKAN PERNAH TERJADI!!" pekik Maya marah. Lalu dengan kuat mendorong Dimas, sehingga ia pun terlepas dari cengkraman pria bajingan itu.
Dimas mendengus senang melihat reaksi Maya yang terlihat frustasi.
"Kau masih saja keras kepala Maya!!" seru Dimas santai, lalu ia berjalan menuju meja kerjanya.
"Baiklah jika kau tak mau aku paksa, maka coba kau lunas seluruh hutang New-A dan bayar finalty yang telah di tanda tangani oleh Direktur Erwin Aritama??" ujar Dimas menantang Maya." 80 miliar, cash" ucap Dimas tersenyum licik.
Maya mengepalkan jemari tangannya dengan kuat, nilai yang cukup fantastis.
"A-ku pasti akan membayar semua dengan lunas!!" jawab Maya bergetar, ia berusaha kuat di hadapan pria yang sudah menjebak dirinya.
Seringai tawa Dimas terlihat jelas ketika mendengar ucapan Maya.
Maya pun dengan kesal keluar dari ruang kantor Utama Star Tomo.
***
Sepeninggalan Maya, Dimas Anggaran menatap view luar kantornya dengan mata bernelangsa jauh.
Namun terlihat di sudut meja kerjanya sebuah bingkai foto lama terpajang. Terlihat seorang pria dan seorang anak laki-laki yang memamerkan foto piala kemenangan.
🍃🍃🍃
Di lain sisi, di sebuah rumah kediaman yang mewah. Terlihat seorang wanita tua duduk di hadapan meja kerja seorang pria muda yang tengah menatap serius layar laptopnya.
"Pilih lah!!" ujar wanita paruh baya itu dengan meletakkan beberapa lembar foto wanita di atas meja.
Ferdian tak mengubris, ia terlihat masih fokus pada tugasnya.
"Ferdian Bastian??" seru sang Mami dengan nada penekanan.
Pria muda itu pun terusik.
"Sudahlah Mami, tidak perlu cemas.. aku tidak akan memilih yang tua!!"seru Sang cucu angkat.
Namun wanita paruh baya itu tidak akan pernah percaya pada ucapan pemuda ini.
"Mami tidak akan percaya" seru wanita itu dengan galak.
"Aku sudah mendengar bahwa kau kembali pada nenek lampiran itu lagi!!" timpal sang Mami dengan marah.Ferdian menatap Maminya dengan heran.
"Apa Mami mendengar gosip?"
"Tidak!! tapi aku tau jika kau masih saja berhubungan dengan nenek lampiran itu, Ferdian!!" ucap sang Mami tegas.
"Kau masih muda, cari lah yang seusia dengan mu!!" nasehat sang Mami yang cemas akan pergaulan sang keponakan yang lebih menyukai wanita lebih tua.
Ferdian menghela nafas.
"Aku rasa Mami sudah salah menilai, aku tak perhubungan lagi dengan tante Lusya" terang Ferdian.
"Mami tidak percaya, titik!! jadi sebelum kau menyesal Nak, tolong menikah dengan yang telah Mami pilihkan, oke??" ujar sang Mami dengan nada mengancam.
"Waw, jadi Mami mengatur perjodohan?"
"Benar!! sebelum kau masuk lebih jauh dengan nenek lampiran itu, atau kau mau Mami laporkan hal ini pada Papa kejam mu itu?? agar Tante Lusya mu itu hilang!!" ancaman yang tak main-main dari seorang Mami Sari.
Ferdian meradang. Hela nafasnya terdengar jelas ia sangat kesal dengan ancaman sang Mami yang sudah lama mengasuh dirinya.
"Baiklah.. Baiklah!! seru Ferdian dengan meraih lembaran foto secara asal lalu memberikannya pada Mami.
Sang Mami mengambil dengan senang hati.
"Semoga gadis muda ini bisa memikat hati kamu yang sudah membantu, Tuan Ferdian Bastian" seru sang Mami dengan meninggalkan ruang keruang kerja keponakannya itu.
Ferdian terlihat kembali melanjutkan tugasnya dengan fokus. Namun satu pesan masuk di handphone kecil membuatnya dengan cepat mengalihkan fokus pada handphone tersebut.
"Leonar Stockes" ucap Ferdian dengan mengangguk pelan. Jadwal rahasia yang harus ia lakukan.
Tak lama hela nafas Ferdian pun berhembus pelan. Sesaat ia menikmati ruangan kerja yang cukup klasik bekas peninggalan sang kakek. Terlihat jelas susunan foto keturunan Bastian tersusun rapi dinding kerja tersebut.
"Apa, kalian menikah karena cinta?? atau karena tuntutan garis keturunan??" gumam Ferdian pada foto-foto yang berjejer rapi.
Senyum bodoh pun terlihat dengan menertawakan kakek buyutnya yang lebih dahulu membuat silsilah Bastian bertahan hingga sampai pada dirinya, Ferdian Bastian.
Maya berdiam diri dikamar selama hampir dua hari. Ia berpikir keras cara untuk dapat membayar finalty pada Star Tomo.Ia membaca ulang berkas perjanjian kerja dengan Star Tomo. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke kantor pengacara Johan B. Bastian.Ia ingin minta pendapat Paman Johan. Dan ia sangat berharap jika Paman Johan bisa memberikan sedikit solusi pada dirinya.Ia menelfon Marcel untuk menangani sementara waktu kantor dengan berbagai rapat yang sangatlah penting.Namun sebelum ia pergi kekantor pengacara tenar itu, Maya terlebih dahulu berkunjung kerumah sakit untuk menjenguk sang Papa tercinta.Dan saat ia menjenguk sang Papa, tanpa terduga ia mendengar pembicaraan sang dokter dengan sang Mama.Jika saraf pada batang otak belakang Papanya koyak sehingga suatu hal yang mustahil bagi Papa Erwin dapat kembali seperti sediakala.Berita yang cukup berat untuk di terima oleh Mama Marwah, ia benar-benar syok mendengar penjela
Keesokan paginya.Rapat pemegang saham tahunan pun di gelar. Hari ini adalah keputusan akhirnya yang harus di ambil.Marcel dan Maya sudah memikirkan hal terburuk jika para pemegang saham akan hengkak dari perusahaan New-A.Debat segit pun terjadi, Marcel angkat bicara sebagai wakil Direktur. Ia mencoba menarik simpati para tertua di New-A untuk mendukungnya.Namun pihak Zinus keberatan karena latar belakang pendidikan Marcel tidak sejalan dengan bisnis.Gebrina bersikeras memberi ide baru jika mereka memberi jalan untuk New-A marjer di bawah naungan Star Tomo.Beberapa pihak sudah mulai memilih jalan voting sebagai hasil akhir.Marjer atau hengkang??.Maya benar-benar dibuat pusing dengan semua ide ini. New-A benar-benar di ujung tanduk.Dan Gebrina dengan senyum percaya diri akan memenangkan pertarungan akhir ini.Marcel kehilangan simpatik para petinggi pemegang saham, tak terkecuali Paman Johan yang juga
Kini Maya berada di kamarnya, ia pulang lebih cepat dari biasa demi untuk menyambut sang Papa tercinta.Papa Erwin akhirnya kembali kerumah setelah hampir 3 bulan berada di rumah sakti. Walau kondisinya tak begitu baik.Maya mendorong kursi roda sang Papa, dan terlihat Marcel menemani sang Mama yang terlihat kelelahan."Selamat kembali pah" seru Maya pelan.Perlahan ia berbalik untuk bisa turun di hadapan sang Papa."Pah, berjanji lah untuk selalu semangat menjalani terapi, Papa pasti bisa berjalan lagi, Maya yakin dan percaya Papa pasti bisa lewati ini" ucap Maya memberikan suport positif untuk sang Papa.Mama Marwah mendekat dan ikut membelai lembut pundak suaminya yang terlihat kaku."Kita akan suport dan semangatin Papa selalu" ucap sang istri dengan penuh sayang dan ia menjatuhkan satu kecupan di punca kepala sang suami.Dan malam harinya syukuran kecil pun di buat untuk menambah semangat bagi Papa. Tante Safa
Waktu berjalan, dan Maya tak menyia-yiakan waktu yang masih ia punya sebelum peresmian Star Tomo dan New-A.Kini ia duduk di ruang kerja pengacara Ferdian Bastian seorang diri. Maya sengaja memilih untuk menunggu pria itu. Setidaknya itu adalah sebagai penilaian Ferdian bahwa ia benar-benar serius.Namun sampai menjelang sore hari. Sosok Ferdian Bastian tak kunjung tampak. Maya pulang dengan wajah kecewa dan tangan kosong.Hal itu terus terjadi hingga hampir 1 minggu lebih.Hingga satu ketika saat seluruh karyawan kantor Bastian telah pulang. Maya masih mencoba untuk menunggu pengacara Ferdian hingga sore hari.Dan karena kelelahan, tanpa di sadari Maya tertidur di sofa ruangan itu dengan menopang keningnya.Tak lama, perlahan terdengar langkah derap kaki yang kian mendekat masuk ke dalam ruangan kerja itu.Namun betapa kagetnya Ferdian ketika melihat sosok wanita yang terlihat tertidur tengan di sofa tersebut."Sejak kapan??"
Terlihat Maya tengah termenung di kamarnya.Ia akhrinya pulang dengan tangan kosong, harapan terakhir benar-benar gagal. Ferdian Bastian memang benar-benar pria yang susah di mengerti apa lagi di takluk kan."Tante Lusya??" ucap Maya mengulang nama wanita yang membuatnya penasaran."Apa mas Ferdian suka tipe Tante-tante??" gumamnya lagi dengan berpikir."Huuufft, dunia oh dunia.. makin hari makin banyak saja orang berselera aneh" decak Maya dengan mengelengkan kepala.Mata Maya terpejam sesaat, rasa lelah dan stres mulai menghinggapi dirinya. Ia tak bisa membayangkan jika Dimas akan menguasai Star Tomo.Ini benar-benar mimpi buruk, ia tak bisa membayangkan jika Dimas Anggara akan menjadi suaminya. Akan jadi seperti apa rumah tangga dengan suami yang suka main perempuan.Maya menghela nafas pelan."Tuhan, kuatkan aku.." bisik Maya pasrah.🍃🍃🍃Di lain tempat, Master duduk di satu sofa mewah. Ia di jamu dengan sanga
"Sepertinya kau memang perlu bukti!!" ucap Ferdian dengan tatapan tajam menatap DimasTanpa pikir panjang Ferdian pun meraih wajah Maya yang masih terkaget dan bingung, lalu sedetik kemudian dengan cepat menjatuhkan satu kecupan tepat di atas bibir ranum Maya.Sontak kedua bola mata Maya melebar mendapatkan ciuman tak terduga itu. Ia dapat merasakan jika bibir Ferdian melumat bibirnya dengan sangat manis."Ya Tuhan!!" seru batin Maya yang terkesiap menerima kecupan manis itu di depan para colleganya.Beberapa detik kemudian, perlahan bibir Ferdian menyudahi ciumannya itu."Permain ini kita!!" bisik Ferdian yang berada beberapa inci dari wajah Maya yang masih terlihat syok.Lalu dengan wajah tenang ia berbalik menatap Dimas yang terlihat kaget dan marah."Well, aku rasa sudah cukup bukti jika Zarulita Maya adalah wanita ku, jadi berhenti lah bermimpi Dimas Anggara.." ucap Ferdian penuh penekanan."Kau!! ?" hardik Dimas mar
Rasanya, Maya hanya berpikir jika urusan penting dengan Star Tomo sudah benar-benar berakhir dan selesai. Namun nyatanya tidak begitu ketika Maya tiba dirumah jam setengah 2 malam. Wajah Marcel menyambutnya dengan penuh curiga. "Sejak kapan??" Maya seketika kecut ketika melihat wajah dingin Marcel. "Ah, itu.."jawab Maya ragu-ragu "Ferdian Bastian tidak menyukai wanita muda, dia seorang mother complex" ujar Marcel serius. Maya seolah terkesiap dengan ucapan Marcel. "Ah, yaa.. tapi mungkin saja dia sudah berubah" sela Maya dengan mencoba memberi keyakinan pada Marcel. "Aku tidak percaya?? apa kau tau Maya, tidak ada orang yang bisa menyembuhkan tipe pria seperti itu, dan yang aku takutkan kau akan mengalami hal yang tidak menyenangkan jika bersama Ferdian!!" seru Marcel lantang. Hingga tanpa di sadari mama Marwah mendengarkan ucapan Marcel dengan wajah syok. "APA???" seru Mama Marwah yang tib
Ke esokan paginya. Maya bangun dengan perasaan lega. Lega karena semua yang berhubungan dengan Star Tomo dan Dimas Anggara selesai.Senyum cerah di wajahnya kian terpancar jelas. Maya berniat untuk masuk kantor sedikit telat. Ia ingin memanjakan diri dengan tidur telah lama.Namun nyatanya niatnya itu agak susah terlaksana, lantaran Maya terus berpikir tentang uang yang di miliki Ferdian Bastian yang dapat membayar seluruh finalty pada Star Tomo.Maya berbalik badan dengan mata terpejam, otaknya terus menerka-nerka dari mana pemasukan Ferdian Bastian yang hanya seorang pengacara.Walau dalam setiap kasus mungkin saja nilai yang di bayar sangar fantastis. Ia memang tidak akan meragukan jika hal itu benar terjadi pada Paman Johan yang jelas-jelas pengacara yang sudah cukup tenar dengan jam terbang hingga kasus internasional."Hmm, apa mungkin dari main saham??" pikir batin Maya lagi.Namun sesaat ia mengingat kembali moment saat Paman Jo
Maya mengeliat manja pada tempat yang terasa nyaman ia peluk."Nyamannya.. dan ada detak jantung" gumam batin Maya dalam dunia mimpi.Hening, ia kian mendengar jelas detak jantung yang membuatnya harus segera sadar.Kedua mata Maya terbuka dengan terkaget melihat dirinya memeluk tubuh sang suami yang terlihat tidur dengan lelapnya."Aaaaaaaa" jerit Maya yang histeris. Lalu ia cepat-cepat menjauh dari tubuh Ferdian yang terlihat terusik dengan jeritan histeris Maya."Ada apa??" seru Ferdian dengan berusaha benar-benar sadar.Maya terlihat kelabakan meraba tubuhnya sendiri. Lalu menatap wajah Ferdian yang baru saja bangun dengan terpaksa."Ma-s?? ki-ta?? ki-ta??" ucap Maya terbatah-batah mencoba mencerna situasi macam apa pagi ini."Apa?? kita kenapa??" tanya Ferdian kesal karena terbangun dengan kegaduhan."Mas harus jelasin, kenapa Maya sampai ada di ranjang ini?" tuntut Maya dengan wajah gusar."Kan kau sendiri y
"Mulai detik ini, aku umumkan jika New-A akan berganti menjadi New-Dragon.. dengan Direktur pelaksanaan Zarulita Maya" ucap Ferdian lantang saat itu.Dan ucapan itu kian terngiang di benak Maya. Kini Maya berada di ruang Direktur utama. Ia termenung menatap kursi Direktur yang kosong.Tak lama terdengar suara pintu di ketuk, lamunan Maya buyar.Tok..tok..Ceklek...pintu ruang Direktur terbuka.Akhirnya sang pahlawan itu datang. Maya pun berbalik untuk menyambut suaminya itu. Namun ketika ia berbalik, tatapan terpaku ketika melihat sang kembaran lah yang masuk."Marcel?"Senyum dari wajah sang kembaran terlihat jelas."Selamat kembaran ku, kau akhirnya bisa mengakhiri perang ini" ucap dengan berjalan lalu seketika memeluk tubuh Maya.Maya hanya bisa menerima tanpa menolak. Ia menikmati pelukan saudara kandungnya itu.Pelukan itu tererai, Marcel menatap wajah kembarnya."Kalau begitu, aku akan kembali k
Keesokan paginya.Tidur lelap Ferdian pun terusik ketika mendengar suara guyuran air shower dari ruang wadrobe.Perlahan ia pun bangun dari tidurnya lalu terduduk dengan menoleh pada ruang wadrobe."Apa dia mandi sepagi ini lagi??" seru Ferdian sembari merenggangkan tubuhnya dan menatap sofa tempat tidur Maya yang kini kosong.Lalu sekilas ia melihat di sisi tempat tidurnya terlah tersusun bantal-bantal dengan rapi.Ferdian pun berdecak sehingga terlihat senyum simpul dari wajahnya. Ternyata ia benar-benar tertidur dengan lelap sampai tak menyadari jika wanita itu bangun lebih awal dan merapikan bantal seperti perintahnya tadi malam.Sekilas ia mengingat ucapan Maya."Mungkin mas gak akan faham arti kehadiran orang tua, karena kehilangan mereka itu benar-benar sangat menyakitkan" tutur Maya malam itu.Namun tak lama, lamunan Ferdian bayar ketika mendengar langkah Maya yang baru saja keluar dari ruang wadrobe dengan handuk melil
Waktu berjalan cepat hingga jam menunjukkan 12 malam.Maya dan Ferdian berdiri di depan rumah mereka dengan melambaikan tangan pada Papa Johan yang pergi meninggalkan kediaman Bastian."Apa tadi terjadi pertengkaran??" singgung Maya bertanya dengan ekspresi datar dan masih menatap mobil sedan mewah itu pergi meninggalkan halaman rumah.Ferdian hanya diam tak menjawab, lalu tanpa di duga ia pergi meninggalkan Maya sendiri di sana.Maya menoleh dengan wajah bingung."Ckckck.. heran, kok bisa ada orang kayak begini, di tanya gak di jawab.. di diemin malah maen tinggal aja.. manusia gak sih nie orang??" gumam Maya sendiri sembari ikut melangkah di belakang suaminya."Tunggu mas!!" seru Maya dengan sedikit mempercepat langkah kakinya. Namun hal itu malah menimbulkan rasa sakit di bekas jahitan."Akh!!"pekik Maya yang reflek menahan perutnya yang sakit dengan tangan.Hal itu membuat Ferdian mencuri perhatian dirinya yang akhirn
Waktu pun berlalu.Kini Maya pun kembali ke kediaman Bastian. Maya berjalan dengan sedikit pelan, walau dokter menyatakan bekas operasi aman. Namun Maya tidak boleh gegabah dalam berjalan agar bekas lem jahit operasi tidak rusak. Dan hal itu di patuhi oleh Maya.Dirumah Bastian pun, Mami Sari menyambut Maya dengan suka cita. Ia memberi perhatian ekstra pada cucu menantunya itu."Lain waktu, kamu harus makan tepat waktu.. kesehatan itu mahal harganya Maya" ceramah Mami Sari panjang lebar.Maya yang hanya bisa tersenyum kecil mendengar ceramah sang nenek."Untuk sementara waktu kamu makan bubur saja, jangan makan yang pedas-pedas dulu.. dan harus banyak makan buah juga sayur" timpal sang nenek menyambung ceramahnya yang kian panjang."Iya mami" sahut Maya patuh sembari berjalan pelan menuju ruang makan.Ferdian pun mengikuti langkah keduanya dari belakang.Dan tanpa terduga, sosok pria paruh baya pun terlihat duduk dengan w
Kehadiran sang mama telah membuat sisi manja Maya pun muncul.Maya kembali bersama sang Mama yang membantunya berjalan hingga ke kamar pasien super VIP itu."Syukurlah jika kamu sekarang jauh lebih baik, mama panik sekali ketika mendengar kabar dari suamimu" jelas sang Mama dengan duduk di sisi kiri sang putri.Maya terlihat merasa bersalah ketika mendengar ucapan sang mama."Maaf ya mah, Maya udah buat mama jadi khawatir"Mama Marwah menghela nafas pelan sembari mengenggam jemari sang putri."Mama cuma bisa bersyukur jika saat ini kamu memiliki pendamping hidup, yang sangat menjaga kamu.." ujar sang mama nanar."Dia, pasti suami yang sangat baik" timpal sang mama dengan menoleh pada pintu yang terdapat kaca bening. Sehingga sosok sang menantu yang berada di luar kamar itu terlihat.Maya pun ikut melihat dengan terteguh pada pria yang terlihat serius berbicara dengan handphonenya itu.Lalu mama kembali menatap
Hening..Kamar pasien Maya seketika hening, ketika dokter dan perawat itu meninggalkan ruangan kamarnya.Terlihat Maya dan Ferdian melirik dengan wajah canggung.Maya hanya menghela nafas pelan.Ferdian berjalan menuju meja di samping tempat tidur Maya dengan meletakkan plastik bungkusan yang ia bawa tadi.Maya meremas selimut yang ada di tubuhnya."Ehem.." suara grehem Maya yang seolah mencairkan suasana."Sepertinya dokter terlalu berlebihan, kalau cuma belajar jalan mah, kayaknya Maya bisa sendiri" celetuka Maya yakin dengan menyingkirkan selimut dari tubuhnya.Ferdian hanya melihat gerakan Maya yang berusaha untuk bangun dari tidurnya.Dan terlihat jelas jika Maya berusaha bangun dengan ekspresi wajah menahan sakit."Ssst.." desis bibir Maya mengeluarkan suara rintihan samar.Ferdian sudah menduga jika wanita ini hanya bermulut besar dan berlawanan pada kenyataan yang jelas-jelas terlihat jika ia tak sang
"MAYA!!" seru Ferdian untuk mencoba menyadarkan istrinya.Namun tak satupun panggil itu menyadarkan sang istri yang terlihat telah hilang kesadarannya.Hingga tanpa pikir panjang Ferdian dengan cepat mengendong tubuh Maya yang terlihat benar-benar tak berdaya.Dan kepanikan Ferdian berhasil membuat seisi rumah Bastian itu panik.Mami Sari sampai tercengangg melihat tubuh Maya berada dalam gendong Ferdian."Apa yang terjadi?? Maya kenapa?" tanya Mami Sari yang panik.Ferdian berjalan cepat menuju garasi mobil tanpa menjawab pertanyaan sang Mami yang mengikuti langkahnya dari belakang."Panggilkan Pak Dendi!! CEPAT!!" hardik Ferdian tanpa melihat pada siapa yang ia suruh.Wajahnya benar-benar di baluti rasa cemas.Tak lama seorang pria tua datang dengan setengah berlari."Cepat bukakan pintu!!" seru Ferdian pada sang Supir.Pak Dendi pun dengan segera membuka kunci mobil otomatis itu. Lalu membuka pintu mobil
Waktu pun berlalu dua hari. Dan pertikaian antara Maya dan Ferdian pun terus berlangsung dingin. Keduanya benar-benar menghindar satu sama lain.Maya terus berusaha tanpa pantang menyerah, ia menghabiskan banyak waktu untuk bisa kembali masuk ke dalam perusahaan Dragon.Sungguh ia akan mencoba cara apa pun untuk bisa bertemu kembali dengan Master.Namun sayangnya, Ferdian sudah memerintahkan jika Juan untuk sementara waktu untuk tak masuk ke kantor agar terhindar dari Maya.Dan dari info yang di terima, Maya terus menunggu sosok Master Kw itu hingga sore. Ia benar-benar menunjukkan kegigihannya. Ia membuang segala gengsi untuk bisa bertemu kembali dengan sang Master dengan bertanya pada satu persatu karyawan Dragon tempat tinggal sang Master.Ferdian benar-benar di buat terperangah, ia tak menyangka jika Maya benar-benar nekat. Namun sayang, Ferdian tak sedikit pun bersimpati pada perjuangan Maya.***Di sisi lain, sang Mami ter