Katie Gomez has a special ability. Due to her childhood living with her grandmother, she was not careful to fall off the well, so her mind was somewhat overgrown. Occasionally she would dream a few dreams that signal the future, and she would be able to hear other people's thoughts by touching their flesh. These things bother her. Especially since she met Aidan Jonas. Katie and Aidan were childhood friends who grew up together. Later because of a misunderstanding, they separated. Years later, fate arranged for Aidan to be the CEO of the company Katie was working for. During out-of-control drunkenness, Aidan and Katie had a one-night stand. Sometime later Katie found out she was pregnant and was found out by her grandparents, forcing them to get married. In this situation, they are forced to sign a marriage contract. However, after she gave birth, She found out that Aidan betrayed her, he had an affair with another girl. She collapsed, she was in pain, and lost faith in love.
View MoreSeorang lelaki berperawakan tinggi berkulit putih dengan rambutnya yang ikal berponi acak, baru saja memarkirkan motor vespa bututnya di pelataran parkir sebuah rumah mewah.
Marcello Antariksa, sebut saja Mars.Mars yang kini berprofesi sebagai penjaga warnet turun dari motornya dan melangkah masuk ke rumah mewah itu.Dia berjalan sembari menimang-nimang kunci motor di tangan dan sesekali bersiul santai.Mars mengetuk pintu rumah tersebut."Permisi," teriak Mars setelah celingukan mencari bel tapi tak menemukannya juga.Seorang wanita paruh baya berjalan tergesa ke arahnya dari dalam rumah.Sepertinya sih itu pembantu di rumah ini, terka Mars dalam hati."Den ini yang namanya Mars?" tanya wanita tadi. Dia menunjuk ke arah Mars menggunakan ujung ibu jarinya.Mars mengangguk cepat. "Yup, betul sekali Bu. Saya Mars, saya ada janji dengan Venus," jawab Mars disertai senyuman ramahnya.Wanita paruh baya itu mempersilahkan Mars masuk. Mars mengekorinya dari belakang."Den Mars, sudah ditunggu sama Tuan Venus dari tadi. Saya Asih, asisten rumah tangga di sini," beritahu wanita bernama Asih itu selagi mereka berjalan menuju ruangan di mana sang pemilik rumah kini sedang menunggu kedatangan Mars.Mars yang saat itu tak mampu menutupi kekagumannya akan kemewahan dan kemegahan rumah Venus hanya bisa berdecak kagum dalam hati. Sepasang netranya terus saja menyapu sekeliling ruangan yang dia lewati bersama Asih.Ruangan besar dengan ornamen-ornamen mahal dan mewah. Benar-benar menakjubkan. Sisa-sisa bekas pesta pernikahan masih terlihat di sana. Seumur hidup, ini kali pertama Mars masuk ke dalam istana semegah ini.Di ruang tengah, Mars melihat beberapa lelaki berseragam hitam berdiri di setiap sudut ruangan. Sementara seorang laki-laki berperawakan tegap dengan kulit seputih salju, terlihat duduk dengan angkuh di salah satu sofa yang terdapat di ruangan itu."Anda yang bernama Mars?" tanya lelaki itu seraya melepas kaca mata bacanya dan menaruh koran ke meja. Dia menatap lekat ke arah Mars."Ya, saya Mars," jawab Mars. Lelaki itu mengulurkan tangan mengajak Venus bersalaman."Aku Venus. Silahkan duduk," ucap Venus dengan sedikit gerakan kepalanya.Mars menarik kembali uluran tangannya yang tidak bersambut.Lelaki itu tersenyum kecut.Sombongnya orang ini!Maki Mars dalam hati, merasa jengkel.Mars duduk dengan cukup nyaman di atas sofa super empuk dengan secangkir kopi hangat yang baru saja disediakan oleh Asih."Kamar pengantin ada di atas. Istriku sedang menunggu Anda di sana. Anda tentu sudah mengertikan tugas yang harus Anda lakukan?" tanya Venus dengan ekspresi datar. Tatapan lelaki itu begitu tajam dan misterius.Mars mengangguk pelan."Oke, bagus kalau begitu," Venus bangkit dan berdiri dengan angkuhnya di hadapan Mars. Dia mengeluarkan segepok uang dari saku jasnya dan melemparnya ke meja tepat di depan Mars duduk."Ini uang mukanya, sisanya akan dibayar setelah Suci hamil. Seluruh keperluan Anda dan Suci nanti akan diurus oleh para asisten rumah tangga di rumah ini," Venus diam sejenak. Tatapannya saat itu sulit diartikan. "Mungkin nanti, dalam tiga bulan, aku akan beberapa kali berkunjung ke sini untuk sekadar mengecek keadaan Suci. Jadi pastikan Anda tidak berbuat aneh-aneh padanya di luar tugas yang seharusnya Anda kerjakan! Paham, Mars?"Venus pergi setelah Mars menjawab perkataannya dengan sebuah anggukan kecil di kepala. Lelaki itu pergi diikuti dengan beberapa lelaki berseragam hitam yang mengelilingi mereka tadi.Sepeninggal Venus, Mars mengambil uang di atas meja dan tersenyum pahit.Cukup lama dia memperhatikan segepok uang di tangannya.Kalau bukan karena Hita, mungkin gue lebih memilih untuk nggak terlibat dalam perjanjian konyolnya Venus!Gumam Mars dalam hati.Raja Venus Diningrat.Laki-laki tak berhati yang telah menjual istrinya sendiri hanya karena wanita itu cacat.Parahnya lagi, dalam waktu tiga bulan, Mars sudah harus membuat Suci hamil. Itu adalah tugas utama yang harus Mars lakukan dalam kontrak perjanjiannya dengan Venus.Suci Handini, seorang bidadari nan cantik jelita yang begitu baik. Tapi sayang, nasibnya kurang bagus.Suci dijodohkan dengan Venus atas dasar hubungan kekerabatan yang terjalin antara kedua orang tua mereka.Suci Handini, wanita lembut penuh kasih sayang yang kini harus ditipu oleh lelaki yang seharusnya melindunginya.Sungguh miris memang, tapi, Mars bisa apa?Dia datang ke sini untuk bekerja. Dia menerima tawaran gila Venus demi mendapat imbalan uang.Lantas, pantaskah kini Mars mengatakan bahwa Venus lelaki brengsek? Sementara dirinya pun sama brengseknya karena bersedia terlibat dalam perjanjian konyol Venus.Namun, semua itu sudah menjadi keputusan Mars. Lelaki itu tak memiliki pilihan lain karena keadaan yang memang mendesaknya.Untuk beberapa saat, Mars terdiam di ruangan besar itu sebelum akhirnya dia pun bangkit saat di dengarnya sebuah suara dari lantai dua memanggil-manggil nama Venus."Mas... Mas Venus... Kamu di mana Mas? Aku mau ke dapur Mas, aku haus..."Mars berlari kecil, menghampiri seorang wanita yang sedang berjalan menyusuri lorong lantai dua sembari merambati dinding."Ya, aku di sini. Kamu tunggu saja di kamar, nanti aku ambilkan minum untukmu," ucap Mars sambil menggiring wanita berparas cantik itu kembali ke dalam kamar pengantin.Harum semerbak aroma mawar tercium oleh rongga hidung Mars. Gaun pengantin wanita masih tertata rapi di atas ranjang berseprai sutra putih."Terima kasih ya, Mas. Aku jadi nggak enak sama kamu. Belum apa-apa, aku udah merepotkan. Maafin aku ya, Mas. Aku janji aku akan belajar lebih cepat untuk tahu lebih detail mengenai setiap sudut ruangan di rumah ini," celoteh wanita bernama Suci itu. Dia menggenggam erat tangan Mars yang dipikirnya adalah Venus, lelaki yang sudah mengikrarkan janji suci pernikahan bersamanya hari ini.Mars tersenyum getir. Kecantikan Suci membuatnya harus cepat-cepat berpaling. "A-aku ambil minum dulu," ucap Mars terbata dan langsung pergi.Suci menarik napas berat.Sepertinya dia perlu berusaha lebih keras untuk meyakinkan suaminya, bahwa dia mampu menjadi sosok istri yang baik untuk Venus.Suci tidak ingin mengecewakan amanat dari almarhum kedua orang tuanya.Suci yakin lambat laun, sikap dingin Venus akan melunak. Dan Suci yakin, suatu hari nanti Venus bisa mencintainya.Meski, dirinya hanyalah seorang wanita tunanetra, namun Suci tak pernah pesimis akan takdir yang telah digariskan Tuhan untuknya.Di tengah keterbatasannya, Suci yakin keberadaan Tuhan di dalam hatinya, akan senantiasa menjaganya dengan baik. Dan Tuhan tak akan membiarkan seseorang menyakitinya.Sekali pun itu, suaminya sendiri.Katie of course felt humiliated, angrily scolding him:“Hey, young man, if you like me, you shouldn't do things that make people feel offensive. You’re too young, not as experienced as me so of course I don’t feel the same as you do. Now, could you give my bag back?”“Sorry if I’ve left rather a bad impression on you, senior. But just now, you seem to have taken the wrong stuff from me.”Katie did not do anything. She leaned against the railing, her voice softening, and asked the other boy:“Taken the wrong stuff? Just check it out then. If it's yours, feel free to take it back.”Thankfully, going to the library today, Katie did not bring anything bizarre, or could not be seen by others. In her bag there was only a purse, a phone, two books, several pens, accompanied by a wristwatch. That was why she was not afraid to let him search inside."So be it?"Yet those words were the only thing that came out of the boy’s mouth."Of course." Katie replied firmly.Mina made an appointment for
Why did Aidan like her anyway?"Because you're beautiful, strong, clever. As far as I know, the boys are looking for girlfriends like that. However, there are some people who prefer their girlfriends to be a little more feminine, gentle, and graceful."Katie gripped Selena's hand tightly, rolling her eyes in surprise:"Does that mean Aidan's girlfriend's taste is strong girls?"Was Aidan's type of girlfriend Katie right? "This, I don't know."Selena was a girl who was loved by many people for her beautiful, gentle appearance. But only Katie knew, hidden deep in her soul was a maddening intensity that was trying to get out. Selena has both an inner personality and the charisma of an innocent young woman, so it was inevitable that the claws of the men in the University were on her. Of course even she and Katie were one of the rare girls of New York University."Why don't you see it! Your life experience is so much more than mine. Is there no way to help me cut him off?"Selena could no
"Didn't you say earlier, that he's always staring at me?""That's right." When Selena turned around, she clearly saw Aidan watching Katie's figure. But this... nor could he prove he secretly loved her."That's right then!" Katie clenched her fists, staring into the distance. She gritted her teeth, speaking word by word, at a slow pace, "Rest assured, I'll deal with him!"Yet Aidan was still standing like a statue on the basketball court. His eyes were still looking in a distant direction, then suddenly drooping. He's really crazy!"That sour little one, dare to get in the way of my worthwhile sight. Every time I run into her, I'm unlucky."The next morning, while waiting for the bus, Katie still had some deep thoughts. If Aidan really loved her, he would probably have cared for a long, long time. Had he not approached her when they were in high school? This, too, seemed very much likely.Remembering the time when they were in high school, while waiting for someone to bring a large bot
The class leader stiffened his throat, not bothering to speak anymore. He returned to his former position, sipping his wine.Aidan's mind was confused. Aidan had someone he liked?Katie glanced at Aidan, suddenly met his eyes. Everyone here was a high school friend. They probably would not know about that embarrassment in college, right? At best, they only knew about the clash of the two seniors of high school. So the person the class president was referring to, was not Katie.Aidan had a love interest…Katie was alone again, and when she looked back, she lost sight of Aidan anywhere else, and suddenly there was a hint of unknown sadness in her heart. Without leaving Katie to wait long, a deep voice suddenly entered her ear:“Finding me?”Katie turned around unintendedly. Aidan smiled at her, his face almost in the blink of an eye causing her to fall backwards in a panic."You... you..."Aidan shrugged, "There's room by your side."That’s why he came here?Right! The girls had been cr
How many dreams will come true, like harbingers in the night?How much warm sunshine will melt the frost, and soothe the heavy soul of pain?Katie once had many dreams related to her destiny. Sometimes that dream would help her escape by luck, but sometimes bad luck made her wonder, and hesitate to the point of being sick. Dreaming of a certain part of the future made Katie extremely depressed. She seemed to be the one who held her destiny, but she was awfully difficult to modify the previously known series of episodes. It's just that, indeed, some things changed after Katie had obtained the ability to foresee some future stories.Katie frowned at the man in front of her. At this moment, Aidan was like a lady-killer, the center of all eyes. But the look Katie gave him was reluctant, and the eyes of the female classmates around him were passionate as if to swallow a whole large body into their stomachs.Katie was sitting across from Aidan, so it was obvious that she had to loo
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments