Floresia berusaha mengendalikan perasaannya, agar tak terpesona dengan tingkah Archnad yang terlihat menggemaskan kala itu. Gadis itu takut untuk kembali melabuhkan hatinya kepada pria, termasuk Archand. Florensia takut jika tak bisa berkomitmen dan kembali menyakiti hatinya. Di sisi lain, gadis itu masih tertarik dengan Revan yang tak lain adalah kakak kandung dari pria yang sedang menatapnya dengan penuh kekaguman.
“Archnad!” panggil Florensia.
“Sudah, Mbak. Mungkin kekasihnya sedang mengagumi kecantikan, Mbak.” Goda pelayan itu yang tersenyum menatap kedua pasangan itu. Mereka terlihat menggemaskan dan juga cocok. Semua mata hanya tertuju pada tingkah mereka kala itu.
“Ta–tapi dia bukan kekasih saya, Mbak!” tegas Florensia.
“Sudahlah, Mbak. Jangan malu-malu, kalau begitu saya pamit dulu ya, silahkan di nikmati makanan dan minumannya. Selamat berpacaran ya.” ucap pelayan itu yang melangkah kembali menuju dapur.
“Kekasih? Kapan pria ten
Gadis itu memukul lengan Archand dengan penuh amarah, sementara Archand hanya tertawa melihat tingkahnya yang lucu. Archand berusaha menggenggam pengelangan tangan gadis itu agar menghentikan pukulannya. Akhirnya, gadis itu pun kelelahan dan menghentikan pukulannya, menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi.“Nah, capek juga kan?” tanya Archand tersenyum.“Diam ah, habisnya kamu sih, nyebelin!” tegas Florensia.“Eh, jangan bilang nyebelin terus dong, nyebelin tapi bikin kangen kan? Ayo ngaku! Pasti kamu selalu kangen sama minta ketemuan terus sama aku.” gumam Archand dengan penuh percaya diri. Pria itu menopang dagunya di atas meja dan sibuk menggoda gadis yang kini tengah menyapa sinis kepadanya. Dia tak bosan-bosan menggoda gadis itu.“Apa? Kangen kamu bilang? Ogah!” tukas Florensia yang memeletkan lidahnya, gadis itu tak hentinya bersikap emosi ketika berada di samping Archand.“Jangan bilang o
Perlahan gadis itu membentangkan senyumannya yang sempat terjeda karena kembali mengingat kisah masa lalunya. Florensia tersenyum manis saat Archand menarik sudut bibirnya, memaksanya untuk tersenyum setelah beberapa menit senyuman itu sempat terjeda. Hal itu membuat Archand sangat bahagia setelah memastikan gadis cantik itu tersenyum karena ulahnya, lalu mencubit pipinya yang tirus. “Aduh!” teriak Florensia. “Sakit ya?” tanya Archand dengan ekspresi wajah yang menyebalkan. “Gak, enak!” sahut Florensia ketus. “Udah tahu sakit, masih aja nanya. Udah cepat jalankan mobilnya aku mau pulang, udah capek!” tegas gadis itu dengan menekuk wajahnya. “Hm, oke. Kalau gitu aku lanjutin perjalanan kita.” Pria itu kembali menyalakan mobilnya dan berjalan menuju rumah gadis itu. Beberapa menit lagi, mereka akan tiba, karena rumahnya berada tak jauh di lokasi tersebut. Gadis itu tersenyum saat melihat Archand yang sedang mengelap keringatnya, kare
Diandra duduk di sofa sambil menikmati cemilannya, gadis itu sedang asik menonton drama Thailand kesukaannya. Diandra tersenyum kepada gadis yang sedang berdiri di ambang pintu. Florensia menghampiri kakaknya dan menjatuhkan tubuh di samping kakaknya. Gadis itu mencomot cemilan yang berada di genggaman tangan sang kakak.“Kalau udah nonton drama Thailand, adiknya malah di kacangin.” gumam Florensia yang menekuk wajahnya, gadis itu terus saja memperhatikan tingkah sang kakak saat sedang asik dengan genre drama favoritnya.“Eh, ada yang marah nih.” sahut Diandra yang menoleh ke arah gadis itu.“Enggak marah kok. Cuma lagi lagi sebel aja!” tukas Florensia.“Sebel sama Archand ya? Atau sama Revan?” tanya sang kakak cengegesan.“Dua-duanya! Sama kakak juga!” tegas Florensia yang menatap tajam ke arah sang kakak gadis itu benar-benar penasaran, apa yang menyebabkan Diandra sangat bet
Diandra terus mengingatkan kejadian itu hingga membuat matanya sembab karena terus menangisi Revan. Diandra takut jika nanti Revan tak menepati janjinya, dan berpaling dari dirinya, dia merasa bersalah karena telah menerima cinta Archand. Seorang vokalis band terkenal yang tak lain adalah adik kandung dari Revan sahabatnya. Sejak kejadian itu Revan berubah menjadi kasar dan dingin kepadanya. Hal ini terjadi dikarenakan Revan cemburu dengan adik kandungnya sendiri. Akan tetapi, Revan tetap menyayangi adiknya dan tidak membencinya. Menurut Revan gadis itulah yang bersalah karena tidak bisa setia pada janji yang telah dia ucapkan sebelumnya. Diandra snagat menyesal, karena hal inilah Diandra memilih untuk tetap berkerja di perusahaan keluarga besar Aldhinara dan berusaha bertahan dengan sikap dan perlakuan Revan yang sangat kasar kepadanya.“Sudahlah, aku tidak perlu menangis lagi.”Diandra menyeka air matanya yang terjatuh di setiap sudut, sesekali gadi
Revan terus menatap layar ponselnya, dan berharap balasan pesan dari gadis incarannya itu. Pria itu merasa sedih ketika menyadari sikap gadis itu yang perlahan berusaha menghindarinya. Dia merasa frustasi karena cintanya bertepuk sebelah tangan, meskipun begitu Revan tetap yakin bahwa Florensia juga membalas cintanya.Revan membanting ponselnya di sandaran sofa dan terjatuh di atas sofanya yang empuk. Pria itu merasa emosi karena tak juga mendapatkan balasan pesan dari gadis pujaannya itu. Revan bertanya-tanya sebab menghindarinya gadis itu. Revan berpikir bahwa Florensia sengaja menghindarinya karena seseorang. Entah mengapa Revan sangat yakin dengan pikirannya itu. Baru kali ini Revan mampu menggunakan perasaannya dan mengabaikan logikanya. Revan benar-benar serius mencintai gadis cantik itu.“Mengapa kamu menjauhiku seperti ini, Florensia?” teriak Revan, seraya memijat keningnya. Revan menyenderkan tubuhnya di sandaran sofa dan mental langit-langit.
Renata menghampiri putra sulungnya itu, yang sedang menatap langit-langit. Renata menjatuhkan tubuhnya di sebelah Revan lalu membelai lembut wajah putranya itu, sebelumnya Renata menerima berita dari putra bungsunya, yang mengatakan Revan sedang galau karena di jauhi oleh gadis yang di cintainya. Renata berusaha menenangkan Revan terlebih dahulu, sebelum menyampaikan kabar pernikahannya dengan Diandra.“Nak, kamu kenapa melamun?” tanya sang mama dengan penuh kelembutan.“Revan gak apa-apa kok, Ma. Apakah ada yang ingin mama sampaikan kepada Revan? Kalau memang iya bilang saja. Revan janji gak akan protes.” sahut Revan.Mendengar gagasan dari putra sulungnya itu, seketika membuat Renata bahagia dan langsung bersemangat untuk menyampaikan pesan dari suaminya. Namun, sebelum menyampaikan kabar tersebut. Renata ingin memastikan, apakah benar putra sulungnya itu sedang baik-baik saja? Atau bahkan pura-pura tegar di depan sang mama.&ldq
Gadis itu mengerjapkan matanya, dia sangat takut melihat sikap Revan yang lebih kasar dari biasanya, sebelumnya Diandra tidak menyangka jika Revan akan sekasar ini kepadanya. Air matanya mengalir tiada henti menghujani pipinya. Melihat hal tersebut membuat Revan semakin muak dan mendorong kasar tubuh gadis itu sehingga membuat gadis itu terjatuh di atas kursi pribadinya. Revan menggebrak kasar meja dan mengusap kasar wajahnya. Sementara Diandra hanya bisa menangis dan berjalan gontai menghampiri pria itu. Diandra meberanikan diri untuk mendekatinya dan mengatakan bahwa sebelumnya dia yang meminta sang papa untuk menjodohkan dirinya dengan Revan. Sesuai janjinya di saat Meraka masih menginjak usia remaja.“Re–Revan.” panggil Diandra yang terbata-bata.“Apa?” bentak Revan dengan suara beratnya.“Aku tahu, aku salah karena meminta papa untuk menjodohkan kita. Aku pikir kamu setuju dengan keputusanku ini. Tapi aku salah, justru ke
Diandra dan Helen segera menyelesaikan pekerjaannya dengan baik sebelum jam makan siang akan tiba. Gadis itu mencoba fokus dan melakukan sejenak masalah pribadinya. Apalagi dia tidak ingin membuat Helen mengkhawatirkan dirinya. Diandra membuka laptop dan mual menyalin file di ms. word untuk membuat laporan keuangan. Saat sudah selesai Diandra segera mengantarkan berkas-berkas itu ke ruangan pribadi Revan.Gadis itu sangat tabah untuk bertahan di perusahaan milik keluarga besar Aldhinara meskipun sering mendapatkan perlakuan kasar dari atasannya yang bernama Revan Aldhinara Putra. Setelah memastikan meja kerja Revan tapi, barulah Diandra menghampiri Helen dan mengajaknya ke kantin karena saat itu Diandra sudah merasa sangat lapar.“Helen, kita ke kantin sekarang yuk!” ajak Diandra.“Ayo, aku juga sudah merasa sangat lapar sekali. Ya sudah, kita pergi sekarang.” Helen menarik tangan Diandra hingga mengantarkannya di kantin. Mereka mem
Gadis itu memukul lengan Archand dengan penuh amarah, sementara Archand hanya tertawa melihat tingkahnya yang lucu. Archand berusaha menggenggam pengelangan tangan gadis itu agar menghentikan pukulannya. Akhirnya, gadis itu pun kelelahan dan menghentikan pukulannya, menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi. “Nah, capek juga kan?” tanya Archand tersenyum. “Diam ah, habisnya kamu sih, nyebelin!” tegas Florensia. “Eh, jangan bilang nyebelin terus dong, nyebelin tapi bikin kangen kan? Ayo ngaku! Pasti kamu selalu kangen sama minta ketemuan terus sama aku.” gumam Archand dengan penuh percaya diri. Pria itu menopang dagunya di atas meja dan sibuk menggoda gadis yang kini tengah menyapa sinis kepadanya. Dia tak bosan-bosan menggoda gadis itu. “Apa? Kangen kamu bilang? Ogah!” tukas Florensia yang memeletkan lidahnya, gadis itu tak hentinya bersikap emosi ketika berada di samping Archand. “Jangan bilang ogah terus dong, sesekali bilang iya gitu!” titah Archand.
“Berawal dari kebencian, perlahan hati itu luluh dengan sendirinya. Ketika pertama kali melihatnya bersikap dingin kepadaku, dikarenakan kesalahan masa lalu. Aku pernah mengabaikannya, perlahan aku membopongnya saat tubuhnya hampir sampai di sebuah aspal. Tanpa sengaja aku menatap kedua pupil matanya, dan kulihat ada seberkas cahaya cinta yang masih menyala untukku. Kamu 'tak sendiri masih ada aku yang juga mencintaimu dan akan melabuhkan hati dalam dermaga cintamu.” _Archand Aldhinara Syahdana_ *** Akhirnya momen yang mereka tunggu telah tiba juga, di mana Archand akan memperistri kekasihnya dan siap menjadi suami yang baik untuknya. Tiada keraguan untuk terus melanjutkan kisah asmara yang awalnya menjadi musuh hingga kini menjadi teman hidup. Archand tersenyum saat menantikan kehadiran calon istrinya agar segera hadir dan duduk di sampingnya, karena sebentar lagi ijab kabul akan di mulai. Berawal dari seorang penggemar beratnya, kini gadis itu telah menjadi tem
Malam itu menjadi saksi kebahagiaan mereka di mana mereka sedang menyaksikan percikan kembang api yang menghiasi langit nan kelam. Gadis itu tersenyum bahagia saat menyaksikan momen tersebut, di temani semilir angin yang berhembus meniup anak rambutnya. Gadis itu tampak cantik dengan gaun yang dia pakai, membuat Archand terpesona. Pria itu memeluk kekaishnya dengan erat, dan membisikkan kata-kata romantis. Seketika Florensia tersenyum saat mendengarkan pujian dari tunangannya itu. Dia semakin larut dalam indahnya cinta yang telah di persembahkan oleh kekasihnya, gadis itu tak lelah untuk terus menyampaikan percikan kembang api yang menghiasi langit malam saat itu. Florensia duduk dan menyenderkan kepadanya ke pundak tunangannya itu. Rasanya sangat nyaman apabila berada dalam pelukan seseorang yang di cintainya. “Aku nyaman ketika berada dalam pelukanmu, terima kasih ya Allah. Engkau telah memberikan malaikat terindah untukku. Aku berharap cinta ini akan a
Archand menggandeng tangan Florensia dengan penuh kehangatan, dia menuntun kekasihnya hingga sampai ke atas pentas. Saat itu Arhcand mempersembahkan sebuah lagu untuknya. Hal tersebut membuat kekasihnya sangat bahagia, gadis itu menikmati alunan lagu dengan irama yang mengalun merdu. Dia mengikuti lirik lagu yang di nyanyikan oleh kekasihnya, perlahan gadis itu larut dalam iringan lembut irama.“Mereka sangat cocok sekali.” ucap Diandra yang tersenyum melihat sang adik sedang berduet dengan kekasihnya itu. Diandra larut dalam momen romantis itu, dia menyenderkan tubuhnya ke pundak sang suami. “Iya, Sayang. Mereka sangat cocok seperti pasangan Cinderella.” sahut Revan yang membenarkan perkataan istrinya. “Sayang, aku sangat berterima kasih kepadamu, karena sudah memberikan aku keturunan, semoga anak kita selalu dalam keadaan sehat ya, Sayang. Jangan kandunganmu baik-baik.” titah suaminya. “Sama-sama, Sayang. Kita akan merawatnya bersama ya, rasanya gak
Malam telah tiba, mereka sedang asik mendengarkan alunan musik yang mengalun merdu di telinga, di tambah lagi dengan iringan suara dari seorang vokalis. Diandra menikmati setiap alunan musik yang terdengar merdu di telinganya menambah kesan romantis saat sedang berduaan dengan suaminya. Mereka masih menunggu kehadiran keluarganya, meski mereka memesan meja terpisah. Archand dan Florensia sengaja mengambil meja yang paling pojok agar tak ada seseorang yang akan mengganggu kebersamaan mereka kala itu. Satya hanya memantau dan ikut bergabung bersama keluarga besar Aldhinara. Termasuk kedua orang tuanya. Satya terus menatap tajam kepada Florensia. Pria itu masih susah untuk melupakan gadis incarannya, di sisi lain Satya mencoba melupakan gadis itu karena dia sadar, hubungannya dengan Florensia hanya sebatas teman dia tak mungkin menyakiti sepupunya sendiri. Apalagi mereka telah bersahabat sejak remaja. Tak mungkin Satya tega menikung sahabatnya sendiri. “Ya A
Saat itu jam menunjukkan pukul sembilan pagi, di mana kedua pasangan pengantin tesebut masih betah di dalam kamar. Diandra memandang wajah suaminya dan membalas tatapan lembut wajahnya. Diandra mengagumi ketampanan suaminya itu, wanita itu memeluk erat suaminya untuk mendapatkan kehangatan setelah pagi datang membawa kesejukan.Revan menyadari ada seseorang yang sedang memeluk tubuhnya dengan erat. Pria itu membalikkan tubuhnya dan memeluk tubuh istrinya dengan erat pula. Tak lupa dia mencium kening sang istri. Pria itu tampak bahagia ketika mendapati keberadaan wanita yang sudah sah menjadi miliknya. Saat Diandra ingin mencium suaminya tiba-tiba saja Diandra mual-mual. Wanita itu segera melepaskan pelukan suaminya dan berlari menuju kamar mandi. Hal tersebut membuat Revan bertanya-tanya apakah pertempuran tadi malam telah berhasil? Revan berharap jika istrinya benar-benar hamil. Revan tak sabar untuk segera memiliki momongan.“Kenapa Diandra? Apakah kita s
Akhirnya momen yang yang di tunggu telah tiba, di mana Diandra dan Revan akan melaksanakan ijab kabul. Diandra duduk di meja rias dan menatap wajahnya yang sudah di oles dengan riasan make up. Gadis itu tampak cantik dengan balutan busananya. Kebahagiaan terpancar jelas di wajahnya, jantungnya berdegup cepat saat menyadari momen yang selama ini dia nantikan akhirnya tiba juga. Diandra tersenyum dengan pantulan wajahnya sendiri. Dia mengatakan bahwa dirinya sangat bahagia pada hari itu.“Kak, calon suaminya sudah menunggu di depan. Ayo kita susul dia sekarang!” Florensia sudah berdiri di ambang pintu untuk menjemput sang kakak. Sejenak Dinadra terpana saat melihat penampilan sang adik yang terlihat lebih cantik dari dirinya. Diandra mengangguk dan menuruti perkataan sang adik. Diandra menggenggam tangan Florensia dengan erat dan mengikuti langkah sang adik untuk menuruni anak tangga yang akan membawa mereka ke lantai bawah. Florensia menuntun sang kakak dengan
“Archand!” teriak Florensia. “Apa Sayangku? Kalau kangen gak usah teriak-teriak begitu dong, malu di dengarkan mama. Kalau kamu pengen bareng sama aku, yuk! Kita nikah!” ajak Archand yang memengang kue tart dan lagi dia menempelkan krim itu ke wajah mulus milik kekasihnya. Archand berlari kecil seraya tertawa ketika melihat wajah kekasihnya yang terlihat salah tingkah.“Cie-cie.” sorak Diandra, Renata dan Revan serempak. Mereka menyaksikan dua pasangan yang sedang di mabuk asmara itu. Rasanya bahagia ketika melihat keduanya saling mencintai. Revan dan Diandra tak menyangka bahwa adik-adiknya telah tumbuh dewasa dan mampu saling menjaga layaknya pasangan suami istri. Terkadang ada rasa iri saat menyaksikan kebersamaan mereka. Mereka memotong kue tart tersebut dan memberikannya kepada adik-adik mereka. Revan memberikan kue itu kepada Archand adik kandungnya, begitupun juga dengan Diandra. Dia memberikan kue tart itu kepada Florensia, sebagai tanda sa
Sudah tiga hari Florensia terbaring lemah di rumah sakit, kondisinya sudah mulai pulih dan sudah kembali bertenaga. Florensia sudah bertemu dokter dan sudah di perbolehkan untuk pulang ke rumahnya. Saat itu gadis itu sedang menikmati makanan dari kekasihnya, dia mencicipi makanan itu dengan lahap, karena kekasihnya menyuapinya dengan porsi yang pas. Bagaikan pasangan suami–istri. Begitulah romantisnya kisah cinta mereka. Mereka hanya berdua saja di ruangan itu. Sementara Diandra, Revan dan Renata sedang menyiapkan kejutan di rumahnya. Archand mengecup kening kekasihnya itu. Gadis itu terlihat cantik dengan rambutnya yang terikat. Archand merawatnya dengan penuh perhatian, dia gak meninggalkan kekasihnya di saat sakit sekalipun. Dia tetap mencoba setia dengan kekasihnya itu. Cinta mereka begitu kuat dan saling menaruh rasa percaya terhadap satu sama lain.“Sayang, kamu mau makan apa nanti? Kalau aku ada waktu kita keluar yuk. Sekalian temani Kak Revan dan Diand