Archand mengenggam tangannya dia itu perlahan, dia memberanikan diri untuk mengajak gadis itu ke cafe favoritnya yang tak jauh dari kampus. Archand menatap lekat wajah gadis itu dan tersenyum saat menatapnya.
“Oh iya, Diandra. Kamu mau gak ke cafe bareng aku? Temani aku ngopi yuk! Di sana kita bisa ngobrol banyak. Bagaimana?” Archand melontarkan pertanyaan kepada gadis itu.
“Baiklah, aku mau.”
Diandra mengangguk cepat. Dia sangat bahagia ketika mendapat ajakan dari vokalis
terkenal itu. Mendengar jawaban dari Diandra. Archand segera menggandeng tangannya dan mengajaknya ke parkiran depan. Mereka melangkah sejajar sambil menikmati pemandangan indah kala itu. Di tambah lagi cuaca cerah yang mendukung perjalanan mereka menuju tempat parkir. Archand menarik gadis itu untuk masuk ke dalam mobil sport berwarna merah miliknya. Satu-satunya mobil kesayangan Archand, seringkali sang mama menyuruhnya untuk menggantikan mobil itu. TDiandra tersenyum saat mendengar perkataan pria yang tengah duduk di depannya, sementara dirinya masih berdiri dan menatap pemandangan indah. Diandra sangat menyukai dekorasi unik itu. Gadis itu masih saja tidak mau menjatuhkan tubuhnya dikursi sebelum mendapatkan jawaban dari pria itu.“Tidak perlu, aku hanya ingin tahu, mengapa kamu memesan meja VIP? Padahal kan kita cuma berusaha saja?” tanya Diandra dengan penuh rasa penasaran.“Oh, aku pikir kenapa? Alasannya karena aku sedang bersama gadis idola yang kehadirannya sedang aku nantikan di cafe ini. Aku sudah berniat jika memang kamu akan datang ke tempat ini, maka aku akan menyuruh para pelayan menyedikan kursi VIP untukmu, karena itu suatu kehormatan untukku.” sahut Archand.Saat sedang menjelaskan sesuatu kepada gadis itu, tiba-tiba salah satu pelayan datang menghampiri mereka dan memberikan layanan berupa sebuah pijatan kaki untuk Diandra. Saat itu mereka memanggil Archa
Gadis itu berucap dengan suara tersendat-sendat. Perlahan gadis itu merengkuh tubuh Archand dan memeluknya dengan erat. Gadis itu merasa nyaman saat berada dalam dekapannya. Membuat Archand menjadi semakin menyayanginya, gadis itu sangat berarti untuknya, meski terkadang dia merupakan gadis yang sangat menyebalkan. Namun, Archand tetap menyayanginya dengan penuh ketulusan.“Jangan berkata seperti itu. Ini bukan kesalahanmu.” tukas Archand.Mereka semakin larut dalam pikiran masing-masing. Selanjutnya mereka ingin menata masa depan bersama meskipun belum sepenuhnya siap untuk mengakhiri masa lajang. Meksipun sama-sama mencintai, tapi mereka tidak berani mengatakannya kepada satu sama lain. Apalagi harus menjanjika sesuatu terhadap satu sama lain. Seketika Florensia merasakan getaran yang berasal dari tas sandangnya, gadis itu membuka tasnya dan mengambil ponsel yang berada di dalamnya. Gadis itu terkejut saat melihat notifikasi masuk dari via WhatsApp dan ju
Revan termangut-mangut, seolah menyetujui saran yang di lontarkan oleh Florensia. Pria itu berusaha untuk melakukan yang menurutnya masuk akal, karena sudah lama sekali dia tidak memilik waktu luang untuk berkencan dengan Diandra. Seperti dulu sering dia lakukan, pria itu menyunggingkan senyuman kepada Florensia, lalu menggenggam erat jemari gadis itu. Revan menatap dekat wajah Florensia sehingga membuat Archand sedikit cemburu kepadanya. Archand berusaha memalingkan pandangan agar tak terlalu fokus kepada apa yang mereka bicarakan kala itu. Archand berusaha melawan hatinya agar tak cemburu.“Flo, sebenarnya yang aku cintai itu kamu, bukan Diandra.”Revan berusaha mengutarakan isi hatinya terhadap gadis itu, dia tersenyum dan mengecup punggung tangan gadis itu untuk menunjukkan rasa cintanya. Florensia hanya terdiam, dan mencari cara untuk jujur kepada Revan, sebelumnya dia memang memiliki perasaan yang sama kepada pria itu. Namun, perlahan rasa cinta
Malam telah tiba, di mana rombongan keluarga besar Aldhinara telah berdatangan di rumah pasangan Ferdiansyah Syahputra dan Ayudhia Friyanka Anantasya. Sementara Diandra masih duduk di depan cermin rias sambil memandangi wajahnya yang telah di poles make up tebal. Diandra tersenyum saat melihat wajahnya sendiri. Dia tak sabar ingin menemui calon suaminya yang sebentar lagi akan datang melamarnya. Florensia membuka pintu dan menghampiri sang kakak yang tersenyum sendiri saat menatap ke pantulan cermin.“Ciee, yang bentar lagi lamaran, selamat ya, Kak.” ucap Florensia yang berdiri di belakang sang kakak. Gadis itu memeluk sang kakak dari sisi belakang dan ikut menoleh ke arah cermin di mana dia menyaksikan pesona yang di terbarkan sang kakak saat memakai riasan make up yang berbeda dari biasanya.“Kakak cantik banget malam ini.” Florensia melontarkan pujian kepada sang kakak.“Biasanya kakak gak cantik?” tanya Diandra, gadi
Revan bergeming dan tak menatap gadis yang duduk di sampingnya sedikitpun, baginya momen itu adalah momen terburuk untuknya. Sementara Diandra tak lelah menatap calon suaminya itu dengan penuh senyuman sehingga membuat Revan menjadi risih dan marah.“Jangan menatapku, jika kamu lakukan itu. Maka, sama saja kamu telah melakukan kesalahan yang besar dan tak akan bisa aku maafkan.” ucap Revan dengan penuh penekanan. Pria itu kembali fokus menatap ke arah depan setelah memarahi calonIstrinya yang kini berada di sampingnya.“Tapi salahku di mana, Revan? Mengapa kamu begitu kasar kepadamu? Apakah salah aku menatap calon suamiku?” tanya Diandra dengan suara yang tersendat-sendat. Air matanya seakan tumpah karena menahan rasa sedih yang berusaha dia sembunyikan depan keluarganya. Diandra mencoba untuk terus bersabar menghadapi pria yang sedang menyetir di sebelahnya. Diandra menoleh ke arah jendela yang menyeka air matanya.Reva
Florensia berusaha merasa jengkel dengan nada bicaranya, tak sadar gadis itu tersenyum saat melihat ulah pria yang sedang mendekapnya itu. Florensia memengang pipi Archand dengan penuh kelembutan. Lalu gadis itu mencubit ujung hidungnya yang lancip.“Lebay banget sih, gitu aja sakit.” sahut Florensia.“Ya iyalah, sakit. Lagian kamu kenapa sih? Susah benget bersikap lemah lembut sama aku? Aku kan butuh perhatian dari kamu, honey.” sahut Archand dengan nada manjanya.“Idih, honey! Kamu siapa hah?” tegas Florensia.“Kekasih kamu.” sahut Archand dengan wajah santai.Perlahan gadis itu pun tersenyum saat mendengar jawaban Archand yang mengatakan bahwa dirinya adalah seorang kekasih. Gadis itu tersipu saat Archand memergoki dirinya yang sedang tersenyum. Perlahan pipinya memerah dan memanas karena menahan rasa malu. Gadis itu benar-benar jatuh cinta kepada Archand. Sehingga dia nyaman ketika berada di
Usai menyumbangkan suara emasnya mereka pun tersenyum seraya mengagumi sambutan dari para penggemar. Seketika mereka menjadi pusat perhatian dan di iringi dengan tepuk tangan yang meriah. Mereka melangkah mengarungi lemparan bunga sebagai sambutan meriah dari penggemar. Inikah yang namanya mendadak selebritis? Entahlah, yang pasti Diandra merasa sangat bahagia malam itu. Meksipun Revan masih saja dingin kepadanya. Setelah memastikan Diandra dan Revan pulang. Archand pun meminta dirinya untuk mempersembahkan sebuah lagu untuk gadis pujaannya.Archand duduk di depan mic dan mengikuti iringan musik yang mengalun merdu. Saat Archand mulai menyanyikan lagu, gadis itu mulai terpana saat mendengar suara merdu pria pujaannya itu. Florensia tersenyum, karena lagu itu adalah lagu favoritnya yang sengaja di nyanyikan Archand khusus untuknya. Florensia menopang dagunya di atas meja, dia sangat fokus menghayati lagu yang di nyanyikan Archand untuknya, sehingga sebuah senyuman telah mengem
Gadis itu tersenyum saat mendengar ucapan Archand. Menurutnya Archand lebih dewasa darinya, jarang sekali dia menemukan pria sepintar dan sebaik Archand, karena apa yang Archand katanya saat itu memang benar adanya, mereka selalu di tinggal oleh orang tua karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan mereka untuk merelakan waktu bersama keluarga tercinta. Mereka melakukan semua itu demi masa depan anak-anaknya. “Kamu benar, Archand. Apalagi kedua orang tua kita merupakan tipe orang yang mandiri. Mereka tak ingin menikmati kekayaan orang tua mereka. Contohnya saja mama, meskipun terkenal dengan kekayaannya. Tetapj, dia tetap memilih hidup sederhana dan bekerja keras. Aku kagum sama mereka, karena secara tidak langsung mereka telah mengajarkan bahwa harta bukanlah segalanya.” jelas Florensia. “Sesungguhnya kemewahan bukanlah jaminan untuk kita bahagia, tapi cinta dari seseorang terdekat jauh lebih berharga dan tak ada tandingannya. Contohnya saja ketika kita memiliki sau
Gadis itu memukul lengan Archand dengan penuh amarah, sementara Archand hanya tertawa melihat tingkahnya yang lucu. Archand berusaha menggenggam pengelangan tangan gadis itu agar menghentikan pukulannya. Akhirnya, gadis itu pun kelelahan dan menghentikan pukulannya, menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi. “Nah, capek juga kan?” tanya Archand tersenyum. “Diam ah, habisnya kamu sih, nyebelin!” tegas Florensia. “Eh, jangan bilang nyebelin terus dong, nyebelin tapi bikin kangen kan? Ayo ngaku! Pasti kamu selalu kangen sama minta ketemuan terus sama aku.” gumam Archand dengan penuh percaya diri. Pria itu menopang dagunya di atas meja dan sibuk menggoda gadis yang kini tengah menyapa sinis kepadanya. Dia tak bosan-bosan menggoda gadis itu. “Apa? Kangen kamu bilang? Ogah!” tukas Florensia yang memeletkan lidahnya, gadis itu tak hentinya bersikap emosi ketika berada di samping Archand. “Jangan bilang ogah terus dong, sesekali bilang iya gitu!” titah Archand.
“Berawal dari kebencian, perlahan hati itu luluh dengan sendirinya. Ketika pertama kali melihatnya bersikap dingin kepadaku, dikarenakan kesalahan masa lalu. Aku pernah mengabaikannya, perlahan aku membopongnya saat tubuhnya hampir sampai di sebuah aspal. Tanpa sengaja aku menatap kedua pupil matanya, dan kulihat ada seberkas cahaya cinta yang masih menyala untukku. Kamu 'tak sendiri masih ada aku yang juga mencintaimu dan akan melabuhkan hati dalam dermaga cintamu.” _Archand Aldhinara Syahdana_ *** Akhirnya momen yang mereka tunggu telah tiba juga, di mana Archand akan memperistri kekasihnya dan siap menjadi suami yang baik untuknya. Tiada keraguan untuk terus melanjutkan kisah asmara yang awalnya menjadi musuh hingga kini menjadi teman hidup. Archand tersenyum saat menantikan kehadiran calon istrinya agar segera hadir dan duduk di sampingnya, karena sebentar lagi ijab kabul akan di mulai. Berawal dari seorang penggemar beratnya, kini gadis itu telah menjadi tem
Malam itu menjadi saksi kebahagiaan mereka di mana mereka sedang menyaksikan percikan kembang api yang menghiasi langit nan kelam. Gadis itu tersenyum bahagia saat menyaksikan momen tersebut, di temani semilir angin yang berhembus meniup anak rambutnya. Gadis itu tampak cantik dengan gaun yang dia pakai, membuat Archand terpesona. Pria itu memeluk kekaishnya dengan erat, dan membisikkan kata-kata romantis. Seketika Florensia tersenyum saat mendengarkan pujian dari tunangannya itu. Dia semakin larut dalam indahnya cinta yang telah di persembahkan oleh kekasihnya, gadis itu tak lelah untuk terus menyampaikan percikan kembang api yang menghiasi langit malam saat itu. Florensia duduk dan menyenderkan kepadanya ke pundak tunangannya itu. Rasanya sangat nyaman apabila berada dalam pelukan seseorang yang di cintainya. “Aku nyaman ketika berada dalam pelukanmu, terima kasih ya Allah. Engkau telah memberikan malaikat terindah untukku. Aku berharap cinta ini akan a
Archand menggandeng tangan Florensia dengan penuh kehangatan, dia menuntun kekasihnya hingga sampai ke atas pentas. Saat itu Arhcand mempersembahkan sebuah lagu untuknya. Hal tersebut membuat kekasihnya sangat bahagia, gadis itu menikmati alunan lagu dengan irama yang mengalun merdu. Dia mengikuti lirik lagu yang di nyanyikan oleh kekasihnya, perlahan gadis itu larut dalam iringan lembut irama.“Mereka sangat cocok sekali.” ucap Diandra yang tersenyum melihat sang adik sedang berduet dengan kekasihnya itu. Diandra larut dalam momen romantis itu, dia menyenderkan tubuhnya ke pundak sang suami. “Iya, Sayang. Mereka sangat cocok seperti pasangan Cinderella.” sahut Revan yang membenarkan perkataan istrinya. “Sayang, aku sangat berterima kasih kepadamu, karena sudah memberikan aku keturunan, semoga anak kita selalu dalam keadaan sehat ya, Sayang. Jangan kandunganmu baik-baik.” titah suaminya. “Sama-sama, Sayang. Kita akan merawatnya bersama ya, rasanya gak
Malam telah tiba, mereka sedang asik mendengarkan alunan musik yang mengalun merdu di telinga, di tambah lagi dengan iringan suara dari seorang vokalis. Diandra menikmati setiap alunan musik yang terdengar merdu di telinganya menambah kesan romantis saat sedang berduaan dengan suaminya. Mereka masih menunggu kehadiran keluarganya, meski mereka memesan meja terpisah. Archand dan Florensia sengaja mengambil meja yang paling pojok agar tak ada seseorang yang akan mengganggu kebersamaan mereka kala itu. Satya hanya memantau dan ikut bergabung bersama keluarga besar Aldhinara. Termasuk kedua orang tuanya. Satya terus menatap tajam kepada Florensia. Pria itu masih susah untuk melupakan gadis incarannya, di sisi lain Satya mencoba melupakan gadis itu karena dia sadar, hubungannya dengan Florensia hanya sebatas teman dia tak mungkin menyakiti sepupunya sendiri. Apalagi mereka telah bersahabat sejak remaja. Tak mungkin Satya tega menikung sahabatnya sendiri. “Ya A
Saat itu jam menunjukkan pukul sembilan pagi, di mana kedua pasangan pengantin tesebut masih betah di dalam kamar. Diandra memandang wajah suaminya dan membalas tatapan lembut wajahnya. Diandra mengagumi ketampanan suaminya itu, wanita itu memeluk erat suaminya untuk mendapatkan kehangatan setelah pagi datang membawa kesejukan.Revan menyadari ada seseorang yang sedang memeluk tubuhnya dengan erat. Pria itu membalikkan tubuhnya dan memeluk tubuh istrinya dengan erat pula. Tak lupa dia mencium kening sang istri. Pria itu tampak bahagia ketika mendapati keberadaan wanita yang sudah sah menjadi miliknya. Saat Diandra ingin mencium suaminya tiba-tiba saja Diandra mual-mual. Wanita itu segera melepaskan pelukan suaminya dan berlari menuju kamar mandi. Hal tersebut membuat Revan bertanya-tanya apakah pertempuran tadi malam telah berhasil? Revan berharap jika istrinya benar-benar hamil. Revan tak sabar untuk segera memiliki momongan.“Kenapa Diandra? Apakah kita s
Akhirnya momen yang yang di tunggu telah tiba, di mana Diandra dan Revan akan melaksanakan ijab kabul. Diandra duduk di meja rias dan menatap wajahnya yang sudah di oles dengan riasan make up. Gadis itu tampak cantik dengan balutan busananya. Kebahagiaan terpancar jelas di wajahnya, jantungnya berdegup cepat saat menyadari momen yang selama ini dia nantikan akhirnya tiba juga. Diandra tersenyum dengan pantulan wajahnya sendiri. Dia mengatakan bahwa dirinya sangat bahagia pada hari itu.“Kak, calon suaminya sudah menunggu di depan. Ayo kita susul dia sekarang!” Florensia sudah berdiri di ambang pintu untuk menjemput sang kakak. Sejenak Dinadra terpana saat melihat penampilan sang adik yang terlihat lebih cantik dari dirinya. Diandra mengangguk dan menuruti perkataan sang adik. Diandra menggenggam tangan Florensia dengan erat dan mengikuti langkah sang adik untuk menuruni anak tangga yang akan membawa mereka ke lantai bawah. Florensia menuntun sang kakak dengan
“Archand!” teriak Florensia. “Apa Sayangku? Kalau kangen gak usah teriak-teriak begitu dong, malu di dengarkan mama. Kalau kamu pengen bareng sama aku, yuk! Kita nikah!” ajak Archand yang memengang kue tart dan lagi dia menempelkan krim itu ke wajah mulus milik kekasihnya. Archand berlari kecil seraya tertawa ketika melihat wajah kekasihnya yang terlihat salah tingkah.“Cie-cie.” sorak Diandra, Renata dan Revan serempak. Mereka menyaksikan dua pasangan yang sedang di mabuk asmara itu. Rasanya bahagia ketika melihat keduanya saling mencintai. Revan dan Diandra tak menyangka bahwa adik-adiknya telah tumbuh dewasa dan mampu saling menjaga layaknya pasangan suami istri. Terkadang ada rasa iri saat menyaksikan kebersamaan mereka. Mereka memotong kue tart tersebut dan memberikannya kepada adik-adik mereka. Revan memberikan kue itu kepada Archand adik kandungnya, begitupun juga dengan Diandra. Dia memberikan kue tart itu kepada Florensia, sebagai tanda sa
Sudah tiga hari Florensia terbaring lemah di rumah sakit, kondisinya sudah mulai pulih dan sudah kembali bertenaga. Florensia sudah bertemu dokter dan sudah di perbolehkan untuk pulang ke rumahnya. Saat itu gadis itu sedang menikmati makanan dari kekasihnya, dia mencicipi makanan itu dengan lahap, karena kekasihnya menyuapinya dengan porsi yang pas. Bagaikan pasangan suami–istri. Begitulah romantisnya kisah cinta mereka. Mereka hanya berdua saja di ruangan itu. Sementara Diandra, Revan dan Renata sedang menyiapkan kejutan di rumahnya. Archand mengecup kening kekasihnya itu. Gadis itu terlihat cantik dengan rambutnya yang terikat. Archand merawatnya dengan penuh perhatian, dia gak meninggalkan kekasihnya di saat sakit sekalipun. Dia tetap mencoba setia dengan kekasihnya itu. Cinta mereka begitu kuat dan saling menaruh rasa percaya terhadap satu sama lain.“Sayang, kamu mau makan apa nanti? Kalau aku ada waktu kita keluar yuk. Sekalian temani Kak Revan dan Diand