Usai menyumbangkan suara emasnya mereka pun tersenyum seraya mengagumi sambutan dari para penggemar. Seketika mereka menjadi pusat perhatian dan di iringi dengan tepuk tangan yang meriah. Mereka melangkah mengarungi lemparan bunga sebagai sambutan meriah dari penggemar. Inikah yang namanya mendadak selebritis? Entahlah, yang pasti Diandra merasa sangat bahagia malam itu. Meksipun Revan masih saja dingin kepadanya. Setelah memastikan Diandra dan Revan pulang. Archand pun meminta dirinya untuk mempersembahkan sebuah lagu untuk gadis pujaannya.
Archand duduk di depan mic dan mengikuti iringan musik yang mengalun merdu. Saat Archand mulai menyanyikan lagu, gadis itu mulai terpana saat mendengar suara merdu pria pujaannya itu. Florensia tersenyum, karena lagu itu adalah lagu favoritnya yang sengaja di nyanyikan Archand khusus untuknya. Florensia menopang dagunya di atas meja, dia sangat fokus menghayati lagu yang di nyanyikan Archand untuknya, sehingga sebuah senyuman telah mengem
Gadis itu tersenyum saat mendengar ucapan Archand. Menurutnya Archand lebih dewasa darinya, jarang sekali dia menemukan pria sepintar dan sebaik Archand, karena apa yang Archand katanya saat itu memang benar adanya, mereka selalu di tinggal oleh orang tua karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan mereka untuk merelakan waktu bersama keluarga tercinta. Mereka melakukan semua itu demi masa depan anak-anaknya. “Kamu benar, Archand. Apalagi kedua orang tua kita merupakan tipe orang yang mandiri. Mereka tak ingin menikmati kekayaan orang tua mereka. Contohnya saja mama, meskipun terkenal dengan kekayaannya. Tetapj, dia tetap memilih hidup sederhana dan bekerja keras. Aku kagum sama mereka, karena secara tidak langsung mereka telah mengajarkan bahwa harta bukanlah segalanya.” jelas Florensia. “Sesungguhnya kemewahan bukanlah jaminan untuk kita bahagia, tapi cinta dari seseorang terdekat jauh lebih berharga dan tak ada tandingannya. Contohnya saja ketika kita memiliki sau
Revan begegas menuju dapur untuk sarapan bersama kedua orang tua dan adik kandungnya. Pria itu sudah berpakaian rapi untuk berangkat ke kantor, dengan tatapan bingung sang papa bertanya kepadanya? Apakah dia benar-benar ingin pergi ke kantor setelah resmi bertunangan dengan Diandra. Bukankah seharusnya dia harus libur bekerja saat itu dan harus menyiapkan pernikahannya.“Pagi, Ma, Pa.” sapa Revan kepada kedua orang tuanya.Pria itu melahap roti yang sudah terhidang rapi di atas meja, dan meminum segelas susu yang sudah di siapkan sang mama sejak tadi. Sementara Archand menatap heran kepada sang kakak yang terlihat sangat rapi saat itu. Apakan Revan benar-benar memutuskan untuk tetap bekerja dan melupakan tentang pernikahannya.“Selamat lagi, Revan. Duduk, Nak.” sahut Renata.“Rapi banget sih, Kak. Mau kemana?” tanya Archand.“Ya mau ke kantor lah, kemana lagi?” Revan kembali melontarkan pe
Mereka bersama dalam satu mobil, suasana begitu hening saat mereka tak saling bicara.Hal itu membuat Diandra semakin canggung dengan keberadaan Revan di sampingnya, pria itu begitu dingin kepadanya, tiada satu kata yang keluar dari bibirnya. Diandra memutuskan untuk menyibukkan dirinya dengan ponsel saja. Siapa tahu kali ini ada berita yang lebih menarik di ponselnya. Gadis itu tak menghiraukan keberadaan calon suaminya yang duduk di sebelahnya, karena percuma saja dia memulai pembicaraan lebih dulu. Ujung-ujungnya pasti pertanyaannya tak di tanggapi oleh Revan. “Diandra!” panggil Revan dengan penekanan. “A–ada apa, Pak?” tanya Diandra gugup. “Jangan panggil aku dengan sebutan “pak” karena kita sedang berada di luar kantor. Panggil aku Revan saja! Mengerti?” jelas Revan. “Me–mengerti, Revan.” sahut Diandra gugup. “Bagus!” sahut Revan. “Sebenarnya apa tujuan kamu menikah denganku?” tanya Revan tiba-tiba. Membuat jantung Diandra berdegup den
Pria itu sangat jengkel dengan jawaban gadis yang berada di hadapannya itu. Revan berharap Diandra menanyakan sesuatu terhadapnya. Namun, ternyata Diandra memilih untuk menghentikan pertanyaannya. Percuma saya Diandra terus melontarkan pertanyaan kepada calon suaminya itu, karena jawabannya selalu saja sama. Singkat, padat, dan jelas. “Ada apa denganmu?” tanya Revan mengeryitkan alisnya. “Ada apa denganku? Aku tidak apa-apa, Revan.” sahut Diandra. “Yakin tidak ada yang mau di tanyakan lagi?” tanya Revan dengan nada berat. Gadis itu hanya menggeleng dan tersenyum. Revan menghela nafas kasar, pria itu beranjak dari duduknya dan mengembalikan buku yang telah dia baca tadi. Setelah meletakkan buku tersebut kembali ke tempatnya. Revan menarik pergelangan tangan Diandra hingga membawa mereka ke mobil. Hujan sudah reda, mentari sudah mulai menampakkan sinarnya. Saat itu Revan melanjutkan perjalanan yang sempat terhenti karena turunnya hujan. Diandra me
Cuaca tampak cerah saat itu secerah hati mereka saat melihat senyuman anak-anak panti asuhan yang sedang memeluk mereka dengan penuh kehangatan. Perasaannya seketika menjadi tenang saat menyaksikan senyuman mereka kala itu. Air matanya lolos begitu saja menghujani pipinya. Selama ini Florensia tidak pernah tahu bahwa ada seseorang yang hidupnya tak seberuntung dirinya. Gadis itu berusaha menyeka air matanya, agar tak jatuh membasahi pipi. Florensia merasa malu dengan dirinya sendiri, karena selama ini tidak pernah menoleh kepada mereka yang membutuhkan uluran tangannya.Archand semakin kagum dengan kelembutan hati gadis itu, selama ini dia selalu peduli dengan sesama, meskipun terlahir dari keluarga kaya raya. Namun, gadis itu tetap mencintai sebuah kesederhanaan. Dia selalu menghargai seseorang, tak peduli siapapun orang itu.“Flo, kita pulang yuk!” ajak Archand yang merangkul pundaknya.“Jangan sekarang dong, lagi asik main sama anak-an
Renata sedang asik berdiskusi dengan calon besan yaitu; Anantasya. Mereka sedang asik membahas rencana pernikahan anak-anak mereka. Mereka mencoba untuk menemukan tanggal bagus untuk melaksanakan pernikahan. Tentunya dengan persiapan yang mewah dan glamour, untuk anak sulungnya. Diandra dan Revan merupakan anak pertama, tentunya mereka sangat menginginkan pernikahan yang mewah untuk anak mereka.Beberapa menit kemudian, mereka melihat kehadiran putra putri mereka di ambang pintu. Diandra dan Revan baru saja memasuki pintu masuk, sementara Florensia dan Archand baru keluar dari mobil. Melihat keberadaan Renata, gadis yang bernama Florensia bergegas masuk ke dalam mobil dan langsung mengaliri Renata. Florensia menjatuhkan tubuhnya tepat di sebelah Renata, dan tak lupa dia mencium punggung tangan wanita paruh baya itu. Sama seperti apa yang di lakukan oleh kakaknya.“Selamat sore, Tante.” sapa Florensia yang duduk di sampingnya.“Sore, eh Florensi
Cuaca sangat cerah pada sore itu, meskipun mentari mulai bersembunyi di balik awan. Kedua insan tersebut sibuk menghabiskan waktu berdua, kata-kata demi kata telah terucap dan mampu membuat mereka menghabiskan waktu berjam-jam. Mereka tak lagi menghiraukan apa yang telah keluarga mereka bicarakan mengenai pernikahan Diandra dan Revan. Mereka memutuskan ingin fokus kepada masa depan, terutama untuk karir yang sedang mereka jalani. Florensia fokus kepada perusahaannya, sedangkan Archand fokus dengan cafe dan resto pribadinya. Mereka tampak serius dalam membicarakan masa depan mereka. Mereka memilih untuk tak membicarakan perihal jodoh untuk sementara waktu.Archand dan Florensia berjalan mengelilingi alam sekitar, mereka kagum akan pesona alam, yang saling melengkapi. Bagaikan deaduna hijau yang menghiasi bumi yang luas, sungguh asri sejauh mata memandang. Florensia berdiri di bawah pohon rindang dan menghirup aroma bunga yang sedang bermekaran menghiasi pemandngan sekitar. Sem
Setelah bersiap-siap Florensia dan Diandra keluar bersamaan di dalam kamar. Sontak membuat sang mama terkejut ketika melihat dua anak gadisnya tampil lebih cantik dan berbeda dari biasanya. Sang mama memandang kagum pada kedua putrinya itu.Terutama Florensia, gadis tomboy yang suka jarang mendadani wajahnya. Namun, kali ini gadis berparas cantik itu tampil berbeda dari biasanya. Penampilannya jauh lebih feminim dari biasanya. Gadis itu mendadak bergaya seperti kakaknya yang selalu tampil feminim. Gadis itu terlihat cantik dengan gaun mewahnya yang berwarna senada dengan pita di rambutnya. Bukan hanya sang mama, tapi Diandra juga kaget melihat sang adik yang tampil lebih berbeda dari biasanya.“Mama!”Florensia yang berusaha mengoreksi penampilannya sendiri. Mungkin saja ada yang salah dengan penampilannya sehingga membuta pusat perhatian kedua anggota keluarganya itu. Namun, Florensia tak menemukan keanehan dalam dirinya. Gadis itu b
Gadis itu memukul lengan Archand dengan penuh amarah, sementara Archand hanya tertawa melihat tingkahnya yang lucu. Archand berusaha menggenggam pengelangan tangan gadis itu agar menghentikan pukulannya. Akhirnya, gadis itu pun kelelahan dan menghentikan pukulannya, menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi. “Nah, capek juga kan?” tanya Archand tersenyum. “Diam ah, habisnya kamu sih, nyebelin!” tegas Florensia. “Eh, jangan bilang nyebelin terus dong, nyebelin tapi bikin kangen kan? Ayo ngaku! Pasti kamu selalu kangen sama minta ketemuan terus sama aku.” gumam Archand dengan penuh percaya diri. Pria itu menopang dagunya di atas meja dan sibuk menggoda gadis yang kini tengah menyapa sinis kepadanya. Dia tak bosan-bosan menggoda gadis itu. “Apa? Kangen kamu bilang? Ogah!” tukas Florensia yang memeletkan lidahnya, gadis itu tak hentinya bersikap emosi ketika berada di samping Archand. “Jangan bilang ogah terus dong, sesekali bilang iya gitu!” titah Archand.
“Berawal dari kebencian, perlahan hati itu luluh dengan sendirinya. Ketika pertama kali melihatnya bersikap dingin kepadaku, dikarenakan kesalahan masa lalu. Aku pernah mengabaikannya, perlahan aku membopongnya saat tubuhnya hampir sampai di sebuah aspal. Tanpa sengaja aku menatap kedua pupil matanya, dan kulihat ada seberkas cahaya cinta yang masih menyala untukku. Kamu 'tak sendiri masih ada aku yang juga mencintaimu dan akan melabuhkan hati dalam dermaga cintamu.” _Archand Aldhinara Syahdana_ *** Akhirnya momen yang mereka tunggu telah tiba juga, di mana Archand akan memperistri kekasihnya dan siap menjadi suami yang baik untuknya. Tiada keraguan untuk terus melanjutkan kisah asmara yang awalnya menjadi musuh hingga kini menjadi teman hidup. Archand tersenyum saat menantikan kehadiran calon istrinya agar segera hadir dan duduk di sampingnya, karena sebentar lagi ijab kabul akan di mulai. Berawal dari seorang penggemar beratnya, kini gadis itu telah menjadi tem
Malam itu menjadi saksi kebahagiaan mereka di mana mereka sedang menyaksikan percikan kembang api yang menghiasi langit nan kelam. Gadis itu tersenyum bahagia saat menyaksikan momen tersebut, di temani semilir angin yang berhembus meniup anak rambutnya. Gadis itu tampak cantik dengan gaun yang dia pakai, membuat Archand terpesona. Pria itu memeluk kekaishnya dengan erat, dan membisikkan kata-kata romantis. Seketika Florensia tersenyum saat mendengarkan pujian dari tunangannya itu. Dia semakin larut dalam indahnya cinta yang telah di persembahkan oleh kekasihnya, gadis itu tak lelah untuk terus menyampaikan percikan kembang api yang menghiasi langit malam saat itu. Florensia duduk dan menyenderkan kepadanya ke pundak tunangannya itu. Rasanya sangat nyaman apabila berada dalam pelukan seseorang yang di cintainya. “Aku nyaman ketika berada dalam pelukanmu, terima kasih ya Allah. Engkau telah memberikan malaikat terindah untukku. Aku berharap cinta ini akan a
Archand menggandeng tangan Florensia dengan penuh kehangatan, dia menuntun kekasihnya hingga sampai ke atas pentas. Saat itu Arhcand mempersembahkan sebuah lagu untuknya. Hal tersebut membuat kekasihnya sangat bahagia, gadis itu menikmati alunan lagu dengan irama yang mengalun merdu. Dia mengikuti lirik lagu yang di nyanyikan oleh kekasihnya, perlahan gadis itu larut dalam iringan lembut irama.“Mereka sangat cocok sekali.” ucap Diandra yang tersenyum melihat sang adik sedang berduet dengan kekasihnya itu. Diandra larut dalam momen romantis itu, dia menyenderkan tubuhnya ke pundak sang suami. “Iya, Sayang. Mereka sangat cocok seperti pasangan Cinderella.” sahut Revan yang membenarkan perkataan istrinya. “Sayang, aku sangat berterima kasih kepadamu, karena sudah memberikan aku keturunan, semoga anak kita selalu dalam keadaan sehat ya, Sayang. Jangan kandunganmu baik-baik.” titah suaminya. “Sama-sama, Sayang. Kita akan merawatnya bersama ya, rasanya gak
Malam telah tiba, mereka sedang asik mendengarkan alunan musik yang mengalun merdu di telinga, di tambah lagi dengan iringan suara dari seorang vokalis. Diandra menikmati setiap alunan musik yang terdengar merdu di telinganya menambah kesan romantis saat sedang berduaan dengan suaminya. Mereka masih menunggu kehadiran keluarganya, meski mereka memesan meja terpisah. Archand dan Florensia sengaja mengambil meja yang paling pojok agar tak ada seseorang yang akan mengganggu kebersamaan mereka kala itu. Satya hanya memantau dan ikut bergabung bersama keluarga besar Aldhinara. Termasuk kedua orang tuanya. Satya terus menatap tajam kepada Florensia. Pria itu masih susah untuk melupakan gadis incarannya, di sisi lain Satya mencoba melupakan gadis itu karena dia sadar, hubungannya dengan Florensia hanya sebatas teman dia tak mungkin menyakiti sepupunya sendiri. Apalagi mereka telah bersahabat sejak remaja. Tak mungkin Satya tega menikung sahabatnya sendiri. “Ya A
Saat itu jam menunjukkan pukul sembilan pagi, di mana kedua pasangan pengantin tesebut masih betah di dalam kamar. Diandra memandang wajah suaminya dan membalas tatapan lembut wajahnya. Diandra mengagumi ketampanan suaminya itu, wanita itu memeluk erat suaminya untuk mendapatkan kehangatan setelah pagi datang membawa kesejukan.Revan menyadari ada seseorang yang sedang memeluk tubuhnya dengan erat. Pria itu membalikkan tubuhnya dan memeluk tubuh istrinya dengan erat pula. Tak lupa dia mencium kening sang istri. Pria itu tampak bahagia ketika mendapati keberadaan wanita yang sudah sah menjadi miliknya. Saat Diandra ingin mencium suaminya tiba-tiba saja Diandra mual-mual. Wanita itu segera melepaskan pelukan suaminya dan berlari menuju kamar mandi. Hal tersebut membuat Revan bertanya-tanya apakah pertempuran tadi malam telah berhasil? Revan berharap jika istrinya benar-benar hamil. Revan tak sabar untuk segera memiliki momongan.“Kenapa Diandra? Apakah kita s
Akhirnya momen yang yang di tunggu telah tiba, di mana Diandra dan Revan akan melaksanakan ijab kabul. Diandra duduk di meja rias dan menatap wajahnya yang sudah di oles dengan riasan make up. Gadis itu tampak cantik dengan balutan busananya. Kebahagiaan terpancar jelas di wajahnya, jantungnya berdegup cepat saat menyadari momen yang selama ini dia nantikan akhirnya tiba juga. Diandra tersenyum dengan pantulan wajahnya sendiri. Dia mengatakan bahwa dirinya sangat bahagia pada hari itu.“Kak, calon suaminya sudah menunggu di depan. Ayo kita susul dia sekarang!” Florensia sudah berdiri di ambang pintu untuk menjemput sang kakak. Sejenak Dinadra terpana saat melihat penampilan sang adik yang terlihat lebih cantik dari dirinya. Diandra mengangguk dan menuruti perkataan sang adik. Diandra menggenggam tangan Florensia dengan erat dan mengikuti langkah sang adik untuk menuruni anak tangga yang akan membawa mereka ke lantai bawah. Florensia menuntun sang kakak dengan
“Archand!” teriak Florensia. “Apa Sayangku? Kalau kangen gak usah teriak-teriak begitu dong, malu di dengarkan mama. Kalau kamu pengen bareng sama aku, yuk! Kita nikah!” ajak Archand yang memengang kue tart dan lagi dia menempelkan krim itu ke wajah mulus milik kekasihnya. Archand berlari kecil seraya tertawa ketika melihat wajah kekasihnya yang terlihat salah tingkah.“Cie-cie.” sorak Diandra, Renata dan Revan serempak. Mereka menyaksikan dua pasangan yang sedang di mabuk asmara itu. Rasanya bahagia ketika melihat keduanya saling mencintai. Revan dan Diandra tak menyangka bahwa adik-adiknya telah tumbuh dewasa dan mampu saling menjaga layaknya pasangan suami istri. Terkadang ada rasa iri saat menyaksikan kebersamaan mereka. Mereka memotong kue tart tersebut dan memberikannya kepada adik-adik mereka. Revan memberikan kue itu kepada Archand adik kandungnya, begitupun juga dengan Diandra. Dia memberikan kue tart itu kepada Florensia, sebagai tanda sa
Sudah tiga hari Florensia terbaring lemah di rumah sakit, kondisinya sudah mulai pulih dan sudah kembali bertenaga. Florensia sudah bertemu dokter dan sudah di perbolehkan untuk pulang ke rumahnya. Saat itu gadis itu sedang menikmati makanan dari kekasihnya, dia mencicipi makanan itu dengan lahap, karena kekasihnya menyuapinya dengan porsi yang pas. Bagaikan pasangan suami–istri. Begitulah romantisnya kisah cinta mereka. Mereka hanya berdua saja di ruangan itu. Sementara Diandra, Revan dan Renata sedang menyiapkan kejutan di rumahnya. Archand mengecup kening kekasihnya itu. Gadis itu terlihat cantik dengan rambutnya yang terikat. Archand merawatnya dengan penuh perhatian, dia gak meninggalkan kekasihnya di saat sakit sekalipun. Dia tetap mencoba setia dengan kekasihnya itu. Cinta mereka begitu kuat dan saling menaruh rasa percaya terhadap satu sama lain.“Sayang, kamu mau makan apa nanti? Kalau aku ada waktu kita keluar yuk. Sekalian temani Kak Revan dan Diand