"Kamu baik-baik aja, Elsa?" tanya Mami pada Elsa, karena melihat kegelisahan di wajah menantunya itu, Maya tidak kuasa untuk menuduh Leon mengatakan yang tidak-tidak pada menantu kesayangannya.
"Aku gak apa kok, Ma." Setelah mengatakan itu, Elsa tersenyum untuk yang terakhir kali sebelum melangkah menjauh menuju kamarnya.
Leon sedang mandi, jadi Elsa buru-buru mengganti pakaiannya di closet dan menyiapkan pakaian baru untuk Leon gunakan. Dan ketika Elsa sedang memilah kaus yang terlipat di lemari, Leon tiba-tiba saja masuk dengan tubuh basah dan handuk yang melilit di pinggangnya.
Elsa terkesiap mundur dan bersandar di tembok sambil memeluk kaus berwarna putih milik Leon. Beberapa detik mata Elsa terfokus pada air yang mengalir pada tubuh kencang dan berotot itu. lalu dalam sekejap wajah Elsa memerah dan dia langsung memejamkan mata dengan erat.
Leon berdiri di hadapan Elsa dengan tatapan jengkel. Dia menutup
Selama satu bulan ini, Leon jarang pulang ke rumah. Beberapa kali dalam seminggu dia akan menginap di apartemennya, saat itu Elsa selalu datang membawa makan malam, namun selama itu tidak pernah terjadi apapun di antara mereka. Elsa tidak lagi diizinkan untuk menginap di sana oleh Mami.Setiapweekend, Elsa bertemu dengan Mama-nya. Yang datang untuk menguras dompet Elsa. Hari Minggu ini Mama tumben membawa Elsa ke salon dan spa untuk mempercantik diri. Elsa masih ingat ketika Mama memarahinya karena pakaian yang Elsa pakai tidak banyak berubah. Elsa tidak bisa menjadi mamanya, mengenakan pakaian ternama dan sepatu tinggi, serta tasbrandedmahal. Elsa bahkan tidak suka mengenakan aksesoris.Namun untuk satu hari di hari Minggu itu Elsa menuruti kemauan Mama dan berdandan seperti yang Mama mau. Mengenakan pakaian, sepatu, dan tas branded mahal, aksesoris berkilauan, juga make up tebal disertai bulu mata yang m
Elsayakin bahwa dirinya sudah bau keringat, namun ketika tiga lelaki itu masuk, aroma parfum mereka mencemari udara di lift itu.Leon berdiri di samping Elsa yang kaku. Sepanjang lift itu bergerak naik, Leon tidak mengatakan apapun dan itu membuat Elsa sangat gugup. Apa topi pink, kupluk hitam, dan masker hitam ini berhasil mengelabui Leon sehingga dia tidak mengenali Elsa?Namun, ketika dua pria berjas di depan melangkah keluar saat lift berhenti di lantai tujuh, Elsa merasakan jantungnya semakin berdetak bertalu-talu. Lalu mesin persegi itu pun menutup dan bergerak lagi ke atas menuju lantai sembilan."Elsa," panggil Leon dengan nada suaranya yang dingin.Elsa langsung memejam, merasakan napasnya nyaris saja berhenti.Elsa pun memberanikan diri mendongakkan kepala dan memperhatikan wajah Leon yang datar sampai lelaki itu menunduk dan balas menatap matanya. "Kak Leon," cicit Elsa.
Kemarahan Leon, adalah yang dipikirkan Elsa sesaat setelah dia berhasil menguasai dirinya lagi. Dia berlari ke arah toilet dan masuk lalu menangis di dalamnya. Elsa tidak tahu kenapa efek yang ditimbulkan dari apa yang dia lihat begitu dahsyat. Yang pasti, ternyata Kak Leon-nya sudah memiliki kekasih dan kekasihnya yang bernama Kanaya itu begitu cantik dan seksi. Ketika Kanaya duduk di pangkuannya, Elsa nyaris berkata lantang bahwa mereka tampak sangat serasi, mengabaikan rasa sakit yang tiba-tiba mencengkram hatinya.Sekarang, Leon pasti marah padanya. Entah kenapa hanya itu yang mampu Elsa pikirkan sekarang. Memang kemarahan Leon tidak pernah berlebihan. Namun mendapati lelaki itu menatapnya dengan tatapan tajam saja sudah membuat Elsa takut, sekalipun Leon tidak mengatakan apa-apa.Elsa berdiri dari tutup toilet yang ia duduki, lalu hendak membuka pintu ketika suara cekikikan cewek terdengar di luar. Elsa pun mengurungkan niatnya dan memi
Suasana di antara mereka seolah kembali seperti semula. Leon ada di rumah, namun selama hampir seharian hanya mendekam di ruang kerjanya. Mami tidak menyadari apapun karena baginya, begitulah Leon. Elsa juga tidak terlalu peduli, walau terkadang dia berpikir Leon masih marah padanya. Maka untuk mengenyahkan semua perasaan tidak enak itu, Elsa menyibukkan diri dengan tugas-tugas sekolah.Jam di dinding hampir menuju angka 12 malam. Biasanya Elsa sudah tidur, dan biasanya juga Leon sudah kembali ke kamar. Namun keduanya masih disibukkan oleh pekerjaan masing-masing.Tepat ketika suara dentingan halus terdengar yang menandakan sudah tengah malam, Elsa berhenti menulis di bukunya. Terdiam sesaat, lalu membaringkan tubuh di atas karpet, di sekitar buku dan kertas yang berserakan.Lalu pemiikiran itu mulai menelusup. Leon sudah punya kekasih. Mungkin hubungan mereka terjalin sebelum Leon menikah. Membuat El
Leon masuk ke kamar ketika Elsa sudah terlelap dalam tidurnya. Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, Leon menyusup ke dalam selimut, berbaring miring menghadap istrinya. Leon menatap wajah damai Elsa. Bulu matanya masih basah, pipinya menyisakan jejak-jejak air mata kering. Leon tidak kuasa menahan tangan untuk tidak menyentuh Elsa. Dia mengusap sisi kepala perempuan itu, lalu membungkuk untuk mencium keningnya. Kemudian, dengan sangat perlahan, Leon melepaskan guling dari pelukan Elsa, yang kemudian digantikan oleh dirinya.Leon menyadari sesuatu. Bahwa sekeras apapun dia mencoba untuk melawan, perasaan asing ini terasa begitu kuat. Terlepas dari kondisi hubungan mereka yang sebenarnya, Leon hanya ingin memeluk Elsa sampai tertidur.Dan Leon nyaris saja mendapatkan apa yang dia inginkan jika saja Elsa tidak melenguh dan bergarak di dalam pelukannya. Leon kembali membuka mata dan menunduk memandang Elsa yang mengernyit ti
Hari ini Elsa mengikuti pelajaran olahraga berenang, yang kemudian dilanjutkan dengan ulangan harian dari dua mata pelajaran, Matematika dan Sejarah. Semalaman Elsa begadang untuk belajar, lalu dilanjutkan dengan aktifitas melelahkan bersama suaminya. Wajar jika saat ini wajah Elsa tampak pucat. Apalagi ditambah dengan rasa nyeri familiar di perutnya yang biasa ia rasakan selama satu bulan sekali, namun kali ini Elsa sudah telat dua minggu tidak merasakannya.Sepulang sekolah Elsa berbaring di ranjang sambil memeluk perutnya yang terasa semakin sakit. Hari ini Leon tidak datang menjemputnya, Elsa pulang dengan taksi. Rumah pun terasa sangat sepi sebab Mami pergi ke bandara, menjemput Papa mertua Elsa.Rasa sakit itu semakin tidak tertahankan. Elsa bahkan baru pertama kali merasa sesakit ini. mungkin karena dia sudah telat menstruasai selama dua minggu, makanya perutnya menjadi bermasalah. Semoga saja bukan sesuatu yang serius.
Pergi ke sekolah setiap pagi terasa semakin sulit saja. Di sekolah pun, keadaannya tidak menjadi lebih baik. Teman-teman masih mengucilkan keberadaan Elsa. Elsa masih dijadikan tukang suruh-suruh, seperti pergi ke kantin atau mengerjakan tugas. Hari ini tidak ada yang beda. Elsa baru saja selesai menyalin tugas untuk teman-temannya, lalu pergi ke kantin yang ramai untuk membelikan mereka makanan yang mereka inginkan.Elsa merasakan setiap persendian di tubuhnya berteriak sakit. Pada istirahat kedua, Elsa berjalan gontai menuju UKS. Ketika sampai di depan pintu UKS, Elsa merasakan tubuhnya limbung dan dia pun jatuh pingsan.Ketika terbangun, Elsa sudah berada di atas tempat tidur UKS. Dia terbangun bukan karena keinginannya, namun karena rasa mual yang lagi-lagi melanda perutnya, Elsa sudah memuntahkan semua sarapannya pagi tadi di toilet sekolah. Sehingga sekarang, perut Elsa benar-benar kosong sehingga hanya air saja. Elsa memunta
Jika memikirkan tentang masa depan, Elsa hanya melihat kegelapan.Dia tidak bisa menemukan titik cerah dari masa depannya setelah tahu bahwa dirinya hamil. Mama pasti marah. Dan mami mertua pasti akan kecewa. Lalu sekolahnya. Bagaimana dia bisa melanjutkan sekolah setelah hari ini?Elsa tidak siap pada penghakiman orang-orang jika mereka tahu bahwa dirinya hamil pada usia yang masih sangat belia. Belum lagi menghadapi peritah Mama-nya. Mama tidak akan senang jika tahu Elsa hamil. Karena Elsa harus lulus sekolah, menjadi perempuan cerdas, dan belajar bisnis. Tapi sekarang, Elsa tidak tahu bagaimana harus melakukannya.Lebih dari semua itu, Elsa merasa ketakutan, sebab dirinya tidak siap untuk menjadi seorang ibu.Bahkan mengurus diri sendiri saja terkadang dia tidak becus. Bagaimana dia bisa mengurus anak?Elsa tidak mau sang calon anaknya nanti berakhir menjadi seperti dirinya. Elsa membayangka
Ketika menginjak usia tahun pertamanya, Samudera sudah bisa berjalan dan menyebut Leon maupun Elsa sebagai Mama Papa, walau pelafalannya masih tidak terlalu jelas.Mereka juga sudah tidak lagi tinggal di apartemen. Leon membeli sebuah rumah sederhana yang memiliki halaman sangat luas, di depan maupun belakang.Elsa juga melakukanhomeschoolinguntuk mengejar ketinggalannya, sedang saat itu, Samudera akan diasuh oleh Leon atau Mami di ruangan yang berbeda. Di hari-hari libur, Elsa biasanya akan berkebun, menanam berbagai jenis tumbuhan dan bunga di pekarangannya.Seperti hari ini, Elsa tengah sibuk mencampur tanah dengan pupuk untuk bunga lili yang baru saja ia beli. Samudera duduk di sampingnya, membantu Elsa, mencontoh setiap gerakan yang Elsa lakukan. Namun, yang Samudera lakukan justru hanya membuat Elsa tertawa.Sementara itu, Elsa sama sekali tidak menyadari kedatangan Leon di belakangn
Dulu, Elsa pikir melahirkan itu akan sangat menyakitkan dan menjadi ibu pasti akan sangat melelahkan. Namun, setelah memegang Samudera di dalam gendongan tangannya, semua rasa takut Elsa itu hilang.Kini hanya ada kebahagiaan.Samudera Fernandez, seolah menjadi mentari di dunia Elsa yang selalu redup. Bahkan hanya dengan menatap sang putra tertidur saja, dada Elsa bisa langsung membuncah oleh bahagia. Dia tidak bisa meninggalkan Samudera barang sedikitpun.Bahkan hanya untuk makan dan mandi, Elsa menjadi lupa, jika saja Leon tidak ada. Maka di sini, Leon secara tidak langsung mengurus dua bayi sekaligus.Kejadian yang menimpa Elsa sebelumnya membuat Elsa menjadi lebih berhati-hati. Dia membaca banyak sekali buku tentangparentingkarena dalam hal ini, baik Elsa maupun Leon sama-sama tidak berpengalaman dalam mengurus anak, terutama Elsa.Kini usia Samudera sudah menginjak ang
Kelopak mata gadis yang tengah berbaring di bangkar rumah sakit itu langsung terbuka. Terik sinar matahari yang masuk melalui jendela membuatnya mengernyit. Saat itulah hantaman rasa sakit di kepalanya terasa.Elsa meringis, refleks memegangi kepalanya sambil mencoba bangkit, gerak impulsifnya yang biasa setiap kali bangun tidur adalah pasti memegangi perutnya terlebih dahulu agar tidak tertindih ketika ia mencoba bangkit duduk.Namun ada yang aneh. Terasa sangat-sangat aneh! Pertama-tama, Elsa melirik sebelah tangannya yang dimana di sana tertancap jarum infus yang ditutup oleh plaster putih kecil, lalu mata Elsa beralih pada perutnya yang rata.Dia terdiam untuk beberapa saat, mencoba untuk mengumpulkan semua kesadarannya dan mencerna apa yang tengah terjadi pada dirinya sendiri.Elsa mengingat tentang api... dan asap yang membumbung tinggi. Udara yang seharusnya lembab sehabis hujan menjadi panas membara. D
Leon memperhatikan bangunan villa itu untuk beberapa saat yang gerbangnya langsung terbuka ketika mobil Leon mendekat. Ini sudah malam dan badai terjadi dengan begitu lebat. Petir dan gemuruh di langit saling bersahutan.Leon mengambil ponselnya dan menghubungi salah satu bawahannya yang tengah menyusul di belakang. Leon tahu dia seharusnya tidak datang sendiri, namun ketika mengetahui keberadaan Elsa setelah melacak ponsel Diandra, Leon tidak membuang sedetikpun waktu untuk segera datang kemari.Sebuah mobil terparkir di halaman villa tersebut, yang tampak kurang terurus. Lalu beberapa saat setelah mesin mobil Leon mati, gerbang kembali terbuka dan sebuah mobil lainnya masuk. Awalnya Leon mengira bahwa itu adalah anak buahnya. Namun ketika mobil tersebut berhenti di depan teras, seorang pria keluar dengan membawa tas yang cukup besar di tangannya. Keberadaan mobil Leon di sana sama sekali tidak dicurigainya.Leon membuka sab
"Mama, kita mau kemana?" tanya Elsa, duduk di bangku penumpang mobil yang dikendarai Diandra.Elsa sudah berulang kali bertanya, namun Diandra terus menjawab dengan jawaban yang sama."Kita pergi refreshing."Perasaan Elsa menjadi tidak karuan. Alarm di dalam dirinya menyala, memperingatkan Elsa bahwa ini bukanlah hal yang baik. Dia duduk di dalam mobil itu dengan penuh antisipasi. Melingkarkan tangan di perutnya sebagai bentuk penjagaan.Ini semua berawal dari Elsa yang lupa mengirimkan uang, sehingga Mama meminta bertemu, namun Elsa tolak berulang kali.Beberapa saat setelah kepergian Leon ke supermarket tadi, Mama tiba-tiba saja datang dan mengajak Elsa untuk keluar. Tentu saja Elsa menolak, namun Diandra memaksanya dan bahkan nyaris menyeretnya keluar.Sampai di sinilah Elsa sekarang.Jalanan yang mereka lewati semakin lenggang. Yang awalnya masih di jalan ra
Di kehamilan Elsa yang sudah memasuki bulan ke delapan, Leon semakin protektif padanya. Elsa jadi sangat jarang sekali keluar rumah, jika bukan ditemani oleh Leon atau Mami mertua.Well, sebenarnya Elsa merasa tidak masalah, sejak dulu dunia luar memang bukan tujuannya. Elsa lebih suka berdiam diri di rumah membaca buku.Namun, akan ada hari di mana Leon malah yang memaksanya untuk keluar. Kata suaminya itu, Elsa butuh lebih banyak bergerak dan sinar matahari. Jadi Leon mengajaknya naik ke rooftop melewati tangga dan bersantai di atas sana.Menurut pemeriksaan dokter Sifa, kandungan Elsa baik-baik saja dan sangat sehat. Elsa juga selalu menerima foto hasil USG yang menampilkan sosok bayi kecilnya di dalam sana. Sampai saat ini, masih sulit bagi Elsa mempercayai bahwa ada nyawa lain di dalam dirinya yang tengah tumbuh berkembang. Sebentar lagi dia akan menjadi seorang ibu. Akan selalu ada rasa ngeri setiap memikirkannya, namun k
Elsa terbangun dari tidur nyenyaknya oleh suara deringan dan getaran ponsel yang ia letakkan di atas nakas. Elsa menggeliatkan tubuhnya yang terasa pegal-pegal, lalu membuka mata perlahan. Masih sambil mengantuk, Elsa mengambil benda itu dan tanpa melihat nama si pemanggil, dia memencet tombol jawab."Halo?"Terdengar suara helaan napas berat di ujung sana. "Apa aku membangunkanmu?"Elsa membuka lebar matanya dan melihat nama si pemanggil. Saat itu juga pipinya langsung bersemu merah."Kak Leon...""Ini sudah waktunya makan siang, kamu belum makan apapun semenjak kemarin malam, sebaiknya kamu bangun dan datanglah ke sini. Kita akan makan siang bersama.""Hm..." jawab Elsa, lalu menguap setelahnya.Leon terkekeh. "Baiklah, akan kutunggu."Setelah sambungan telepon itu terputus, Elsa beringsut bangkit dari kasur lalu bersiap-siap untuk berangkat.
"Pak Leon, bagaimana menurut Anda pesta malam ini?" tanya seorang wanita berparas cantik itu pada Leon."Hm," jawab Leon singkat."Ck, kamu ini... masih saja sedingin itu," gerutunya."Haha... tentu saja Delia, apa lagi sekarang pak Leon sudah punya istri." Pria paruh baya di hadapan Leon berbicara, disusul dengan kekehannya."Apa?! Kamu sudah menikah, Leon? Seriusan?""Dan kudengar, istri pak Leon lagi hamil."Wanita bernama Delia itu menatap tidak percaya, lalu menjauh dari Leon. Tangannya yang semula merangkul pria itu langsung terlepas dan kembali ke sisi ayahnya. "Maafkan aku," katanya canggung.Leon tersenyum memakluminya.Lalu obrolan tersebut dilanjutkan dengan pembahasan bisnis. Beruntung malam ini Leon membawa serta Elsa, kalau tidak, Mahardika Adidya di hadapan saat ini pasti sudah menjodoh-jodohkannya dengan anaknya, Deliana Mahardika.
"Sudah siap?" tanya Leon, menyentuh bahu Elsa yang terbuka oleh dress selutut tanpa lengan yang perempuan itu kenakan. Tatapan Leon mengunci mata Elsa di cermin. Elsa tampak anggun dengan balutan dress berwarna biru itu. Rambut panjangnya tergerai indah di punggung. Wajahnya dipolesi riasan make up tipis, serta stileto tinggi berwarna hitam yang semakin memesona tampilannya.Elsa sudah siap untuk menghadiri pesta itu.Pesta yang tiga hari lalu Leon beritahukan padanya."Kamu gugup," kata Leon.Elsa mengangguk tanpa ragu."Kenapa?""Kak Leon kan bilang, bahwa seharusnya hubungan kita ini dirahasiakan, tapi kenapa sekarang kita harus menghadiri pesta ini di mana semua kolega dan teman-teman kak Leon bisa melihat aku. Mereka mungkin akan langsung tahu bahwa aku istri kak Leon." Elsa mengungkapkan perasaannya dengan resah.