Elsa tidak mengerti kenapa dia begitu gugup dan tegang, perasaan seperti ini tidak pernah disukainya. Namun ketika knop pintu diputar dan Leon muncul, jantung Elsa berdebar, berdebar dengan sangat menyenangkan, penuh antisipasi, gugup, dan ketegangan yang tinggi. Elsa berharap dia bisa bersikap dengan tenang, merespon dengan normal, setiap kali berhadapan dengan Leon. Akan tetapi, sepertinya itu sangat mustahil dilakukan. Terlebih dengan cara lelaki itu menatapnya saat ini.
Elsa merunduk. Apa Leon akan benar-benar memarahinya? Dia sudah menunggu setidaknya selama lima belas menit yang terasa berjam-jam sampai Leon dan teman wanitanya selesai dengan acara makan malam mereka, padahal Elsa sendiri juga belum memakan apapun semenjak siang tadi. Di
Elsa terbangun merasakan pegal di sekujur tubuhnya, namun juga ringan di dadanya. Dia membuka mata, menatap langit-langit kamar dalam diam. Ketika berhasil meraih semua kesadarannya, ingatan mengenai kejadian semalam membuat darahnya mendidih dan naik ke wajah. Elsa mencengkram selimut semakin erat dan menaikkannya ke dagu, menggigit bibir ketika setiap momen itu berputar di kepalanya bagai sebuah film.Dia tidak percaya bahwa dirinya sudah tidak lagi perawan. Sudah bukan lagi seorang gadis. Di usia 16 tahun, ya tuhan, apa yang dirinya pikirkan?!Elsa memikirkan bagaimana semalam Leon menyentuhnya, menyebar gelenyar pana
Elsa memilih untuk kembali ke apartemen Leon, beruntung kemarin Mami sudah memberitahunya kata sandi unit tersebut, karena Elsa tidak akan siap jika harus pulang ke rumah dengan keadaan dan perasaan kacau seperti ini. Dia selalu bisa bersembunyi dari Leon, lagipula Leon juga tidak akan peduli pada apapun yang terjadi pada Elsa. Namun Mami pasti akan tahu, beliau pasti akan bertanya, sedangkan Elsa tidak sedikitpun ingin menjawab dan mengatakan yang sebenarnya.Jadi sekarang, setelah berdiam diri cukup lama dalam lamunan, Elsa mengumpulkan bahan-bahan makanan di dapur untuk ia masak sebagai makan malam Leon nanti. Elsa tidak lapar, dia
"Maaf," panik Elsa, segera meraih tisu di atas meja dan secara naluriah tangan Elsa bergerak untuk mengelap celana Leon yang basah, tapi bukannya membantu, bekasnya malah semakin melebar. Elsa merutuk dirinya sendiri karena tidak bisa fokus dan tubuhnya terasa seperti tersengat listrik ketika merasakan tangan Leon di pahanya, atau itu cuma khayalan Elsa saja? Tapi yang pasti, air yang tumpah dari teko itu tidak sedikit, nyaris membasahi setengah celana bahan yang dikenakan Leon.Leon mengerang dalam di tenggorokannya. Merasakan tangan gadis itu membelai pahanya membuat Leon menutup mata merasakan denyut tidak tertahankan yang terasa di
Hari ini, Elsa mendapat teguran dari wali kelasnya karena telah tidak masuk tanpa keterangan kemarin. Sebelumnya Elsa tidak pernah begitu, namun akhir-akhir ini sang wali kelas menyadari banyaknya absensi Elsa di kelas entah karena sakit lah, izin, bahkan alpa juga.Tangan Elsa berkeringat dingin karena cemas ketika dia menunggu jemputan di halte bus. Semua penghuni sekolah sudah pulang dan hanya sisa Elsa seorang diri di sana. Sepi itu memberi Elsa waktu untuk berpikir bahwa sekalipun dia telah menikah, sekolah harus tetap menjadi prioritas atasnya. Mama tidak akan senang jika tahu bahwa hari ini Elsa mendapat teguran. Karena Mama selalu bilang, untuk menguasai seorang laki-laki, perempuan harus memiliki kecerdasan melebihi mereka.Mama pasti mengira bahwa Elsa bisa menguasai Leon karena Elsa memiliki otak yang cerdas. Namun Mama tidak tahu saja, ketika Elsa berhadapan dengan Leon, otak cewek itu seolah melompat keluar dari tempatnya dan me
"Kamu baik-baik aja, Elsa?" tanya Mami pada Elsa, karena melihat kegelisahan di wajah menantunya itu, Maya tidak kuasa untuk menuduh Leon mengatakan yang tidak-tidak pada menantu kesayangannya."Aku gak apa kok, Ma." Setelah mengatakan itu, Elsa tersenyum untuk yang terakhir kali sebelum melangkah menjauh menuju kamarnya.Leon sedang mandi, jadi Elsa buru-buru mengganti pakaiannya di closet dan menyiapkan pakaian baru untuk Leon gunakan. Dan ketika Elsa sedang memilah kaus yang terlipat di lemari, Leon tiba-tiba saja masuk dengan tubuh basah dan handuk yang melilit di pinggangnya.Elsa terkesiap mundur dan bersandar di tembok sambil memeluk kaus berwarna putih milik Leon. Beberapa detik mata Elsa terfokus pada air yang mengalir pada tubuh kencang dan berotot itu. lalu dalam sekejap wajah Elsa memerah dan dia langsung memejamkan mata dengan erat.Leon berdiri di hadapan Elsa dengan tatapan jengkel. Dia menutup
Selama satu bulan ini, Leon jarang pulang ke rumah. Beberapa kali dalam seminggu dia akan menginap di apartemennya, saat itu Elsa selalu datang membawa makan malam, namun selama itu tidak pernah terjadi apapun di antara mereka. Elsa tidak lagi diizinkan untuk menginap di sana oleh Mami.Setiapweekend, Elsa bertemu dengan Mama-nya. Yang datang untuk menguras dompet Elsa. Hari Minggu ini Mama tumben membawa Elsa ke salon dan spa untuk mempercantik diri. Elsa masih ingat ketika Mama memarahinya karena pakaian yang Elsa pakai tidak banyak berubah. Elsa tidak bisa menjadi mamanya, mengenakan pakaian ternama dan sepatu tinggi, serta tasbrandedmahal. Elsa bahkan tidak suka mengenakan aksesoris.Namun untuk satu hari di hari Minggu itu Elsa menuruti kemauan Mama dan berdandan seperti yang Mama mau. Mengenakan pakaian, sepatu, dan tas branded mahal, aksesoris berkilauan, juga make up tebal disertai bulu mata yang m
Elsayakin bahwa dirinya sudah bau keringat, namun ketika tiga lelaki itu masuk, aroma parfum mereka mencemari udara di lift itu.Leon berdiri di samping Elsa yang kaku. Sepanjang lift itu bergerak naik, Leon tidak mengatakan apapun dan itu membuat Elsa sangat gugup. Apa topi pink, kupluk hitam, dan masker hitam ini berhasil mengelabui Leon sehingga dia tidak mengenali Elsa?Namun, ketika dua pria berjas di depan melangkah keluar saat lift berhenti di lantai tujuh, Elsa merasakan jantungnya semakin berdetak bertalu-talu. Lalu mesin persegi itu pun menutup dan bergerak lagi ke atas menuju lantai sembilan."Elsa," panggil Leon dengan nada suaranya yang dingin.Elsa langsung memejam, merasakan napasnya nyaris saja berhenti.Elsa pun memberanikan diri mendongakkan kepala dan memperhatikan wajah Leon yang datar sampai lelaki itu menunduk dan balas menatap matanya. "Kak Leon," cicit Elsa.
Kemarahan Leon, adalah yang dipikirkan Elsa sesaat setelah dia berhasil menguasai dirinya lagi. Dia berlari ke arah toilet dan masuk lalu menangis di dalamnya. Elsa tidak tahu kenapa efek yang ditimbulkan dari apa yang dia lihat begitu dahsyat. Yang pasti, ternyata Kak Leon-nya sudah memiliki kekasih dan kekasihnya yang bernama Kanaya itu begitu cantik dan seksi. Ketika Kanaya duduk di pangkuannya, Elsa nyaris berkata lantang bahwa mereka tampak sangat serasi, mengabaikan rasa sakit yang tiba-tiba mencengkram hatinya.Sekarang, Leon pasti marah padanya. Entah kenapa hanya itu yang mampu Elsa pikirkan sekarang. Memang kemarahan Leon tidak pernah berlebihan. Namun mendapati lelaki itu menatapnya dengan tatapan tajam saja sudah membuat Elsa takut, sekalipun Leon tidak mengatakan apa-apa.Elsa berdiri dari tutup toilet yang ia duduki, lalu hendak membuka pintu ketika suara cekikikan cewek terdengar di luar. Elsa pun mengurungkan niatnya dan memi
Ketika menginjak usia tahun pertamanya, Samudera sudah bisa berjalan dan menyebut Leon maupun Elsa sebagai Mama Papa, walau pelafalannya masih tidak terlalu jelas.Mereka juga sudah tidak lagi tinggal di apartemen. Leon membeli sebuah rumah sederhana yang memiliki halaman sangat luas, di depan maupun belakang.Elsa juga melakukanhomeschoolinguntuk mengejar ketinggalannya, sedang saat itu, Samudera akan diasuh oleh Leon atau Mami di ruangan yang berbeda. Di hari-hari libur, Elsa biasanya akan berkebun, menanam berbagai jenis tumbuhan dan bunga di pekarangannya.Seperti hari ini, Elsa tengah sibuk mencampur tanah dengan pupuk untuk bunga lili yang baru saja ia beli. Samudera duduk di sampingnya, membantu Elsa, mencontoh setiap gerakan yang Elsa lakukan. Namun, yang Samudera lakukan justru hanya membuat Elsa tertawa.Sementara itu, Elsa sama sekali tidak menyadari kedatangan Leon di belakangn
Dulu, Elsa pikir melahirkan itu akan sangat menyakitkan dan menjadi ibu pasti akan sangat melelahkan. Namun, setelah memegang Samudera di dalam gendongan tangannya, semua rasa takut Elsa itu hilang.Kini hanya ada kebahagiaan.Samudera Fernandez, seolah menjadi mentari di dunia Elsa yang selalu redup. Bahkan hanya dengan menatap sang putra tertidur saja, dada Elsa bisa langsung membuncah oleh bahagia. Dia tidak bisa meninggalkan Samudera barang sedikitpun.Bahkan hanya untuk makan dan mandi, Elsa menjadi lupa, jika saja Leon tidak ada. Maka di sini, Leon secara tidak langsung mengurus dua bayi sekaligus.Kejadian yang menimpa Elsa sebelumnya membuat Elsa menjadi lebih berhati-hati. Dia membaca banyak sekali buku tentangparentingkarena dalam hal ini, baik Elsa maupun Leon sama-sama tidak berpengalaman dalam mengurus anak, terutama Elsa.Kini usia Samudera sudah menginjak ang
Kelopak mata gadis yang tengah berbaring di bangkar rumah sakit itu langsung terbuka. Terik sinar matahari yang masuk melalui jendela membuatnya mengernyit. Saat itulah hantaman rasa sakit di kepalanya terasa.Elsa meringis, refleks memegangi kepalanya sambil mencoba bangkit, gerak impulsifnya yang biasa setiap kali bangun tidur adalah pasti memegangi perutnya terlebih dahulu agar tidak tertindih ketika ia mencoba bangkit duduk.Namun ada yang aneh. Terasa sangat-sangat aneh! Pertama-tama, Elsa melirik sebelah tangannya yang dimana di sana tertancap jarum infus yang ditutup oleh plaster putih kecil, lalu mata Elsa beralih pada perutnya yang rata.Dia terdiam untuk beberapa saat, mencoba untuk mengumpulkan semua kesadarannya dan mencerna apa yang tengah terjadi pada dirinya sendiri.Elsa mengingat tentang api... dan asap yang membumbung tinggi. Udara yang seharusnya lembab sehabis hujan menjadi panas membara. D
Leon memperhatikan bangunan villa itu untuk beberapa saat yang gerbangnya langsung terbuka ketika mobil Leon mendekat. Ini sudah malam dan badai terjadi dengan begitu lebat. Petir dan gemuruh di langit saling bersahutan.Leon mengambil ponselnya dan menghubungi salah satu bawahannya yang tengah menyusul di belakang. Leon tahu dia seharusnya tidak datang sendiri, namun ketika mengetahui keberadaan Elsa setelah melacak ponsel Diandra, Leon tidak membuang sedetikpun waktu untuk segera datang kemari.Sebuah mobil terparkir di halaman villa tersebut, yang tampak kurang terurus. Lalu beberapa saat setelah mesin mobil Leon mati, gerbang kembali terbuka dan sebuah mobil lainnya masuk. Awalnya Leon mengira bahwa itu adalah anak buahnya. Namun ketika mobil tersebut berhenti di depan teras, seorang pria keluar dengan membawa tas yang cukup besar di tangannya. Keberadaan mobil Leon di sana sama sekali tidak dicurigainya.Leon membuka sab
"Mama, kita mau kemana?" tanya Elsa, duduk di bangku penumpang mobil yang dikendarai Diandra.Elsa sudah berulang kali bertanya, namun Diandra terus menjawab dengan jawaban yang sama."Kita pergi refreshing."Perasaan Elsa menjadi tidak karuan. Alarm di dalam dirinya menyala, memperingatkan Elsa bahwa ini bukanlah hal yang baik. Dia duduk di dalam mobil itu dengan penuh antisipasi. Melingkarkan tangan di perutnya sebagai bentuk penjagaan.Ini semua berawal dari Elsa yang lupa mengirimkan uang, sehingga Mama meminta bertemu, namun Elsa tolak berulang kali.Beberapa saat setelah kepergian Leon ke supermarket tadi, Mama tiba-tiba saja datang dan mengajak Elsa untuk keluar. Tentu saja Elsa menolak, namun Diandra memaksanya dan bahkan nyaris menyeretnya keluar.Sampai di sinilah Elsa sekarang.Jalanan yang mereka lewati semakin lenggang. Yang awalnya masih di jalan ra
Di kehamilan Elsa yang sudah memasuki bulan ke delapan, Leon semakin protektif padanya. Elsa jadi sangat jarang sekali keluar rumah, jika bukan ditemani oleh Leon atau Mami mertua.Well, sebenarnya Elsa merasa tidak masalah, sejak dulu dunia luar memang bukan tujuannya. Elsa lebih suka berdiam diri di rumah membaca buku.Namun, akan ada hari di mana Leon malah yang memaksanya untuk keluar. Kata suaminya itu, Elsa butuh lebih banyak bergerak dan sinar matahari. Jadi Leon mengajaknya naik ke rooftop melewati tangga dan bersantai di atas sana.Menurut pemeriksaan dokter Sifa, kandungan Elsa baik-baik saja dan sangat sehat. Elsa juga selalu menerima foto hasil USG yang menampilkan sosok bayi kecilnya di dalam sana. Sampai saat ini, masih sulit bagi Elsa mempercayai bahwa ada nyawa lain di dalam dirinya yang tengah tumbuh berkembang. Sebentar lagi dia akan menjadi seorang ibu. Akan selalu ada rasa ngeri setiap memikirkannya, namun k
Elsa terbangun dari tidur nyenyaknya oleh suara deringan dan getaran ponsel yang ia letakkan di atas nakas. Elsa menggeliatkan tubuhnya yang terasa pegal-pegal, lalu membuka mata perlahan. Masih sambil mengantuk, Elsa mengambil benda itu dan tanpa melihat nama si pemanggil, dia memencet tombol jawab."Halo?"Terdengar suara helaan napas berat di ujung sana. "Apa aku membangunkanmu?"Elsa membuka lebar matanya dan melihat nama si pemanggil. Saat itu juga pipinya langsung bersemu merah."Kak Leon...""Ini sudah waktunya makan siang, kamu belum makan apapun semenjak kemarin malam, sebaiknya kamu bangun dan datanglah ke sini. Kita akan makan siang bersama.""Hm..." jawab Elsa, lalu menguap setelahnya.Leon terkekeh. "Baiklah, akan kutunggu."Setelah sambungan telepon itu terputus, Elsa beringsut bangkit dari kasur lalu bersiap-siap untuk berangkat.
"Pak Leon, bagaimana menurut Anda pesta malam ini?" tanya seorang wanita berparas cantik itu pada Leon."Hm," jawab Leon singkat."Ck, kamu ini... masih saja sedingin itu," gerutunya."Haha... tentu saja Delia, apa lagi sekarang pak Leon sudah punya istri." Pria paruh baya di hadapan Leon berbicara, disusul dengan kekehannya."Apa?! Kamu sudah menikah, Leon? Seriusan?""Dan kudengar, istri pak Leon lagi hamil."Wanita bernama Delia itu menatap tidak percaya, lalu menjauh dari Leon. Tangannya yang semula merangkul pria itu langsung terlepas dan kembali ke sisi ayahnya. "Maafkan aku," katanya canggung.Leon tersenyum memakluminya.Lalu obrolan tersebut dilanjutkan dengan pembahasan bisnis. Beruntung malam ini Leon membawa serta Elsa, kalau tidak, Mahardika Adidya di hadapan saat ini pasti sudah menjodoh-jodohkannya dengan anaknya, Deliana Mahardika.
"Sudah siap?" tanya Leon, menyentuh bahu Elsa yang terbuka oleh dress selutut tanpa lengan yang perempuan itu kenakan. Tatapan Leon mengunci mata Elsa di cermin. Elsa tampak anggun dengan balutan dress berwarna biru itu. Rambut panjangnya tergerai indah di punggung. Wajahnya dipolesi riasan make up tipis, serta stileto tinggi berwarna hitam yang semakin memesona tampilannya.Elsa sudah siap untuk menghadiri pesta itu.Pesta yang tiga hari lalu Leon beritahukan padanya."Kamu gugup," kata Leon.Elsa mengangguk tanpa ragu."Kenapa?""Kak Leon kan bilang, bahwa seharusnya hubungan kita ini dirahasiakan, tapi kenapa sekarang kita harus menghadiri pesta ini di mana semua kolega dan teman-teman kak Leon bisa melihat aku. Mereka mungkin akan langsung tahu bahwa aku istri kak Leon." Elsa mengungkapkan perasaannya dengan resah.