Home / Romansa / Little Seducer / The impact of a slap

Share

The impact of a slap

Author: willia ds
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Suasana di kamar itu amat tegang.

Udara melayang membawa kebencian dari pengkhianatan. Paru-paru mereka terasa menciut seiring pernapasan menghirup dan menghepas. Ada rasa sakit disetiap tatapan dalam sunyi.

Tak pernah...

Sedetik juga tak pernah Claire membayangkan dalam pikiran terliarnya bahwa sang sahabat sejati, sahabat sejiwa, orang yang dia kira soulmate-nya akan melakukan hal sedemikian keji.

Bambam mendecih dalam cemooh. Menyadari dirinyalah yang terlampau naif. Percaya bahwa seseorang akan selalu menjaga perasaannya diatas kepentingan orang itu sendiri. Percaya bahwa jiwa lain di luar tubuhnya akan rela berkorban demi dirinya.

Tidak ada yang seperti itu di dunia ini. Yang ada hanya orang yang baik padamu selama kau masih bisa dimanfaatkan. Selama kau masih bisa dipakai untuk kepentingannya. Jika tidak, kau akan dibuang begitu saja. Menjadi sampah tanpa belas kasihan.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Little Seducer   Tricky circumstances

    Alice baru mau mendorong pintu yang setegah terbuka, ketika suara yang begitu familiar menyambangi rungunya."Claire jangan berlebihan! Aku dan kau tidak pernah jadi sesuatu. Aku dan Rosie saling mencintai-"Sontak saja Alice membelalak karenanya. Tanpa sadar dia mengeratkan legangannya pada kenop pintu hingga jemari lentiknya memutih. Jantungnya terasa terjun keluar rongga dada setelah kalimat lain dari dalam kamar Rosie terlontar."Diam! Kau lelaki brengsek! Kau juga tau aku sangat mencintaimu! Tapi kau malah menghamili sahabatku!"Laksana petir menyambarnya di siang bolong, Alice langsung lemas seketika, lututnya mulai gemetar, hatinya tak keruan. Ini pasti cuma mimpi, 'kan? Seseorang tolong katakan ini cuma mimpi saja. Hanya mimpi buruknya.David tidak mungkin menghamili Rosie! Mustahil David dan Rosie...Ah sial! Otak cemerlang Alice yang biasanya begitu tenang, sekarang tidak

  • Little Seducer   He comes again

    "Ayolah, David! Kau 'kan pria baik. Tidak seperti dua mantannya Rosie yang brengse-"David yang tadinya tersenyum langsung membelalak. Claire juga kaget atas kalimat dari mulutnya sendiri. Dia terlalu santai hingga perkataan spontan itu terucap begitu saja tanpa sengaja. Si gadis cantik dan pemuda tinggi kompak menoleh pada Rosie.Wajah pucat Rosie kini muram. Berbeda dengan ekspresinya yang cerah ceria sebelum Claire melempar anak panah beracun dalam bentuk verbal. Hati Rosie langsung nyeri tertancap bilah tajam itu meski tanpa sengaja. Bibirnya bergetar biarpun dia menahan tangisnya. Tak ada air mata, setidaknya belum keluar dari manik hazel itu, namun Claire dan David jelas melihat kesedihan mendalam di mata Rosie.David diam-diam memarahi Claire dengan tatapannya, Claire hanya bisa meringis merasa bersalah. Dia harus lebih berhati-hati menjaga lisan, terutama di depan Rosie. Topik ini adalah hal sensitif bagi Rosie,

  • Little Seducer   Woe

    Ah... udara malam ini begitu dingin.Rosie menyesal tidak membawa jaket ketika Edward menawarkannya sesaat sebelum dia berangkat. Sekarang Rosie harus menggigil menahan udara dingin berhembus di atas kulitnya.Dia mengosok-gosok telapak tangan dengan lengan atasnya untuk meredakan dingin yang menusuk. Nampaknya usahanya gagal karena tubuhnya masih menggigil.Sudah lima belas menit Rosie berdiri di depan rumah Susan, teman satu angkatan yang hari ini berulang tahun. Dia menyesal tidak menerima ajakan David untuk diantar pulang karena merasa David pasti sudah kerepotan mengurus Claire. Si gadis cantik mabuk berat sampai berteriak histeris, David harus segera mengangkut tubuh kurus gadis itu sebelum dia berbuat yang aneh-aneh. Sudah begitu arah rumahnya dan apartemen Claire bertolak belakang, Rosie enggan menyusahkan David. Lagi pula jarak rumahnya dan rumah Susan hanya beberapa menit naik taksi, yang tak kunjung datang, jadi Ros

  • Little Seducer   Sacrifice for Rosie

    Plaak.Pipi Rosie perih akibat tamparan keras itu. Dia menatap pemuda biadab yang sedang mengangkanginya dengan kebencian luar biasa. Beribu sumpah serapah ingin dia lontarkan, tapi urung sebab dia tahu akan berdampak buruk untuk dirinya sendiri."Dasar pelacur!" hinaan itu lebih perih terasa ketimbang tamparan barusan.Rosie masih setia melawan meski gaunnya telah koyak dan memperlihatkan sebagian besar tubuhnya. Dia makin panik ketika Griffin berhasil melucuti celana dalamnya. Rosie menendang-nendang dalam rangka membebaskan diri, Griffin hanya terkekeh geli."JANGAN!" raungan Rosie adalah gambaran mentalnya sekarang. Putus asa juga murka.Karena Rosie terus melawan, Griffin mengunci kedua tangannya di atas kepala. Pemuda itu membuka ritsleting jeans-nya dengan satu tangan, membuka paksa paha Rosie dan memposisikan organ vitalnya di pintu masuk Rosie.Mata

  • Little Seducer   Accept the accusation

    "Rosie...""Edward! A-apa yang kau lakukan? Ke-kenapa kau ada diberita?....Apa yang terjadi? Ken-kenapa-""Tenang dulu, Rosie. Jangan panik," ucap pemuda Quin dengan tenang. Padahal seharusnya Edwardlah orang yang pantas panik, karena dia yang sedang meringkuk di sel tahanan."Gimana aku tidak panik?! Kau-kenapa kau yang ditahan? Kenapa jadi kau yang membunuh-""Griffin tidak mati. Dia hanya gegar otak, akan bangun dalam beberapa hari. Kau tidak perlu panik, Ros."'Hanya' Edward bilang? Sepertinya bukan Griffin yang gegar otak, melainkan Edward. Dia tidak bisa membaca kekacauan apa yang sedang terjadi. Tidak tahu sebesar apa masalah yang melilitnya sekarang."Tetap saja-""Dan sudah kukatakan untuk menuruti semua perintahku, 'kan? Kau tidak pernah bertemu Griffin semalam. Jangannpernah membahas hal yang tidak pernah terjadi, Rosie." Edwar

  • Little Seducer   Shrouded in disappointment

    "Apa yang sebenarnya terjadi, Edward? Kenapa kau sampai memukulnya? Apa yang kau lakukan semalam di rumah pemuda itu? Aku bahkan tidak tahu kalian saling kenal? Kenapa kau bisa sampai melakukan itu? Hah? Tolong jawab aku?! Hiks hiks hiks..."Alice makin frustasi ketika pemuda Quin hanya memberikan senyum simpul penuh penyesalan. Tidak ada kata-kata apa lagi penjelasan. Pemuda itu diam seribu bahasa. Alice yakin ada sesuatu yang Edward sembunyikan. Tidak ada alasan untuk Edward berkelahi dengan seseorang yang hampir mustahil dia kenal sampai hampir merenggut nyawa pemuda itu. Edward Quin bukan orang yang suka melakukan kekerasan. Dia adalah orang yang paling anti dengan yang namanya kekerasan. Edward yang Alice kenal tidak akan melukai seseorang sampai orang tersebut koma.Alice yakin pasti bukan Edward yang melakukannya. Tapi kenapa pemuda Quin tidak membela diri dari semua tuduhan? Kenapa dia pasrah saja menerima semuanya?"Jangan

  • Little Seducer   Hesitating

    Akhirnya Rosie tertidur juga. Sudah hampir satu minggu kasus yang menjerat Edward berlangsung. Semua acara berita pasti selalu menyiapkan satu segmen penuh untuk membahas berita 'menarik' tersebut. Mulai dari fakta-fakta janggal, sampai spekulasi tanpa dasar yang hanya bertujuan menarik penonton.Bahkan jika pemberitaan yang mereka tayangkan berdampak buruk bagi si pemuda malang, mereka tak perduli, pada akhirnya hanya rating yang paling penting bagi industri media. Uang tepatnya.Claire memastikan Rosie tidak menonton semua berita sampah itu. Kondisi sang sahabat sudah teramat memprihatinkan, setiap malam Rosie gelisah, sulit tidur, menangis tiba-tiba. Kalau siang gadis itu hanya melamun, tatapannya kosong, dan lebih pendiam dari biasanya.Keadaan Rosie persis sama seperti dua tahun lalu. Dan, Claire benci karena dia tidak bisa berbuat apapun. Si gadis cantik menyugar rambut hitam sahabatnya. Dia mendesah lemah sembari menyeka sisa

  • Little Seducer   Acting like the devil

    "Tapi..bukan hanya Rosie yang aku maksud. Paman dan Bibi Quin lalu Alice, mereka semua juga ikut menderita karena keadaan ini, Claire. Apa kita tidak keterlaluan mengorbankan kebahagiaan mereka." Lalu, David pun terdiam. Dia sampai pada akhir kalimatnya ketika dia menyadari akhir dari kalimat itu.Mengorbankan Rosie. Sahabatnya. Gadis yang lebih dulu mengulurkan tangannya pada bocah tidak punya teman yang selalu jadi sasaran perundungan."Kenapa berhenti, David? Kau belum menyelesaikan kalimatmu!" Tantang Claire dengan nada mencela.David tertunduk lesu. Bungkam dalam rasa bersalah. Bukan hanya terhadap Rosie, melainkan terhadap semua orang. Ah. Sial. Kenapa semua jadi rumit begini?"Kau menjadi seorang sabahat yang baik dengan mengorbankan sahabatmu sendiri untuk meyelamatkan orang lain. Kau lebih suka Rosie yang menanggung malu di hadapan seluruh penjuru Indonesia, lebih memilih Rosie yang dipenjara atas tindakan

Latest chapter

  • Little Seducer   The End

    "Wah, tidak jauh dari rumah. Kapan-kapan main ya ke rumah." Lidya terkekeh di akhir kalimatnya. Angel meringis dan Damian tersenyum kecil."Iya, Tante.""Siapa tahu, bisa menjadi menantu. Belum punya pacar, 'kan?"Angel sontak menatap Lidya dengan wajah terkejut namun setelah itu kembali melunak, terkekeh lalu menunduk. Kedua tangannya terkepal hingga jari kukunya kian memutih.***"Ella."Ella menoleh saat Samuel sudah berada di hadapannya dengan sekotak susu pisang."Ini, untukmu." Samuel menyodorkannya dan Ella dengan ragu mengambilnya."Terima kasih." cicit Ella pelan.Samuel tidak menjawab, anak itu langsung mengambil posisi di samping Ella seraya melanjutkan meminum susu pisangnya. Kini, sudah lima belas menit berlalu sejak bel istirahat berbunyi. Ella dan Samuel sedang duduk di santai di bangku taman seray

  • Little Seducer   Come true

    "Angel, kau apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu. Ada waktu luang? Bisa kita bicara sebentar?"Angel yang tidak tahu ingin berkata apa hanya mampu tersenyum kecil dan pasrah ketika tangannya di tarik begitu saja oleh Ibu Damian. Diam-diam, Damian merasakan tatapan tajam Angel yang siap membunuhnya.***Ella menghela napas lelah selepas turun dari mobil Rere. Padahal, niatnya hari ini dia tidak ingin masuk sekolah mengingat hal mengerikan lain yang mungkin saja bisa terjadi. Kemarin, seperti biasa dia selalu mendapat perlakuan yang menjengkelkan."Ella, tidak boleh cemberut begitu. Anak cantik harus tersenyum." Rere berujar dari balik kaca mobil.Ella hanya meliriknya sekilas lalu mengangguk. "I go to school, Aunty."Rere mengangguk, "I wiil pick you up later."Setelah Ella mengangguk barulah mobil Rere melesat menuju jalan ibu kota yang padat

  • Little Seducer   Unusual day

    "Aku berangkat dulu, ya." pamit Edward pada Rosie. Mengecup kening sang istri lalu beralih ke perut buncitnya."Sayang, jaga Ibu baik-baik, ya. Jangan nakal." Setelah itu, Edward juga meninggalkan kecupan untuk si jabang bayinya."Ayo, Ayah!" Rosie kembali terkekeh menyaksikan wajah lelah Edward."Aku sudah di tunggu Kak Eros di sekolah!" Samuel kembali bersuara, kali ini dengan menunjukkan jam tangan yang memiliki fungsi seperti ponsel, hadiah dari kakeknya."Iya, sebentar sayang.""Ya sudah, kamu berangkat. Hati-hati di jalan."Edward mengangguk, melemparkan senyum. "Baiklah."Lima menit kemudian, mobil yang di kendarai Edward melaju pergi, tersisa Samuel yang melambaikan tangannya pada Rosie sampai sang ibu hilang dari pandangannya.***David melirik ke arah jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah setenga

  • Little Seducer   Agreement

    "Kak Damian? Angel? Kalian saling kenal?" Rosie menatap sepasang pria dan wanita yang dia kenal di hadapannya. Edward sepertinya juga menatap heran keduanya dari pandangan mata.Damian yang semula berada berapa langkah di belakang Angel kini mulai berjalan hingga keduanya bersisihan."Ya, kami saling kenal. Kami pernah berpacaran semasa aku kuliah dulu." ungkap Damian secara gamblang dengan mudahnya. Sontak saja, itu memancing tiga pasang mata yang ada di sana menatap Damiam terkejut. Terlebih lagi Angel, rasanya bola mata gadis itu sebentar lagi akan melompat keluar jika tak sedetik kemudian Angel berkedip."Wah, kalian ternyata pernah berpacaran? Astaga, dunia ini benar-benar sempit." Edward berseru kalut, ikut mewakili Rosie yang juga terkejut mendengarnya.Damian hanya melemparkan tatapan tak berdosanya pada Angel seraya menampilkan senyuman terbaiknya. Sedan

  • Little Seducer   Believe in destiny

    "Kau masih menyukainya?"Angel membuang wajahnya tanpa sadar yang malah membuat Damian semakin yakin dengan persepsinya."Kau ada waktu sebentar di taman? Kebetulan, aku membawa makanan." Damian menunjukkan tentengan yang dia bawa, arah mata Angel mengikuti pergerakan tangan Damian.***"Kau sudah lama menjadi Dokter di sini?" Damian memulai pertanyaan seraya membuka bungkus roti yang dia bawa. Kebetulan, dia belum sarapan. Niatnya, dia ingin menjenguk Rosie dan Samuel, tapi saat dia ingin menjenguknya, dia malah menemukan sosok mantan kekasih yang sudah lama sekali tidak muncul di hadapannya. Sebuah kebetulan sekali.Ya, Damian dan Angel memang pernah memadu kasih bahkan Damian sudah mengenalkan Angel pada ayah dan ibunya. Kalian ingat saat hubungan Damian dan Rosie di tentang keras oleh kedua orang tua Damian? Bukan semata-mata hanya karena Rosie tidak memiliki Ayah dan latar bel

  • Little Seducer   Surprise home

    Pada awalnya, Rosie akan menduga bahwa Edward tidak bisa menerima Samuel sebagai anak pertamanya, tapi dugaannya salah ketika melihat senyuman Edward yang begitu tulus ketika kali pertamanya dia melihat Samuel. Hati Rosie juga ikut mencelos kala itu, merasa terharu dengan apa yang dia lihat.Edward yang merasa terusik dengan elusan di kepalanya kini perlahan mulai membuka matanya, dan langsung membeliak kaget ketika melihat wajah sang istri yang sudah kembali berseri."Kau sudah sadar? Bagaimana? Apa perutmu merasa sakit lagi?" Edward langsung mengecek keadaan Rosie, memutar tubuh sang istri, dia ingin memastikannya sendiri.Rosie tertawa geli menyadari sikap protektif Edward terhadapnya, "Aku tidak apa-apa, Edward. Aku baik-baik saja."Edward menaikkan satu alisnya, "Apa kau yakin?" Rosie tersenyum lalu mengangguk.Edward menghela napas lega, "Syukurlah

  • Little Seducer   Stifling witness

    Rere berdehem dengan salah satu telunjuknya menyentuh dagu, terlihat berpikir. "Menurut Aunty, Si Bully ini seperti racun yang semakin lama akan semakin menggerogoti tubuh kita. Jadi, kita harus menghilangkan racun-racun itu. Jika, Ella merasa di rugikan maka Ella harus menjauh, Ella tidak boleh diam saja itu akan semakin membuat Ella meras lemah. Ella menjauh saja, tidak usah pedulikan apa yang dia bicarakan. Toh, mereka semakin lama akan bosan dan tidak akan mengganggu Ella lagi."Rupanya, ucapan Rere tadi belum berhasil mengundang senyuman di wajah Ella. "Tapi, aku tidak memiliki teman. Aku ingin memiliki teman seperti yang lain, Aunty."Rere mengelus punggung belakang Ella, "Ella tahu, 'kan? Kalau Ella belum lama ada di sini? Jadi, Ella memang harus beradaptasi dengan lingkungan Ella yang sekarang. Lingkungan Ella yang sekarang ini jauh berbeda dengan lingkungan Ella yang di Sydney. Aunty juga yakin pasti suatu saat Ella ak

  • Little Seducer   Familiar

    "Kau sedang melihat apa?" tanya David yang setelah itu menegak minumannya."Aku sedang melihat anak-anak, Samuel dab Eros terlihat nampak dekat. Bahkan, Samuel sudah seperti adiknya sendiri. Apa kau tahu? Eros tidak seperti itu pada Zea dan Zelo, hanya pada Samuel dia seperti itu."David mengangkat kedua bahunya lalu bersandar pada senderan kursi di belakangnya seraya melebarkan kakinya, "Kurasa, Eros benar-benar sangat menyukai Samuel, dan Samuel juga sebaliknya. Dulu, Eros selalu bilang padaku, katanya seperti ini, aku juga ingin menjaga adikku tapi Zea sudah bersama dengan Zelo, selalu. Padahal, dia juga ingin seperti Zelo. Sedangkan, Zelo sepertinya juga bisa tanpanya. Mungkin, itulah yang menyababkan Eros sangat menyayangi Samuel."Alice mengangguk seraya tersenyum, "Kurasa begitu. Setidaknya, aku lega karena permasalahan harus berakhir seperti ini. Untung saja, takdir memang sudah di gariskan da

  • Little Seducer   Confusing

    "Edward, kakiku lemas. Aku tidak bisa berjalan." lirih Rosie pelan tapi masih bisa di dengar oleh semua pasang telinga."Ibu! Ibu kenapa?" Samuel langsung menyeru ketika melihat wajah sang ibu yang pucat tapi masih bisa memaksakan senyum.Edward dengan siaga langsung menggendong tubuh Rosie, "Alice sebentar ya, tolong jaga anak-anak aku akan membawa Rosie ke ruangannya dan memanggil Dokter." Setelah itu, langkah Edward menghilang di balik pintu."Aku kasihan melihatnya." ujar Alice lirih. Sungguh, dia tidak bisa membayangkan bagaimana dia berada di posisi Rosie. Kandungannya yang mengalami flek dan anaknya yang habis terjatuh dari mainan bola dunia, benar-benar membuat Alice prustasi melihatnya."Tak apa, Rosie adalah gadis yang kuat." Alice mengangguk."Bibi Alice, Paman David. Ibu kenapa? Kenapa wajahnya sangat pucat sekali?" Samuel berkata dengan nada khawa

DMCA.com Protection Status