“Syarat? Syarat apa, Kinan?” tanya Saka.Alisnya terangkat keduanya seraya menatap Kinan tak berkedip. Kinan hanya diam menundukkan kepala, matanya sekilas menatap perutnya yang masih rata. Helaan napas berulang keluar masuk dari mulutnya.“Untuk sementara waktu biarkan aku sendiri. Aku ingin menyendiri, itu saja,” jawab Kinan lirih.Saka terdiam membisu. Hatinya sedih saat istri yang sangat dicintai malah ingin menyingkir darinya. Meski Kinan berkata untuk sementara waktu, tapi tetap saja Saka tidak akan mampu berjauhan dengannya.“Memangnya kamu mau ke mana? Apa kamu ingin pergi dari rumah? Meninggalkan aku?”Kinan diam, termenung dan terus menundukkan kepala.“Baiklah, kalau itu yang kamu inginkan. Namun, kamu tidak perlu pergi. Biar aku yang pergi dari rumah. Aku akan tinggal di apartemen untuk sementara waktu.”Kinan tergesa mengangkat kepala dan menatap Saka sambil menggeleng.“Enggak. Jangan!! Jason pasti akan mencarimu nanti. Aku ... aku hanya ingin menenangkan diri, Saka. Di
“Jadi kapan kamu pulang, Kinan?” tanya Nyonya Septa.Sore itu pulang dari rumah Saka, Nyonya Septa langsung mampir ke rumah orang tua Kinan tempat Kinan berada saat ini.“Saya tidak tahu, Ma. Saya hanya ingin menenangkan diri sebentar saja. Nanti kalau sudah usai pasti saya akan segera pulang,” jawab Kinan.Nyonya Septa hanya tersenyum sambil berulang menganggukkan kepala.“Kamu berhak marah, Kinan. Namun, jangan terlalu berlarut. Mama tahu kehidupan Saka di masa mudanya sangat liar, itu juga kesalahan kami. Namun, Mama yakin Saka sudah berubah sekarang. Hanya kamu yang dia cintai tidak ada yang lain.”Kinan tersenyum sambil berulang menganggukkan kepala.“Iya, saya tahu, Ma. Saya tahu siapa Saka dan saya sudah menerima dia apa adanya termasuk kehidupan masa mudanya. Namun, tetap saja ada bagian dari diri saya yang merasa tersakiti dan kadang saya tidak kuasa untuk menahannya. Untuk itulah tujuan say
“Kenapa lagi?” tanya Saka sambil melihat Kinan yang berdiri terdiam di depan rumah.Kinan berdiri terdiam mematung menatap mobil di depannya. Padahal Kinan lebih dulu keluar rumah dan Saka pikir ia sudah masuk ke dalam mobil, tapi nyatanya istri manisnya itu sedang cosplay menjadi patung sekarang.“Ada apa lagi, Sayang? Kamu gak jadi pulang hari ini?” Saka bertanya kembali.Kinan tidak menjawab malah menundukkan kepala semakin dalam. Saka berdecak, berjalan menghampiri lalu perlahan tangan Saka terulur menyentuh dagu Kinan hingga terangkat. Mata mereka bertemu dan Kinan tampak sedih.“Kamu membatalkan niatmu untuk pulang dan ingin menyendiri di sini terus.”Kinan menghela napas sambil menggelengkan kepala. Tidak mungkin juga dia akan menyendiri di sini terus. Dia sudah menerima Saka apa adanya dan memaafkan Saka atas semua perbuatannya. Namun, yang menjadi keraguan Kinan hanya satu. Dia takut reaksinya saat berte
“Eng ... iya. Maaf, Auntie mengganggu waktu tidurmu,” ucap Kinan memberi alasan.Jason tersenyum kemudian menyibak selimut dan turun menghampiri Kinan. Tanpa bicara, Jason langsung memeluk Kinan merapatkan kepalanya menempel di perut Kinan. Kinan terdiam, tubuhnya sekali lagi menegang, tangannya juga terasa sulit digerakkan. Lagi-lagi ada pergulatan di dalam batinnya.“Aku senang kalau Auntie sudah sembuh,” cicit Jason lirih sambil semakin merapatkan pelukannya.Kinan tertegun kemudian bagai terkena hipnotis tangannya langsung menyentuh punggung Jason dan mengelusnya dengan lembut seakan membalas pelukan Jason. Jason mengulum senyum kesenangan sambil memasukkan semakin dalam kepalanya. Untuk beberapa saat mereka hanya diam dalam posisi seperti itu hingga akhirnya Kinan yang mengurai lebih dulu.“Kamu tidur dulu, ya! Auntie tidak mau waktu tidur siangmu terbuang. Selain itu Auntie juga belum makan.” Jason tersenyum, meng
“TUNGGU!!” seru seseorang langsung menerobos masuk ruangan tempat Saka, Kinan beserta kedua orang tuanya berkumpul.Semua menoleh ke arah suara tersebut dan langsung terkejut saat melihat siapa yang datang kali ini. Saka segera bangkit dari duduknya dan menatap terkejut ke arah sosok bersuara tadi.“KATRIN!!” ucap Saka setengah teriak.Wanita yang tak lain Katrin itu hanya menganggukkan kepala kemudian berjalan mendekat menghampiri mereka semua. Kini semua mata di ruangan itu tertuju kepada Katrin.“Tidak perlu dibaca amplop tersebut, biar saya yang menjelaskan sendiri siapa sebenarnya Jason, Dok.” Katrin meminta. Dokter pria yang tadinya bersiap membacaakan hasil tes DNA sudah menganggukkan kepala berulang kemudian menyilahkan Katrin duduk lebih dahulu.Katrin menurut dan duduk tak jauh dari Saka serta Kinan berada. Wanita cantik berparas khas wanita Eropa itu hanya tersenyum sambil menatap Kinan. Kinan hanya di
“Fajar? Siapa Fajar? Aku tidak mengenalnya dan bukan Fajar yang memintaku,” ujar Katrin.Kinan terdiam, dia mendesah kesal sambil meniupkan udara ke rambutnya. Saka yang duduk di sebelahnya ikut penasaran usai mendengar jawaban Katrin.“Kalau bukan Fajar, lantas siapa yang memintamu saat itu?” Kini Saka ikut-ikutan bersuara.Katrin menghela napas panjang sambil berulang mengubah posisi duduknya. Terlihat sekali kalau dia sedang gelisah dan sedikit ketakutan. Kemudian perlahan Katrin mencondongkan tubuh ke arah Kinan sambil bersuara lirih.“Aku tidak bisa mengatakannya di sini, Kinan. Aku akan mengatakannya di tempat berbeda saja.”Kinan diam, mengerjapkan mata sambil menatap Katrin dengan curiga. Saka melihat ekspresi dua wanita di sebelahnya ini hanya saja dia tidak mendengar apa yang dikatakan Katrin barusan.Kinan kembali diam dan menarik tubuhnya kemudian beangkit. Ia sudah merentangkan tangan sambil m
“Ada apa, Katrin? Apa yang terjadi dengan Jason?” sahut Kinan.Kinan sangat terkejut saat Katrin bicara sangat keras di telepon tadi. Katrin tampak marah, sibuk mengatur napasnya yang tersenggal.“Mereka ... mereka menculik Jason dari rumahmu, Saka,” cicit Katrin akhirnya.Saka terperangah kaget mendengar penjelasan Katrin. “Mereka siapa? Apa Om Daniel?”Katrin tidak menjawab hanya menganggukkan kepala saja. Saka dan Kinan bersamaan berdecak kemudian Saka sudah meminta Pak Wildan untuk mempercepat laju mobilnya.“Bagaimana kejadiannya, Bi? Kok bisa Jason keluar dari rumah ini,” tanya Saka. Mereka sudah tiba di rumah dan kini Saka tengah menginterogasi salah satu art di rumahnya.“Maaf, Tuan. Tadi Tuan Daniel datang ke sini dan memaksa ingin mengajak Jason. Kata beliau itu atas perintah Tuan Saka. Awalnya saya menolak bahkan baby sitter Jason juga menolak, tapi beliau malah mengancam kalau Tuan Saka akan marah jika kami tidak mengizinkan Jason pergi.”Saka menghela napas panjang sambil
“Di sini tempatnya?” tanya Kinan begitu mobil yang mereka tumpangi berhenti.Saka mengangguk sambil melirik ke arah Kinan. Beberapa jam sebelumnya, Katrin memberitahu alamat tempat Jason disekap. Kinan bersama Saka langsung berangkat menuju tempat tersebut. Sekarang mereka sudah menghentikan mobilnya di sebuah gudang tidak terpakai yang terletak jauh di pinggiran kota.“Gak ada sinyal,” gumam Saka sambil melirik ponselnya. Kinan diam dan melihat ada sedikit kecemasan di wajah Saka. Kinan mendekat kemudian mengecup lembut pipi Saka. Saka terkejut dan balas melihat ke arahnya.“Kenapa menciumku tiba-tiba?” Kinan tersenyum lagi, kini tangannya terulur ke pipi Saka membersihkan bekas lipstik yang menempel di sana.“Aku hanya mencoba membuatmu agar tidak takut dan gugup.” Saka langsung terkekeh mendengar jawaban Kinan.“Apa aku terlihat ketakutan?”Kinan mengangguk. “Iya, sedikit.&
“Gadis kecil di foto itu ... adalah ... aku,” lirih Kinan bersuara.Saka langsung tersenyum mendengar ucapan Kinan. Kinan hanya terdiam dan masih terkejut begitu tahu kalau dia sudah mengenal suaminya jauh hari sebelumnya.“Jadi ... jadi ... kamu anak kecil yang tertabrak mobil dulu?” imbuh Kinan.Sekali lagi Saka mengangguk dan sebuah senyuman terukir di wajah tampannya.“Ya Tuhan ... .” Kinan langsung menangkupkan kedua tangannya ke muka. Ini benar-benar kejadian yang tidak pernah dia duga.Memang Kinan yang menolong Saka saat Saka secara sengaja ditabrak mobil oleh Daniel. Kebetulan Kinan hendak bertandang ke rumah Saka saat itu. Kinan yang lebih dulu melihat Saka tergeletak tak berdaya di depan rumahnya saat mobil Daniel menabrak Saka. Kinan juga yang berlarian masuk ke dalam rumah Saka memberitahu ke orang tua Saka. Sementara orang tua Kinan sudah sigap menolong Saka.Kinan menunduk dan berurai air ma
“Nyonya Kinan sudah melalui masa kritisnya dan kondisinya kini sudah membaik,” ucap dokter wanita itu.Seketika kaki Saka lemas dan langsung duduk di kasur kembali. Dia merasa lega sekaligus senang usai mendengar perihal kondisi istri tercintanya. Hal yang sama juga ditunjukkan Nyonya Septa, Tuan Arya, Ardi dan Pak Wildan. Semuanya tampak tersenyum bahagia.Dokter itu menganggukkan kepala melihat mimik suka cita yang tampak pada semua yang hadir di ruangan ini.“Lalu tentang janinnya ---“ Dokter itu kembali menggantung kalimatnya dan kini sudah fokus melihat ke arah Saka.Saka membisu tak berani bersuara. Dia sudak ikhlas menerima apa pun yang terjadi. Saka yakin semua yang ditetapkan Tuhan untuknya adalah yang terbaik.“Jujur, saya baru kali ini menangani kasus seperti ini. Mungkin Tuhan telah memberi Anda sekeluarga mukjizat tak ternilai, Tuan.” Dokter itu kembali bersuara dan mengalihkan pembicaraannya.
“Bagaimana keadaan istri saya, Dok?” Bagai dejavu, Saka kembali mengulang kejadian yang sama seperti beberapa bulan lalu.Yang beda kali ini hanyalah, kondisi Kinan. Dulu Kinan lebih sehat dan tidak mengeluarkan banyak darah dari tubuhnya. Saka sudah pasrah apa pun yang terjadi, dia akan menerima dengan lapang dada.“Sabar, Tuan. Kami sedang berusaha semampu mungkin. Hanya dengan pertolongan Tuhan saja yang bisa memberi mukjizat dan membuat istri Anda selamat dari maut,” ujar dokter yang menangani Kinan.Saka hanya mengangguk lesu tak berdaya.“Mungkin lebih baik, luka Anda dirawat dulu, Tuan,” pinta dokter itu lagi.Saka hanya menghela napas sambil menganggukkan kepala. Usai dari rumah Om Daniel, polisi memang membawa Saka dan Kinan ke rumah sakit terdekat. Kinan langsung masuk UGD dan mendapat pertolongan secepatnya. Sementara Saka tidak mempedulikan lukanya malah sibuk mengejar dokter yang menangani Kinan.
“Aah ... .” Saka langsung tersungkur sambil memegang perutnya.Ternyata sedari tadi Daniel sudah mengamatinya saat berkelahi, Saka selalu kesakitan saat lawan memukul perutnya. Memang masih ada bekas luka tembak yang belum sembuh benar di sana. Bahkan Saka masih menutup lukanya dengan perban.“Jadi itu kelemahanmu. Apa itu lukamu, Saka? Sepertinya aku menyerang tepat sasaran saat ini.” Daniel terkekeh sambil menatap Saka penuh benci.Saka hanya diam, menyeka darah di sudut bibirnya kemudian menatap ke arah Daniel tanpa takut.“Aku tidak punya kelemahan. Om salah menebaknya.”Mendengar ucapan Saka yang sombong membuat Daniel makin murka. Dia kembali menyerang Saka dengan bertubi-tubi membuat Saka kewalahan. Dari dulu, Saka memang tidak pernah menang jika beradu tanding dengan pamannya. Namun, kali ini Saka ingin mengubah sejarah. Dia harus memenangkan perkelahiannya.Mereka masih asyik saling pukul, jotos,
“APA!!?” Saka terperanjat kaget mendengar ucapan Kinan.Kinan hanya diam tidak menjawab dan terus meringis kesakitan sambil memegang perutnya.“Tolong, Saka. Ini ... ini sakit sekali. Aku tidak kuat,” rintih Kinan.“TIDAK!! TIDAK!! KAMU TIDAK BOLEH MENYERAH. KAMU HARUS MELAWANNYA, SAYANG.” Kinan hanya diam tidak menjawab dan terus merundukkan tubuh tak sanggup berdiri tegak. Tanpa banyak bicara, Saka langsung menggendong tubuh Kinan dan berjalan menuju lift.“Aku tidak mau kehilangan kalian berdua. Aku akan melakukan apa saja, Sayang.” Saka berkata seperti itu sambil berjalan masuk ke dalam lift. Kemudian begitu turun dia bersiap keluar dari ruang kerja Daniel. Saka harus secepatnya membawa Kinan ke rumah sakit.Namun, baru saja keluar dari ruang kerja Daniel, Saka menghentikan langkahnya. Ia melihat Daniel sedang berdiri menghadang dengan dua orang penjaga yang dilihat Saka tadi.“Tepat
“Tolong ... Tuan. Jangan lakukan itu!! Anak saya masih kecil dan istri saya juga masih membutuhkan saya,” lirih dokter tersebut memohon.Daniel sudah menodongkan pistolnya ke arah kening dokter tersebut dan tampak tersenyum menyeringai menatapnya.“Kalau kamu masih ingin hidup. Lakukan permintaanku!!”Dokter tersebut terdiam lama, tangannya sudah terangkat semua dan tertegun menatap Kinan. Ini adalah sebuah pilihan yang sulit baginya.“CEPAT!! TUNGGU APA LAGI?? APA KAMU MEMANG INGIN MATI??”Dokter itu mengerjapkan mata kemudian dengan sendu menatap Kinan dan menggelengkan kepala. Hampir tak terdengar sebuah kata keluar dari mulut pria berjas putih itu seakan sedang meminta maaf kepada Kinan.Kinan hanya terdiam menatapnya. Bahkan wanita berwajah manis itu itu tidak bisa menahan buliran bening yang luruh seketika membasahi pipinya.Perlahan dokter itu membalikkan badan dan berjalan menuju meja di sam
“Saka!! Apa yang terjadi?” tanya Nyonya Septa.Ibunda Saka itu mendengar saat Saka berteriak keras tadi dan langsung menyeruak masuk ke kamar Saka. Saka menoleh sambil menyerahkan ponselnya ke Nyonya Septa.“Om Daniel ... Kinan berada di tangan Om Daniel dan dia mau mengaborsi anakku.”“APA??!!” Seketika Nyonya Septa terbelalak kaget.Tuan Arya yang baru saja datang segera menghampiri Saka di kamarnya begitu juga Ardi dan Pak Wildan. Mereka tampak terkejut usai mendengar penjelasan dari Nyonya Septa.“Saka, kamu jangan gegabah. Kita harus lapor polisi. Papa takut mereka menjebakmu kali ini,” ujar Tuan Arya.“Aku gak mau menunggu, Pa. Ini tentang nyawa Kinan dan anakku. Aku gak akan tinggal diam. Aku harus pergi menyelamatkan mereka.”“Iya, Mama tahu. Namun, kamu juga belum pulih benar. Kalau terjadi sesuatu padamu, bagaimana?” Nyonya Septa sudah menitikkan air mat
“Ma, apa ada kabar tentang Kinan?” tanya Saka.Dia baru saja keluar dari kamar dan menghampiri Nyonya Septa yang sedang duduk di ruang tengah.“Tadi Papa dan Pak Wildan sudah tahu tentang taxi online yang dipesan Kinan. Mereka sedang mengecek ke operator aplikasinya. Sementara Ardi sudah lapor polisi tentang hilangnya Kinan. Ardi juga sudah melacak ponsel Kinan. Mungkin sebentar lagi akan ada titik terang, Saka.”Saka hanya diam usai mendengar penjelasan Nyonya Septa.“Lalu sampai kapan Kinan ditemukan, Ma? Aku takut terjadi sesuatu padanya, pada anakku,” gumam Saka pelan.Nyonya Septa menoleh ke arah Saka, kemudian membelai wajah tampan putra kesayangannya itu.“Tenanglah, Saka. Kita sama-sama berdoa, supaya mereka cepat menemukan Kinan dan tidak terjadi sesuatu apa pun yang membahayakannya.”Saka hanya membisu sembari menganggukkan kepala. “Iya, Ma. Semoga saja tidak terjadi apa-
“Aku di mana?” lirih Kinan bertutur.Perlahan dia mengerjapkan mata sambil melihat ke sekeliling. Tadi pagi sekali Kinan memang pergi dari rumah. Ia tahu kalau hari ini Saka keluar dari rumah sakit. Harusnya Kinan bahagia mendengar kabar itu, tapi tidak dengan Kinan saat ini. Hatinya masih sakit, kecewa dan merasa dibohongi. Ia masih tidak bisa terima kenyataan kalau Saka suaminya ini adalah Saka yang sama telah membuat hancur hidupnya di malam itu. Yang lebih menyakitkan lagi, Saka berbohong dan berpura-pura padanya selama ini.Awalnya Kinan ingin menenangkan diri di rumah keluarganya, dia memesan taxi online tanpa sepengetahuan siapa pun. Bahkan Kinan sudah meninggalkan pesan untuk Saka agar tidak mencarinya. Namun, kini dia malah kebingungan berada di mana. Ini bukanlah tujuan utamanya dan Kinan tidak tahu mengapa berada di sini.Terakhir yang dia ingat, sopir taxi online itu mengajaknya mengobrol dan menanyakan tujuannya kemudian Kinan sudah tida