“HEH!! Apa katamu? Boleh diulang sekali lagi?” ujar Saka dengan wajah berseri-seri.
Kinan diam, memajukan seluruh bibirnya ke depan beberapa senti. Dia hanya menatap Saka dengan kesal tanpa mau mengulang lagi apa yang baru dikatakan. Padahal dia sudah mati-matian menyusun kata-kata untuk pernyataannya, malah kini Saka menyuruh mengulangnya.
“Sayang ... kenapa gak mau mengulangnya?”
“Ogah. Kalau kamu gak dengar ya sudah,” tandas Kinan.
Saka kini yang cemberut dan tampak menundukkan kepala. “Padahal aku ingin merekamnya tadi. Ini momen paling berharga dalam hidupku dan seharusnya diabadikan supaya aku bisa mengenangnya sepanjang masa.”
Kinan melirik Saka sekilas, kemudian memutar tubuhnya hingga berhadapan. Pelan Kinan menarik dasi Saka hingga wajah mereka berdekatan. Saka terdiam saat Kinan sudah mengikis jarak di antara mereka. Dua pasang mata mereka saling beradu, mengerjap berulang. Kemudian lirih K
“HWAAA!!!! SEJAK KAPAN KAMU DI SINI?” seru Saka panik.Kinan menoleh ke samping dan melihat Laila ikut terbaring di kasur mereka dengan posisi miring seakan sedang menyaksikan aksi mereka. Saka buru-buru menarik selimut untuk menutupi tubuh Kinan. Ia bergegas bangkit dan memakai celananya dengan cepat.“Ayo, keluar!! Kenapa kamu masuk kamarku seenaknya? Bukankah kamarmu di sana!” Laila bergeming hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum.Kinan yang melihat tingkah Laila ikut tertawa geli. Ia sudah memakai kembali pakaiannya dan mengajak Laila untuk berdiri dari kasur.“Ayo, aku antar ke kamar, Laila!” bujuk Kinan.“Baik. Tapi aku tidak mau tidur sendiri. Aku takut hantu kalau sendirian,” ucap Laila. Kinan hanya tertawa mendengar ucapannya.“Gak ada hantu di rumah ini. Kamu tuh yang jadi hantunya,” seru Saka. Dia terlihat kesal karena sekali lagi acara menikmati malam pertama denga
“OM DANIEL!” sapa Saka dengan terkejut.Pria tampan berpenampilan necis dengan rambut klemis itu tersenyum menyeringai saat Saka menyapanya.“Kamu masih mengingatku, Saka. Aku pikir waktu yang lama membuatmu lupa.”Saka hanya tersenyum meringis. Bagaimana dia bisa lupa, baru saja papanya membicarakan tentang keberadaannya dan kini tiba-tiba muncul bagai hantu saja. Pria bernama Daniel itu berjalan mendekat kemudian memilih duduk bersebelahan dengan Saka dan berhadapan dengan Tuan Arya.“Lama sekali tidak melihatmu, Kak. Bagaimana kabarmu? Aku dengar kamu sudah tidak aktif di perusahaan. Apa Saka yang menggantikanmu kini?” Daniel menyapa Tuan Arya.“Aku masih aktif hanya saja kini sebagian besar kinerja perusahaanku diambil alih oleh Saka.” Daniel hanya manggut-manggut mendengar penjelasan Tuan Arya.“Maaf, aku tidak datang saat pemakaman Papa tempo hari. Aku sedang sibuk, Kak.” Tuan
“Kalau boleh aku tahu tentang apa itu?” tanya Saka dengan senyum menggoda.Pria tampan bermata kelam dengan dagu belah itu kini sedang balas menatap istri manisnya. Sementara tangannya sudah mengendorkan tali bathrobe mengizinkan jemari lentik Kinan mengeksplore lebih dalam tubuhnya.Kinan tidak menjawab hanya tersenyum kemudian mendekatkan wajahnya hingga tak berjarak dan mengecup bibir Saka dengan lembut. Lagi-lagi Saka tersenyum kesenangan saat Kinan kembali yang memulai lebih dulu interaksi di antara mereka.“Apa kamu mengizinkan aku untuk bertindak lebih dari ini, Sayang? Kamu juga menginginkannya?” cicit Saka di sela kecupannya.Kinan terdiam lagi, mengurai kecupannya kemudian mengusap lembut sudut bibir Saka yang terkena lipstiknya. Jemari lentik gadis manis itu terus berhenti di wajah tampan suaminya. Saka yang dia kenal sebelumnya memang tidak semanis dan selembut yang satu ini. Mungkin itu juga yang membuat Kinan jatuh ci
“Eh-hem ... .” Kinan berdehem keras membuat Saka terkejut dan mengangkat kepalanya. Pria tampan itu langsung tersenyum dengan manis ke arah Kinan.“Kenapa diam? Kamu tidak berniat meneruskannya, Sayang?” goda Kinan.Saka mengulum senyum gemas ke arah Kinan, kemudian tangannya sudah terulur membelai lembut wajah Kinan.“Aku tidak mau membuatmu gelisah, Sayang. Kalau kamu masih trauma dengan malam itu dan ketakutan menghadapinya. Aku bersedia menunggu. Lagipula aku sudah berencana akan mengadakan honeymoon. Aku ingin semuanya spesial dan tanpa gangguan.”Kinan kini yang terdiam dan tertegun menatap Saka. “Kamu sangat spesial, Sayang dan aku ingin menjadikan malam pertama kita sesuatu yang istimewa juga,” lanjut Saka.Kinan tersenyum dan perlahan menganggukkan kepala. “Kenapa kamu semanis ini, sih? Apa sifat seperti ini juga yang membuat para wanita terpikat padamu dan berebut menjadi kekasihmu?&rd
“Jadi kalian tidak menginginkan pesta hari minggu besok?” tanya Nyonya Septa sore itu. Saka dan Kinan baru saja tiba dari kantor. Mereka kini menemui Nyonya Septa yang sedang bersantai di taman bersama Laila dan membahas tentang pesta ulang tahun Saka.“Iya, Ma. Aku sudah tua, malu kalau ngadain pesta mulu. Sudah hampir 30 tahun lebih, ualng tahunku selalu dirayakan dengan pesta. Kali ini aku ingin yang spesial. Aku ingin dirayakannya dengan Kinan saja. Kami akan honeymoon.”Seketika Nyonya Septa terbelalak kaget, rona bahagia bercampur senyum kesenangan terlukis di wajah cantik wanita berusia senja itu.“Benarkah? Padahal sebelumnya kamu menolak honeymoon. Mengapa sekarang tiba-tiba merencanakannya?”Saka hanya tersenyum sibuk menggaruk kepala sambil melirik Kinan. “Aku hanya gak mau diganggu saja,” lirih Saka bertutur.Untung Saja Nyonya Septa tidak dengar, mungkin kalau beliau mendengarnya. Nyonya
“Aku gak tahu, Sayang. Itu nomor baru yang menghubungiku. Aku gak tahu siapa yang mengirim pesan,” jawab Saka.Kinan terdiam dan sekarang tampak melihat ke arah Saka seakan sedang memindai tubuhnya. Perlahan Kinan mencondongkan tubuhnya ke arah Saka hingga pria tampan itu sedikit memundurkan badannya.“Apa kamu sering mendapat pesan ancaman seperti ini?”Saka terdiam mengernyitkan alis sambil melihat balik ke arah Kinan. “Tidak!” bohong Saka.“Baru kali ini?” Saka mengangguk menyakinkan Kinan. Dia tidak mau Kinan tahu kalau dia pernah mendapat pesan aneh yang sama sebelumnya.“Kamu tidak bohong, kan?” ulang Kinan. Saka menghela napas panjang sambil menatap ke arah Kinan.“Apa aku perlu bersumpah juga?” Kinan hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Kemudian meringsek mendekat ke arah Saka dan kembali masuk ke dalam pelukan pria tampan itu. Saka hanya diam dan memeluk istri manisnya kini.“Bukan begitu. Aku hanya ingin kamu jujur dan berkata apa adanya padaku. Bukankah kamu sudah j
JDAR!!!Suara petir dibarengi kilat menggelegar, membuat suasana di lorong rumah itu terang benderang. Saka bisa melihat dengan jelas siapa yang sedang berdiri di depannya dengan menodongkan sebuah pisau.“Antonio!” lirih Saka bertutur.“Ya. Aku Antonio, malaikat kematianmu. Aku yang akan mengambil nyawamu malam ini sebagai pengganti nyawa adikku, Saka Bramana.”Saka diam, jakunnya naik turun sibuk menelan saliva berulang. Matanya sama sekali tidak beralih dari sosok di depannya ini. Sebenarnya Saka sudah mencurigai kalau Antonio yang sedang bermain-main dengannya kini. Ternyata tepat dugaannya.“Aku tidak membunuh adikmu, Antonio. Apa kamu tidak pernah paham?”Antonio terkekeh mendengar ucapan Saka. Pria berwajah tegas itu terus mengunci tatapannya dan sama sekali tidak mau menurunkan tangan menodong Saka.“Lantas apa kalau tidak membunuh? Kamu sudah membuatnya hamil, meninggalkannya begitu s
“TIDAK!! Jangan mati, Kinan,” seru Saka. Ia sudah berhasil menangkap tubuh sosok penyelamatnya kemudian kembali terjingkat kaget saat melihat kalau bukan Kinan yang berada dalam pelukannya.“Laila ... ,” imbuh Saka kebingungan.Gadis berkulit sawo matang itu hanya tersenyum sembari mengerjapkan matanya. “Dia ... dia ... pembunuh ... mamaku,” ucap Laila terbata. Telunjuk gadis itu menunjuk ke arah Antonio.Antonio terkesima kaget dan melihat ke arah gadis yang berada dalam pelukan Saka.“Sialan! Kamu anak Sonia,” umpat Antonio.Saka semakin terkejut begitu tahu Antonio dan Laila saling kenal. Jangan-jangan Laila tahu kalau Antonio adalah selingkuhan ibunya yang malam itu gagal dihabisi Pak Ridwan.“Kamu berselingkuh dengan ibunya?”Antonio hanya tersenyum menyeringai. “Memangnya kenapa? Hanya ibunya yang bisa memuaskan hasrat liarku tanpa menuntut sebuah ikatan. Apa sala
“Gadis kecil di foto itu ... adalah ... aku,” lirih Kinan bersuara.Saka langsung tersenyum mendengar ucapan Kinan. Kinan hanya terdiam dan masih terkejut begitu tahu kalau dia sudah mengenal suaminya jauh hari sebelumnya.“Jadi ... jadi ... kamu anak kecil yang tertabrak mobil dulu?” imbuh Kinan.Sekali lagi Saka mengangguk dan sebuah senyuman terukir di wajah tampannya.“Ya Tuhan ... .” Kinan langsung menangkupkan kedua tangannya ke muka. Ini benar-benar kejadian yang tidak pernah dia duga.Memang Kinan yang menolong Saka saat Saka secara sengaja ditabrak mobil oleh Daniel. Kebetulan Kinan hendak bertandang ke rumah Saka saat itu. Kinan yang lebih dulu melihat Saka tergeletak tak berdaya di depan rumahnya saat mobil Daniel menabrak Saka. Kinan juga yang berlarian masuk ke dalam rumah Saka memberitahu ke orang tua Saka. Sementara orang tua Kinan sudah sigap menolong Saka.Kinan menunduk dan berurai air ma
“Nyonya Kinan sudah melalui masa kritisnya dan kondisinya kini sudah membaik,” ucap dokter wanita itu.Seketika kaki Saka lemas dan langsung duduk di kasur kembali. Dia merasa lega sekaligus senang usai mendengar perihal kondisi istri tercintanya. Hal yang sama juga ditunjukkan Nyonya Septa, Tuan Arya, Ardi dan Pak Wildan. Semuanya tampak tersenyum bahagia.Dokter itu menganggukkan kepala melihat mimik suka cita yang tampak pada semua yang hadir di ruangan ini.“Lalu tentang janinnya ---“ Dokter itu kembali menggantung kalimatnya dan kini sudah fokus melihat ke arah Saka.Saka membisu tak berani bersuara. Dia sudak ikhlas menerima apa pun yang terjadi. Saka yakin semua yang ditetapkan Tuhan untuknya adalah yang terbaik.“Jujur, saya baru kali ini menangani kasus seperti ini. Mungkin Tuhan telah memberi Anda sekeluarga mukjizat tak ternilai, Tuan.” Dokter itu kembali bersuara dan mengalihkan pembicaraannya.
“Bagaimana keadaan istri saya, Dok?” Bagai dejavu, Saka kembali mengulang kejadian yang sama seperti beberapa bulan lalu.Yang beda kali ini hanyalah, kondisi Kinan. Dulu Kinan lebih sehat dan tidak mengeluarkan banyak darah dari tubuhnya. Saka sudah pasrah apa pun yang terjadi, dia akan menerima dengan lapang dada.“Sabar, Tuan. Kami sedang berusaha semampu mungkin. Hanya dengan pertolongan Tuhan saja yang bisa memberi mukjizat dan membuat istri Anda selamat dari maut,” ujar dokter yang menangani Kinan.Saka hanya mengangguk lesu tak berdaya.“Mungkin lebih baik, luka Anda dirawat dulu, Tuan,” pinta dokter itu lagi.Saka hanya menghela napas sambil menganggukkan kepala. Usai dari rumah Om Daniel, polisi memang membawa Saka dan Kinan ke rumah sakit terdekat. Kinan langsung masuk UGD dan mendapat pertolongan secepatnya. Sementara Saka tidak mempedulikan lukanya malah sibuk mengejar dokter yang menangani Kinan.
“Aah ... .” Saka langsung tersungkur sambil memegang perutnya.Ternyata sedari tadi Daniel sudah mengamatinya saat berkelahi, Saka selalu kesakitan saat lawan memukul perutnya. Memang masih ada bekas luka tembak yang belum sembuh benar di sana. Bahkan Saka masih menutup lukanya dengan perban.“Jadi itu kelemahanmu. Apa itu lukamu, Saka? Sepertinya aku menyerang tepat sasaran saat ini.” Daniel terkekeh sambil menatap Saka penuh benci.Saka hanya diam, menyeka darah di sudut bibirnya kemudian menatap ke arah Daniel tanpa takut.“Aku tidak punya kelemahan. Om salah menebaknya.”Mendengar ucapan Saka yang sombong membuat Daniel makin murka. Dia kembali menyerang Saka dengan bertubi-tubi membuat Saka kewalahan. Dari dulu, Saka memang tidak pernah menang jika beradu tanding dengan pamannya. Namun, kali ini Saka ingin mengubah sejarah. Dia harus memenangkan perkelahiannya.Mereka masih asyik saling pukul, jotos,
“APA!!?” Saka terperanjat kaget mendengar ucapan Kinan.Kinan hanya diam tidak menjawab dan terus meringis kesakitan sambil memegang perutnya.“Tolong, Saka. Ini ... ini sakit sekali. Aku tidak kuat,” rintih Kinan.“TIDAK!! TIDAK!! KAMU TIDAK BOLEH MENYERAH. KAMU HARUS MELAWANNYA, SAYANG.” Kinan hanya diam tidak menjawab dan terus merundukkan tubuh tak sanggup berdiri tegak. Tanpa banyak bicara, Saka langsung menggendong tubuh Kinan dan berjalan menuju lift.“Aku tidak mau kehilangan kalian berdua. Aku akan melakukan apa saja, Sayang.” Saka berkata seperti itu sambil berjalan masuk ke dalam lift. Kemudian begitu turun dia bersiap keluar dari ruang kerja Daniel. Saka harus secepatnya membawa Kinan ke rumah sakit.Namun, baru saja keluar dari ruang kerja Daniel, Saka menghentikan langkahnya. Ia melihat Daniel sedang berdiri menghadang dengan dua orang penjaga yang dilihat Saka tadi.“Tepat
“Tolong ... Tuan. Jangan lakukan itu!! Anak saya masih kecil dan istri saya juga masih membutuhkan saya,” lirih dokter tersebut memohon.Daniel sudah menodongkan pistolnya ke arah kening dokter tersebut dan tampak tersenyum menyeringai menatapnya.“Kalau kamu masih ingin hidup. Lakukan permintaanku!!”Dokter tersebut terdiam lama, tangannya sudah terangkat semua dan tertegun menatap Kinan. Ini adalah sebuah pilihan yang sulit baginya.“CEPAT!! TUNGGU APA LAGI?? APA KAMU MEMANG INGIN MATI??”Dokter itu mengerjapkan mata kemudian dengan sendu menatap Kinan dan menggelengkan kepala. Hampir tak terdengar sebuah kata keluar dari mulut pria berjas putih itu seakan sedang meminta maaf kepada Kinan.Kinan hanya terdiam menatapnya. Bahkan wanita berwajah manis itu itu tidak bisa menahan buliran bening yang luruh seketika membasahi pipinya.Perlahan dokter itu membalikkan badan dan berjalan menuju meja di sam
“Saka!! Apa yang terjadi?” tanya Nyonya Septa.Ibunda Saka itu mendengar saat Saka berteriak keras tadi dan langsung menyeruak masuk ke kamar Saka. Saka menoleh sambil menyerahkan ponselnya ke Nyonya Septa.“Om Daniel ... Kinan berada di tangan Om Daniel dan dia mau mengaborsi anakku.”“APA??!!” Seketika Nyonya Septa terbelalak kaget.Tuan Arya yang baru saja datang segera menghampiri Saka di kamarnya begitu juga Ardi dan Pak Wildan. Mereka tampak terkejut usai mendengar penjelasan dari Nyonya Septa.“Saka, kamu jangan gegabah. Kita harus lapor polisi. Papa takut mereka menjebakmu kali ini,” ujar Tuan Arya.“Aku gak mau menunggu, Pa. Ini tentang nyawa Kinan dan anakku. Aku gak akan tinggal diam. Aku harus pergi menyelamatkan mereka.”“Iya, Mama tahu. Namun, kamu juga belum pulih benar. Kalau terjadi sesuatu padamu, bagaimana?” Nyonya Septa sudah menitikkan air mat
“Ma, apa ada kabar tentang Kinan?” tanya Saka.Dia baru saja keluar dari kamar dan menghampiri Nyonya Septa yang sedang duduk di ruang tengah.“Tadi Papa dan Pak Wildan sudah tahu tentang taxi online yang dipesan Kinan. Mereka sedang mengecek ke operator aplikasinya. Sementara Ardi sudah lapor polisi tentang hilangnya Kinan. Ardi juga sudah melacak ponsel Kinan. Mungkin sebentar lagi akan ada titik terang, Saka.”Saka hanya diam usai mendengar penjelasan Nyonya Septa.“Lalu sampai kapan Kinan ditemukan, Ma? Aku takut terjadi sesuatu padanya, pada anakku,” gumam Saka pelan.Nyonya Septa menoleh ke arah Saka, kemudian membelai wajah tampan putra kesayangannya itu.“Tenanglah, Saka. Kita sama-sama berdoa, supaya mereka cepat menemukan Kinan dan tidak terjadi sesuatu apa pun yang membahayakannya.”Saka hanya membisu sembari menganggukkan kepala. “Iya, Ma. Semoga saja tidak terjadi apa-
“Aku di mana?” lirih Kinan bertutur.Perlahan dia mengerjapkan mata sambil melihat ke sekeliling. Tadi pagi sekali Kinan memang pergi dari rumah. Ia tahu kalau hari ini Saka keluar dari rumah sakit. Harusnya Kinan bahagia mendengar kabar itu, tapi tidak dengan Kinan saat ini. Hatinya masih sakit, kecewa dan merasa dibohongi. Ia masih tidak bisa terima kenyataan kalau Saka suaminya ini adalah Saka yang sama telah membuat hancur hidupnya di malam itu. Yang lebih menyakitkan lagi, Saka berbohong dan berpura-pura padanya selama ini.Awalnya Kinan ingin menenangkan diri di rumah keluarganya, dia memesan taxi online tanpa sepengetahuan siapa pun. Bahkan Kinan sudah meninggalkan pesan untuk Saka agar tidak mencarinya. Namun, kini dia malah kebingungan berada di mana. Ini bukanlah tujuan utamanya dan Kinan tidak tahu mengapa berada di sini.Terakhir yang dia ingat, sopir taxi online itu mengajaknya mengobrol dan menanyakan tujuannya kemudian Kinan sudah tida