“Kamu ... .” Saka tidak meneruskan kata-katanya hanya diam membisu menatap bocah kecil dengan tampilan mini dirinya.
“Namanya Jason, tahun ini genap 4 tahun usianya,” ujar Katrin yang tiba-tiba berdiri di sebelah bocah laki-laki itu.
Saka tertergun tak bisa berkata apa-apa hanya matanya menatap tanpa kedip ke arah bocah laki-laki yang terus tersenyum menatapnya.
“Is he my daddy, Mommy?” Kembali bocah laki-laki bernama Jason itu bertanya dan kali ini ke Katrin. Katrin hanya tersenyum tidak menjawab malah melirik ke arah Saka yang mematung di depannya.
“Bagaimana, Saka? Kamu masih menganggapku berbohong? Dia putramu yang aku sembunyikan selama ini. Aku tidak ingin kehadirannya membuatmu gagal mencapai semua impianmu saat itu. Ditambah keadaan keluargaku yang tidak pernah mendukung hubungan kita kala itu.”
Saka masih terdiam dan menundukkan kepala. Memang hubungannya dengan Katrin saat itu tidak mendapat
“Aakhhrrgg ... .” Helaan napas panjang lolos keluar begitu saja dari mulut Saka.Berulang ia melirik bocah laki-laki yang sedang terlelap bersandar di kursi mobil bagian belakang. Setelah menempuh perjalanan beberapa jam akhirnya Saka tiba di tanah air. Dia sengaja tidak menelepon Pak Wildan untuk menjemputnya kali ini. Saka tidak ingin sopir pribadinya itu tahu kalau dia tidak pulang sendiri kali ini.“Sudah sampai, Tuan,” ucap sopir taxi online tersebut.Saka tersenyum sambil menganggukkan kepala menjawab sopir tersebut. Mobil yang mereka tumpangi memang sudah berhenti di salah satu apartemen di pusat kota. Kali ini sengaja Saka tidak langsung pulang dan memutuskan membawa Jason ke apartemennya.“Hei! Kita sudah sampai, ayo bangun!” ucap Saka membangunkan Jason. Jason tersenyum, mengucek matanya kemudian segera bangun.Mereka berjalan masuk beriringan ke dalam gedung apartemen hingga keduanya berhenti di lantai 4 gedung apartemen tersebut.“Untuk sementara kita tinggal di sini dulu,
"Eng... gak ke mana-mana, kok," jawab Saka.Kinan tersenyum kemudian semakin mempererat pelukannya seraya menyandarkan kepala ke dada Saka."Ya udah, kalau gitu buruan tidur atau pengen aku buat tidur lagi?" ujar Kinan dengan menggoda.Saka sontak terkekeh mendengar ucapan Kinan. Ia membalas pelukan Kinan dan berlanjut memagut bibir merah istrinya. Tentu saja interaksi mereka berlanjut ke permainan panas di ranjang dan Saka melupakan panggilan yang baru saja dijawabnya tadi. Panggilan tentang kegelisahan Jason yang tidak bisa terlelap di malam pertama dia tiba di tanah air.**"Jason... tolong jangan ngambek, gitu. I'm sorry," cicit Saka penuh penyesalan.Hari ini sengaja Saka berangkat subuh untuk mampir ke apartemennya menemui Jason. Dia menyesal, karena semalam tidak bisa hadir menemani Jason tidur. Kali ini Saka pergi keluar rumah tanpa sepengetahuan Kinan. Kinan masih terlelap di kamarnya saat Saka keluar."Oke, Daddy mengaku salah. Daddy janji tidak akan mengulangi lagi. Sekaran
“Aku .. ha—““Bentar, Sayang! Ada telepon masuk,” potong Saka sebelum Kinan sempat meneruskan ucapannya. Kinan hanya diam mengangguk sementara Saka sudah berdiri merogoh saku celana kemudian meraih ponselnya. Ia terdiam sebentar kemudian melirik Kinan.“Aku terima telepon di luar. Kamu mandi dulu, aku tunggu di ruang makan!” ucap Saka sambil bergegas pergi keluar kamar.Kinan hanya diam membisu sambil berulang menganggukkan kepala. Hal yang sangat aneh bagi Kinan saat melihat Saka tergesa keluar kamar hanya untuk menjawab panggilan ponsel. Padahal biasanya dia selalu menerima telepon tepat di hadapan Kinan tanpa mau menutupi apa pun. Mengapa kini berbeda? Kinan menghela napas panjang sambil merapikan dirinya bersiap mandi.“Hmm ... mungkin itu orang yang sangat penting hingga aku tidak boleh tahu,” gumam Kinan.Selang beberapa saat Kinan keluar kamar dan bergegas menuju ruang makan. Dia sangat t
“Kamu dari mana?” tanya Kinan saat melihat Saka datang.Hampir pukul sembilan malam saat Saka sampai ke rumah dan itu bukan kebiasaannya. Setiap hari Saka selalu pulang paling lambat pukul tujuh malam dan itu pun sangat jarang.Saka berjalan mendekat ke arah Kinan lalu merengkuh pinggul rampingnya kemudian memeluk Kinan dan menelusupkan kepalanya ke leher Kinan.“Maaf, Sayang. Aku banyak janji hari ini dan tidak sempat meneleponmu tadi,” lirih Saka menjawab.Kinan menghela napas panjang sambil mengelus rambut Saka. “Kenapa kamu tidak meminta Pak Wildan mengantarmu? Beliau sudah pulang sejak sore tadi.”Giliran Saka yang menghela napas, ia mengangkat kepala dan menatap Kinan dengan intens.“Iya, aku tadi sekalian keluar jadi gak minta Pak Wildan mengantar. Lagipula tadi saat Pak Wildan sedang istirahat makan siang. Kasihan kalau diganggu.”Kinan hanya diam, padahal Pak Wildan sama sekali tidak keberatan jika Saka mengganggu waktu istirahat makan siangnya. Pria paruh baya itu tahu tugas
“KINAN!? Ka-kamu ... kok di sini?” ucap Saka saking terkejutnya.Kinan hanya diam tidak menjawab. Mata bulatnya nan indah kini sedang melihat ke arah Jason dan Saka tahu itu. Saka diam, jakunnya naik turun menelan saliva dalam jumlah banyak kemudian berjalan mendekati Kinan. Sementara Jason hanya menatap dengan bingung ke arah Saka dan Kinan.“Ini tidak seperti yang kamu lihat, Sayang. Aku bisa menjelaskannya,” lanjut Saka.Kinan menganggukkan kepala sambil melipat tangan di depan dada menatap Saka dengan tajam. “Baik, aku tunggu penjelasannya.”Saka menghela napas panjang sambil berdecak. “Sayang ... tapi gak di sini juga. Ayo, kita masuk!” Saka membuka salah satu kabin apartemen yang berada di dekatnya kemudian meminta Kinan masuk.Kinan menurut, ia mengekor langkah Saka. Saka bergegas masuk ke dalam meletakkan Jason di kamarnya seraya meminta baby sitter menemani Jason hingga tertidur. Saka langsun
“Aku Kinan dan kamu pasti Jason,” sapa Kinan dengan senyum manis.Siang itu sengaja Saka meminta Pak Wildan menjemput Jason beserta baby sitternya untuk diajak tinggal di rumah Saka. Bocah laki-laki yang tampan itu balas tersenyum kemudian mengulurkan tangan menyambut tangan Kinan.“Nice to meet you, Maam,” jawab Jason ramah.“Akh ... kamu manis sekali. Benar kata Saka.” Kinan bersorak kegirangan. Jason hanya manggut-manggut sambil tersenyum.“Oh ya, kamu akan tinggal di sini untuk beberapa saat. Aku harap kamu betah, kalau ada sesuatu yang tidak kamu inginkan bilang saja padaku. Aku akan membereskannya untukmu. Oke?” Kinan mengerling lucu ke arah Jason dan Jason hanya mengangguk sambil tersenyum.“Oke, baiklah. Sekarang bagaimana kalau kita makan siang dulu. Kamu pasti lapar.” Jason mengangguk kemudian sudah mengekor langkah Kinan menuju ruang makan.Jason sangat senang saat meliha
“MAMA!? Se—sejak kapan Mama di sini?” tanya Saka dengan gugup.Nyonya Septa hanya diam tidak menjawab malah sekarang tatapan matanya tertuju tajam ke arah Jason. Jason hanya diam menundukkan kepala, sepertinya bocah kecil itu terlihat ketakutan. Saka melihat reaksi Jason. Ia segera meminta Jason masuk ke kamar dan meninggalkan mereka berdua.“Kamu belum menjawab pertanyaan Mama, Saka. Mengapa Jason memanggilmu ‘Daddy’? Apa kamu ayahnya?” kembali Nyonya Septa bertanya.Saka berdiri, kemudian mengajak Nyonya Septa duduk bersebelahan dengannya di bangku taman. Nyonya Septa menurut dan duduk di sebelah Saka. Saka masih diam terus menundukkan kepala dengan helaan napas yang keluar masuk teratur dari mulutnya.“Ma ... aku harap Mama mau merahasiakan hal ini dulu dari Kinan,” ucap Saka mengawali. Tentu saja Nyonya Septa sontak terkejut dengan permintaan Saka. Kedua mata wanita berusia senja itu terbelalak kag
“Mama mau ke mana? Kok pagi-pagi ke sini dan mengajak Jason pergi?” tanya Kinan.Pagi itu Nyonya Septa memang sengaja datang ke rumah Saka kembali untuk mengajak Jason melakukan tes DNA. Sayangnya, saat hendak berangkat Kinan mengetahuinya. Nyonya Septa menghentikan langkah sambil melirik sekilas ke arah Jason yang berdiri di sampingnya.“Mama mau mengajaknya ke tempat penitipan day care, Kinan. Mama yakin Jason akan senang di sana. Dia bisa bertemu teman sebaya juga belajar banyak,” jawab Nyonya Septa. Wanita berusia senja itu terpaksa mengarang jawabannya agar tidak membuat Kinan curiga.“Ehmm ... kalau Jason di day care, aku pasti akan sendirian lagi, Ma. Bagaimana jika aku saja yang mengajak Jason bermain dan belajar. Aku juga sangat telaten kok, Ma.” Kinan malah mengajukan usul ke Nyonya Septa.“Tidak bisa seperti itu, Kinan. Bagaimana kalau Saka membutuhkanmu? Bagaimana pun prioritas utamamu adalah Saka dan juga rencana kalian untuk punya anak. Mama tidak mau kehadiran Jason men
“Gadis kecil di foto itu ... adalah ... aku,” lirih Kinan bersuara.Saka langsung tersenyum mendengar ucapan Kinan. Kinan hanya terdiam dan masih terkejut begitu tahu kalau dia sudah mengenal suaminya jauh hari sebelumnya.“Jadi ... jadi ... kamu anak kecil yang tertabrak mobil dulu?” imbuh Kinan.Sekali lagi Saka mengangguk dan sebuah senyuman terukir di wajah tampannya.“Ya Tuhan ... .” Kinan langsung menangkupkan kedua tangannya ke muka. Ini benar-benar kejadian yang tidak pernah dia duga.Memang Kinan yang menolong Saka saat Saka secara sengaja ditabrak mobil oleh Daniel. Kebetulan Kinan hendak bertandang ke rumah Saka saat itu. Kinan yang lebih dulu melihat Saka tergeletak tak berdaya di depan rumahnya saat mobil Daniel menabrak Saka. Kinan juga yang berlarian masuk ke dalam rumah Saka memberitahu ke orang tua Saka. Sementara orang tua Kinan sudah sigap menolong Saka.Kinan menunduk dan berurai air ma
“Nyonya Kinan sudah melalui masa kritisnya dan kondisinya kini sudah membaik,” ucap dokter wanita itu.Seketika kaki Saka lemas dan langsung duduk di kasur kembali. Dia merasa lega sekaligus senang usai mendengar perihal kondisi istri tercintanya. Hal yang sama juga ditunjukkan Nyonya Septa, Tuan Arya, Ardi dan Pak Wildan. Semuanya tampak tersenyum bahagia.Dokter itu menganggukkan kepala melihat mimik suka cita yang tampak pada semua yang hadir di ruangan ini.“Lalu tentang janinnya ---“ Dokter itu kembali menggantung kalimatnya dan kini sudah fokus melihat ke arah Saka.Saka membisu tak berani bersuara. Dia sudak ikhlas menerima apa pun yang terjadi. Saka yakin semua yang ditetapkan Tuhan untuknya adalah yang terbaik.“Jujur, saya baru kali ini menangani kasus seperti ini. Mungkin Tuhan telah memberi Anda sekeluarga mukjizat tak ternilai, Tuan.” Dokter itu kembali bersuara dan mengalihkan pembicaraannya.
“Bagaimana keadaan istri saya, Dok?” Bagai dejavu, Saka kembali mengulang kejadian yang sama seperti beberapa bulan lalu.Yang beda kali ini hanyalah, kondisi Kinan. Dulu Kinan lebih sehat dan tidak mengeluarkan banyak darah dari tubuhnya. Saka sudah pasrah apa pun yang terjadi, dia akan menerima dengan lapang dada.“Sabar, Tuan. Kami sedang berusaha semampu mungkin. Hanya dengan pertolongan Tuhan saja yang bisa memberi mukjizat dan membuat istri Anda selamat dari maut,” ujar dokter yang menangani Kinan.Saka hanya mengangguk lesu tak berdaya.“Mungkin lebih baik, luka Anda dirawat dulu, Tuan,” pinta dokter itu lagi.Saka hanya menghela napas sambil menganggukkan kepala. Usai dari rumah Om Daniel, polisi memang membawa Saka dan Kinan ke rumah sakit terdekat. Kinan langsung masuk UGD dan mendapat pertolongan secepatnya. Sementara Saka tidak mempedulikan lukanya malah sibuk mengejar dokter yang menangani Kinan.
“Aah ... .” Saka langsung tersungkur sambil memegang perutnya.Ternyata sedari tadi Daniel sudah mengamatinya saat berkelahi, Saka selalu kesakitan saat lawan memukul perutnya. Memang masih ada bekas luka tembak yang belum sembuh benar di sana. Bahkan Saka masih menutup lukanya dengan perban.“Jadi itu kelemahanmu. Apa itu lukamu, Saka? Sepertinya aku menyerang tepat sasaran saat ini.” Daniel terkekeh sambil menatap Saka penuh benci.Saka hanya diam, menyeka darah di sudut bibirnya kemudian menatap ke arah Daniel tanpa takut.“Aku tidak punya kelemahan. Om salah menebaknya.”Mendengar ucapan Saka yang sombong membuat Daniel makin murka. Dia kembali menyerang Saka dengan bertubi-tubi membuat Saka kewalahan. Dari dulu, Saka memang tidak pernah menang jika beradu tanding dengan pamannya. Namun, kali ini Saka ingin mengubah sejarah. Dia harus memenangkan perkelahiannya.Mereka masih asyik saling pukul, jotos,
“APA!!?” Saka terperanjat kaget mendengar ucapan Kinan.Kinan hanya diam tidak menjawab dan terus meringis kesakitan sambil memegang perutnya.“Tolong, Saka. Ini ... ini sakit sekali. Aku tidak kuat,” rintih Kinan.“TIDAK!! TIDAK!! KAMU TIDAK BOLEH MENYERAH. KAMU HARUS MELAWANNYA, SAYANG.” Kinan hanya diam tidak menjawab dan terus merundukkan tubuh tak sanggup berdiri tegak. Tanpa banyak bicara, Saka langsung menggendong tubuh Kinan dan berjalan menuju lift.“Aku tidak mau kehilangan kalian berdua. Aku akan melakukan apa saja, Sayang.” Saka berkata seperti itu sambil berjalan masuk ke dalam lift. Kemudian begitu turun dia bersiap keluar dari ruang kerja Daniel. Saka harus secepatnya membawa Kinan ke rumah sakit.Namun, baru saja keluar dari ruang kerja Daniel, Saka menghentikan langkahnya. Ia melihat Daniel sedang berdiri menghadang dengan dua orang penjaga yang dilihat Saka tadi.“Tepat
“Tolong ... Tuan. Jangan lakukan itu!! Anak saya masih kecil dan istri saya juga masih membutuhkan saya,” lirih dokter tersebut memohon.Daniel sudah menodongkan pistolnya ke arah kening dokter tersebut dan tampak tersenyum menyeringai menatapnya.“Kalau kamu masih ingin hidup. Lakukan permintaanku!!”Dokter tersebut terdiam lama, tangannya sudah terangkat semua dan tertegun menatap Kinan. Ini adalah sebuah pilihan yang sulit baginya.“CEPAT!! TUNGGU APA LAGI?? APA KAMU MEMANG INGIN MATI??”Dokter itu mengerjapkan mata kemudian dengan sendu menatap Kinan dan menggelengkan kepala. Hampir tak terdengar sebuah kata keluar dari mulut pria berjas putih itu seakan sedang meminta maaf kepada Kinan.Kinan hanya terdiam menatapnya. Bahkan wanita berwajah manis itu itu tidak bisa menahan buliran bening yang luruh seketika membasahi pipinya.Perlahan dokter itu membalikkan badan dan berjalan menuju meja di sam
“Saka!! Apa yang terjadi?” tanya Nyonya Septa.Ibunda Saka itu mendengar saat Saka berteriak keras tadi dan langsung menyeruak masuk ke kamar Saka. Saka menoleh sambil menyerahkan ponselnya ke Nyonya Septa.“Om Daniel ... Kinan berada di tangan Om Daniel dan dia mau mengaborsi anakku.”“APA??!!” Seketika Nyonya Septa terbelalak kaget.Tuan Arya yang baru saja datang segera menghampiri Saka di kamarnya begitu juga Ardi dan Pak Wildan. Mereka tampak terkejut usai mendengar penjelasan dari Nyonya Septa.“Saka, kamu jangan gegabah. Kita harus lapor polisi. Papa takut mereka menjebakmu kali ini,” ujar Tuan Arya.“Aku gak mau menunggu, Pa. Ini tentang nyawa Kinan dan anakku. Aku gak akan tinggal diam. Aku harus pergi menyelamatkan mereka.”“Iya, Mama tahu. Namun, kamu juga belum pulih benar. Kalau terjadi sesuatu padamu, bagaimana?” Nyonya Septa sudah menitikkan air mat
“Ma, apa ada kabar tentang Kinan?” tanya Saka.Dia baru saja keluar dari kamar dan menghampiri Nyonya Septa yang sedang duduk di ruang tengah.“Tadi Papa dan Pak Wildan sudah tahu tentang taxi online yang dipesan Kinan. Mereka sedang mengecek ke operator aplikasinya. Sementara Ardi sudah lapor polisi tentang hilangnya Kinan. Ardi juga sudah melacak ponsel Kinan. Mungkin sebentar lagi akan ada titik terang, Saka.”Saka hanya diam usai mendengar penjelasan Nyonya Septa.“Lalu sampai kapan Kinan ditemukan, Ma? Aku takut terjadi sesuatu padanya, pada anakku,” gumam Saka pelan.Nyonya Septa menoleh ke arah Saka, kemudian membelai wajah tampan putra kesayangannya itu.“Tenanglah, Saka. Kita sama-sama berdoa, supaya mereka cepat menemukan Kinan dan tidak terjadi sesuatu apa pun yang membahayakannya.”Saka hanya membisu sembari menganggukkan kepala. “Iya, Ma. Semoga saja tidak terjadi apa-
“Aku di mana?” lirih Kinan bertutur.Perlahan dia mengerjapkan mata sambil melihat ke sekeliling. Tadi pagi sekali Kinan memang pergi dari rumah. Ia tahu kalau hari ini Saka keluar dari rumah sakit. Harusnya Kinan bahagia mendengar kabar itu, tapi tidak dengan Kinan saat ini. Hatinya masih sakit, kecewa dan merasa dibohongi. Ia masih tidak bisa terima kenyataan kalau Saka suaminya ini adalah Saka yang sama telah membuat hancur hidupnya di malam itu. Yang lebih menyakitkan lagi, Saka berbohong dan berpura-pura padanya selama ini.Awalnya Kinan ingin menenangkan diri di rumah keluarganya, dia memesan taxi online tanpa sepengetahuan siapa pun. Bahkan Kinan sudah meninggalkan pesan untuk Saka agar tidak mencarinya. Namun, kini dia malah kebingungan berada di mana. Ini bukanlah tujuan utamanya dan Kinan tidak tahu mengapa berada di sini.Terakhir yang dia ingat, sopir taxi online itu mengajaknya mengobrol dan menanyakan tujuannya kemudian Kinan sudah tida