"Boss ?” ulang yaya
“Iya!” jawab nina
“Pak manajer ?" Tanya yaya memastikan
"Bukan. Dipanggil pak CEO. Di suruh keruangannya." jelas nina Yaya mengangguk. Ia ingin bertanya lagi tapi kelihatannya nina sedang sibuk. Itu terlihat seperti nina memang mencarinya sejak tadi. "Baiklah!" Ujar yaya. Bahkan tidak sempat mengatakan terima kasih karena nina yang sudah lebih dulu pergi.Awalnya yaya akan membuat kopi. Tapi panggilan CEO lebih penting saat ini. Dia lalu segera berjalan keruangan CEO.
Apakah setiap karyawan baru akan langsung berhadapan dengan boss seperti ini ?. Dulu waktu yaya bekerja dia tidak seperti itu.Lantai yang sedang yaya pijak sekarang ini sepertinya hanya khusus untuk CEO, karena di sana hanya terlihat sebuah meja yang mungkin digunakan sekretaris untuk bekerja, dan sebuah pinta besar dengan beberapa ornamen disana.
“Permisi pak,” ucap yaya pada sekretaris yang berada di depan ruangan CEO
“Iya.” jawab beliau. Dia belum terlihat terlalu tua. Mungkin seumuran yaya, jika dia tidak salah mengira.
“Maaf pak. Kata HRD, saya dipanggil ke ruangan CEO!” jelas yaya
“Karenina ?” tanya pria itu
“Iya pak!” jawab yaya
“Masuk gih. Udah ditungguin boss,” kata pria itu
“Baik pak!” ujar nina
“Tidak perlu terlalu formal. Panggil saja Leon!” kata pria itu lagi
Yaya mengangguk sekilas mendengar itu. Dia memang pria kemarin yang memanggilnya ke ruangan untuk melakukan interview, yang ujung-ujungnya ditunda.
“Baik pak leon. Saya permisi dulu,” pamit yaya
“Baik. Silahkan!” kata leon mempersilahkan
Lantai itu terasa begitu sunyi, hanya terdengar suara sepatu yaya yang beradu dengan keramik licin di bawah nya.
Tok tok tok..Yaya mulai mengetuk besar di hadapan nya.
“Masuk!” ucap sebuah suara yang berasal dari dalam ruangan itu.
“Masuk” ucap sebuah suara yang berasal dari dalam ruangan itu.
"Permisi pak!" ucap yaya sopan setelah menemukan si boss besar sedang duduk santai di kursi kebesarannya.Yaya masih berdiri di depan meja kerja bossnya itu. Dia menunggu agar dipersilahkan duduk. Tapi hingga saat ini dia belum juga dipersilahkan duduk.
“Apa anda perlu undangan untuk duduk ?” tanya boss nya
Yaya hanya menatapnya dengan diam tanpa ingin menjawab. Boss ini aneh sekali. Apa dia lebih menyukai karyawan yang datang dan tanpa diberi izin langsung duduk ?
"Silahkan duduk!" kata pria itu mempersilahkan. Oh akhirnya. "Terimakasih pak!" jawab yayaSepertinya boss nya itu tidak asing. Seperti pernah bertemu sebelumnya.
"Jadi.. Bagaimana hubunganmu dengan adikku ?" Tanya pria itu yang membuat yaya kebingunganSiapa yang dimaksud pria itu ? Yaya saja baru kembali dari Aussie dua tahun yang lalu. Dan selama itu, yaya tidak merasa memiliki masalah dengan siapapun.
“Apa saya perlu mengatakan siapa adik saya ?” tanya pria itu lagi
“Apa adik bapak itu wanita ?” tanya yayaBoss di depan nya itu malah menatap yaya lurus. Tepat pada iris matanya. Seketika itu juga yaya merasa seperti pernah mengalami keadaan seperti itu sebelumnya.
“Sebentar. Sepertinya saya sudah mengerti,” jawab yaya datar
Pria didepannya yang juga atasannya itu, adalah saudara kandung yudha. Oh astaga. Tidak perempuan, tidak laki-laki. Semuanya bermasalah dengan yaya hanya karena yudha.
“Baguslah. Jadi apa hubungan mu dengan yudha ?” tanya bossnya
Benarkan, sudah yaya duga.
“Hanya teman. Bahkan saya baru saja bertemu dengan nya kemarin-“ yaya bahkan belum sempat menjelaskan namun pria di depannya ini sudah mengangkat kedua tangannya tanda berhenti.
“Tidak perlu mengatakan itu. Saya sudah tahu” ujarnya santai“Saya bahkan tahu kamu masih mencoba mendekatinya hingga sekarang!” ujar pria itu lagi
Yaya kaget saat mendegar itu dan membulatkan kedua matanya. Entah ada apa dengan boss aneh itu. Yaya saja tidak mengingat namanya sama sekali.
Entah mengapa orang membencimu, padahal kamu tidak pernah sekalipun berbincang dengan mereka. Kadang manusia memang se aneh itu.
“Kenapa diam ? Tidak perlu bersikap polos seperti itu” katanya lagi
“Baiklah” jawab yaya. Dia bahkan tidak bisa menyembunyikan tawa lucunya walau dia sudah mencoba menahannya.“Kenapa tertawa ?” tanya pria itu dengan wajah yang tidak suka.Akhirnya, yaya menghentikan tawanya.“Hanya merasa lucu. Sebenarnya sudut pandang mana yang ada lihat ?. Hingga bisa mengatakan bahwa saya mencoba mendekati adik bapak ?!” jelas yaya“Saya bukan bapak kamu!” protes bossnya itu.Yaya mengernyit sejenak. Dia memang bukan bapaknya yaya. Apalagi papinya. Sama sekali tidak mirip.“Lalu harus saya panggil siapa?" Tanya yaya."Lagipula, saya sudah lupa siapa nama anda!” jawab yaya lagiBoss di depannya ini sepertinya suka sekali menatap orang dengan tajam. Buktinya dari tadi dia selalu menatap yaya dengan tajam dan pandangan seolah meremehkan.“Berhenti menatap saya dengan tatapan menilai seperti itu. Dan berhenti bersikap seolah anda dan adik
Hari ini cuaca terlihat sangat cerah. Sepertinya hari ini akan terasa menyenangkan. Walau setiap hari rasanya menyenangkan bagi Audrey.“Mba audrey !” teriak seseorang dari depan rumah audreyMendengar itu, audrey bergegas turun karena dia juga akan berangkat ke kantor hari ini.“Iya mang!” jawab audrey saat mendapati mang ucup yang berada di depan rumah.“Selamat pagi neng,” ucap mang ucup dengan ramah“Pagi mang !” jawab audrey dengan senyum yang tak kalah ramahnya.Audrey selalu membeli onde-onde dari mang ucup dan memakan nya selama perjalanan. Walau dia juga sudah lebih dulu sarapan tadi. Maklumlah, rasanya kurang jika audrey belum ngemil di pagi hari.“Beli yang biasa mba ?” tanya mang ucup“Iya mang !” jawab audreyAh, audrey benci ketika tahu bulat di depannya juga seperti meminta untuk dibeli.“Sama tahunya mang, telur puyuhnya
~Dia tahu semuanya tidak akan pernah sama lagi. Namun dengan egoisnya,dia masih berharap semuanya akan baik-baik saja~Hari ini seperti biasa, audrey mengemudikan mobilnya menuju kantor. Dia selalu datang tepat waktu. Tidak terlalu cepat, dan tidak juga terlambat.Awalnya audrey tidak ingat dengan satpam di depan kantornya. Tapi kerumunan pagi ini membuat audrey kembali mengingat kejadian kemarin.Sepertinya pemandangan ini akan terjadi setiap hari. Semoga akhir pekan segera datang, walau hari ini barulah hari selasa.“Pagi mba audrey” sapa satpam yang sama seperti hari kemarin. Sebenarnya bukan saja hari kemarin, tapi setiap hari juga mereka selalu menyapa karyawan yang masuk.“Pagi juga pak..” jawab audrey“Masih sama kayak hari kemarin yah” kata audrey sambil melirik ke arah kerumunan itu.“Iya mba. Biasa, orang ganteng mah beda” jawab pak
~Itu menunjukkan bahwa hal yang pahit pun masih bisa dinikmati~“Dika” teriak audrey saat mendapati dika sedang berada di kantin perusahaan pagi ini“Kenapa audrey valerie yang suaranya cetar kayak toa. Pagi-pagi udah teriak aja” kata dikaSebetulnya dia sedang menjawab panggilan audrey atau sedang ceramah ?“Aishh. Btw, tumben itu di depan nggak ada kerumunan lagi. Udah lo apain ?” tanya audrey“Lo kira gue demen ama tu orang apa ? Gini-gini juga gue laki tauu” kata dika seperti sedang mencibir.“Tauu gue lo laki. Maksudnya tu satpam udah lo tegur, lo pindahin atau apa ? Masa ilang gitu aja ?” tanya audrey lagi“Bilang dong. Kan gue jadi nethink” kata dika“Nggak gue apa-apain sih. Bisa-bisa gue dipecat. Kan udah ada CEO baru sekarang” lanjut dikaAudrey hanya manggut-manggut merespon jawaban dika.
Di tempat lain, vano baru saja datang. Dia mengenakan jas rapi yang semakin memberi kesan seorang boss.Sebenarnya ini bukan pertama kalinya dia menginjakan kaki ke kantor yang sekarang menjadi miliknya ini. Hanya saja, dia sengaja menyamar selama 3 hari sebagai satpam disini. Agar bisa mengetahui bagaimana kebiasaan para karyawan nya.“Selamat pagi pak” sapa dika – asisten pribadi ku disini.“Hemm” jawabku singkat.Aku punya rasa tidak suka kepada asisten pribadi ku itu sejak awal bertemu. Tapi dia terlihat bagus dalam hal bekerja.Aku berjalan sepanjang lorong kantor dan kelihatan nya mereka sudah menyiapkan acara sambutan kecil-kecilan.Aku memandang sekeliling mencari seseorang yang sudah kutemui tiga hari belakangan tanpa menyapanya. Kemana dia ?“Apa bapak mencari sesuatu ?” tanya dika“Tidak” hanya itu jawaban yang keluar dari mulutku kepadanya.Waktu terus ber
Audrey akan masuk keruangannya. Namun tiba-tiba..“Ekhem” dehem seseorang di dekat Audrey yang membuatnya berhenti sejenak.Entahlah. Mungkin hanya perasaan nya saja.Saat akan membuka pintu ruangan nya, sebuah tangan malah memegang pintu itu seolah menghentikan audrey agar tidak masuk.“Kok hawa nya jadi horor gini sih” kata audrey“Kamu pikir saya hantu ?!” ucap sang pemilik tangan yang akhirnya membuat audrey kaget sebentar. Namun dia mencoba menutupi nya agar tidak diketahui orang itu.“Eh pak” sapa audrey saat berbalik dan mendapati vano lah yang berada di belakangnya.“Hemm” jawab vano singkat“Ada perlu apa pak ?” tanya audrey“Kamu kira saya bapak kamu ?!” kata vano dengan nada ketusAudrey hanya mengangkat sebelah alisnya karena bingung.“Jadi saya panggil nya apa ?” tanya audrey tapi tidak direspon oleh
“Walau tidak tahu apa yang akan terjadi, sepertinya menghindar adalah ide terbaik”~Life Must Go On~"Pagi yaya" sapa pak arya. Manajer keuangan sekaligus atasan yaya."Pagi juga pak" jawab yaya ramah.“Ada yang bisa saya bantu pak ?” tanya yaya“Tidak banyak. Saya hanya harus mengadakan panggilan jarak jauh dengan klien hari ini. Jadi pastikan bahwa tidak ada orang yang masuk ke ruangan saya” jelas pak arya“Baik pak. Akan saya ingat” kata yaya“Sepertinya tidak sampai jam makan siang, jadi tolong ingatka saya jika sudah masuk jam makan siang nanti” ujar pak arya“Siap pak” balas yaya“Oke. Terimakasih yaya” ujar pak arya“Sama-sama pak” ucap y
"Yay" panggil seseorang saat yaya sedang berjalan ke arah lift.Oh astaga. Kenapa harus ada yudha disini ? Bisa gawat kalau ketahuan pak ryan. Lebih baik dia pergi saja. Bukan nya takut di omeli lagi, tapi yaya juga tidak suka berdekatan dengan yudha.Yaya terus berjalan dan berpura-pura fokus dengan ponsel pintar nya. Semoga saja yudha tidak mencegah nya."Yay tunggu" cegah yudha sambil memegang pergelangan tangan yaya.Belum juga selesai meminta, diri nya sudah di cegah yudha yang memang berlari ke arah nya."Eh yud. Ngapain disini ?" Tanya yaya mencoba basa basi. Padahal dia sudah tahu bahwa ini adalah kantor kakak nya. Atau kah ini kantor milik keluarga mereka ? Entahlah. Semoga saja dia tidak sadar kalau yaya ingin menghindarinya tadi.Yaya sudah melepas pegangan tangan yudha tadi. Bisa tambah marah boss nya jika melihat mereka berdua seperti itu."Harusnya gue yang tanya gitu. Kan ini ka
Bukan hanya tentang siapa yang lebih dulu kau temui, karena segalanya bukan karena sudah waktunya, tapi karena memang dia orangnya.. . .Hari ini adalah hari pernikahan Yudha dan Ina.“Udah siap sayang ?, cepat udah ditelepon mama nih” itu teriakan ryan.“begini nih kalau udah dandan. Harus lama banget gitu” kata ryan pada melodi yang berada di gendongannya.“Iya sayang, udah siap kok” jawab yaya.Dia berjalan menuruni tangga sembari memeriksa isi tasnya.“Sayang” tegur ryan“Apa aku cantik?” tanya yaya“Apa kamu yakin?” kata ryanAda apa lagi ini?“Sayang, coba lihat. Apa itu mommy?” tanya ryan pada melodi“kenapa sih sayang?” bingung yaya“Itu sangat cantik. Makanya aku bertanya apakah ini benar mommy-nya Melodi?”Huffhh, yaya menghela n
“Dek!” panggil ryan saat yaya sedang berada di dapur. Dia sudah mencari keberadaan istrinya dan akhirnya menemukanya disana“Hmm?” yaya hanya bergumam sebagai jawaban. Dia sedang sibuk melakukan beberapa pekerjaan saat ini.“Lagi ngapain?” tanya ryan. Dia berjalan semakin dekat kesana untuk mengampiri yaya dan memeluk pinggang istrinya itu dari belakang.“Ngapain sih?” kata ryan mengulang pertanyaannya barusan, yang belum sempat dijawab oleh Yaya.“Aku cuman lagi nyuci piring aja.” Jawab yaya. Bahkan Ryan bisa melihat bahwa istrinya itu sedang mencuci beberapa tempat makan.“Nggak usah dicuci. Dikit gitu doang.” Kata ryan tapi Yaya masih saja meneruskan kegiatannya mencuci beberapa peralatan makan yang tersisa.“Sayang!” Panggil ryan lagi. Ada apa dengan suaminya kali ini?“Iyaa, sayang?” tanya yaya seadanya“Kita nggak usah fi
“Kak!” panggil yaya setelah dia mendapati suaminya sedang berada di depan tv saat ini. Ryan yang merasa dipanggil oleh istrinyapun, langsung bergumam sebagai jawabanDia bisa melihat istrinya yang sudah siap dengan pakaian rapinya saat ini. Padahal Ryan baru saja ingin memanggil Yaya agar berbincang dengannya saat ini.“Hmm?” balas ryan datar, dia mencoba bersikap seperti itu agar Yaya menjadi bertanya tentang tingkahnya.“Aku mau kerumah mama dulu. Mau bantuin mama ngurus acara pernikahan Yudha dan Ina." ucap yaya sebelum Ryan bertanya lebih dulu. Dia bahkan tidak berniat untukg mengobrol dengan suaminyaSebenarnya Yaya memang berniat seperti itu sejak awal. Dia bahkan sudah berlatih saat berada di kamar tadi. Dengan cermin besar yang ada di kamar mereka tentunya.“Kok gitu sih sayang?” tanya ryan setelah Yaya menjelaskan maksudnya. Tapi kenapa balasannya malah berbeda sekali?Yaya yang mendengar it
Vano dan Audrey sudah melakukan bulan madu selama hampir dua minggu. Selama itupula, mereka hanya melakukan beberapa perjalanan dan sisanya hanya berdiam diri di tempat honeymoon mereka.Siang ini, Vano dan Audrey sudah kembali ke Jakarta. Setelah beberapa jam setelah ketibaan mereka, Audrey dan Vano berencana untuk jalan-jalan keluar. Mereka berdua akhirnya berkunjung ke rumah Yaya dan Ryan setelah mereka memberitahu bahwa mereka akan berkunjung“Halo kak!” sapa yaya setelah Audrey sampai disana“Haii!” balas Audrey yang langsung memeluk yaya dengan semangat.Ternyata selain Audrey dan Vano, mereka juga bertemu dengan Yudha disana. “Kak Audy!” panggil yudha dengan semangat saat melihat Audrey ada disana. Audrey berjalan mendekat dan memeluk sepupunya itu.“Apa kabar, dek?” tanya Audrey pada Yudha“Baik dong kak. Gimana kabar kak Audy sama kak Vano?” tanya Yudha setelah dia me
Vano mencari keberadaan Audrey siang ini di rumah mereka. Dia hanya meninggalkan Audrey sebentar, dan sekarang istrinya itu entah pergi kemana.“Beib?” panggil Vano setelah dia turun ke lantai bawah. Kemana istrinya pergi tanpa memberitahu lebih dulu?Vano berjalan ke kamar mereka dan
Beberapa menit setelah berkendara, mereka akhirnya sampai di sebuah rumah yang tampak elegan. Rumah itu terdiri dari empat tingkat dengan halaman yang sangat luas. Disana terdapat banyak lampu yang menghiasi setiap sudut rumah.“C’mon beib!” ajak Vano yang baru saja membukakan pintu mobil untuk Audrey. Audrey meraih tangan suaminya dan ikut berjalan Bersama“Selamat datang di rumah.” Kata Vano setelah pintu rumah yang tampak megah itu terbuka dengan lebar“Ini bukan rumah kamu.” Ucap Audrey. Dia terbiasa berkunjung ke rumah Vano yang dulu. Tapi itu bukanlah rumah yang sedang mereka datangi saat ini“Ini memang bukan rumah aku.” Jawab Vano. Audrey menatap pria itu dengan sebekah alis yang terangkat. Pertanda bahwa dia tidak mengerti maksud perkataan Vano barusanSebelum Vano menjawab pertanyaan Audrey, dia terlebih dahulu menggendong istrinya ala bridal style. Padahal kenyataannya mereka me
Beberapa hari telah berlalu, dan hari ini adalah acara pernikahan Audrey dan Vano. Saat Vano berkata dia ingin melihat gaun pengantin milik Audrey setelah kembali ke Jakarta, dia ternyata mengurungkan niatnya itu.Dia hanya berkata bahwa dia setuju dengan semua pilihan Audrey. Jadilah Audrey menggunanakan rancangan yang sudah dia beserta mama, mommy, dan beberapa keluarga lainnya pilih waktu itu.
Pagi ini, Audrey sudah membuat janji di butik milik tante Sofia. Itu adalah tantenya Yaya. Butik itu juga sudah menjadi langganan keluarga mereka sebelum mereka bertemu dengan Yaya. Khususnya bagi Audrey, karena tante Sofia juga pernah sekali berkunjung saat Yaya dan Audrey masih berada di Australia. Yaya juga tidak memberitahu Audrey tentang Ryan yang masih saja menahannya untuk tidak pergi hari ini. Tapi walaupun Yaya tidak mengatakan apapun, Audrey sudah bisa menebak sifat sepupunya itu.
Di lain tempat, Dika dan Lara sedang membicarakan tentang Lara yang akan ikut untuk membantu Audrey menyiapkan segala keperluan terkait pernikahannya nanti.“Sayang!” panggil Lara setelah dia mendapati suaminya sedang berada di depan tv saat ini. Dika yang merasa dipanggil oleh istrinyapun, langsung bergumam sebagai jawabanDia bisa melihat istrinya yang sudah siap dengan pakaian rapinya saat ini. Padahal Dika baru saja ingin memanggil Lara agar berbincang dengannya saat ini.“Hmm?” balas Dika datar, dia mencoba bersikap seperti itu agar diana menjadi bertanya tentang tingkahnya.“Aku mau ketemu sama Audrey dulu. Mau bantuin di rumahnya Yaya. Ada kumpul keluarga mereka disana.” Kata Lara menjelaskan. Dia bahkan tidak berniat untukg mengobrol dengan suaminya lebih duluSebenarnya Lara memang berniat seperti itu sejak awal. Dia bahkan sudah berla