Share

Bab 67

Author: V I L
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Aku duduk di halte sambil menunggu jemputan. Beberapa orang yang lewat di trotoar pasti akan melirik ke arahku dan menatapku dengan pandangan iba atau aneh, mungkin. Kuangkat tangan kananku untuk memegangi pipi kiriku yang perih.

"Dasar, kalau cemburu jangan main kasar lah ... dikira tidak sakit kena tampar dan dipukul?" gumamku kesal.

Aku sangat membenci Celestine dan anggota gengnya. Mereka selalu saja merundungku walaupun sebenarnya aku tidak melakukan kesalahan apa pun pada mereka. Tentang diriku yang dekat dengan Victor pasti hanyalah alasan bagi mereka supaya bisa merundungku.

Aku menurunkan tanganku dan mengepalkannya dengan erat. Kuperhatikan luka memar pada lengan kananku akibat menahan pukulan Celestine. 1 bulan telah berlalu sejak pertama kalinya mereka membuliku, masih belum ada tanda-tanda mereka akan berhenti membuliku.

Tiba-tiba terdengar bunyi klakson sehingga aku tersadar dari lamunanku. Aku pun menoleh ke arah sumber suara dan mendapati

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Life Hates Me   Bab 68

    1 minggu telah berlalu, tak terasa class meeting akan segera berakhir. Hari ini adalah hari terakhir kami bersekolah sekaligus hari pembagian rapor. Aku duduk diam di kursiku sambil memandang jam dinding dengan gugup.Benda penunjuk waktu itu menunjukkan pukul 09.19 pagi. Rasa gugupku semakin memuncak saat mengetahui 11 menit lagi acara pembagian rapor akan dimulai. Selain itu, orang tuaku masih belum datang juga, sedangkan orang tua murid lain sudah pada berdatangan.Aku mengedarkan pandanganku ke sekitar. Kulihat ada beberapa orang tua murid berkumpul di dalam ruangan ini. Para ibu dan bapak itu saling mengobrol dengan orang tua dari teman anaknya.Aku memalingkan mukaku dari mereka dan menundukkan kepalaku. Kuremas dengan erat rok biru yang kukenakan. 'Kapan mama atau papa datang? Bentar lagi pembagian rapor akan dimulai.'"Halo~ Freya, ya?" sapa seseorang.Saat mendengar namaku dipanggil, aku tersadar dari lamunanku. Aku tidak tahu siapa pemili

  • Life Hates Me   Bab 69

    Akhirnya aku pulang setelah menghabiskan waktu di sekolah tanpa melakukan apa-apa. Kalau saja sekolah membolehkan kami untuk langsung pulang sesudah pembagian rapor, aku pasti sudah di rumah sejak beberapa jam yang lalu.Aku duduk di sofa ruang tamu, menunggu mama datang untuk mengomeliku. Batang hidungnya masih belum kelihatan karena sepertinya wanita itu masih memiliki pekerjaan yang belum terselesaikan di dapur."Bagaimana nilaimu semester ini, Nak?" tanya papa yang baru saja memasuki ruangan ini sambil menenteng helm berwarna biru tua di tangannya."Nilaiku turun, Pa," jawabku dengan jujur.Papa ber oh ria setelah mendengar jawaban dariku. Aku menatap heran pria yang meletakkan helmnya tepat di samping helmku dan menyimpan alas kakinya di dalam rak sepatu. Aku heran kenapa papa masih menanyakan pertanyaan itu walaupun sebenarnya dia sudah tahu.Aku mengangkat bahuku dan memejamkan kedua mataku selama sesaat. 'Aku yakin pas mama pulang duluan, m

  • Life Hates Me   Bab 70

    Pagi esoknya, aku bisa bersantai karena libur Natal sudah dimulai. Akhirnya aku bisa mengistirahatkan otakku dan tidak bertemu dengan geng Celestine lagi. Aku akan menghabiskan waktuku dengan bermalas-malasan di rumah saja. Saat sedang main HP, tiba-tiba kudengar suara mama yang memanggil aku, papa, dan kakak untuk sarapan. Aku pun berhenti memainkan telepon pintarku dan segera keluar dari kamarku. Kulangkahkan kakiku menuju ruang makan. "Nanti sore kamu mandi cepat, ya, soalnya kita mau ke rumah nenekmu," ujar mama kepadaku. "Memangnya ngapain kita ke rumah nenek?" tanyaku heran. " 'Kan hari ini ulang tahun nenekmu," jawab mama sambil memandangku dengan wajah yang tidak ramah. Aku ber oh ria setelah mendengar jawaban darinya. Aku pun jadi teringat kalau hari ini adalah hari ulang tahun nenek. Tak kusangka aku akan lupa pada tanggal lahir nenekku sendiri. Kalau nenek tahu, dia pasti akan kecewa padaku. Terdengar bunyi derit pintu terbuka. Tampak kakak laki-lakiku baru saja keluar

  • Life Hates Me   Bab 71

    Kurang lebih ada 20 kursi plastik berjejer dengan rapi di teras rumah nenek yang luas. Tampak beberapa orang dewasa saling mengobrol di bagian muka bangunan itu. Anak-anak dan para remaja pun berkumpul untuk bercanda tawa. Aku berjalan mengikuti rombongan keluargaku menuju meja dimana nenek duduk. Kami menghampiri seorang wanita lansia yang duduk di balik kue ulang tahun dengan lilin angka '74'. "Selamat ulang tahun, Ma," ucap mama dan papa dengan serempak. Mendengar ucapan dari mama dan papa, nenek menoleh ke arah kami. "Terima kasih, Arif, Ella." Saat pandangan nenek beralih ke arahku dan kakak yang berdiri di belakang kedua orang tua kami, aku dan kakak langsung mengucapkan selamat ulang tahun kepada nenek. Nenek merespons ucapan kami dengan sebuah senyuman hangat dan menganggukkan kepalanya. "Ini buat Mama," ucap mama sambil menyodorkan selembar amplop berwarna merah kepada nenek. "Eh? Tidak usah!" balas nenek sambil menyilangkan tangannya. Papa mengambil amplop yang ada di

  • Life Hates Me   Bab 72

    Aku duduk sendirian sambil memainkan telepon pintarku. Istri dari adiknya papa yang tadi duduk di sebelahku sudah pergi meninggalkanku. Dia sedang berfoto dengan nenek, bersama dengan papa serta paman dan tante lainnya.Saat sedang main game, tiba-tiba seseorang menyenggol kursi yang kududuki. Aku tersentak kaget dan refleks menekan tombol pause. Kutolehkan mukaku ke arah orang yang menyenggol kursiku. Kudapati Maryam berdiri di samping kiriku."Ngapain kamu di sini? Merusak suasana saja," tanyanya sambil menatapku dengan tatapan bermusuhan.Aku menjawabnya dengan sebuah pertanyaan. "Memangnya aku tidak boleh menghadiri pesta ulang tahun nenekku sendiri?"Mendengar aku melawan kata-katanya, Maryam menggeretakkan giginya dan menatapku dengan murka. Dia mengepalkan tangannya dengan erat, seolah-olah hendak menghajar aku. Melihat dia kesal terhadapku, aku menarik sebuah senyuman miring."Kalau kamu tidak suka aku ada di sini, abaikan saja aku dan anggap aku tidak ada di sini." lanjutku.

  • Life Hates Me   Bab 73

    Aku tak bergeming saat mendengar pertanyaan yang barusan ditanyakan oleh mama. Aku hanya menundukkan kepalaku dan mengepalkan tanganku dengan erat. Penyesalan dan kekesalan mulai timbul di dalam hatiku.Tak kusangka bibi akan memberi tahu mama tentang apa yang kubicarakan dengannya. Jelas sudah kenapa waktu itu aku melihat mama dan papa sesekali melirik ke arahku saat berbicara dengan bibi.Aku menggigit bibir bawahku dan menguatkan kepalan tanganku. 'Tahu begini, seharusnya aku tidak memberi tahu bibi tentang gejala penyakit yang kualami. Sial, ternyata bibi mulut ember, ya?'"Freya, jangan diam saja! Jawab pertanyaan Mama!" tuntut mama sambil mencengkeram kedua lenganku dengan kuat.Sebuah rintihan kecil keluar dari mulutku akibat rasa sakit yang kurasakan pada kedua lenganku. Aku langsung tahu kalau saat ini mama marah besar terhadapku karena nada suaranya yang terdengar galak dan kuatnya cengkeraman tangannya."Habisnya kalau aku kasih tahu Mama, Mama akan menganggap remeh penyaki

  • Life Hates Me   Bab 74

    Aku membuka kelopak mataku yang terasa berat. Sinar mentari pagi menyeruak masuk melalui jendela dan menyilaukan mataku. Aku pun menutup mataku lagi karena tidak tahan dengan cahaya yang menyilaukan itu."Ah ... sudah pagi," gumamku dengan lesu.Pagi ini aku merasa tidak bersemangat, entah karena masih ngantuk atau karena bad mood. Ingin rasanya aku kembali tidur, tetapi aku tidak bisa melakukannya karena aku susah tidur kalau matahari sudah terbit.Terkadang aku iri pada orang lain yang bisa tidur dengan pulas sampai siang hari, sedangkan aku selalu sudah bangun sebelum jam setengah 7 pagi. Kuputuskan untuk bangun lalu mandi supaya jadi segar.Setelah mandi, aku keluar dari kamar dan mengambil air untuk minum. Aku pun berpapasan dengan kakak yang baru saja keluar dari WC. Penampilan pemuda itu tampak berantakan jadi ketahuan kalau dia belum mandi."Cepat benar kamu mandi, padahal 'kan masih liburan," komentar kakak yang menyadari rambutku basah sehabis keramas."Aku 'kan bukan orang

  • Life Hates Me   Bab 75

    Setelah makan siang, aku bersiap-siap untuk pergi menemui dokter bersama mama. Aku menyisir rambutku sambil berkaca di depan cermin. Kupandang diriku yang mengenakan baju kaus bermotif garis hitam putih.Bibirku melengkung membentuk sebuah senyuman simpul. Walaupun aku tersenyum, pandangan mataku berkata lain. Pandangan mataku terlihat sayu, seperti orang sedih atau orang yang kehilangan semangat di dalam kehidupannya. Tiba-tiba terdengar suara mama memanggilku. "Freya, ayo cepat."Sontak aku menoleh ke arah sumber suara dan mendapati mama berdiri di ambang pintu kamarku. Dia menyilangkan tangannya di dada dan menatapku dengan intens. Tatapan matanya yang intens seolah-olah menyuruhku untuk segera menyelesaikan kegiatanku.Aku memalingkan mukaku dari mama lalu lanjut menyisir rambutku. Setelah selesai merapikan rambutku, aku mengambil sebuah tas selempang dari lemari bajuku, lalu memasukkan telepon pintarku ke dalam tas berwarna pink itu.Melihat aku sudah selesai bersiap-siap, mama

Latest chapter

  • Life Hates Me   Bab 119

    'Waktu berlalu dengan cepat. Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun. Tak terasa 4 tahun sudah berlalu sejak aku terbangun dari koma. Banyak hal telah kulalui sejak hari itu.'Waktu aku turun ke sekolah untuk mengikuti UN, aku dikejutkan dengan perubahan sikap teman-teman sekelasku yang mendadak jadi akrab denganku, padahal dulu sebagian besar dari mereka menjauhiku. Di sisi lain, geng Celestine dikucilkan oleh semuanya.'Aku juga lulus dari SMP yang merupakan masa-masa terindah, tetapi juga masa-masa tersuram dan menyakitkan bagiku. Tak kusangka aku bisa mendapatkan nilai yang cukup tinggi pada UN walaupun sempat ketinggalan materi. Semua ini berkat bantuan Vania dan Jonathan.'Naik ke SMA, aku, Vania, dan Jonathan masuk ke sekolah yang berbeda. Meskipun begitu, persahabatan kami tetap berlanjut walaupun terpisah oleh sekolah ataupun terpisah oleh pulau. Saat libur panjang, kami akan berkumpul dan bermain bersama seperti dulu.'Aku lega masa-masa SM

  • Life Hates Me   Bab 118

    “Tadi mama ngomongin apa sama suster di luar?” tanyaku begitu mama masuk ke kamar.“Hanya ngomongin masalah kecil kok, tidak usah khawatir,” jawab mama.Aku tidak bertanya lagi walaupun rasa penasaranku masih belum terpuaskan. Aku tidak perlu terlalu memikirkannya karena mama tidak akan berbohong atau menyembunyikan sesuatu, dia selalu mengatakan apa adanya.“Alex, ayo pulang,” ajak mama.Mendengar mama mengajaknya untuk pulang ke rumah, kakak langsung bangkit dari kursi dan melangkah menghampiri mama. Sebelum mereka berdua keluar dari ruangan ini, aku menahan mereka dengan berkata:“Cepat sekali kalian pulang, kenapa tidak lebih lama-lama di sini untuk menemaniku?” tanyaku dengan nada memelas.Aku tidak ingin ditinggal sendirian karena nanti aku akan kesepian. Aku masih ingin bersama mama dan kakak setelah lama tidak bertemu mereka. ‘Yah, walaupun sebenarnya aku sudah bertemu mereka lewat ilusi yang kulihat waktu terjebak di alam bawah sadarku.’“Kami tidak bisa, Freya. Kalau mama ti

  • Life Hates Me   Bab 117

    "Jadi, bagaimana nasibnya Celestine dan kawan-kawannya, orang tua mereka, dan pak Yere?" tanyaku kepada Vania dan Jonathan yang berdiri di samping ranjangku.Vania langsung mendengus kesal dan memutar bola matanya saat mendengarku menyebut orang-orang yang merupakan penyebab aku nekat bunuh diri. Tak hanya Vania, Jonathan juga tampak kesal saat mendengar orang-orang itu disebut."Celestine dan kawan-kawannya hanya didiskors saja. Mereka diberi keringanan karena sudah kelas 9 dan sebentar lagi mau UN." Jonathan menjawab pertanyaanku."Enak betul mereka tidak dikeluarkan dari sekolah, mentang-mentang sebentar lagi mau UN. Seharusnya mereka mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatan mereka," timpal Vania sambil menyilangkan kedua tangannya di dada dan mengerucutkan bibirnya.Aku terdiam setelah mendapatkan jawaban dari mereka. Ada sedikit kekecewaan di dalam hatiku saat mengetahui geng Celestine tidak dikeluarkan dari sekolah, padahal aku sudah sangat menderita atas perbuatan mer

  • Life Hates Me   Bab 116

    Banyak hal sudah terjadi saat aku koma selama 1 bulan setengah. Kudengar, semua orang di sekolah heboh saat aku melompat dari atap. Siswa-siswi yang menyaksikan kejadian tragis itu mengalami syok berat hingga trauma sehingga membutuhkan perawatan psikologis.Para guru berusaha keras meredakan kericuhan itu dan menenangkan murid-murid walaupun mereka sendiri juga sangat syok. Mobil ambulan melaju ke rumah sakit, membawaku yang kritis untuk segera mendapatkan tindakan medis.Polisi pun sampai datang ke sekolah. Geng Celestine mengakui bahwa merekalah yang membuliku. Mereka juga memberi tahu polisi kalau pak Yeremia menerima suap dari orang tua mereka supaya tidak ikut campur dengan apa pun yang mereka lakukan.Aku tidak menyangka Celestine dan anggota gengnya berani melaporkan orang tua mereka sendiri, padahal mereka tahu betul apa yang akan terjadi pada orang tuanya kalau mereka melaporkannya ke polisi. Kini aku tahu; mereka benar-benar sudah berubah.Tak hanya itu saja, kasus bunuh di

  • Life Hates Me   Bab 115

    Entah sudah berapa lama aku berjalan di dalam kehampaan ini. Kali ini aku tidak berjalan sendirian lagi karena 'kembaranku' menemani aku. Kami berjalan bersama sambil mengobrolkan beberapa hal. Ada saatnya kami sama-sama diam saat tidak ada topik.Aku melirik ke sosok yang penampilannya sama persis denganku. Dia berjalan dengan pandangan lurus ke depan, tidak mempedulikan aku yang sedang meliriknya. Aku pun mengalihkan pandanganku dan menghembuskan napas panjang."Sampai kapan kita akan berjalan begini terus?" tanyaku memecahkan keheningan."Sampai kita menemukan 'pintu keluar'," jawabnya.Aku ber oh ria, menanggapi jawaban darinya dengan kurang antusias. Ini sudah yang ke-5 kalinya aku mendengar jawaban yang sama. Mungkin dia sendiri juga sudah bosan mendengar pertanyaan yang sama sebanyak 5 kali.Ngomong-ngomong soal 'pintu keluar', sudah pasti merupakan jalan untuk keluar dari alam bawah sadarku, entah itu benar-benar berupa pintu, portal, atau apalah itu. Aku tidak tahu apa 'kemba

  • Life Hates Me   Bab 114

    Aku mendorong 'kembaranku' dengan kuat agar dia menjauh dariku. Aku melangkah mundur untuk memperluas jarak di antara kami sambil memegangi lenganku yang terasa sedikit sakit karena tadi dicengkeram olehnya."Memangnya kenapa kalau aku masih ingin tetap hidup? Itu semua sudah tidak ada artinya! Saat aku siuman nanti, orang-orang pasti akan kecewa padaku dan membenciku karena sudah nekat bunuh diri!" balasku dengan suara yang meninggi.Napasku terengah-engah setelah meneriakkan kalimat-kalimat yang panjang itu. Aku menatap 'kembaranku' dengan tatapan tajam, seolah-olah menantangnya untuk membalas perkataanku. Sosok yang wujudnya sama persis denganku itu hanya menatapku dalam diam.Setelah hening selama sesaat, akhirnya dia membuka mulutnya dan bertanya, "Kenapa kamu berpikir orang-orang akan kecewa dan membencimu? Apa kamu tidak berpikir mereka akan bereaksi sebaliknya? Bersyukur dan senang karena kamu masih hidup?"Mendengar pertanyaan-pertanyaan yang konyol itu membuatku merasa geli.

  • Life Hates Me   Bab 113

    Tiba-tiba pandanganku seperti berputar dengan sangat cepat. Aku memejamkan kedua mataku dengan rapat dan memegangi kepalaku yang terasa seperti mau meledak. Jeritan yang nyaring pun keluar dari mulutku.Jeritanku menggema, menciptakan perulangan suara yang tiada henti. 1 menit, 10 menit, 100 menit, aku tidak tahu sudah berapa lama suaraku menggema seperti itu, masih tak kunjung berhenti juga gemanya.Aku membuka kedua mataku yang tertutup secara perlahan-lahan. Begitu aku membuka mataku, aku menyadari diriku tidak berada di sekolah. Hampa. Hanya warna putih saja yang kulihat."Apa aku jadi buta? Kenapa aku tidak bisa melihat apa-apa?" tanyaku.Pertanyaan yang kutanyakan itu menggema seperti suara jeritanku tadi. Kedua suara itu bercampur aduk menjadi satu. Terulang tanpa henti, volume dari gema itu sedikit pun tidak berkurang walaupun beberapa waktu telah berlalu.Situasi yang sangat aneh ini membuatku takut, terlebih lagi karena aku tidak tahu apa yang terjadi padaku. 'Kenapa aku bis

  • Life Hates Me   Bab 112

    Entah sudah berapa hari telah berlalu, akhirnya aku diperbolehkan untuk pulang ke rumah dan bisa kembali bersekolah seperti biasa lagi. Aku melangkahkan kakiku untuk memasuki rumah yang sudah lama tidak kutinggali.Aku memandang perabotan-perabotan yang mengisi rumah ini. Tidak ada yang berubah, semuanya masih sama seperti apa yang ada di dalam ingatanku. Meskipun begitu, aku merasa sedikit asing dengan rumah yang sudah kutinggali sejak aku lahir.Aku menghentikan langkahku dan mengedarkan pandanganku ke sekitar. 'Rasa janggal apa ini? Apa aku melupakan sesuatu yang penting?'"Freya, kenapa kamu bengong saja di sana?" Terdengar suara mama bertanya kepadaku.Mendengar pertanyaan itu, aku langsung tersadar dari lamunanku dan sontak menoleh ke arah sumber suara. Kudapati mama, papa, dan kakak berdiri di belakangku, sambil dengan tatapan khawatir memandang ke arahku."Kamu kenapa, Nak? Kamu sakit lagi?" tanya papa dengan tampang cemas.Aku menjawab pertanyaan papa dengan sebuah gelengan k

  • Life Hates Me   Bab 111

    Telingaku menangkap suara yang samar-samar. Walaupun aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas, entah kenapa aku merasa suara itu terdengar sedih. Kubuka kelopak mataku secara perlahan.Cahaya yang menyilaukan langsung menyambutku begitu aku membuka kedua mataku. Sangat-sangat terang sampai hanya warna putih saja yang terlihat olehku. Perlahan-lahan, mataku mulai beradaptasi dan aku mulai bisa melihat dengan lebih jelas.Kudapati ada beberapa figur manusia berdiri di sampingku, ada juga yang duduk di sisiku. Meskipun penglihatanku buram, aku masih bisa mengenali siapa saja yang berada di dekatku saat ini.Pandanganku tertuju pada wanita yang duduk di sisiku. "Mama ...?""Freya!" seru mama dengan suara parau.Mama langsung memelukku dengan erat. Kurasakan ada cairan hangat yang mengalir menuruni pipiku. Itu bukan air mataku, melainkan air matanya mama. Dia menangis dengan histeris sambil mendekapku dengan erat, seolah-olah takut kehilangan aku."Freya, maafkan kami, Nak ...." Papa yang

DMCA.com Protection Status