Rose membuka matanya yang terasa sangat berat dengan sekuat tenaganya. Hal pertama yang dilihatnya adalah sosok wanita yang tengah duduk dengan elegan di sebuah kursi kayu bersama seorang pria yang juga duduk di kursi yang sama dengannya di samping kanannya, selain itu, terdapat pria lain yang sedang berdiri di samping kirinya.
Rose menyipitkan matanya dan menggeleng pelan kepalanya agar seluruh kesadarannya dapat terkumpulkan sepenuhnya.
"Kanaya?" beo Rose saat dia menyadari bahwa wanita yang sedang diapit oleh dua pria bertubuh kekar itu adalah wanita yang telah membooking nya malam ini, Kanaya.
"Wah... Aku tak menyangka jika kau akan bangun secepat ini," ucap Kanaya sambil tersenyum miring dan melipat kedua tangannya di depan dadanya.
Rose mengernyitkan dahinya saat mendengar ucapan Kanaya.
"Apa maksudmu?" tanya Rose yang dibalas dengan sebuah senyuman remeh dari Kanaya.
<"Loco, malam ini, biarkan aku yang menyelesaikannya. Sudah lama aku tidak melihat wanita menjerit dibawah kendaliku," ucap Kanaya dengan bengis kepada pria seram yang sedari tadi duduk di sampingnya.Pria itu terkekeh kecil."Apa kau yakin Kanaya? Darah kotor milik wanita itu pasti akan mengotori gaun mahal mu itu," ucap pria itu, Loco, ditengah-tengah kekehannya."Berisik!" ucap Kanaya sambil mengangkat kakinya yang sedari tadi diletakkan nya di atas punggung Rose.Loco tertawa kecil saat mendengar ucapan nona nya itu. Meskipun Loco berstatus sebagai bawahan Kanaya, namun Loco tak pernah bersikap formal kepada Kanaya, seperti yang biasanya dilakukan oleh budak kepada majikannya.Tentu saja, di awal pertemuan mereka, Kanaya memaki Loco dan memberikan Loco pelajaran agar mulut dan tingkah laku pria berbadan kekar itu dapat sopan kepada Kanaya, tapi Loco tetap saja ti
Kanaya membuka pintu rumahnya dengan tangannya yang masih bergetar. Potret gumpalan daging dan suara meminta tolong dari Rose yang sangat memilukan itu selalu saja memenuhi pikirannya.Krek!Kanaya mendorong pintu rumahnya dengan pelan. Gelap. Itulah hal yang pertama kali Kanaya rasakan saat memasuki rumahnya ini, sepertinya Alvin belum pulang dari kantornya atau... pria itu mungkin saja sudah pulang dari kantornya dan saat ini tengah tertidur dengan lelap di dalam kamarnya.Dengan langkah bergetar, Kanaya melepaskan boots nya yang telah penuh dengan bercak darah dari tangan Rose. Kanaya menggigit bibirnya dengan kuat, saat melihat darah itu, rasanya dia ingin kembali berteriak.Tangan Kanaya sudah terulur untuk meletakkan sepatu boot nya itu di rak sepatu yang berada disana, namun dia mengurungkan niatnya itu saat melihat adanya darah di sepatu boots nya itu. Sungguh, Kanaya yaki
"Selamat pagi, tuan," ucap salah satu pelayan yang sedang mempersiapkan sarapan di meja makan saat melihat Alvin berjalan ke arah meja tersebut.Alvin menanggapi ucapan pelayan itu dengan sebuah anggukan kecil. Kemudian tangannya menarik salah satu kursi di meja makan itu dengan gerakan pelan."Selamat pagi, tuan," ucap Alan yang tanpa sengaja melewati Alvin.Alvin menganggukkan kepalanya pelan. Sejenak, dia merasa penasaran dengan kedatangan Alan. Jika Alan berada di rumahnya, berarti Kanaya membutuhkan nya. Tapi, bukankah ini terlalu pagi bagi Kanaya untuk memanggil Alan?Alvin menatap jam tangan berwarna silver yang menggantung kokoh di tangannya. Sebuah kernyitan langsung menghiasi keningnya saat melihat jam di tangannya masih menunjukkan pukul 07. 40 AM. Setau Alvin, Kanaya adalah sangat jarang sekali bangun pagi atau Kanaya selalu bangun pagi tapi selalu saja turun untuk sarapan s
Claudia menghela napasnya dengan kasar. Ia menatap bangunan besar yang saat ini berada di hadapannya dengan perasaan khawatir yang luar biasa.Saat ini, Claudia tengah berdiri tepat di depan pintu masuk perusahaan raksasa yang sangat terkenal di bidang pembangunan hotel-hotel megah dan hunian-hunian yang bernilai fantastis.GueZ Company.Nama itu terukir kokoh di atas pintu masuk perusahaan raksasa itu."Nona, apa anda hanya berniat untuk melihat-lihat saja?" tanya salah satu security yang bertugas menjaga pintu masuk perusahaan itu.Pipi Claudia langsung bersemu. Dia merasa malu saat mendengar pertanyaan security tersebut.Jika diingat-ingat, rasanya Claudia sudah menghabiskan waktu 20 menit hanya untuk berdiri di depan pintu masuk perusahaan itu sambil menatap kagum perusahaan itu.Dibandingkan perusahaan ini, perusahaan a
Alvin melangkahkan kakinya menuju ke ruang tunggu dengan elegan. Nampaknya, beberapa pegawainya sudah mulai datang dan wara-wiri."Selamat pagi, tuan Dominguez."Alvin menanggapi semua sapaan itu dengan sebuah anggukan kecil dan wajah datarnya, seperti biasanya."Silahkan sir," ucap sekretaris Alvin sambil membukakan pintu ruang tunggu untuk Alvin.Ceklek.Saat memasuki ruangan itu, pandangan Alvin langsung terkunci pada seorang wanita yang tengah membelakanginya. Nampaknya wanita itu tengah memperhatikan lukisan yang berada di dinding itu.Alis Alvin terangkat naik saat melihat wanita itu menjulurkan tangannya untuk menyentuh lukisan itu. Alvin tau benar, jika Kanaya melihat hal itu, pasti Kanaya sudah memotong tangan wanita itu."Ekhem."Alvin berdehem kecil saat dia merasa bahwa wanita yang sedang mem
"Silahkan, sir," ucap supir Alvin sambil membukakan pintu mobil untuk Alvin.Alvin menggangguk pelan dan melangkahkan kakinya memasuki area club itu."Selamat malam tuan. Bisa tunjukkan kartu anda?" tanya seorang pria yang sedang berjaga di pintu club itu dengan sopan.Alvin mengangguk pelan dan memberikan kode kepada sekretarisnya untuk menunjukkan kartu yang telah diberikan oleh kolega bisnisnya kepadanya."Silahkan masuk tuan-tuan," ucap pria itu sambil membungkukkan sedikit punggungnya dan membukakan pintu club itu untuk Alvin dan sekretarisnya.Saat Alvin memasuki club itu, matanya seolah-olah dipaksa untuk cepat beradaptasi dengan lampu club yang sangat menyakitkan matanya itu. Alvin menggeleng pelan kepalanya, bagaimana mereka dapat membicarakan bisnis di tempat seperti ini?"Mari, sir. Tuan Callo telah menunggu kita," ucap sekretaris Alv
Rasa pening yang bertubi-tubi memaksa Alvin untuk bangun dari tidur nyenyak nya. Saat pertama kali membuka matanya, dirinya langsung dikejutkan dengan dinding berwarna ab-abu. Alvin yakin, kamar ini bukan miliknya! Dinding kamar Alvin berwarna hitam.Alvin memegang kepalanya yang terasa sangat pening dan memijitnya pelan. Ah, semua ini pasti karena si mata keranjang tuan Callo itu! Sialan sekali! Mengapa pria itu berani-beraninya tetap menuangkan red wine ke gelas Alvin, padahal ALvin sudah jelas-jelas menolak minuman itu!Alvin bangkit dari tidurnya dan menyandarkan punggung kekarnya di dinding kamar itu. Tangannya masih tetap memijit-mijit pelan kepalanya yang terasa sangat pusing.Alvin menyipitkan matanya saat melihat kondisi kamar ini. Kamar ini tidak asing. Kamar ini seperti kamar istrinya, Kanaya.Tunggu... tunggu... tunggu...Apakah saat ini Alvin tengah ber
Kanaya melangkahkan kakinya dengan elegan saat dirinya memasuki kawasan perusahaan milik Alvin. GueZ Company. Akhirnya, setelah melalui perdebatan yang panjang dengan Alvin, Kanaya berhasil meyakinkan suaminya itu kalau dirinya mampu untuk menghandle kondisi perusahaan milik suaminya itu."Selamat pagi, nona," ucap pegawai yang tanpa sengaja berjalan melewati Kanaya.Kanaya menjawab ucapan-ucapan itu dengan senyum tipis dan wajah angkuhnya. Seperti biasanya. Rasanya, sudah lama Kanaya tidak mengunjungi perusahaan ini.Saat memasuki lobi perusahaan itu, mata Kanaya langsung menatap guci besar yang terlihat sangat menonjol di lobi itu. Kanaya menarik senyumnya dan berjalan mendekati guci itu. Guci yang menurut orang-orang merupakan kebesaran tanda cinta Alvin kepada Kanaya. Hah! Kanaya ingin bertemu dengan penyebar hoax itu dan memberikannya segepok uang karena telah menyebarkan berita bohong yang terdengar s
"Apa anda yakin ingin menjual rumah anda, nyonya? Rumah anda sangat indah, anda mungkin tak akan bisa mendapatkannya kembali jika anda menjualnya kepada saya," ucap seorang wanita yang berada di samping Kanaya tanpa bisa mengalihkan tatapan takjubnya dari rumah megah Kanaya yang hendak dibelinya. "Saya yakin sekali ingin menjual rumah saya. Saya dan keluarga kecil saya ingin pindah ke tempat yang lebih sepi," jawab Kanaya tak kalah ramahnya. "Ah... semoga anda bisa menemukan rumah impian anda," ucap wanita itu sembari tersenyum. Kanaya menganggukkan kepalanya dengan mantap. Setelah percakapan singkat itu, Kanaya langsung menyerahkan kunci rumah yang telah ditempatinya bersama Alvin selama beberapa tahun terakhir kepada wanita tersebut. Wanita itu juga menyerahkan selembar cek ke depan Kanaya. Kanaya lantas membiarkan wanita itu melangkahkan
"Mereka belum memanggilku, jadi aku menghabiskan waktuku untuk bersenang-senang disini. Lagipula, Madrid lebih baik daripada Sisilia," ucap Loco sembari menampilkan senyumannya.Apa yang dikatakan oleh Loco itu memang benar adanya. Dibandingkan tinggal di Sisilia, Loco lebih suka tinggal di Madrid. Di Madrid, Loco tak perlu repot-repot memikirkan tentang nyawanya yang mungkin saja bisa hilang kapan saja, namun saat dia berada di Sisilia, untuk tidur 2 jam saja, rasanya Loco tidak mampu.Rasa antisipasi milik pria itu sangat tinggi ketika berada di Sisilia. Mungkin hal itu karena Loco adalah seorang penjahat buronan yang selalu menjadi target para polisi Sisilia. Selain itu, Sisilia juga terkenal dengan angka tindak kriminalnya yang sangat tinggi. Meskipun Loco adalah seorang penjahat, namun ia juga mewaspadai teman se pekerjaan nya... well... karena dalam dunia kejahatan, tidak ada satupun orang yang bisa kau percayai. Semua orang adalah musuh mu.
"Tiket," ucap seorang bodyguard bertubuh tambun yang sedang berjaga di pintu masuk yacht. Bodyguard itu dan satu teman nya yang lain bertugas untuk mengawasi tamu-tamu yang masuk ke dalam pesta yacht ini. Mereka harus memastikan bahwa di antara tamu-tamu itu, tidak terselip satu orang anggota kepolisian yang sangat nasionalis, karena hal itu akan membawa petaka bagi pemilik bisnis yang mengadakan pesta yacht ini."2 VVIP," ucap Loco sembari menyodorkan dua tiket berwarna hitam dengan tulisan berwarna gold yang menambah kesan elegan tiket itu.Bodyguard bertubuh tambun itu langsung mengambil tiket itu dan mengecek keaslian masing-masing tiket itu dengan melakukan pengecekan terhadap kode QR yang terdapat di tiket itu.Setelah memastikan bahwa tiket itu adalah tiket asli, bodyguard itu langsung menyerahkan kedua tiket itu kepada teman bodyguard nya yang lain. Namun, nampak nya, pengecekan identi
Berhari-hari semenjak kejadian malam peringatan hari tunangan Alvin dan Kanaya yang kedua tahun itu, hubungan antara Alvin dan Kanaya semakin merenggang. Sudah berhari-hari juga, Alvin selalu pulang terlambat ke rumah mereka dan pergi ke perusahaannya pagi-pagi sekali.Awalnya, Kanaya mengira jika Alvin melakukan hal itu karena pria itu sedang memiliki proyek besar yang sangat membutuhkan dirinya. Namun, lagi-lagi semua itu hanya pikiran naif Kanaya. Dari Loco, Kanaya tau jika suaminya itu beberapa kali menghabiskan waktunya bersama dengan Claudia.Terkadang, mereka akan bertemu di perusahaan Alvin, di rumah Claudia atau di tempat-tempat umum seperti restoran dan café mahal yang pastinya sudah dibooking seluruhnya oleh Alvin. Sepertinya, pria itu tak ingin pertemuan mereka diketahui oleh publik. Cih!Jujur, hati Kanaya sangat sakit ketika mendengar hal itu dari Loco. Namun, Kanaya
"Permintaanku kali ini... aku harap... pria yang saat ini sedang bersamaku, dapat membalas perasaanku kepadanya," ucap Claudia penuh keyakinan sembari menatap wajah Alvin dari samping.Alvin yang mendengar ucapan Claudia itu langsung mengernyitkan dahinya. Pria itu menolehkan wajahnya ke samping agar dirinya bisa melihat seluruh wajah Claudia."Maaf... tapi sepertinya permintaanmu itu tidak akan pernah menjadi nyata," ucap Alvin.Glek.Claudia menegak ludahnya dengan kasar."Aku sudah menikah, Claudia. Aku adalah pria yang sudah beristri."Rasa panas menjalari punggung Claudia. Ia sangat malu, sangking malunya, wanita itu tak berani menatap mata Alvin.Astaga... bagaimana kata-kata memalukan itu bisa keluar dari mulut Claudia? Nampaknya, Claudia memang sudah benar-benar kehilangan akalnya."Tapi... aku t
Aku sudah berada di bawah. Kau cepatlah keluar. Aku tidak memiliki banyak waktu.Claudia tidak bisa menahan senyumannya ketika dirinya menerima email dari Alvin. Well... perlu kalian tau, sampai sekarang, baik Alvin dan Claudia tak pernah saling bertukar nomor ponsel. Claudia sangat ingin mendapatkan nomor ponsel pria itu, tapi ia sangat segan untuk memintanya selain itu, ia takut dikira wanita murahan oleh pria itu.Sejujurnya, Claudia tidak menyangka jika Alvin akan menerima permintaannya itu.FLASH BACK."Cepat katakan! Aku tidak memiliki banyak waktu," ucap Alvin sembari melempar tatapan tajamnya kepada Claudia.Claudia menggigit bibir bawahnya. Ia sudah memiliki satu permintaan. Permintaan yang mungkin akan mengubah hubungan mereka."Jika aku meminta waktumu, apa kau akan memberikannya kepadaku?" tanya Claudia dengan berani seolah-olah urat
"Sssshhh..."Claudia meringis kecil, ketika dirinya merasakan sensasi dingin dari batu es yang diusap-usap kecil di atas pipinya yang sudah membiru."Saya minta maaf atas nama istri saya. Sejak dulu, Kanaya memang tidak pernah bisa mengontrol emosinya," ucap Alvin sembari menekan-nekan batu es yang sudah dilapisi dengan sebuah kain ke pipi Claudia yang sudah membiru akibat tamparan maha dahsyat dari istrinya, Kanaya."Saya juga ingin minta maaf... Jika saya menjelaskan kedatangan Alvin kesini, pasti nyonya Dominguez tidak akan marah dan... dan... Alvin serta nyonya Dominguez pasti tidak akan bertengkar. Ini semua salah saya," ucap Claudia sembari menundukkan kepalanya.Alvin menghela nafasnya dengan kasar.Jika diingat-ingat, semua masalah ini disebabkan oleh Alvin sendiri. Andai saja tadi malam ia tidak bertemu dengan Claudia di Club, andai saja pagi
Brumm... Brumm... Brumm...Kanaya menambah kecepatan motor milik Loco yang saat ini sedang dikendarainya. Jika diingat-ingat, sudah lama rasanya Kanaya tidak menaiki motor apalagi mengendarainya. Semenjak menikah dengan Alvin, Kanaya selalu dimanjakan dengan berbagai macam mobil mewah, helikopter dan jet pribadi. Meskipun di dalam garasi rumah mereka terdapat motor, namun motor itu hanya satu dari sekian koleksi pribadi milik Alvin dan Alvin tak pernah membiarkan Kanaya untuk menaiki motor itu.Well... nampaknya Alvin lebih menyayangi motor itu dibandingkan istrinya sendiri.Tak perlu waktu lama, kini motor yang dikendarai oleh Kanaya itu sudah berhenti di depan sebuah kawasan perumahan yang tidak terlalu mewah namun lumayan besar.juga ingin masuk? Saya akan men-"Plak!Sebuah tamparan keras mendarat dengan mulus di pipi put
Kanaya menatap ponselnya yang saat ini sedang menghubungkan panggilan kepada Loco. Loco adalah satu-satunya orang yang bisa diandalkan Kanaya saat ini. Awalnya, Kanaya ingin menelpon Alan dan meminta bantuan dari pria itu agar mengeluarkannya dari rumah ini, namun setelah berpuluh-puluh kali percobaan, panggilan itu tak pernah diangkat oleh Alan. Sama seperti terakhir kali Kanaya menelponnya."Halo."Kanaya menghela nafasnya lega saat dirinya mendengar suara Loco."Kau ada dimana?" tanya Kanaya saat mendengar suara berisik dari ujung panggilan itu."Sedang melatih anak-anak," ucap Loco gamblang.Well... Kalian perlu tau, selain menjadi salah satu tangan kanan Kanaya, Loco juga merupakan seorang penjahat dunia bawah yang sangat ditakuti dan disegani. Oleh dunia bawah, dirinya dijadikan panutan dan sekarang, Loco sudah dipilih untuk menjadi pemimpin anak-anak dunia ba