Share

Bab 60

Penulis: Lathifah Nur
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Perusahaan ini akan menderita banyak kerugian di masa depan jika karyawan di lini depan memiliki sikap seperti mereka."

Nada bicara Gallen terdengar santai dan tanpa tekanan. Namun, bagi Hanum dan Willy, setiap kata yang meluncur dari bibir Gallen terasa menusuk tajam pada titik sakit mereka, bagai potongan besi runcing dengan suhu tinggi menancap di kulit.

"Hal seperti ini tidak akan terjadi lagi, Tuan. Percayalah!"

Willy melirik Romli dan Juki dengan sudut mata laksana tatapan elang, membuat sekujur tubuh mereka merinding.

"K–kami janji akan memperbaiki diri, Tuan!"

Romli dan Juki memburu Gallen dengan cara berjalan di atas kedua lutut.

Setelah Gallen tak lagi terlihat, Willy memperingatkan Romli dan Juki.

"Sekali lagi kalian melakukan kesalahan, kalian dipecat!"

Sebagai hukuman, Hanum menurunkan jabatan Romli dan Juki.

Romli dicopot dari posisinya sebagai kepala keamanan menjadi anggota. Sementara Juki dialihtugaskan sebagai office boy.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 61

    Gallen mengecek tangannya, seperti orang bodoh. Bersih. Dia pun memamerkannya pada si gadis SPG."Tanganku bersih, Nona. Jadi, tidak akan mengotori motor ini.""Tetap nggak boleh! Keringatmu pasti akan meninggalkan jejak!"Gallen menahan napas untuk sesaat. Sebagai seseorang yang terbiasa bergelut dengan kendaraan, ia ingin merasakan kemulusan motor itu melalui sentuhan."Ini dua puluh lima juta. Kamu mau bayar cash atau kredit?"Gadis itu enggan berlama-lama melayani Gallen. Wajahnya tidak ramah sama sekali saat menyebutkan harga."Aku belum mengeceknya."Gadis itu melotot. "Semua motor di sini baru dengan kualitas yang terjamin bagus. Kalau kamu tidak punya uang, pergi sana! Cari saja motor bekas!"Pelanggan lain masuk. Gadis itu segera menyongsongnya sebelum didahului oleh rekannya. Dia meninggalkan Gallen begitu saja.Gallen bengong, memperhatikan pengunjung yang baru tiba—seorang lelaki paruh baya dengan setelan kantor yang terlihat rapi dan gagah

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 62

    Gallen berbalik. Guntur menyusulnya.Gallen mengerutkan alis. Samar-samar ia merasa pernah melihat lelaki itu sebelumnya, tetapi entah di mana."Saya Guntur. Ayahnya Ara." Guntur memperkenalkan diri dan mengulurkan tangan.Rasa penyesalan telah mematri kuat wajah Gallen dalam ingatannya.Sering kali ia mengutuk diri karena telah menyakiti Gallen, padahal lelaki itu adalah penyelamat putri semata wayangnya.Sebulan lebih ia mengerahkan anak buahnya untuk mencari keberadaan Gallen, tetapi tak pernah berhasil.Sekarang Tuhan memberinya kesempatan tak terduga. Ia tak akan menyia-nyiakannya."Saya minta maaf karena telah salah paham pada Anda. Saya benar-benar menyesal. Tolong ... maafkan saya!"Gallen tercengang. Guntur berlutut tanpa memedulikan keramaian pengunjung di show room itu.Gallen melihat sekeliling. Semua orang menatap adegan mereka dengan kening berkerut. Tiba-tiba perasaan canggung membuat Gallen gugup. Ia tidak suka menjadi pusat p

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 63

    Gendhis bersiap pergi dengan perasaan nelangsa. Langit masih ingin menguji kesabarannya."Sebentar, Nona!" Guntur memanggil Gendhis."Ya, Pak. Apa yang dapat saya lakukan untuk Anda?"Meskipun hatinya masih diselimuti perasaan kecewa, Gendhis tetap bersikap profesional dan menampakkan senyuman ramah dan tulus."Tolong urus proses jual beli motor ini secepatnya!"Gendhis ternganga. Tak percaya dengan pendengarannya. Sedetik kemudian ia tersadar dan buru-buru menyahut, "Baik, Pak! Boleh saya minta foto kopi KTP Bapak?""Tapi, Pak, saya yang melayani Anda!" protes Inez."Maaf, Nona! Nona Gendhis yang melayani anak muda ini dari awal." Guntur menepuk pundak Gallen.Gallen cepat tanggap. Ia membuka dompet, kemudian menyerahkan foto kopi KTP Falisha kepada Gendhis."Maafkan kealfaan saya. Saya bahkan belum tahu nama Anda," aku Guntur, sedikit salah tingkah. "Ara bersikeras merahasiakannya dari saya.""Gallen, Pak. Saya yang seharusnya minta maaf."Seba

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 64

    "Gallen berengseeek!" Laura memaki jengkel.Berulang kali ia berteriak menyerukan nama Gallen, tetapi lelaki itu tak mendengar."Ia pasti sengaja menghindariku," gerutunya, menoleh ke arah show room dari mana Gallen keluar. Tergesa-gesa ia melangkah ke sana."Selamat siang, Nona!" sapa Inez dengan nada lesu.Penyesalannya pada Gallen masih menyisakan bekas, tetapi ia tetap memaksakan bibirnya mengukir senyum."Nona mau model apa? Atau mau lihat-lihat dulu?""Oh, tidak. Aku cuma mau nanya."Muka Inez berubah masam mendengar jawaban Laura."Kami jualan motor, Nona, bukan biro informasi!"Laura mengerti. Ia membuka dompet, lalu menyelipkan beberapa helai lembaran merah ke tangan Inez.Inez mengamati sekeliling. Semua orang di show room itu terlihat sibuk dan tidak ada yang memperhatikan mereka.Cepat-cepat Inez menyimpan lembaran uang itu ke dalam saku."Apa yang dapat saya bantu, Nona?" Senyum Inez berubah ramah."Kamu tahu lela

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 65

    Gallen dan anak buahnya baru saja selesai menikmati makan siang.Merasa gerah, Gallen melepas kemeja dan menggantungnya pada paku di dinding."Ngopi dulu, baru kerja lagi!" Si rambut jabrik datang dengan membawa nampan berisi tiga cangkir kopi."Ajiib! Ini nih yang aku suka dari Kang Deden. Tanpa perlu disuruh, sudah siap dalam sekejap." Si gembul mengacungkan dua jempol.Rekan kerjanya yang berdarah Sunda itu memang ringan tangan. Meskipun usia Deden lebih tua darinya, lelaki itu tak pernah menunjukkan sikap superior."Namanya juga hidup, Him. Ya harus kreatif dan punya inisiatif. Kalau cuma nunggu, bisa mati kelaparan dan nggak punya apa-apa."Deden melirik Gallen yang baru saja kembali duduk. "Bukan begitu, Bos?""Betul! Zaman sekarang, siapa yang malas akan tergilas. Kalau punya keinginan ya ... harus bergerak sebelum keduluan orang lain.""Nah, dengar tuh, Rohim! Kamu bilangnya mau olahraga biar berat badanmu ideal. Nyatanya masih malas-malasan!"

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 66

    Tegukan terakhir dari secangkir kopi pahit membasahi tenggorokan Gallen. Bunyi 'klak' bernada tegas terdengar saat dia menaruh kembali cangkir kosong di atas lepek."Kau bisa kembali jika tak bisa melewati benda-benda sekecil itu!""Galleeen ...."Laura cemberut dan merajuk. Suaranya yang dikemas manja membuat Gallen merinding. Sekujur tubuhnya terasa geli, bagai dijalari ribuan ulat bulu.Deden dan Rohim tak berani bertindak tanpa perintah dari Gallen."Galleeen ... bantuin!"Dua lengan putih mulus milik Laura terentang ke depan. Raut wajahnya memelas, berusaha meluluhkan hati Gallen.Gallen menatap lekat pada Laura, lalu bangkit dan berjalan ke depan. Terlihat sedang bersiap menyongsong Laura.Seringai kemenangan terbit di wajah penuh kepura-puraan Laura. Ternyata Gallen sangat bodoh. Mudah sekali ditipu.Semakin dekat jarak Gallen dengan dirinya, kian lebar seringai Laura."Gallen! Berengsek!" Senyum kemenangan Laura lenyap.Gallen

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 67

    Lantaran Falisha bersikeras tidak mau menandatandangani surat penerimaan barang, terpaksa Gallen yang melakukan itu untuknya."Aku yakin kau bisa melunasi cicilannya!" ujar Ghifari setelah orang dari dealer meninggalkan pekarangan rumah mereka."Ayah, motor itu sudah dibayar tunai."Kening Ghifari mengerut, tetapi hanya sedetik."Aku bangga padamu!""Ayah percaya padaku?""Hei! Aku ayahmu. Aku yang telah membesarkanmu. Jika aku tak percaya padamu, siapa lagi?""Terima kasih, Ayah. Aku akan selalu menjaga kepercayaan Ayah."Netra biru keabu-abuan milik Gallen melirik Falisha."Tapi, Yah ... sayangnya adikku tidak seperti Ayah."Puk!Sebuah buku melayang pada Gallen dan menimpuk wajahnya."Aku bukannya tidak percaya! Aku hanya tidak mau Kakak jadi susah gara-gara ingin menyenangkan aku.""Ya Allah, Faly! Buang jauh-jauh pikiran itu!" Gallen mengulurkan tangan, meraih kepala Falisha. Ia merengkuh Falisha ke dalam pelukannya."Aku hanya ingi

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 68

    Berbeda dengan saat datang menemui Willy, kali ini Gallen mendapatkan pelayanan prima.Lelaki sangar yang berjaga di sisi pintu private room tak lagi terlihat.Para pelayan tak membiarkan Gallen dan rombongannya menunggu lama.Sesaat setelah duduk, beraneka ragam hidangan lezat terhidang memenuhi meja."Silakan makan sepuasnya, Ayah!" Gallen mengambilkan lobster yang paling besar untuk ayahnya.Dengan gerakan lincah, ia membuka kulitnya dan mengeluarkan daging empuk nan menggugah selera. Ditaruhnya daging beraroma bumbu itu di atas piring Ghifari. "Ini enak sekali, Yah. Cobalah!"Mata Ghifari berbinar terang melihat tumpukan daging kenyal dan lembut di piringnya. Liurnya seakan menetes, tak sabar ingin mencicipi lezatnya cita rasa sang raja seafood.Namun, gerakan tangannya yang hendak mencomot daging lobster itu terhenti. Ia teringat bahwa hari itu adalah ulang tahun Falisha. Mereka ada di sini untuk mensyukuri kebersamaan

Bab terbaru

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 448

    "Nyonya Bellona Hopkins?!" seru Gallen, kaget. "Tidak. Anda datang pada waktu yang tepat. Mari bergabung bersama keluargaku!""Iya, Nyonya. Ayo duduk sini!" Kimi menjemput Bellona."Terima kasih!" Bellona merasa terharu dengan sambutan Gallen dan keluarganya. "Sebenarnya, aku ke sini ingin minta maaf pada Gallen atas namaku dan juga Atha. Aku terlalu serakah dan mementingkan anakku.""Seorang ibu selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Itu bisa dimaklumi, Nyonya," sahut Gallen. "Kami juga minta maaf karena telah melaporkan Anda dengan beberapa tindak kejahatan yang tidak Anda lakukan."Wajah Gallen kecut, merasa bersalah."Itu bukan kesalahanmu sepenuhnya. Wanita berhati iblis itu yang sangat pandai menipu orang." Muka Bellona menggelap. "Kalau aku tahu Bibi Rose menggunakan wajahku untuk berbuat jahat, aku pasti telah lebih dulu menyeretnya ke penjara. Dia benar-benar licik!""Dia pasti mempelajari keterampilan make-up saat berada di Korea Selatan," timpal Kimi."Betul. Itu ar

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 447

    Gallen melangkah gontai memasuki rumah. Ia melewati Grizelle yang duduk santai di ruang tengah begitu saja.Namun, ketika sudut matanya menangkap bayang Grizelle saat hendak menaiki tangga, ia berbalik.Tanpa malu-malu ia merebahkan diri dan meletakkan kepala di pangkuan Grizelle yang duduk berjuntai di atas sofa.Grizelle mengelus rambut Gallen yang jatuh ke kening."Kamu dari mana saja? Aku sangat khawatir. Teleponmu tidak aktif."Gallen merogoh saku, mengeluarkan ponsel. "Ck! Baterainya habis.""Sini! Kubantu mengisikan dayanya.""Nanti saja! Aku masih mau seperti ini." Gallen menaruh ponsel di atas meja, lalu melingkarkan lengan pada pinggang Grizelle.Saat hatinya sedang galau dan pikiran kacau, berbaring di pangkuan Grizelle bikin nyaman.Wangi vanila berpadu dengan aroma alami tubuh Grizelle menghadirkan perasaan tenang di hati Gallen.Setelah cukup lama menikmati kehangatan pangkuan Grizelle, Gallen bangkit. Mengecup kening Grizelle."Terima kasih. Bersamamu, aku selalu merasa

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 446

    "Kenapa? Kaget? Hahaha ...."Wanita itu tak peduli dengan keberadaan polisi dan tangannya yang terbogol. Ia tertawa, seperti telah kehilangan kewarasannya.Gallen bukan hanya kaget, tapi syok. Tak menyangka orang yang selama ini dikenalnya begitu baik dan berada di pihaknya, ternyata merupakan dalang dari segala kemalangan yang menimpa keluarganya."Bibi Rose, katakan bahwa ini tidak benar!""Hahaha ... sayangnya, inilah kenyataannya."Gallen menggeleng-geleng. Masih sulit memercayai kebenaran yang terpampang di depan mata."Kenapa, Bi? Bukankah nenekku selalu memperlakukan Bibi dengan baik?"Gallen masih ingat, walaupun samar, neneknya tidak pernah memperlakukan Bibi Rose dengan kasar.Rianna bahkan memercayai Bibi Rose menjadi pelayan pribadinya. Neneknya bahkan tak pernah perhitungan dalam membelikan pakaian dan memenuhi kebutuhan Bibi Rose.Tapi lihat balasan yang diberikan wanita itu! Hanya pengkhianatan terhadap keluarganya."Baik? Cih! Nenekmu bahkan lebih licik dari seekor rub

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 445

    "Bro, target memasuki perangkap. Kau ingin melihat langsung?""Aku sudah berada di lokasi. Di mana kau?"Gallen berdiri di belakang sebuah tiang besar, mengawasi seorang wanita yang baru saja turun dari mobil.Wanita itu memakai setelan tunik dan celana panjang yang terlihat modis. Sehelai masker dan kacamata hitam berbingkai lebar menutupi wajahnya yang lonjong.Sebuah topi bulat dengan hiasan sekuntum bunga teratai mekar meneduhi wajahnya yang tersembunyi dari terik matahari."Arah jam sembilan."Gallen mengerling ke titik yang disebutkan. Tampak bayangan Regan duduk di belakang roda kemudi, berlagak sedang membersihkan dashboard. Namun, matanya sering kali mengerling ke pintu gerbang."Aku pada titik jam satu."Pandangan keduanya segera bertemu begitu Gallen menutup panggilan telepon.Regan tersenyum seraya mengangguk ringan.Wanita itu telah memasuki lobi hotel. Regan mengikuti dari belakang layaknya juga seorang pengunjung.Gallen berjalan memutar. Memasuki hotel lewat pintu khusu

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 444

    "Laura, memaafkan dan kembali bersama adalah dua hal yang berbeda! Jangan mengharapkan lebih dari apa yang dapat kuberikan dan pantas untuk kau dapatkan!"Binar di mata Laura sirna seketika. Tatapannya luruh ke tanah."Tapi aku masih sangat mencintaimu, Gallen! Tak bisakah kamu menceraikan istrimu dan kembali padaku?""Laura, rumah tangga bukan hanya tentang rasa cinta, tapi tentang komitmen dan saling percaya."Cinta adalah ungkapan rasa hati. Dan asal kau tahu, hati itu sangat rapuh. Mudah sekali terbolak-balik, seperti musim yang terus berganti."Sementara komitmen adalah keteguhan hati dalam memegang janji suci. Tak peduli sekuat apa semesta mengguncangnya, ia tak akan berubah. Tetap setia melewati berbagai cobaan dan rintangan."Namun, sekali komitmen itu hancur, maka yang tersisa hanyalah serpihan tak berwujud, dan tak akan pernah bisa kembali utuh seperti semula."Kau bukan hanya telah menghancurkan komitmen cintamu denganku, Laura, tapi juga telah membuangnya. Apa lagi yang bi

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 443

    Hening!Orang itu tak menyahuti perkataan Gallen. Ia sama sekali tak membantah tuduhan Gallen."Siapa kau?"Gallen menekan beberapa titik di punggung orang itu dengan gerakan cepat. Mengunci tubuhnya agar tak bisa melarikan diri."Kamu apakan badanku, hah?! Lepaskan aku!"Gallen terkesiap. Ternyata sosok yang bersembunyi di balik coat panjang dengan kepala tertutup hoodie lebar itu adalah seorang perempuan."Kau tidak akan ke mana-mana sebelum aku mendapatkan apa yang kuinginkan darimu," bisik Gallen, dengan nada penuh penekanan.Beberapa pasang mata, dari orang-orang yang melintas hendak keluar masuk Rumah Sakit, mengerling curiga pada Gallen.Gallen pindah ke hadapan wanita itu. Tegak dengan sebelah tangan bersembunyi dalam saku celana.Posisi mereka seperti dua orang kenalan yang saling bercengkerama.Keinginan wanita itu untuk kabur dari Gallen melebihi kuatnya terjangan ombak yang mengempas batu karang. Sayang, sekujur tubuhnya tak bisa digerakkan."Tolong, lepaskan aku! Aku janj

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 442

    "Ada apa ini? Kenapa semua terlihat canggung?" tanya Grizelle, merasa tak enak hati karena masuk tanpa mengetuk pintu."Ah, itu hanya perasaanmu saja!"Gallen menyongsong Grizelle, mengambil alih tas berukuran kecil, yang berisi pakaian Kimi."Instingku tak pernah salah," bisik Grizelle. "Aura ruangan ini agak aneh."Gallen tersenyum simpul. Ia akui Grizelle memiliki kepekaan yang luar biasa. Pantas saja ia tak pernah gagal dalam menyelidiki kasus kliennya."God! Ayah juga di sini?" seru Grizelle, bergegas menyalami Grath. "Huh! Sekarang aku tahu kenapa ruangan ini terasa aneh. Ternyata Adam dan Hawa bertemu kembali setelah terlempar dari surga ke belahan dunia yang berbeda.""Greeze, apa yang kamu katakan?" Pipi Kimi merona merah.Perumpamaan yang disematkan Grizelle pada dirinya dan Grath menurutnya terlalu berlebihan."Wah, Ayah juga sudah sembuh? Luar biasa! Memang ya ... lelaki akan melupakan segala rasa sakit dan kesedihannya begitu melihat senyum menawan sang istri," imbuh Griz

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 441

    "Penjahat seperti David Kyler tidak akan mampu menyentuhku, Bu. Ibu tidak perlu mencemaskan aku. Pikirkan saja kesehatan Ibu! Ibu harus segera sembuh.""Kamu juga tidak perlu mengkhawatirkan aku secara berlebihan."Gallen meraih jemari Kimi. "Bu, aku takut. Jika terjadi sesuatu yang buruk pada Ibu, aku akan merasa bersalah seumur hidup. Aku akan dihantui perasaan menyesal.""Gallen, tidak ada yang perlu disesali dari sebuah takdir. Cepat atau lambat, kita semua akan meninggalkan dunia ini.""Aku tahu, Bu. Tapi aku akan menyesal karena aku belum sempat mempertemukan Ibu dengan ayah.""Kamu tidak perlu melakukan itu, Gallen." Kimi melengos. Matanya terasa panas."Kenapa? Apa Ibu tak lagi mencintai ayah?""Bukan. Bukan karena itu. Seumur hidupku, aku hanya mencintai satu orang pria. Dan Pria itu adalah ayahmu."Aku tidak pernah mencintai lelaki lain, dan tidak akan pernah bisa.""Tapi, kenapa Ibu tidak mau bertemu dengan ayah? Selama ini ayah juga menderita, Bu."Kimi berusaha untuk dudu

  • Lelaki yang Terbuang   Bab 440

    Bugh!Tendangan Gallen melempar David hingga menghantam dinding dan menyebabkan dinding itu jebol."Bawa dia!" titah Gallen pada dua orang anak buah Kenzie yang menonton aksinya."S–siap, Komandan!"Mereka gugup melihat kehebatan Gallen. Tak terbayang jika mereka yang berada di posisi David. Mengerikan.Cepat-cepat mereka mengangkat sosok David yang tergeletak di tanah.Suara dering ponsel memecah kesunyian di kamar isolasi Grath.Thomas meninggalkan komputer yang memuat laporan perkembangan kesehatan Grath. Berjalan sedikit menjauh setelah membaca nama Gallen pada layar monitor."Firasatku tidak enak menerima panggilan telepon darimu pagi-pagi begini," ujar Thomas dengan suara lirih."Apa istriku bersama Kakek? Aku tidak bisa menghubunginya.""Tidak. Ada apa?""Kek, kalau Grizelle datang menemui Kakek, tolong minta dia untuk ke rumah ibuku, mengambil baju. Ibuku dirawat di Rumah Sakit.""Ibumu dirawat?! Apa yang terjadi? Apa dia baik-baik saja?""Ceritanya panjang, Kek. Aku masih ada

DMCA.com Protection Status