Gallen bergegas memburu jejak sang perawat yang menabraknya, tapi yang ia temui hanya koridor kosong dengan begitu banyak persimpangan. Koridor mana yang harus ia tuju?Akhirnya Gallen memutuskan untuk memeriksa ruang perawatan terdekat. Berpindah dari satu ruang ke ruang lainnya.Namun, usaha kerasnya hanya berakhir sia-sia. Ia tak menemukan sang perawat.Gallen pulang ke rumah Kenzie dengan perasaan lesu, mengempaskan pantat di atas sofa ruang tamu. Wajah letihnya bermandi peluh.Kenzie yang hendak naik ke lantai atas berbelok ke ruang tamu begitu menyadari Gallen sudah pulang."Kok lesu? Apa hasil tesnya mengecewakan?" tanya Kenzie, duduk berseberangan dengan Gallen."Aku tidak tahu." Gallen menyahut tanpa semangat."Lah, kenapa begitu? Bukankah seharusnya hasil tes itu keluar hari ini?""Memang, tapi terjadi insiden kecil antara aku dan seorang perawat. Amplop hasil tes yang kubawa tertukar.""Tidak biasanya kau ceroboh," celetuk Kenzie. "Kau sudah menemui perawat itu?""Boro-boro
Perasaan Gallen tak keruan. Ia tak mampu berkata-kata untuk mengungkapkan seperti apa rasa hatinya saat ini.Melihat Gallen yang tak berkutik dengan tatapan bingung, Kenzie memungut kertas yang jatuh ke lantai.Alisnya mengerut membaca kesimpulan hasil tes DNA Gallen dan Kimi.[... bahwa probabilitas Kimi Dhanurendra sebagai ibu kandung dari Gallen K. Al-Faruq adalah 99,99 %]"Wow! Luar biasa! Selamat, Bro! Aku ikut senang, kau akhirnya menemukan ibu kandungmu." Kenzie meremas lembut pundak Gallen.Ucapan selamat dari Kenzie membuat dada Gallen terasa sesak. Darah mudanya menggelegak. Ia merampas kertas hasil tes itu dari tangan Kenzie, meremasnya kuat-kuat.Tak ia pungkiri ada keharuan yang menyeruak hangat dalam hatinya, mengetahui bahwa dia masih dipertemukan dengan ibu kandungnya, walau dengan rupa yang jauh berbeda.Namun, Perkataan wanita di bagian administrasi laboratorium, yang terngiang di telinganya, merusak suasana hati Gallen yang seharusnya gembira.'Nyonya Kimi telah per
"Santai, Bro! Aku cuma tidak ingin merusak momen bahagiamu."Kenzie angkat tangan dan berbalik. Memperlihatkan senyuman kikuk."Huh? Apa yang ingin kau sampaikan ada hubungannya dengan David?"Kenzie mengangguk. "Betul!" Kemudian ia tersadar telah keceplosan, lalu menggeleng kuat. "Eh, tidak, tidak!""Betul? Atau Tidak?" Gallen menatap lekat manik mata Kenzie."Hehe ... memang susah ya meyakinkan mantan agen rahasia yang matanya setajam elang.""Tidak usah berbelit-belit! Ada apa dengan David? Dia bikin ulah lagi?"Ekspresi cengar-cengar Kenzie berubah serius. "Menurut informanku, David meluncur ke laboratorium pribadinya. Aku yakin sebentar lagi dia akan mengetahui kebenaran tentang ayahmu.""Baguslah! Aku ingin lihat seperti apa raut mukanya saat menyadari bahwa dia telah ditipu.""Masalahnya, orang seperti dia pasti tidak akan menyerah, Bro! Dia akan terus memburu ayahmu."Gallen meneleng. "Apa kau meragukan keamanan di rumahmu sendiri?"Semula Gallen berencana membawa ayahnya pula
"Mati kau! Mati kau!""Arkh!" Farrel yang telah disulap Gallen menyerupai Grath nyaris kehabisan napas.Matanya nyalang merasakan tekanan kuat pada tenggorokannya."Tuan Kyler, dia bisa benaran mati!" tegur salah satu pengawal David."Mati! Mati! Aku senang kalau kau mati!"Dokter Farrel menahan lengan David. Napasnya satu-satu."T–Tu ... an ... K–Ky ... ler. Aaarkh!" Farrel mulai kelojotan, tapi dia terus berjuang untuk menyadarkan David. "I–i ... ni a ... aku, Far ... rel."Dokter Farrel menepuk lengan tegang David dengan tenaganya yang kian melemah."Dokter Farrel!" David terperanjat. Cekikannya mengendor.Uhuk! Uhuk!Farrel terbatuk, mencoba duduk menjuntai sembari memegangi lehernya yang berasa ingin putus."Anda nyaris saja membunuhku, Tuan Kyler!"David selangkah terjajar mundur. Tangannya terulur, membolak-balik wajah Farrel yang tak lagi sama.Namun, kemampuan bicara dan nada suara Farrel mengikis keraguannya akan jati diri sosok yang nyaris menjadi korban kebrutalannya."Dok
Dua kristal bening menggelinding jatuh dari sudut mata Grath.Rekaman suara David dengan kemarahan yang menggebu-gebu sungguh mengiris hati.Dia menyayangi David, tetapi sang adik justru menginginkan kematiannya hanya demi harta warisan."Tuan Kyler, sekarang pertanyaan Anda tentang alasan Tuan David Kyler menyekap Anda terjawab sudah," kata Thomas, menyeka air mata Grath dengan sehelai tisu. "Anda beruntung memiliki putra yang sangat cerdas."Grath mengerjap, lalu mengerling pada Gallen yang telah menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku celana."Tenang saja, Ayah! Mereka akan mendapatkan ganjaran yang setimpal atas segala kejahatan mereka."Sekali lagi Grath mengerjap. Binar matanya memancarkan senyum harapan."Kau cerdik, Gallen! Aku bahkan tidak menyadari kapan kau memasang kamera pengawas di ruangan itu." Thomas mengagumi eksekusi dari ide cemerlang Gallen."Ah, Kakek ... itu hanya stiker mainan anak kecil.""Benarkah? Tapi aku tidak melihatnya. Mungkin mata tuaku mulai payah men
"Dapatkan semua informasi tentang Gallen Kyler!" titah David, menghubungi kembali Jeremy."Siap, Tuan!"Dua jam kemudian David menerima panggilan dari Jeremy."Saya sudah mengirimkan informasi Gallen Kyler ke email Anda, Tuan. Saya juga telah mendatangi kediamannya, tetapi rumah itu kosong. Gallen Kyler beserta istrinya sedang keluar kota."Sial!""Justru itu sebuah keberuntungan, Tuan!""Idiot! Buronan kabur kau malah berpikir bahwa itu adalah sebuah keberuntungan? Pantas kau kalah melawan lelaki tua!""Dengar dulu, Tuan!""Kalau tidak penting, kau tahu akibatnya!""Tuan, dokter ahli saraf terbaik dari Amerika akan datang dalam tiga hari. Aku yakin dokter itu datang untuk mengobati pasien Anda."Mata David berkilat licik. "Bagus! Kau selamat berkat informasi ini! Temui aku secepatnya!""Siap, Tuan!"David meninggalkan Stephen sendirian di meja makan, untuk kembali menyendiri dalam istana sunyi miliknya.Ia membaca data yang dikirim Jeremy. Seringai licik terbit di wajahnya. Boleh saj
"Profesor, waktu Anda sangat berharga. Aku tidak mau membuang setiap detik yang Anda punya untuk omong kosong, sementara di luar sana, ada begitu banyak nyawa yang membutuhkan sentuhan tangan ajaib Anda."Kita bisa bicara panjang lebar setelah bertemu nanti. Aku janji tidak akan membiarkan Anda merasa kesepian.""Aku pegang janjimu!"Rayuan Gallen sukses menerbitkan senyum di wajah Profesor Smith. Ia kemudian memberikan arahan tentang apa saja yang perlu disiapkan Gallen untuk pengobatan ayahnya.Gallen dan Profesor Smith pernah bertemu di daratan China. Saat itu Profesor Smith sedang melakukan ekspansi teknik pengobatan untuk mempelajari pengobatan oriental.Ia mempunyai keyakinan bahwa dengan menggabungkan teknik pengobatan modern dan oriental, pasien yang menderita gangguan saraf memiliki harapan yang lebih besar untuk bisa sembuh."Omong-omong, kau juga punya kemampuan untuk mengobati orang lain, kenapa tak mencoba pada ayahmu?" saran Profesor Smith dengan nada bercanda. Tak hera
"Aku tak menyangka mobil itu membawa Profesor Smith, Tuan. Aku tidak mengenali wajah si pengendara."Pengakuan jujur Jeremy membuat kemurkaan David naik ke level tertinggi.Bugh!Tendangan bertenaga penuh dari kakinya yang terbalut sepatu menghantam telak dada Jeremy.Jeremy terjengkang, merasa sesak napas akibat beban yang menekan rongga dadanya."Cari identitas pemilik mobil itu! Dan juga keberadaan Profesor Smith!"David berbalik, membanting pantat pada kursi putarnya. Lelah.Energi batin dan pikirannya tersedot habis oleh perasaan kecewa dan putus asa. Kenapa rencananya selalu gagal?David memijat pelipisnya yang berdenyut sakit. "Enyah!"Jeremy segera melarikan diri dari hadapan David.Ia memeriksa kamera depan kendaraannya untuk mengecek mobil yang diduga membawa Profesor Smith.Setelah itu ia memanfaatkan koneksinya yang bekerja di kepolisian untuk medapatkan informasi tentang si pemilik mobil."Jerry, aku sudah mengecek siapa pemilik mobil itu," lapor suara pria muda dari sebe
"Nyonya Bellona Hopkins?!" seru Gallen, kaget. "Tidak. Anda datang pada waktu yang tepat. Mari bergabung bersama keluargaku!""Iya, Nyonya. Ayo duduk sini!" Kimi menjemput Bellona."Terima kasih!" Bellona merasa terharu dengan sambutan Gallen dan keluarganya. "Sebenarnya, aku ke sini ingin minta maaf pada Gallen atas namaku dan juga Atha. Aku terlalu serakah dan mementingkan anakku.""Seorang ibu selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Itu bisa dimaklumi, Nyonya," sahut Gallen. "Kami juga minta maaf karena telah melaporkan Anda dengan beberapa tindak kejahatan yang tidak Anda lakukan."Wajah Gallen kecut, merasa bersalah."Itu bukan kesalahanmu sepenuhnya. Wanita berhati iblis itu yang sangat pandai menipu orang." Muka Bellona menggelap. "Kalau aku tahu Bibi Rose menggunakan wajahku untuk berbuat jahat, aku pasti telah lebih dulu menyeretnya ke penjara. Dia benar-benar licik!""Dia pasti mempelajari keterampilan make-up saat berada di Korea Selatan," timpal Kimi."Betul. Itu ar
Gallen melangkah gontai memasuki rumah. Ia melewati Grizelle yang duduk santai di ruang tengah begitu saja.Namun, ketika sudut matanya menangkap bayang Grizelle saat hendak menaiki tangga, ia berbalik.Tanpa malu-malu ia merebahkan diri dan meletakkan kepala di pangkuan Grizelle yang duduk berjuntai di atas sofa.Grizelle mengelus rambut Gallen yang jatuh ke kening."Kamu dari mana saja? Aku sangat khawatir. Teleponmu tidak aktif."Gallen merogoh saku, mengeluarkan ponsel. "Ck! Baterainya habis.""Sini! Kubantu mengisikan dayanya.""Nanti saja! Aku masih mau seperti ini." Gallen menaruh ponsel di atas meja, lalu melingkarkan lengan pada pinggang Grizelle.Saat hatinya sedang galau dan pikiran kacau, berbaring di pangkuan Grizelle bikin nyaman.Wangi vanila berpadu dengan aroma alami tubuh Grizelle menghadirkan perasaan tenang di hati Gallen.Setelah cukup lama menikmati kehangatan pangkuan Grizelle, Gallen bangkit. Mengecup kening Grizelle."Terima kasih. Bersamamu, aku selalu merasa
"Kenapa? Kaget? Hahaha ...."Wanita itu tak peduli dengan keberadaan polisi dan tangannya yang terbogol. Ia tertawa, seperti telah kehilangan kewarasannya.Gallen bukan hanya kaget, tapi syok. Tak menyangka orang yang selama ini dikenalnya begitu baik dan berada di pihaknya, ternyata merupakan dalang dari segala kemalangan yang menimpa keluarganya."Bibi Rose, katakan bahwa ini tidak benar!""Hahaha ... sayangnya, inilah kenyataannya."Gallen menggeleng-geleng. Masih sulit memercayai kebenaran yang terpampang di depan mata."Kenapa, Bi? Bukankah nenekku selalu memperlakukan Bibi dengan baik?"Gallen masih ingat, walaupun samar, neneknya tidak pernah memperlakukan Bibi Rose dengan kasar.Rianna bahkan memercayai Bibi Rose menjadi pelayan pribadinya. Neneknya bahkan tak pernah perhitungan dalam membelikan pakaian dan memenuhi kebutuhan Bibi Rose.Tapi lihat balasan yang diberikan wanita itu! Hanya pengkhianatan terhadap keluarganya."Baik? Cih! Nenekmu bahkan lebih licik dari seekor rub
"Bro, target memasuki perangkap. Kau ingin melihat langsung?""Aku sudah berada di lokasi. Di mana kau?"Gallen berdiri di belakang sebuah tiang besar, mengawasi seorang wanita yang baru saja turun dari mobil.Wanita itu memakai setelan tunik dan celana panjang yang terlihat modis. Sehelai masker dan kacamata hitam berbingkai lebar menutupi wajahnya yang lonjong.Sebuah topi bulat dengan hiasan sekuntum bunga teratai mekar meneduhi wajahnya yang tersembunyi dari terik matahari."Arah jam sembilan."Gallen mengerling ke titik yang disebutkan. Tampak bayangan Regan duduk di belakang roda kemudi, berlagak sedang membersihkan dashboard. Namun, matanya sering kali mengerling ke pintu gerbang."Aku pada titik jam satu."Pandangan keduanya segera bertemu begitu Gallen menutup panggilan telepon.Regan tersenyum seraya mengangguk ringan.Wanita itu telah memasuki lobi hotel. Regan mengikuti dari belakang layaknya juga seorang pengunjung.Gallen berjalan memutar. Memasuki hotel lewat pintu khusu
"Laura, memaafkan dan kembali bersama adalah dua hal yang berbeda! Jangan mengharapkan lebih dari apa yang dapat kuberikan dan pantas untuk kau dapatkan!"Binar di mata Laura sirna seketika. Tatapannya luruh ke tanah."Tapi aku masih sangat mencintaimu, Gallen! Tak bisakah kamu menceraikan istrimu dan kembali padaku?""Laura, rumah tangga bukan hanya tentang rasa cinta, tapi tentang komitmen dan saling percaya."Cinta adalah ungkapan rasa hati. Dan asal kau tahu, hati itu sangat rapuh. Mudah sekali terbolak-balik, seperti musim yang terus berganti."Sementara komitmen adalah keteguhan hati dalam memegang janji suci. Tak peduli sekuat apa semesta mengguncangnya, ia tak akan berubah. Tetap setia melewati berbagai cobaan dan rintangan."Namun, sekali komitmen itu hancur, maka yang tersisa hanyalah serpihan tak berwujud, dan tak akan pernah bisa kembali utuh seperti semula."Kau bukan hanya telah menghancurkan komitmen cintamu denganku, Laura, tapi juga telah membuangnya. Apa lagi yang bi
Hening!Orang itu tak menyahuti perkataan Gallen. Ia sama sekali tak membantah tuduhan Gallen."Siapa kau?"Gallen menekan beberapa titik di punggung orang itu dengan gerakan cepat. Mengunci tubuhnya agar tak bisa melarikan diri."Kamu apakan badanku, hah?! Lepaskan aku!"Gallen terkesiap. Ternyata sosok yang bersembunyi di balik coat panjang dengan kepala tertutup hoodie lebar itu adalah seorang perempuan."Kau tidak akan ke mana-mana sebelum aku mendapatkan apa yang kuinginkan darimu," bisik Gallen, dengan nada penuh penekanan.Beberapa pasang mata, dari orang-orang yang melintas hendak keluar masuk Rumah Sakit, mengerling curiga pada Gallen.Gallen pindah ke hadapan wanita itu. Tegak dengan sebelah tangan bersembunyi dalam saku celana.Posisi mereka seperti dua orang kenalan yang saling bercengkerama.Keinginan wanita itu untuk kabur dari Gallen melebihi kuatnya terjangan ombak yang mengempas batu karang. Sayang, sekujur tubuhnya tak bisa digerakkan."Tolong, lepaskan aku! Aku janj
"Ada apa ini? Kenapa semua terlihat canggung?" tanya Grizelle, merasa tak enak hati karena masuk tanpa mengetuk pintu."Ah, itu hanya perasaanmu saja!"Gallen menyongsong Grizelle, mengambil alih tas berukuran kecil, yang berisi pakaian Kimi."Instingku tak pernah salah," bisik Grizelle. "Aura ruangan ini agak aneh."Gallen tersenyum simpul. Ia akui Grizelle memiliki kepekaan yang luar biasa. Pantas saja ia tak pernah gagal dalam menyelidiki kasus kliennya."God! Ayah juga di sini?" seru Grizelle, bergegas menyalami Grath. "Huh! Sekarang aku tahu kenapa ruangan ini terasa aneh. Ternyata Adam dan Hawa bertemu kembali setelah terlempar dari surga ke belahan dunia yang berbeda.""Greeze, apa yang kamu katakan?" Pipi Kimi merona merah.Perumpamaan yang disematkan Grizelle pada dirinya dan Grath menurutnya terlalu berlebihan."Wah, Ayah juga sudah sembuh? Luar biasa! Memang ya ... lelaki akan melupakan segala rasa sakit dan kesedihannya begitu melihat senyum menawan sang istri," imbuh Griz
"Penjahat seperti David Kyler tidak akan mampu menyentuhku, Bu. Ibu tidak perlu mencemaskan aku. Pikirkan saja kesehatan Ibu! Ibu harus segera sembuh.""Kamu juga tidak perlu mengkhawatirkan aku secara berlebihan."Gallen meraih jemari Kimi. "Bu, aku takut. Jika terjadi sesuatu yang buruk pada Ibu, aku akan merasa bersalah seumur hidup. Aku akan dihantui perasaan menyesal.""Gallen, tidak ada yang perlu disesali dari sebuah takdir. Cepat atau lambat, kita semua akan meninggalkan dunia ini.""Aku tahu, Bu. Tapi aku akan menyesal karena aku belum sempat mempertemukan Ibu dengan ayah.""Kamu tidak perlu melakukan itu, Gallen." Kimi melengos. Matanya terasa panas."Kenapa? Apa Ibu tak lagi mencintai ayah?""Bukan. Bukan karena itu. Seumur hidupku, aku hanya mencintai satu orang pria. Dan Pria itu adalah ayahmu."Aku tidak pernah mencintai lelaki lain, dan tidak akan pernah bisa.""Tapi, kenapa Ibu tidak mau bertemu dengan ayah? Selama ini ayah juga menderita, Bu."Kimi berusaha untuk dudu
Bugh!Tendangan Gallen melempar David hingga menghantam dinding dan menyebabkan dinding itu jebol."Bawa dia!" titah Gallen pada dua orang anak buah Kenzie yang menonton aksinya."S–siap, Komandan!"Mereka gugup melihat kehebatan Gallen. Tak terbayang jika mereka yang berada di posisi David. Mengerikan.Cepat-cepat mereka mengangkat sosok David yang tergeletak di tanah.Suara dering ponsel memecah kesunyian di kamar isolasi Grath.Thomas meninggalkan komputer yang memuat laporan perkembangan kesehatan Grath. Berjalan sedikit menjauh setelah membaca nama Gallen pada layar monitor."Firasatku tidak enak menerima panggilan telepon darimu pagi-pagi begini," ujar Thomas dengan suara lirih."Apa istriku bersama Kakek? Aku tidak bisa menghubunginya.""Tidak. Ada apa?""Kek, kalau Grizelle datang menemui Kakek, tolong minta dia untuk ke rumah ibuku, mengambil baju. Ibuku dirawat di Rumah Sakit.""Ibumu dirawat?! Apa yang terjadi? Apa dia baik-baik saja?""Ceritanya panjang, Kek. Aku masih ada