“Jangan khawatir, aku tidak akan menyakitimu. Lagi pula, aku mempercayaimu lebih dari kelompok sebelumnya!” tambah Tuan Bates saat melihat perubahan drastis pada ekspresi Gerald. Meskipun Tuan Bates mengatakan itu, Gerald masih saja merasa sedikit khawatir. Lagi pula, siapa yang menjamin kalau pria itu mengatakan yang sebenarnya? Terlepas dari kekhawatirannya, Gerald mengerti bahwa dia masih membutuhkan bantuan Tuan Bates untuk saat ini. Akhirnya dia hanya bisa ikut alur. Tetapi kalau sampai Gerald menemukan ada sesuatu yang tidak beres dengan Tuan Bates, dia tidak akan segan melawan pria itu tanpa belas kasihan. Setelah percakapan canggung itu, mereka berjalan sekitar satu jam sebelum akhirnya tiba di sebuah tempat yang tampak seperti batu raksasa yang mirip dengan Stonehenge.Gerald yang bingung pun bertanya, "apa ini?"“Di sini portal yang mengarah ke tempat tujuan kita. Setelah melewati area itu, kalian akan segera menemukan wilayah Klan Phangrottom. Tapi kalian harus ingat bahwa
“Baik kalau begitu!" jawab Ray sambil mengangguk. Mendengar itu, Gerald kemudian berkata, “Sudah diputuskan, Tuan Bates. Kami berdua akan masuk, jadi tolong buka portal itu!” Setelah mendengar itu, Tuan Bates tidak mengatakan apa-apa. Dia berjalan ke pilar batu terbesar di tengah 'Stonehenge' sebelum mengeluarkan pisau kecil dari lengan bajunya.Setelah membuat luka kecil di tangannya, dia meletakkan telapak tangannya yang berdarah ke sebuah simbol hantu di pilar batu.Beberapa detik kemudian, pilar itu mulai bergetar dan pilar-pilar lain di sekitarnya mengeluarkan sinar biru!Tak lama kemudian, sebuah portal biru muncul di hadapan Gerald.“Itu portalnya. Masuk sekarang dan ingat, hanya tiga hari atau kalian tidak akan pernah bisa keluar!” ujar Tuan Bates mengingatkan Gerald dan Rey. Keduanya mengangguk. "Kami mengerti. Jangan khawatir, Tuan Bates! Oh, iya, kami titip tolong jaga mereka berdua sementara kami di dalam. Terima kasih untuk semuanya!" jawab Gerald dengan suara tegas.
Kota itu dikenal sebagai Kota Phantom. Itu adalah kota yang dibuat khusus untuk hantu dan roh. Dari tempat mereka berdiri, Gerald dan Ray bisa melihat bahwa segala sesuatu di kota itu tampak kuno. Keduanya juga melihat beberapa penjaja hantu—yang penampilannya bervariasi—tersebar di seluruh tempat yang tampak seperti pasar di kota. Memahami bahwa sebagian besar dunia roh akan terlihat seperti ini, keduanya memutuskan untuk bergegas dan mulai berjalan menuju pintu masuk kota. Tetapi setelah mencapai gerbang kota, jalan masuk mereka dihalangi oleh seorang pria berwajah pucat yang mengenakan jubah hitam panjang. Menatap keduanya dengan mata birunya, pria berjubah hitam itu berkata, “Kalian berdua tidak boleh di sini. Pergi!" “Siapa kau?” tanya Gerald. “Aku adalah Phanto, petugas hantu di tempat ini!” kata Phanto memperkenalkan diri, membuat Gerald dan Ray terkejut. Tak disangka ada petugas hantu di sini! Mereka seperti berada di drama televisi atau semacamnya. Setelah berp
Gerald melihat orang berambut putih mengenakan jubah abu-abu panjang. “Hmm… aku bisa melihat bahwa kamu adalah setengah manusia dan setengah hantu!” kata orang berjubah itu sambil menatap Gerald dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tentu saja ini untuk sesaat mengejutkan Gerald. Ia tak menyangka orang ini akan dapat mengetahuinya dengan mudah! "Dan kau?" tanya Gerald. “Aku adalah Torme, utusan hantu di tempat paling feminin. Singkatnya, aku bertanggung jawab untuk berinteraksi dengan orang luar. Itulah kenapa aku bisa tahu asal-usulmu dengan mudah!” jelas Torme. “Hmm, begitu. Senang bertemu denganmu, Tuan. Namaku Gerald Crawford dan seperti yang kau katakan, aku setengah manusia dan hantu. Dan aku juga seorang kultivator!” jawab Gerald, tidak merasa perlu menyembunyikan fakta itu. “Pantas saja ada aura spiritblade dan roh suci yang begitu besar di dalam tubuhmu. Spiritblade yang kamu miliki benar-benar mencengangkan. Jika ini terus berlanjut, sesuatu pasti akan terjadi pada
Setelah memikirkannya lebih lama, Gerald berkata, “Aku memilih untuk membiarkan takdir yang memutuskan!” "Oh? Jawaban yang tidak terduga! Bisa jelaskan alasannya?” tanya Torme. “Ya, pada dasarnya, tidak satu orang pun bisa memutuskan hidup atau mati dirinya sendiri atau orang lain. Pada akhirnya, takdir adalah penentu terakhir. Jika sudah saatnya seseorang menemui ajalnya, maka tidak ada yang bisa menghentikannya. Jadi aku tidak berhak memilih nasib orang-orang ini! Meskipun aku ingin semua penjahat mati, aku percaya bahwa mereka pada akhirnya akan menuai apa yang telah mereka tabur! Takdir pasti akan memberi mereka pelajaran setimpal di waktu yang tepat!” jelas Gerald. Setelah mengatakan semua itu, tepuk tangan langsung terdengar saat Torme berkata, “Bagus sekali! Kamu berbeda dari yang lain! Selamat, kamu telah lulus ujian pertama!" Setelah itu, kegelapan menghilang dan semuanya tampak seperti sebelumnya. Torme tidak beranjak dari tempat itu. Dia tersenyum sambil memuji, “Sep
“Rasa sakit, bahagia, harta, dan keluarga, semua itu hanya bagian kecil dari kehidupan. Pada akhirnya, yang paling penting adalah pilihan yang dibuat saat menjalani siklus kehidupan. Meskipun aku tidak yakin pengalaman yang telah kau alami sebelumnya, aku tahu bahwa hidup tidak akan terus dipenuhi dengan kesedihan dan rasa sakit. Bagian kehidupan yang menyenangkan pasti ada dan semua orang menyadarinya. Mereka pasti akan menjalani kehidupan yang lebih baik daripada terus menerus mengeluh tentang ketidakadilan hidup,” jelas Gerald. Meskipun Gerald awalnya tidak benar-benar memahami tentang maksud ujian itu, setelah berpikir matang, dia sekarang tahu bahwa dia sedang diuji tentang pemahaman kehidupan. Terlebih lagi, Gerald memperhatikan bahwa adegan yang diputar di layar adalah pengalaman Torme ketika dia masih hidup. Jadi Gerald yakin bahwa tes itu sebenarnya untuk membantu Torme menyelesaikan masalah batinnya. Gerald sekarang yakin bahwa untuk memiliki kehidupan yang baik, seseor
Setelah mengatakan itu, Gerald menatap tajam ke arah Juno palsu dan pada akhirnya, tekadnya yang besar mampu mematahkan ilusi di sekelilingnya! Melihat semuanya kembali normal, Torme yang terkejut hanya bisa menatap Gerald. Tak disangka pemuda ini akan punya tekad yang kuat. “Aku belum pernah bertemu dengan seseorang yang memiliki tekad sebesar milikmu. Kamu pemuda yang kuat!” puji Torme. “Aku menghargai pujianmu, Tuan. Apakah kau sedang menguji prinsipku?” tanya Gerald sedikit penasaran. “Benar. Dan melihat betapa mudahnya kamu memecahkan ilusi, harus kukatakan bahwa kamu lulus dengan nilai sempurna! Performamu sampai saat ini jauh di atas ekspektasiku!” kata Torme dengan nada takjub. Dibandingkan dengan semua orang yang sebelumnya telah mengikuti tes, Gerald sejauh ini adalah yang tercepat menghancurkan ilusi. Sungguh sulit dipercaya!Gerald kemudian mengangguk dan bertanya, “Jadi itu tadi tes ketiga, kan? Ada berapa total tesnya, Tuan?” Ingat bahwa dia belum memberi tah
Tepat ketika Gerald bersiap menghadapi kematian, dia menatap dengan mata terbelalak saat sekelilingnya kembali seperti semula. “Selamat, Gerald! Kamu telah lulus ujian keempat!" kata Torme sambil tersenyum saat dia berjalan menuju Gerald. Gerald terkejut dan hanya bisa bergumam, “Aku… lulus ujian?” “Ya, kamu lulus!” jawab Torme sambil mengangguk. “Jadi… apakah pengorbanan diri adalah jawaban dari ujian itu?” tanya Gerald yang kebingungan."Tidak juga. Alih-alih menguji kesediaanmu untuk mengorbankan diri sendiri, itu adalah ujian untuk melihat apakah kamu akan memilih dirimu sendiri daripada kehidupan teman-temanmu. Setelah aku melihat bahwa kamu adalah orang yang sangat peduli pada teman-temanmu, aku tidak ragu untuk mengatakan bahwa kamu telah lulus ujian ini!" jelas Torme. Setelah mendengar itu, Gerald menyadari bahwa jika dia memilih opsi lain, dia pasti akan gagal dalam ujian.Tetapi kejutan yang lebih besar datang ketika Torme menambahkan, “Dan andai kamu memilih salah satu