Cameron bicara sambil tersenyum dingin.“Apa? Lucu sekali, Cameron! Bagaimana bisa Louie bisa kenal dengan Gerald!”“Membandingkan status Louie dan status Gerald itu seperti membandingkan seisi bumi dengan seonggok tanah kotor. Benar, kan?”“Kamu boleh saja tidak percaya denganku, tetapi Xella tahu bahwa itu benar. Xella melihatnya juga!” Cameron menatap Xella seraya mengangguk meminta persetujuan. “Sialan!”Beberapa orang di ruangan itu mulai memperhatikan Gerald dengan cara agak berbeda. Namun beberapa orang lainya juga berpaling untuk melihat Waylon.Semua orang masih ingat insiden ketika Waylon beberapa kali memukuli Gerald, dulu ketika mereka masih di bangku SMA. Gerald sudah kaya sekarang dan dia bahkan kenal dengan Louie yang memiliki jejaring dengan semua orang entah itu orang jahat maupun orang baik. Bagaimana respons Waylon menanggapi hal itu? Ekspresi wajah seperti apa yang akan Waylon tampakkan? Tampak senyum pahit dan ekspresi menghina di wajah Waylon. “Memangnya ken
“Yeah, ayolah Xella. Ceritakan kepada kami. Ada masalah apa?” Beberapa orang temannya bertanya penasaran. Xella mengangguk, kemudian dia mulai bercerita tentang insiden yang terjadi dengan runtut dan detail.Tidak berapa lama, keingintahuan Gerald terpuaskan.Ternyata tidak berapa lama setelah Xella direkrut di perusahaan, atasan Xella mulai melecehkannya. Atasan Xella itu adalah deputi manajer di salah satu departemen. Berdasarkan penjelasan Xella, deputi manajer itu adalah seorang pria botak yang tak sehelai rambut pun tumbuh di ubun-ubunnya. Secara umum dia tampak tua dan cabul.Awalnya, manajer itu tidak terlalu berani, dia hanya mengajak Xella untuk pergi makan bersama. Setelah menolaknya beberapa kali, lama kelamaan Xella merasa sulit untuk menolaknya lagi. Akhirnya, suatu hari Xella memutuskan untuk menerima ajakan manajer untuk makan bersama. Sejak hari itu sampai sekarang, pria itu bertambah mesum dan makin berani.Manajer itu terus menerus menelepon Xella di kantornya. Aw
Beberapa saat kemudian, Gerald berdiri dan menuju toilet. Tidak lama setelah itu, Xella juga beranjak ke toilet.Setelah mencuci tangan, Gerald tidak sengaja bertemu Xella yang keluar di saat yang sama dari toilet wanita.Ada perasaan canggung di antara mereka berdua."Ngomong-ngomong, aku nggak pernah punya kesempatan ngobrol sama kamu dengan leluasa. Bagaimana kabarmu akhir-akhir ini?" tanya Xella dengan senyum ceria berusaha menyembunyikan kecanggungannya. Dia ingat hubungannya dengan Gerald di masa lalu dan juga sadar konflik yang terjadi antara Gerald dan Waylon. Saat ini Xella sedang dekat dengan Waylon."Aku baik-baik saja," jawab Gerald sambil mengelap tangannya dengan tisu."Aku dengar kamu belum mendapat pekerjaan, ya? Apakah itu benar? Apakah kamu sudah punya rencana untuk masa depan?" tanya Xella."Aku berencana untuk membangun personal branding dulu,” ujar Gerald jujur.Xella sedikit mengernyit sebelum kemudian menggelengkan kepala dan tersenyum tipis. "Dengar, Gerald. Men
Teriakan itu tidak lain berasal dari Waylon yang baru keluar dari ruangan.Beberapa saat yang lalu, seorang gadis akan pergi ke kamar mandi. Baru saja keluar dari ruangan, dia melihat seorang pria menghalangi jalan Xella. Gadis itu bergegas memberitahu Waylon. Mendengar hal itu, Waylon segera beranjak dan menuju tempat kejadian diikuti beberapa teman lain."Apa-apaan ini? Sekelompok bedebah! Siapa yang kau teriaki, hah?"Meski Tuan Zabel memang berotak mesum, tetapi jelas dia bukan orang sembarangan. Ekspresi wajahnya berubah menakutkan saat mengatakan itu."Gadis itu adalah teman sekelasku. Kenapa kau halangi jalannya?" tanya Waylon tanpa rasa takut.Xella yang ketakutan secara otomatis berlindung di balik punggung Waylon."Xella, aku beritahu padamu, rekan-rekan kerja yang sedang menungguku sekarang bukanlah orang-orang biasa. Kalau kamu paham mana yang terbaik untukmu, ikutlah denganku. Dan juga, lebih baik kamu jelaskan pada si berengsek ini siapa aku," ujar Tuan Zabel dengan tanga
Dengan kekuasaan dan pengaruh yang dimiliki oleh ayahnya, Waylon selalu bisa melakukan semua yang dia mau dan bersikap sombong serta arogan di depan teman-teman sekelasnya. Tidak pernah terpikir oleh Waylon bahwa orang seperti Charlie dan anak buahnya bisa bertindak seganas itu dan mereka bahkan berani memukuli Waylon.Di saat itu, Waylon benar-benar merasa hancur secara fisik dan mental."Dia butuh pertolongan medis segera!" teriak Morgana sebelum kemudian mengeluarkan HP dan menelepon ambulans.Tak berapa lama, ambulans pun datang dan karena Morgana sendiri adalah petugas medis, dia pun turut masuk ke dalam ambulans untuk membantu membalut luka-luka Waylon. Dia menemani mengantar Waylon ke rumah sakit."Waylon terluka dan sekarang dia dilarikan ke rumah sakit. Apa yang harus kita lakukan?""Lebih baik kita pulang. Bagaimana kalau orang-orang gila itu kembali dengan membawa pasukan lebih banyak?""Kamu benar! Mereka sepertinya bukan orang sembarangan." Teman-teman sekelas Waylon kasa
“Astaga! Itu Mercedes-Benz seri G yang harganya lebih dari 300.000 dolar!” pekik mereka dengan nada cemas.Dua mobil itu sama-sama mengalami kerusakan, tetapi kerusakan pada Mercedes-Benz jauh lebih ringan daripada mobil Cameron. Meski begitu, jika harus mengganti rugi, Cameron tahu dia harus mengeluarkan setidaknya 100.000 dolar. Itu membuatnya gemetar ketakutan.“Maafkan aku, Cameron. Kalau bukan karena aku, kamu nggak akan menabrak mobil itu.” keluh Xella merasa beban di pundaknya semakin bertambah. Dia menghela napas berat sambil menahan air mata. ‘Kalau bukan karena aku, semua hal buruk ini tidak akan terjadi... tadi Waylon dipukuli dan sekarang Cameron menabrak mobil orang lain karena mau mengantarku ke rumah sakit untuk menjenguk Waylon. Apa yang harus aku lakukan sekarang?’ Pikiran Xella dipenuhi hal-hal negatif dan itu membuatnya semakin bingung dan gelisah daripada sebelumnya. Yang lain pun demikian, mereka ketakutan. Mereka pun mulai berdiskusi untuk mencari jalan keluar b
Bagaimanapun juga, mobil Cameron tidak mungkin digunakan dalam keadaan seperti itu.Semua yang terjadi memang disebabkan oleh Xella, tetapi tidak ada gunanya juga menyesali yang ada.Sementara itu, Gerald merasa tidak enak hati meninggalkan mereka begitu saja, karena biar bagaimanapun juga mereka adalah teman-temannya."Ayo, kalian masuklah ke mobilku. Aku antar kalian ke rumah sakit," ajak Gerald pelan.Sikap Gerald yang demikian terlihat asing dan aneh di mata mereka semua.Jika diingat-ingat lagi, tidak heran kalau Gerald begitu santai dan tenang saat berbicara dengan mereka di halte bus waktu itu. Sejujurnya, waktu itu mereka tidak begitu memperhatikan Gerald karena mereka menganggap bahwa Gerald hanyalah seorang pecundang.Namun, sekarang setelah mereka perhatikan dengan seksama cara Gerald berbicara, mereka baru menyadari bahwa nada bicara Gerald terdengar dingin dan tenang dari sebelumnya. Itu membuat mereka kagum."Gerald, ini... ini mobilmu?" tanya Rae dengan mata terbelalak.
Waylon meminta Jaxon untuk membantunya.Namun sebelum mereka mendengar lebih detail, Waylon sudah menutup teleponnya karena dia melihat Xella dan yang lainnya memasuki ruangan."Waylon, aku minta maaf. Ini semua salahku!" ujar Xella memelas."Apa yang kamu bicarakan, Xella? Aku tadi cuma kaget karena mereka tiba-tiba menyerangku tanpa menjelaskan perkaranya terlebih dahulu. Kamu jangan khawatir, saat ini anak buah Papaku sedang membereskan semuanya. Papa juga sudah tahu masalah yang kamu hadapi di kantor," kata Waylon dengan nada penuh keyakinan.Xella baru akan mengatakan sesuatu ketika kemudian HPnya berbunyi. Sambil menghela napas dalam, dia mengangkatnya. Setelah berbicara sebentar, dia menutup telepon."Semuanya sudah berakhir! Itu tadi telepon dari pimpinan kantorku, ia mengatakan bahwa aku sudah dipecat," ujar Xella dengan lemah. Kini dia telah kehilangan kesempatan untuk memiliki karier yang cemerlang. Karena dia telah dipecat, itu artinya ia tidak bisa melamar ke perusahaan-pe