“Kepung dia, jangan sampai dia lolos!” teriak William memberi perintah pada anak buahnya. Seketika para pria kekar itu bergegas menghampiri Gerald. Gerald dan empat orang di sana terkepung. Mereka bingung atas apa yang terjadi.Di belakang William, berdiri seorang pria bertampang garang. Ia berusia sekitar hampir tiga puluh tahun dan mengenakan kacamata. Sejak tadi ia tidak berbicara sepatah katapun.Pria itu menyilangkan tangannya di depan dada. Hampir separuh wajahnya ada bekas luka bakar yang parah. Ia sepertinya adalah pengawal pribadi William."Hmpph...!! Musuh pasti akan selalu bertemu lagi. Ini baru beberapa hari dan aku yakin kau tidak menyangka ini akan terjadi." Liara berteriak lantang sambil berpegangan pada lengan William. Mereka berdua menghampiri Gerald. Tatapan Liara memancarkan amarah yang seakan-akan dapat membunuh seseorang. Ia rasanya memang ingin membunuh Gerald dengan tangannya sendiri.Sejak kecil, Liara selalu dimanja oleh orang-orang disekitarnya. Tidak pern
Hanya butuh waktu kurang dari sepuluh detik untuk Drake dan Tyson melumpuhkan sepuluh anak buah William. Benar-benar luar biasa!"Kau mau coba cari masalah dengan Keluarga Crawford? Sini kukoyak akal sehatmu!" kata Si Kembar sambil berjalan pelan menghampiri William. Tatapan mata keduanya begitu dingin dan menakutkan."Sialan! Carl, habisi mereka!" teriak William memberi perintah. Awalnya dia kira membalaskan dendam Liara akan bisa dilakukan dengan mudah, yaitu hanya cukup menyuruh anak buahnya mengeroyok Gerald. Sungguh di luar dugaan William kalau ternyata Gerald punya bodyguard yang sangat tangguh.Sekarang saatnya William menerjunkan orang andalannya. Carl adalah pengawal yang berdiri di belakangnya sejak tadi. Meski wajahnya terlihat sangat garang dengan bekas luka bakar, tetapi dia sempat gemetar melihat kelihaian dan ketangkasan Drake dan Tyson ketika berkelahi. Bukan karena rasa takut, tetapi seperti ada emosi aneh dalam hatinya.Carl maju berdiri di depan William."Kalian bole
Sambil menyandera Liara, Gerald menyetir mobil menuju Wayfair Mountain Villa.Setibanya di villa, Gerald menyuruh petugas keamanan yang membukakan gerbang untuk membawa Liara ke ruangan yang aman dan mengawasinya. “Wow! Kamu cuma sopir, tapi aku tidak menyangka kamu punya kuasa di sini. Para bodyguard itu menuruti perintahmu,” kata Dorothy heran. “Tuan Crawford, Anda sudah datang!” seru Zack dan Michael saat melihat Gerald memasuki pintu utama. Mereka buru-buru menyambut Gerald. Tak lupa mereka juga memberi salam pada Tuan Kendall dan rombongannya. Tuan Kendall, Drake, Tyson dan Dorothy tidak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka saat mendengar perkataan Zack. “Tuan Crawford??”“Jadi Anda adalah Tuan Crawford?” kata Tuan Kendall dengan suara bergetar.“Ya, akulah Gerald Crawford. Aku sudah akan memperkenalkan diri tadi, tapi tiba-tiba situasi tidak memungkinkan,” jawab Gerald dengan senyum kecut. Kendall terbatuk kecil. Ini mengejutkan sekaligus membuatnya malu. Bagaiman
Tidak hanya Pangkalan Darurat Militer yang akan menjadi markas pengamanannya, selain itu juga terdapat tim medis dan tim intelijen yang terlatih. Benar-benar seperti di film-film laga.Gerald sejauh ini tidak pernah berhubungan dengan departemen-departemen itu sebelumnya.Memiliki akses ke Pangkalan Darurat Militer berarti bahwa Gerald dapat dengan mudah memberi komando dan perintah. Dengan kata lain, Gerald adalah pemimpin mereka.Tidak terasa, malam semakin petang. Gerald merasa sangat lelah dan ingin segera beristirahat. Tetapi kemudian dia teringat sesuatu. Ada hal yang belum dibereskan! Gerald segera bangkit dari tempat duduk dan berjalan menuju ke sebuah ruangan."Jaga sikapmu! Kalau tidak, aku akan benar-benar membunuhmu. Kau berusaha menggigitku? Kau ini sejenis anjing atau bagaimana?"Dari jarak beberapa meter Gerald bisa mendengar salah seorang anak buahnya menumpahkan sumpah serapah dari balik pintu."Lepaskan aku, berengsek! Jika tidak, aku pastikan Tuan Rye akan menghabis
Gerald tentu saja sangat tidak keberatan dengan permintaan Zack. Dia tidur dengan nyenyak malam itu.Esok paginya, meski sedang hujan deras, Gerald tetap pergi ke kampus. Tugas kuliahnya sangat penting.Seperti biasa, sopirnya mengantar sampai gerbang. Karena hujan masih turun dengan deras, Gerald berjalan kaki memasuki kampus dengan membawa payung.Detik kemudian, dia mendengar sebuah teriakan.Ketika Gerald memutar badan mencari-cari sumber suara. Dia melihat seorang gadis bergaun putih membungkukkan badan, sepertinya kakinya terkilir. Satu tangan gadis itu memegang payung sementara tangan yang lain memegangi pergelangan kaki. Gerald menebak kaki gadis itu terkilir ketika membuka payung.Melihat gadis itu tidak bisa berjalan dengan normal, sepertinya keseleonya cukup parah. Tanpa pikir panjang, Gerald segera menghampirinya."Hei, kamu nggak apa-apa?"Sakit!" gadis itu meringis sambil mendongakkan kepala untuk melihat siapa yang datang. Matanya berkaca-kaca.Gerald terkejut ketika tah
Tiba-tiba pintu ruang perawatan dibuka dari luar, empat orang gadis masuk.“Giya! Kamu nggak apa-apa? Kamu ceroboh banget, sih?" sepertinya mereka adalah teman-teman asrama Giya. Mereka datang kesana karena tadi Giya sempat mengirim pesan."Kakiku terkilir, tapi untungnya ada Gerald yang menolongku. Dia menggendongku sampai di sini." Giya menjelaskan sambil tersenyum memandang Gerald."Ya, Tuhan! Jadi ada pahlawan yang menyelamatkan putri cantik kita? Hahaha! Berarti kita harus berterima kasih padanya," ujar teman-teman Giya bercanda.Saat mereka menyadari bahwa orang yang dimaksud adalah Gerald, ekspresi wajah mereka sedikit berubah kecewa. Penampilan Gerald sederhana dan berantakan. Dia terlihat sangat polos dan kumuh.Meski begitu, teman-teman Giya belum mengenal Gerald. Jadi mereka tidak berani menilai Gerald terlalu jauh. "Hai, Tampan! Jadi kamu yang sudah menyelamatkan Giya?""Aku tidak menyelamatkannya, aku hanya membantunya," jawab Gerald gugup. Dia tidak tahu harus bersikap b
“Kamu nggak usah khawatir, Yacob. Aku baik-baik saja, kok," jawab Giya dengan nada acuh tak acuh.Pemuda yang dipanggil Yacob itu berpakaian jas rapi, parasnya cukup tampan. Meski Giya tidak terlalu menghiraukannya, tetapi Yacob sama sekali tidak marah. "Ya, ampun, Giya! Gelang kamu rusak!" pekik Tammy setelah mengetahui bahwa gelang Giya sudah berada di lantai."Gerald, kamu ceroboh banget, sih! Kamu nggak suka Yacob datang ke sini?" tanya gadis yang lain.Perkataan gadis itu menarik perhatian Yacob.Sudah lama Yacob mengejar-ngejar Giya, tetapi gadis itu sama sekali tidak memiliki perasaan apa-apa padanya. Meski Yacob berasal dari keluarga terpandang, tetap saja itu tidak membuat hati Giya luluh.Meski begitu, tidak mungkin juga Giya langsung memiliki perasaan pada Gerald yang baru dikenalnya hanya karena pria itu menolongnya.Teman-teman Giya paham betul hal itu. Karena itulah mereka iseng mempermainkan dan menggoda Gerald. Padahal semua orang di sana tahu tadi Yacob menarik Geral
Gerald tidak peduli. Dia mengambil gelang giok itu dan memperhatikannya dengan teliti. "Bungkus gelang ini.""Anda yakin, Tuan? Gelang ini harganya 7.500 dolar. Mungkin Anda ingin melihat-lihat yang lain dulu?" senyum pelayan itu perlahan memudar."Lakukan saja apa yang kubilang. Kenapa masih banyak bertanya?" ujar Gerald mulai jengkel.Pelayan toko segera mengemas gelang sebelum kemudian menuju mesin pembayaran.Tak disangka, transaksinya gagal. Gerald baru ingat bahwa jumlah minimal transaksi di kartunya adalah 30.000 dolar!"Hehehe... sejak kapan Trinity Jewelers menjadi toko kelas bawah? Apa bisa orang sembarangan membeli barang di toko ini? Jadi apa yang akan terjadi pada pembeli terhormat ini?” sebuah komentar cemoohan datang dari sepasang pria-wanita ketika mereka menyaksikan kegagalan transaksi Gerald. Pasangan itu adalah seorang wanita berusia tiga puluhan dan seorang pria yang tampak sedikit lebih tua.Orang-orang memang selalu begitu, bukan? Mereka gemar merendahkan orang l