Share

Bab 69

Penulis: Lathifah Nur
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-28 06:04:36

“Menurutmu apa yang aku lakukan di belakangmu?” tanya Zain, balas menggoda. Ia mencubit kecil puncak hidung Cecilia.

“Apa sudah ada wanita lain yang menggantikan posisiku di hatimu?” tanya Cecilia, mengedipkan sebelah mata. Kembali mengundang tawa renyah Zain.

DEG!

Pertanyaan wanita itu seperti sebuah hantaman palu godam di hati Amisha. Rasanya sangat menyakitkan.

“Sampai kapan pun kau selalu punya tempat spesial di ruang hatiku.”

Jawaban Zain yang cukup keras untuk ditangkap telinga Amisha terasa jauh lebih menyakitkan daripada pertanyaan wanita itu.

Amisha memutar tubuh, mengalihkan perhatiannya pada para pekerja. Ia tak tahu kemesraan apa lagi yang akan disaksikannya jika ia ti

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
mommy can
kenapa sih nggak saling jujur ungkapin perasaan masing2 PD gede egonya... gemes
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 70

    Cecilia duduk sendiri di salah satu meja yang sedikit tersembunyi, ditemani alunan musik lembut dan senandung lagu merdu yang berkumandang, memenuhi restoran hotel S. Sesekali ia menoleh ke arah pintu. Berharap orang yang ditunggunya akan segera muncul di sana.Bibir tipisnya mengukir senyum ketika netra gelapnya menangkap sosok Zain berdiri di tengah pintu, mengedarkan pandangan mencarinya.Cecilia melambaikan tangan begitu Zain berhasil mendeteksi keberadaannya. Lelaki itu berjalan gagah menghampirinya. Mengundang perhatian beberapa orang wanita, yang sedang menikmati makan malam sambil berbincang dengan teman semeja mereka.“Kau juga menunggu orang lain?” tanya Zain setelah mengempaskan pantat di atas kursi dan melihat Cecilia celingak-celinguk, seperti sedang mencari seseorang.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 71

    “Ya Tuhan, kenapa dia tidur di sini?” pekik Amisha kaget, seraya menutup mulutnya dengan kedua tangan.Ia berdiri mematung, menatap Zain tidur melintang di tengah pintu. Tangan Zain menyatu, terapit di antara kedua lututnya yang tertekuk. Berjuang melawan dinginnya udara malam dan juga lantai granit yang menjadi alas tidurnya.Sayup-sayup terdengar suara azan subuh berkumandang dari kejauhan. Menyadarkan Amisha dari keterkejutannya menyaksikan pemandangan Zain yang terlelap membelakanginya.Amisha berjinjit menyisiri tepian dinding untuk berpindah tempat ke depan Zain. Ia tidak sampai hati untuk melangkahi lelaki itu.Berjongkok di depan Zain, Amisha mencermati wajah Zain yang tertidur pulas. Ia mengernyit ketika matanya menangkap butiran keringat membasahi dahi Zain.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 72

    “Jangan pergi!” lirih Zain dalam igauan.Amisha menoleh, memperhatikan tangannya yang digenggam Zain, lalu beralih ke wajah Zain. Lelaki itu sama sekali belum membuka matanya.Amisha mengulurkan tangan kanannya. Berniat hendak melepaskan genggaman tangan Zain. Namun, lelaki itu justru mempererat cengkeraman tangannya.“Kumohon … jangan tinggalkan aku!” Zain kembali bergumam lirih.Raut mukanya mengerut. Kedua bola matanya bergerak liar di balik kelopak mata yang masih tertutup rapat, seakan ia sedang bermimpi dan sangat takut untuk ditinggal pergi.Amisha tersentak saat melihat dua bulir bening bergulir jatuh dari kedua sudut mata Zain. Ia mengernyit.‘

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 73

    Amisha mematut diri di depan cermin. Memperhatikan penampilannya sekali lagi. Ia mengangguk ringan setelah yakin dengan penampilannya. Berdiri di sebelah kiri, Zain melirik Amisha sambil memasang kancing lengan kemejanya. Ia tersenyum simpul, merasa puas dengan dandanan Amisha.‘Makin hari dia terlihat makin cantik!’ puji Zain dalam hati.“Berhenti menatapku atau aku akan berubah pikiran untuk menemanimu!” ancam Amisha.‘Oh My God! Amisha Harist telah kembali!’ umpat Zain keki. Senyumannya lenyap seketika.Setelah sembuh dari sakitnya, perlakuan Amisha kepadanya ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 74

    ‘Cih! Dasar rubah licik. Jelas-jelas sudah melihat dari tadi. Pakai pura-pura baru tahu segala!’ maki Amisha dalam hati.Zain mengacak gemas rambut Cecilia. Adiknya itu masih saja seperti anak kecil. Tidak tahu tempat kapan harus bercanda dan menggoda.Zain melirik Amisha, ingin tahu reaksi gadis itu atas sikap adik semata wayangnya. Ia menarik napas dalam saat dilihatnya Amisha tetap memasang wajah datar. Ekspresinya sungguh tak terbaca.‘Luar biasa! Dia sangat pintar mengendalikan emosi!’ puji Zain di balik rasa kecewanya, padahal tadi ia sangat berharap akan menemukan setitik cemburu dalam pancaran mata Amisha.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 75

    Sepanjang perjalanan pulang dari rumah mertuanya, Amisha diam membisu. Matanya menyusuri gelapnya malam di bawah temaram pendar sinar rembulan, disambut semburat lampu-lampu jalan dan gedung-gedung bertingkat.Hatinya masih dibalut resah setiap kali membayangkan keberadaan Cecilia di sisi suaminya. Gadis itu sungguh bermuka tebal. Ia tak pernah malu mempertontonkan kemesraannya. Tanpa segan-segan ia merangkul Zain dan bersandar manja pada pundaknya, sambil melanjutkan obrolan di ruang tengah, setelah makan malam berakhir.Yang membuat hati Amisha makin memanas adalah sikap Zain, yang tak menolak sedikit pun perlakuan Cecilia. Lelaki itu seakan juga sangat menikmati sikap manja Cecilia padanya.Tak jarang Zain mengelus gemas dan mengacak-acak rambut Cecilia, membuat gadis itu memonyongkan bibirnya kesal. Namun, sedet

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 76

    Zain sedang duduk membaca koran di ruang tengah ketika Amisha pulang ke rumah. Diliriknya jam dinding. Pukul 16.15.“Tumben Amisha pulang cepat,” gumam Zain, merasa senang.Hari itu ia sengaja pulang lebih awal demi menunggu kepulangan Amisha. Ia ingin mengajak Amisha makan malam di luar. Mencoba mencairkan suasana tegang yang terasa begitu menyiksa.Ia melipat koran yang sedang dibacanya. Menyimpannya di bawah meja, lalu bangkit dari sofa. Sambil bersiul kecil, ia berjalan menyusul Amisha ke dalam kamar. Ia benar-benar bahagia Tuhan mengabulkan doanya agar Amisha pulang cepat.Kebahagiaan itu tak ubahnya bagai air di daun keladi. Amisha telah berdandan rapi dan menyandang tasnya. Berputar-putar di depan kaca, memastikan penampilannya telah sempurna.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 77

    “Tunggu, Nona! Nona Amisha sedang sibuk!” cegah Gianna pada seorang wanita cantik, yang bersikeras ingin masuk ke ruang kerja Amisha.Wanita itu tak menghiraukan larangan Gianna. Ia tetap menerobos masuk setelah mengetuk pintu tanpa menunggu sahutan dari dalam.“Nona!” pekik Gianna, berdiri kaku di samping wanita itu. Tepat di hadapan meja kerja Amisha.Amisha menghujani keduanya dengan pandangan dingin.“Maaf, Nona Misha. Saya sudah berusaha mencegah nona ini untuk masuk,” ujar Gianna, merasa bersalah karena telah lalai menjalankan tugasnya.“Kamu boleh keluar!” perintah Amisha pada Gianna dengan nada datar.“Tapi, Nona—

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30

Bab terbaru

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 210

    Amisha masih tegak mematung. Dadanya kian berguncang hebat. Detak jantungnya bagai genderang perang. Sungguh! Kata-kata Zain membawa jiwanya melayang tinggi, meniti angkasa menuju nirwana. Ia tak percaya Zain melamarnya. Ya, lamaran romantis yang diimpikan semua wanita. Meskipun tertunda sekian lama, Amisha masih saja merasakan lututnya gemetar. Saking gugupnya ia mendengar lamaran Zain yang disaksikan puluhan pasang mata.Selang beberapa menit, perlahan tangan kiri Amisha terulur membelai rambut Zain. Pelangi seakan bermunculan di hatinya kala ia menganggukkan kepala, tersenyum manis kepada Zain. Rona pelangi juga memancar dari sepasang netra gelap Zain ketika menyaksikan anggukan kepala Amisha. Senyuman Zain merekah.Tepuk tangan pun membahana disertai senyum bahagia dari puluhan pasang mata yang menjadi saksi lamaran tertunda Zain untuk Amisha.Zain pun bangkit dari berlutut dan spontan memeluk erat tubuh Amisha. Sejenak ia lupa akan keberadaan anak-anak panti yang menyaksikan mere

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 209

    CEKLEK!Zain menutup pintu ruang kerja Amisha dengan kaki. Tangannya langsung saja menyambar tubuh Amisha yang berada di depannya dan melingkar erat pada pinggang ramping Amisha.Amisha membuang napas kesal. Kedua tangannya jatuh lurus ke samping tubuhnya.“Ini kantor, Tuan Zain Adelino! Sekarang saatnya aku bekerja!” Amisha memberi peringatan keras.Zain hanya tersenyum kecil tanpa berusaha merenggangkan pagutan lengannya dari tubuh istrinya itu. Sebaliknya, ia malah membenamkan wajahnya pada ceruk leher Amisha yang masih berbalut jilbab.“Sebentar saja,” rengek Zain.Matanya tertutup rapat, konsentrasi menyesap aroma wangi yang menguar dari tubuh Amisha.Puncak hidungnya yang menjulang tinggi berdiri pongah, seakan ingin memamerkan pada dunia bahwa tak ada seorang pun yang melebihi ketampanannya, setelah berhasil menaklukkan Amisha Harist.“Jangan bilang kamu ingin memangsaku saat ini!” goda Amisha, menoleh pada Zain dan langsung disambut dengan kecupan ringan pada pipinya.“Oh My G

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 208

    Pandangan Amisha belum beralih dari Sonny, menanti penjelasan yang tak sepenuhnya ia pahami. Diletakkannya sendok dengan sedikit kasar. Menimbulkan bunyi berdentang. Untung saja meja mereka agak terpisah dari pengunjung lain, sehingga suara dentingan sendok beradu dengan piring tak sampai terdengar ke meja tetangga.“Aku tidak suka berteka-teki,” sergah Amisha dingin.Sonny tersenyum tipis dengan canggung. Ia sangat mengenal ekspresi yang ditunjukkan Amisha. Wanita itu sedang memasang kuda-kuda untuk setiap serangan kata yang akan dilayangkan oleh lawan bicaranya.“Ya … bisa jadi suatu hari nanti yang lalu itu akan menjadi awal dari masa depan,” kata Sonny, berandai-andai sembari tetap memendam angan.Amisha menantang tatapan sendu Sonny. “Tidak usah terlalu tinggi menggantung harap akan masa depan. Nikmati saja saat ini! Karena belum tentu Tuhan masih memberimu kesempatan untuk merasakan hangatnya cahaya mentari esok pagi.”Sonny terdiam. Perkataan Amisha skak mat untuknya. Ia hanya

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 207

    “Ah, sudahlah! Mungkin aku memang harus ke sana. Setidaknya, pertemuan ini akan memperjelas semuanya.” Amisha akhirnya menyambar tas di atas meja, lalu menghilang dari ruangannya. Tidak butuh waktu lama bagi Amisha untuk tiba di kafe O, tempat janji temunya dengan seseorang yang menghubunginya satu jam yang lalu. Begitu Amisha berdiri di pintu masuk, seorang lelaki melambaikan tangan ke arahnya. Amisha pun berjalan ke meja di mana lelaki itu duduk. Kalau saja siang itu sinar mentari tidak begitu beringas, Amisha akan memilih pojok paling tepi di bagian luar kafe itu. Lebih sejuk. Akan tetapi, menikmati keindahan kubah dengan kaca warna-warni pada langit-langit kafe tersebut tentu tak kalah menyenangkan bila dibandingkan dengan nuansa alam di bagian luarnya. “Silakan duduk!” kata lelaki itu, menarik kursi untuk Amisha. “Terima kasih,” sahut Amisha. Komunikasi di antara mereka terdengar seperti percakapan sepasang robot yang sedang dalam masa uji coba. Amisha mematung kaku, mema

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 206

    Amisha terjaga dari tidurnya ketika mendengar suara dengungan juicer yang sedang bekerja mengolah mangga. Entah berapa tempat yang didatangi Zain sampai akhirnya dia berhasil mendapat dua buah mangga sebagai stok terakhir dari sebuah kedai buah di pinggir jalan yang buka dua puluh empat jam. Ukurannya pun tidak terlalu besar. Layaknya buah mangga yang didatangkan dari kampung. Namun, Zain tetap bersyukur ia dapat memenuhi keinginan istri tercinta yang tengah mengidam itu. Melihat senyum bahagia menghiasi wajah Amisha adalah kebahagiaan terbesar bagi Zain. Amisha beranjak turun dari sofa bed dan melangkah gontai menuju ruang makan. Sesekali ia masih menguap dan ditutupnya dengan telapak tangan. Melihat Amisha berjalan seperti orang mabuk, Zain menekan tombol off, bergegas menyongsong Amisha, lalu membawanya duduk pada sebuah kursi. Lantaran masih mengantuk, Amisha langsung menempelkan sebelah pipinya pada permukaan meja. Matanya menatap sayu pada Zain yang melanjutkan pekerjaannya.

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 205

    “Waktu Amisha masih kecil, mama kalian bahkan heboh, sampai lapor polisi karena mengira Amisha kabur setelah dimarahi. Eh, ternyata Amisha cuma ngumpet di kamar pengungsiannya.” Harist terkekeh setelah menceritakan kejadian itu, tak peduli pada sorot mata membunuh yang dilayangkan sang istri sebelumnya.“Honey?!” protes Claudya, dengan muka merah. Entah benar-benar marah atau justru tersipu malu.Gianna dan Zain tersenyum geli melihat raut muka Claudya yang bak pengantin baru digoda suaminya.Meski usia mereka sudah di ambang senja, hubungan Harist dan Claudya selalu mesra. Siapa pun yang melihat mereka akan merasa hangat dan damai. Ketularan hangatnya cinta kasih mereka yang tulus terhadap satu sama lain.Enggan rasanya berjauhan dari mereka bila sudah membaur dengan dua sejoli itu. Tak jarang kemesraan mereka menimbulkan rasa iri bagi sebagian anak muda, yang tanpa sengaja menyaksikan bagaimana mereka berinteraksi di tempat umum kala mereka sedang berada di taman, di restoran, atau

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 204

    Setelah pesta kecil penyambutan orang tua angkatnya selesai dan tamu mereka pulang, Gianna tetap tinggal di rumah Amisha karena diminta Claudya untuk menginap. Celakanya, Gianna memang tak pernah bisa menolak permintaan orang tua angkatnya itu, meskipun sebenarnya ia sangat ingin pulang ke apartemennya sendiri.“Waaah, gila! Lama menghilang, kukira dia melanjutkan kuliah di luar negeri. Eh, ternyata malah ditangkap polisi! Ck!” seru Gianna, mendecak kaget sambil terus menyaksikan berita yang sedang ditontonnya di ruang tengah rumah Amisha.Ia ingat, terakhir kali ia melihat sosok orang yang diberitakan itu adalah saat menghadiri pesta perayaan ulang tahun Adelino Daneswara. Sempat beredar kabar lelaki itu akan melanjutkan study-nya di luar negeri.Haris yang sedang asyik membaca majalah olahraga hanya melirik sekilas mendengar kehebohan Gianna. Bagi Harist, kumpulan artikel dalam majalah itu jauh lebih menarik daripada berita yang ditonton Gianna. Dalam hitungan detik, ia pun kembali

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 203

    Merahnya darah yang mengaliri wajah cantik Amisha tak lagi membayang jelas. Berubah pias diterpa kekagetan. Kaget menyaksikan berjuta kenangan indah yang terekam dalam setiap helai foto yang baru saja ditemukannya. Tidak hanya foto-fotonya semasa kuliah bersama Gianna dan Sonny, tetapi juga foto-foto menjelang pernikahannya. Bahkan, beberapa foto itu memperlihatkan tubuhnya yang sudah terbalut gaun pengantin.Diiringi detak jantung yang bergemuruh, otak Amisha mereka ulang kejadian empat tahun yang lalu. Saat itu hijaunya hamparan sajadah panjang yang terbentang menutupi lantai masjid tak lagi melukiskan ketenangan dan kedamaian hati. Warna hijau itu telah beralih rupa menjadi kelabu. Menorehkan goresan pilu.Aura keemasan yang semula memancar cerah dari indahnya janur kuning yang jatuh menjuntai dan berayun-ayun dibelai embusan angin perlahan tampak memudar, lalu menghilang tanpa jejak.Kalau saja Amisha tahu bahwa putihnya gaun pengantin yang dikenakannya saat itu tak lagi melambang

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 202

    Dulu, ketika Amisha masih menyandang status sebagai tunangan Sonny, kehidupannya penuh keceriaan. Hampir setiap hari ia senyum-senyum sendiri membaca serangkaian pesan mesra dari Sonny. Saat itu ia benar-benar bahagia dan berharap kebahagiaan itu tak akan pernah berakhir.Kala itu awal tahun 2016. Pelaksanaan akad nikah yang direncanakan keluarga mereka tinggal menghitung hari. Tak ada yang menyangka jika tepat pada hari yang ditunggu-tunggu itu semua mimpi hidup bahagia yang dimiliki Amisha lenyap tak berbekas.Saat itu Amisha hanya bisa bergeming dengan ekspresi berubah kaku. Senyuman bahagia yang terpancar dari bibirnya beberapa detik sebelumnya seakan direnggut paksa oleh berita buruk tentang ketidakhadiran Sonny di Masjid Istiqlal hari itu.Amisha merasakan dunia tempatnya berpijak amblas seketika. Menariknya masuk ke dalam lapisan kerak bumi terdalam. Membenamkan jiwa raganya dalam kekalutan pikiran yang mengantarnya pada titik nadir sikap pesimis tentang cinta.Cinta Sonny yang

DMCA.com Protection Status