Share

Bab 81

Penulis: Lathifah Nur
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Plok! Plok!

Tuan Muda Collin bertepuk tangan. Seluruh perhatian para tamu kini tertuju kepadanya.

"Hadirin sekalian, mari kita saksikan kado istimewa, persembahan dari gembel yang tak tahu diri itu untuk Nona Muda De Groot!" seru Tuan Muda Collin, menunjuk pada Karel.

Karel menyikapi dengan santai tatapan tajam Tuan Muda Collin, yang sarat dengan muatan kebencian.

Anggukan kecil diberikannya kepada Xela ketika wanita itu sekali lagi melayangkan tatapan bimbang kepadanya.

"Perlu aku bantu, Nona?" tawar Tuan Muda Collin, yang dibalas dengan gelengan kepala oleh Xela.

Karel mengacungkan jempol terbalik pada Tuan Muda Collin. Untuk sesaat, dendamnya pada Xela menghilang, tersaput penolakan Xela terhadap Tuan Muda Collin.

"Buuka! Buuka! Buuka!"

Teriakan para pemuda yang satu server dengan Tuan Muda Collin menggema. Memaksa Xela untuk mulai menggerakkan jemarinya, menyobek kertas pembungkus kado dari Karel.

Puluhan pasang alis menjungkit naik, menanti detik-detik Xela mengangkat bagian penu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mamen Gonzales
yang dateng ahli permata nih kayaknya ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 82

    "Daripada dibuang, saya bersedia membeli kalung itu!"Seorang wanita muda dengan rambut pirang yang tergerai indah memaku tatap pada kalung di tangan Tuan Muda Collin.Kilau permata biru yang menggantung keluar dari sela-sela kepalan tangan lelaki itu tampak memukau.Karel menyapu penampilan wanita tersebut lewat lirikan ekor matanya. Dari gaun mewah yang dikenakannya, Karel yakin wanita itu berasal dari kalangan atas."Ini hanya kalung imitasi, Nona. Wanita secantik Anda tidak pantas memakai barang murahan ini," sahut Tuan Muda Collin setelah berhasil mengatasi kekagetannya terhadap permintaan wanita itu."Sepertinya Anda tidak tahu apa-apa mengenai perhiasan," balas wanita tersebut seraya menampilkan seringai mengejek.Karel mengulum senyum menyaksikan perubahan raut wajah Tuan Muda Collin yang memerah."Anda punya mata yang sangat jeli, Nona!" puji Karel. "Anda satu-satunya orang di ruangan ini yang percaya bahwa permata itu asli."Tuan Muda Collin mendengkus jengkel. "Heh, Gembel!

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 83

    "Tuan Muda Collin, kau sendiri yang berjanji dengan begitu pongahnya. Sekarang setelah kau merusak hadiah yang kuberikan kepada Nona De Groot, kau mengelak untuk membayar. Begitukah?"Kalau kau semiskin itu, bersikaplah seperti layaknya orang tak mampu. Jangan menjanjikan pepesan kosong hanya untuk menarik perhatian Nona De Groot!"Bayar sekarang sesuai janjimu! Atau aku akan melaporkanmu atas tuduhan pidana perusakan barang milik orang lain!""Hahaha ... laporkan saja! Aku tidak takut, tapi sebelum itu terjadi, aku yang akan menjebloskan penipu seperti dirimu dan juga teman wanitamu itu ke penjara, karena berusaha memerasku!""Anda Tuan Muda Collin?" tanya wanita berambut pirang heran. "Menyedihkan sekali! Anda bahkan tidak mengenali saya. Saya tidak ada sangkut pautnya dengan lelaki itu. Saya hanya peduli pada kalung yang telah Anda hancurkan.""Berhenti berpura-pura, Nona! Aku tidak akan tertipu!" sentak Tuan Muda Collin. Sesaat kemudian ia menantang Karel. "Kalau kau mampu membukti

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 84

    Apa? Asli?Puluhan mulut ternganga."Di mana sertifikat itu, Kevin?" tanya Karel, membuat mulut orang-orang yang mendengar nada santai Karel menganga makin lebar."Ada di dalam kotak perhiasan itu."Karel mendatangi Xela, tapi gadis itu sedang asyik berbincang dengan tamu lain. Tampaknya Xela tak punya waktu untuk terus mengikuti perseteruan Karel dengan Tuan Muda Collin.Akhirnya, Karel mengambil sendiri kotak perhiasan yang berada di atas meja penuh hadiah.Karel tidak langsung membuka kotak tersebut, melainkan membawanya ke hadapan Tuan Muda Collin."Nasibmu tergantung pada isi kotak ini, Tuan Muda Collin," ujar Karel, dengan seringai menantang."B–biar saya bantu, Tuan!" sambar sang manajer, sebelum Karel sempat menggerakkan jari untuk membuka kotak tersebut.Karel membiarkan sang manajer melakukan apa pun yang diinginkannya terhadap kotak perhiasan itu.Begitu alas dasar kotak diangkat, tampaklah sepotong kertas—sertifikat keaslian batu permata.Karel menerima sertifikat tersebut

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 85

    "Waaah, Nona ... Anda beruntung sekali bila Tuan Jones benar-benar berkenan menemani Anda!" seru seorang gadis muda dengan binar mata penuh rasa iri.Sesaat wanita berambut pirang beradu tatap dengan Kevin.Karel mengambil kesempatan itu untuk balas dendam pada Kevin. Selama ini dia selalu menjadi korban godaan Kevin. Sekarang gilirannya untuk menggoda sang sahabat."Bagaimana, Kevin? Rezeki tidak boleh ditolak. Kapan lagi bisa belanja bareng gadis cantik. Kelihatannya nona pirang ini cerdas. Dia bisa mengenali permata asli hanya dengan sekali lihat."Candaan Karel berhasil memicu rona merah jambu muncul di pipi si nona pirang."Dasar sinting! Mana mungkin Tuan Jones mau menemani wanita itu berbelanja?" sindir gadis berambut ikal.Sedari tadi ia tidak suka melihat si nona pirang bisa berdiri dalam jarak yang sangat dekat dengan Kevin.Mata Karel menyipit melihat wanita itu. Ternyata di pesta ini masih ada orang yang memiliki karakter seperti Tuan Muda Collin. Jeleknya, wanita itu bahk

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 86

    "Bagaimana, Nona? Jadi pergi berburu permata impian Anda?" tanya Karel, mengalihkan perhatiannya pada si nona pirang dengan mengabaikan pertanyaan Tuan Muda Collin."Apa Anda juga ingin ikut, Nona De Groot?" Karel menawari Xela. "Anda dapat memilih hadiah untuk diri sendiri.""Nah, itu baru adil!" seru Kevin, tersenyum lebar. "Ayo, Nona-Nona cantik! Aku tidak keberatan menjadi pengawal Anda hari ini, tapi ... aku tidak yakin dia punya banyak waktu luang," imbuh Kevin, menunjuk lurus pada Karel."Pesta ini akan berakhir dalam tiga puluh menit," sahut Xela. "Apa kalian bersedia menunggu?"Sekali lagi orang-orang dibuat tercengang. Semudah itu Nona Muda De Groot menyetujui usul Tuan Jones?Karel sedikit salah tingkah ketika semua mata kini tertuju kepadanya."Sepuluh menit atau saya akan memilihkan secara random hadiah untuk Anda," tegas Karel."Woaah! Dikasih hati minta jantung! Berani sekali dia mengancam Nona De Groot!" cemooh wanita berambut ikal."Ho oh. Belagu! Dia sedang mempermalu

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 87

    Deg! Deg!Jantung Karel berdegup kencang. Detik-detik menghitung mundur. Sepuluh menit yang dijanjikan Xela akan segera berakhir."Sepuluh ... sembilan ...."Suara berbisik dari rekan wanita berambut ikal terdengar cukup keras di telinga Karel.Semakin kecil bilangan angka yang disebut oleh wanita itu, bertambah kencang degup jantung Karel."Satu ...."Karel menanti harap-harap cemas. Akankah Xela menepati janjinya?"Apa kubilang? Tidak mungkin Nona Muda De Groot mau mengorbankan momen spesial demi lelaki gembel itu!" celetuk si rambut ikal, semakin yakin dengan pendapatnya."Ini baru terlambat beberapa detik," balas temannya. "Tunggu saja!""Sudah ah! Kamu kalah!" kesal si rambut ikal, menarik lengan temannya itu. "Ayo cari minum! Aku haus!""Eit, tunggu! Lihat itu!" Wanita tersebut memutar kepala si rambut ikal ke sisi lain."Apa?! T–tidak mungkin!" Si rambut ikal berseru lemas.Di atas panggung, MC mengumumkan permintaan maaf Xela, yang terpaksa pamit untuk meninggalkan ruangan leb

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 88

    "Ehem!" Xela mendeham. "Kalau tidak jadi belanja, aku akan pulang!"Dehaman Xela mengembalikan perputaran waktu yang sempat terhenti antara Karel dan si nona pirang."Ah, i–iya, Nona! Silakan lihat-lihat dulu!" sahut Karel, sedikit gugup.Entah kenapa ia merasa tatapan Xela agak berbeda. Karel garuk-garuk kepala. Merasa serba salah.Dua wanita cantik yang berada di dekatnya saat ini ternyata mampu mencuri kewarasan pikirannya.Begitu Xela dan si nona pirang berpindah dari satu etalase ke etalase lainnya, Karel berbisik pada Kevin, "Apa kalian sempat kenalan?""Astaga, Bro! Tanpa kenalan pun, seluruh kota ini tentu sangat mengenal Nona De Groot!""Bukan dia!""Oh, si rambut pirang?"Karel mengangguk.Kevin terkekeh. "Kau tidak mengenalinya?""Jangan meledekku, Kevin!""Astaga! Kau sangat ketinggalan berita!" Kevin meninggalkan Karel, menyusul si nona pirang."Kevin!" teriak Karel, menahan dongkol dengan mengeritkan gigi.Beberapa detik kemudian sebuah pesan masuk ke ponsel Karel.[Cari

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 89

    "Kota ini semakin tidak aman sekarang!" keluh salah satu pelanggan Sheira Jewels. "Lihatlah! Toko kelas atas seperti ini pun bisa kecolongan. Jangan kasih ampun, Pak!""Benar! Patahkan saja tangannya!"Ujaran kebencian pada Karel terus bersahutan."Lepaskan aku!" Sekali lagi Karel mengempaskan tangan dua orang petugas keamanan yang ingin menyeret paksa dirinya. "Jangan coba-coba melawan!" hardik salah satu dari petugas keamanan itu. "Hukumanmu bisa saja bertambah berat.""Aku bukan pencopet! Berapa kali harus kujelaskan? Lelaki itu memfitnahku!""Alah! Penjahat pintar berkelit," celetuk salah satu pengunjung. "Jangan percaya, Pak! Bawa saja dia!""Tunggu! Aku akan menghubungi teman-temanku. Mereka masih di ruangan VIP."Hening seketika.Semua orang saling lirik. Detik berikutnya, mereka kompak meledakkan tawa menghina."Hahaha ....""Kalian dengar dia bilang apa?" ejek lelaki asing, yang menjadi biang kerok nasib sial Karel. "Temannya di ruangan VIP. Pffft!"Kembali terdengar sembura

Bab terbaru

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 259

    "Bukankah kamu merasa puas setelah berhasil melampiaskan dendammu?" balas Xela, dengan suara yang juga bergetar.Bohong bila ia mengatakan membenci Karel dan tak lagi mencintainya.Karel melepaskan dekapannya, lalu memutar badan Xela."Tatap mataku!" pinta Karel. "Apa kau menemukan kepuasan di sana?"Xela memberanikan diri menantang netra kelam Karel. Yang ia temukan adalah secarik luka dan penyesalan yang mendalam.Entah kenapa Xela merasakan hatinya tersentuh dan tak tega melihat semburat derita yang bersemayam dalam manik mata Karel.Haruskah ia memberi kesempatan kedua kepada Karel?Allah saja Maha Pemaaf. Tidak sepatutnya ia menolak permintaan maaf yang tulus dari Karel.Karel tidak berselingkuh. Lagi pula, lelaki itu memperlakukannya dengan kasar karena ada alasan yang kuat. Andai dia yang berada di posisi Karel, mungkin dia akan melakukan hal yang lebih kejam dari itu.Dia mungkin tidak akan bersedia menyelamatkan mantan mertua yang telah menyiksanya.Berpikir bahwa masih ada ha

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 258

    "Anda baru saja kembali, Nona. Sekarang, mau pergi lagi. Tidak bisakah tinggal lebih lama?" rayu Bibi Lizzy, berdiri di depan pintu seraya menggenggam erat jemari Xela. Enggan untuk melepaskannya.Xela tersenyum tipis. "Bibi, hanya untuk beberapa hari. Aku akan kembali."Sungguh Xela juga enggan untuk beranjak dari desa nan bebas polusi itu, tapi apa daya, ia tidak ingin mengambil risiko jika nanti yang mencarinya ternyata benar-benar Karel.Ia belum siap untuk bertemu dengan lelaki yang masih mengisi relung hatinya itu. Bukan karena benci, bukan. Dia malu pada diri sendiri.Rasa bencinya pada lelaki itu atas perlakuan kasar yang diterimanya menguap setelah mengetahui kejahatan ayahnya.Rasa sakit yang ia derita sungguh belum seujung kukunya penderitaan Karel.Jiwanya bergetar setiap kali membayangkan Karel disiksa, lalu dibuang ke tengah belantara dalam kondisi sekarat.Belum lagi kejahatan lain yang ditujukan ayahnya untuk Karel dan keluarganya. Bahkan, Karel harus kehilangan saudar

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 257

    "Bersiaplah untuk menyambut kematian keduamu, Dokter! Ah, tidak, Karel! Panggilan 'Dokter' terlalu mewah untukmu. Cuih!" Lewis meludah jijik."Huh! Coba saja!" tantang Karel seraya mengayunkan rantai di tangan kirinya, melibas anak buah Lewis yang mulai menyerang.Enggan terlalu lama bermain tarik rantai dengan Lewis, Karel membetot kuat. Seketika suara gerincing memekakkan telinga.Di tangan Karel, dua rantai tersebut berubah menjadi senjata sakti yang meliuk di udara bak dua ekor kobra sedang menari.Jerit kesakitan melengking tinggi setiap kali rantai itu berhasil menghantam dan melilit tubuh lawan, lalu membantingnya dengan kuat.Sungguh Karel tak ingin berlama-lama menghabiskan waktu di ruang bawah tanah itu. Ia ingin menyudahi pertarungan tersebut secepatnya.Karel mengamuk seperti orang gila. Tak memberi kesempatan kepada lawan untuk menyentuh tubuhnya.Tas! Tas!Bunyi tebasan yang berpadu dengan gerincing rantai menjadi musik horror bagi Lewis dan anak buahnya. Satu per satu m

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 256

    "Heh, bangun!"Setengah sadar, Karel merasakan tamparan keras di pipinya, diikuti kalimat makian."Dasar lemah!"Karel berjuang membuka kelopak matanya yang terasa berat. Samar netranya menangkap cahaya temaram."Di mana ini?" lirih Karel dengan suara lemah."Bagus! Akhirnya kau sadar. Aku tidak suka bermain-main saat kau pingsan. Tidak asyik!"Kepingan ingatan Karel telah sepenuhnya menyatu, melukis gambaran peristiwa yang ia alami sebelum tak sadarkan diri.Darahnya seketika mendidih, teringat kecurangan yang dilakukan komplotan Lewis dalam pertarungan.Cuih!Karel meludahi wajah Lewis yang tersenyum mengejek."Pengecut! Kau menjijikkan!""Hahaha ... ya, ya ... terserah apa katamu." Lewis mencengkeram dagu Karel. "Bagiku, kau bodoh! Sama seperti keledai."Keledai terkenal sebagai simbol kebodohan lantaran masuk ke lubang yang sama sampai dua kali.Manusia yang cerdas akan belajar dari kesalahan dan pengalaman pahitnya. Sementara si bijak akan memetik hikmah dari pengalaman orang lai

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 255

    "Saya telah menemukan jejak istri Anda, Bos.""Katakan!"Netra kelam Karel berbinar penuh harapan. Tak sia-sia ia meminta bantuan Red."Istri Anda terbang ke Belanda. Di—""Terima kasih. Aku akan segera mentransfer bayaranmu," potong Karel, tak butuh penjelasan lebih panjang.Pikirannya hanya tertuju untuk menyusul Xela.Sebuah tas sandang cukup untuk memuat beberapa potong pakaian yang akan dibawanya.Agar lebih cepat tiba di Bandara, Karel memacu motornya.Ckiit!Decit rem membelah sunyi.Sebuah mobil SUV berwarna silver menggunting laju motor Karel, tepat di daerah sawangan."Mau kabur dariku? Dalam mimpi!" hardik suara yang sangat akrab di telinga Karel.Merasa keselamatannya terancam, Karel segera turun dari motor seraya menyingkirkan helm yang melindungi kepalanya."Aku tidak ada urusan denganmu! Kenapa kau selalu menggangguku?" balas Karel dengan nada dingin."Kau, lelaki berengsek yang membuat hidup Xela-ku menderita. Kali ini aku tidak akan mengalah lagi!"Plok! Plok!Karel be

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 254

    "Di mana istriku?" tanya Karel setelah mempersilakan Herds untuk duduk."Saya tidak tahu," sahut Herds, mulai mengeluarkan sesuatu dari tas kerjanya."Kau ke sini atas perintahnya, 'kan? Tentu berkomunikasi dengannya. Apa masuk akal kau tidak mengetehui keberadaannya?""Saya mengatakan yang sebenarnya, Dokter," timpal Herds, terlihat tak terpengaruh dengan kemarahan Karel. "Nona De Groot memang menemui saya untuk menyerahkan berkas gugatan cerai untuk Anda. Sayangnya, saya tidak berpikir bahwa di saat yang sama, dia juga meninggalkan rumah Anda." Herds menyodorkan berkas perceraian tersebut kepada Karel. "Tolong tanda tangani, Dokter!"Karel memeriksa kelengkapan berkas yang disodorkan oleh Herds. Matanya membelalak melihat fotokopi buku nikah yang terlampir. Seketika ia membanting berkas tersebut ke atas meja, kemudian berlari ke kamar.Karel memeriksa laci nakas dan mengobrak-abrik isinya."Berkas itu ... Ya Tuhan!"Karel mengusap mukanya dengan kasar kala tak lagi menemukan kumpula

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 253

    "Anda jangan main-main, Nyonya! Xela pergi dengan membawa koper. Ke mana lagi dia pergi bila tidak kembali ke sini?" sergah Karel, mengira Nyonya Beth sengaja merahasiakan keberadaan Xela dari dirinya."Sungguh, Dokter J. Saya tidak bohong," sanggah Nyonya Beth. "Semenjak datang terakhir kali menemui Tuan De Groot, Nona Muda tidak pernah ke sini lagi."Karel menyelami manik mata Nyonya Beth dengan tatapan lekat. Tak ada kebohongan yang ia temukan. Sebaliknya, riak kecemasan terpatri jelas di sana."Lalu, ke mana perginya Xela?" gumam Karel, seakan berbicara pada diri sendiri.Nyonya Beth juga terdiam. Sesaat kemudian ia berkata dengan nada bimbang, "Apa mungkin ... Nona Muda ... pergi membesuk Tuan De Groot?""Huh? Bukankah baru seminggu yang lalu ayah mertuaku keluar dari rumah sakit? Kenapa dia bisa kambuh?""B–bukan itu, Dokter. Kesehatan Tuan De Groot baik-baik saja. Tuan ... Tuan ... ah, saya juga tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi," kata Nyonya Beth, terbata-bata.Karel

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 252

    "Aaargh!" Karel mendengkus kesal. "Xela tidak ada di rumah Clara. Ke mana dia? Apa mungkin pulang ke rumah ayahnya?"Tak ingin kehilangan jejak Xela, Karel pun memacu motornya menuju kediaman Tuan De Groot.Namun, baru saja turun dari motor, sebuah tendangan membuatnya terjatuh. Motor pun ikut roboh."Berengsek! Masih berani kau menginjakkan kaki di rumah ini!" umpat Lewis.Matanya yang penuh kebencian menyala-nyala terbakar amarah.Karel bangkit seraya menepis debu dan kotoran yang melekat di tubuhnya. Abai akan motor yang masih tergolek."Ini rumah mertuaku. Kapan pun aku bisa datang ke sini.""Banyak bacot!" geram Lewis, kembali menyerang Karel.Karel yang masih kacau memikirkan Xela bereaksi lambat. Tak khayal serangan itu mendarat di dadanya. Seketika ia terjengkang. Untung kerimbunan tanaman hias menahan punggungnya."Jangan pernah bertingkah sok suci di hadapanku!" hardik Lewis. "Aku tahu siapa kau. Di balik nama besarmu, kau hanyalah seekor rubah licik!"Karel menyeringai. "Ba

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 251

    "Pergi kau dari sini dan jangan pernah kembali lagi!" Karel menyeret kasar lengan Xela, turun dari teras rumah kayu milik ayahnya."Akh!" Xela menjerit kesakitan.Karel mengempaskannya hingga tersungkur ke tanah."Simpan air mata buayamu itu! Aku tidak akan tertipu," sentak Karel dengan nada dingin. "Percuma kau mengarang cerita pada temanmu. Aku tidak akan percaya!"Xela tergugu."Apa salahku padamu?" tanya Xela. Suaranya terdengar parau."Banyak! Dan aku membencimu hingga ke sum-sum tulangku. Enyah!"Tes! Tes!"Aish! Hujan lagi!" gerutu Karel, melindungi kepalanya dari terpaan hujan dengan telapak tangan sambil berlari menuju rumah ayahnya.Ternyata segala luapan emosinya terhadap Xela hanyalah angan dalam lamunan."Sayang sekali kau terlambat, Nak!" kata Tuan Jaffan begitu Karel melangkah masuk setelah melepas kemejanya yang basah dan memerasnya."Dia baru saja pergi," imbuh Tuan Jaffan."Dia? Siapa?" tanya Karel, terbayang siluet sosok wanita yang mirip dengan Xela melangkah kelua

DMCA.com Protection Status