"Apa ada penginapan juga di sini? Saya ingin makan sekaligus menginap di sini." balas Liu Shin."Tuan bisa makan, tetapi Penginapan di sini sudah penuh.""Baiklah, siapkan santapan terlezat restoran ini, Aku akan ke lantai atas." Liu Shin tidak punya pilihan lain karena perutnya sudah keroncongan."Baik Tuan, Aku akan segera menyiapkannya."Liu Shin melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju ke lantai atas Restoran tersebut.Liu Shin makan tanpa ada halangan apapun yang terjadi di Restoran itu, Dia bukan seperti Liu Shin sebelumnya yang berpakaian kucel dan kebesaran.Liu Shin juga menunjukkan tingkat kultivasinya agar orang-orang tidak terlalu memandangnya aneh jika mengetahui Liu Shin belum berkultivasi. Pakaian mewah layaknya bangsawan membuat orang-orang tidak memandang kekurangannya yang hanya berada di tingkat Pendekar Pemula tingkat tinggi.Liu Shin mendengar dari orang-orang di sekitarnya di lantai atas bahwa Paviliun Teratai akan mengadakan Pelelangan tiga hari lagi, membuatn
Beberapa hari kemudian Liu Shin menuju ke Paviliun Teratai untuk menjual dan melelang pil-pil yang sudah Dia buat."Sialan ... Aku melihatnya beberapa hari ini sibuk membaca kitab, tapi hanya topeng ini yang Kita temukan, di mana Dia menyimpan barang-barang lain miliknya?" gumam salah satu Pendekar muda yang satu kamar dengan Liu Shin."Kita daftarkan saja Dia dengan topeng ini, Kita akan menghajarnya jika bertemu di arena. Jika tidak, Kita suruh Pendekar lain menghajar Pendekar pemula, sampah itu," balas yang lain."Baiklah, itu ide yang bagus meskipun sedikit konyol. Mari Kita pergi untuk mendaftar!"Liu Shin sampai di Paviliun Teratai setelah sebelumnya pergi mengambil lencana identitas Sekte Lentera Naga yang di buatnya.Liu Shin menunjukkan lencana itu kepada Penjaga Gerbang Paviliun setelah gilirannya memasuki Paviliun Teratai. Dia telah cukup lama mengantri. Meskipun Pelelangan masih beberapa jam lagi, Paviliun Teratai sudah ramai Pengunjung.Penjaga Gerbang sedikit mengerutkan
Wang Bo tertegun ternyata Liu Shin memiliki koin giok ungu yang menunjukkan Liu Shin telah bekerjasama dengan Paviliun Teratai sebelumnya. Dan koin giok ungu kebanyakan di miliki oleh sekte besar atau seseorang dari sekte misterius yang bekerjasama dengan Paviliun Teratai.Setelah selesai dengan urusannya, Liu Shin kemudian pergi ke ruangan lelang untuk mengetahui berapa harga yang di dapatkan dari lil-pil yang di buatnya.Berbagai khasiat dan manfaat dari pil-pil yang Liu Shin buat dengan cepat tersebar. Beberapa Bangsawan Kerajaan, bahkan Raja sendiri sangat penasaran dan ingin memiliki salah satunya. Beberapa Sekte besar yang akan mengikuti dan mengamati turnamen juga mendengar berita tersebut dan bergegas menuju ke Paviliun Teratai."Aku dengar Paviliun akan melelang Pil penumbuh bagian tubuh? Aku harus mendapatkannya untuk putraku," ucap salah satu Patriark sekte besar yang putranya kehilangan lengan kanannya."Apa? Pil perubah wajah? cepat bergegas, Kita akan kesana""Pil pengua
Liu Shin hanya dapat melihat beberapa meter di dalam kabut. Tetapi, kabut remeh seperti itu tidak mengurangi kewaspadaan, pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa, dan insting Liu Shin sedikitpun. Beberapa senjata, efek dari serangan, sileut yang berhamburan kesana kemari di arena bukanlah apa-apa dan dengan mudah di hindari olehnya."Ombak Angin Tornado."Seorang Pendekar muda mengeluarkan jurusnya menghilangkan kabut asap yang sedikit demi sedikit memudar. Pendekar muda itu bernama Ma Tai. Ma Tai dengan segera menyerang Tong Fang karena sangat dongkol dengan Tong Fang yang melakukan hal licik semacam itu.Terlihat setelah kabut asap memudar, Pendekar muda yang terkapar, pura-pura kehilangan kesadaran agar tidak mendapatkan serangan tiba-tiba dari yang lainnya. Liu Shin menelan ludah melihat Seorang Pendekar yang pengecut seperti itu.Hanya tersisa empat Pendekar muda di arena yang Liu Shin tempati. Para Penonton menganggap Liu Shin sangat beruntung seperti Pendekar yang pura-pura p
Kin Lei mengeluarkan Pedang miliknya, Para Penonton kembali kagum dengan Pedang milik Kin Lei yang merupakan Pusaka tingkat Kaisar.Liu Shin tidak mau tertinggal dengan mengeluarkan Pedang Pusaka tingkat langit yang di peroleh saat memprovokasi klan Dao di Paviliun Kota Xunyang miliknya.Para Penonton mengucek matanya tidak percaya."I ... i ... itu Pusaka tingkat langit, darimana Si Topeng Serigala Malam mencurinya?""Meskipun Pendekar Serigala Malam memiliki Pusaka tingkat langit, tetap saja sia-sia di pegang oleh Pendekar Pemula sepertinya."TrangTrangTrangLiu Shin dan Kin Lei beradu jurus Pedang. Mereka berdua tampak menari-nari dengan Pedang Mereka masing-masing di atas arena.Para Penonton mulai sedikit kagum dan terpana dengan Liu Shin. Mereka mulai sedikit mengakui kemampuan Liu Shin."Pendekar topeng malam hebat juga, gerakannya sangat Lincah, tidak kalah dari Kin Lei." gumam salah satu Penonton."Bukan topeng malam, tapi Serigala Malam, Pendekar Serigala Malam," sahut yan
Setidaknya ada tiga dari lima Peserta yang di gadang-gadang menempati tiga besar Pemenang turnamen Kerajaan di hati Para Penonton, yaitu Ma Huan, Jian Mi, Zhie An, Xi Ningwei, dan Hang Feng.Liu Shin sudah mendapatkan lawannya, lawannya mengira Liu Shin adalah yang paling terlemah. Dia tidak mengetahui kehebatan Liu Shin karena pada babak pertama bertanding bersamaan dengan Liu Shin di arena lain. Lawan Liu Shin merupakan Pendekar yang benar-benar beruntung karena sedikit bermain trik kotor saat babak pertama.Lawan Liu Shin adalah Peserta yang dua tingkat lebih tinggi dari Liu Shin, berada di tingkat Pendekar Raja awal. Dari 100 Orang Peserta, Dia adalah Pendekar muda yang terlemah.Sebelum babak kedua di lakukan, Para Penonton menjadi sangat terkejut dengan kedatangan Raja Shang Sui. Mereka mengira Raja Shang Sui tidak menghadiri turnamen karena ada urusan dan permasalahan yang mendesak."Kenapa Raja datang? bukankah Dia memiliki urusan yang lebih mendesak?" gumam beberapa Penonton.
Zhie An bergerak mundur dengan sangat cepat menghindari teknik serangan sabit Hang Feng. Dia kemudian melesat kembali ke arah Hang Feng dengan gaya memutar. Hang Feng bersiap menahan serangan Zhie An yang sangat tiba-tiba.TrangTrangTrangBunyi dentingan kedua pusaka terdengar nyaring saling beradu. Zhie An tidak tinggal diam saat serangan kapaknya di halau oleh Hang Feng. Dia melihat sebuah celah dan menendang bagian dada Hang Feng sampai memuntahkan sedikit darah segar.Hang Feng masih berdiri tegak tidak terpengaruh sedikitpun oleh Zhie An. Dia mulai menyalurkan lebih banyak tenaga dalamnya ke sabit pusaka miliknya."Sabit ketiga, Sabit Api." Seketika kedua pusaka sabit Hang Feng di selimuti oleh api.Para Penonton berdecak kagum, Hang Feng mampu mentransfer dan mengeluarkan benih energi api ke pusaka miliknya.Hang Feng melemparkan kedua sabitnya ke arah Zhie An. Zhie An tampak waspada dan mengalirkan lebih banyak tenaga dalam ke kapak miliknya.TrangggTrangggDua sabit di seli
"Baik Raja ... Ngomong-ngomong, apa Raja mengetahui Patriark dan Tetua sekte yang datang ke turnamen? Dari sekte mana saja Mereka berasal?""Setelah acara turnamen, Aku akan memperkenalkan Kamu dengan Patriark atau Tetua sekte dari Aliansi Pelindung Kerajaan dan sekte dari Kekaisaran yang Aku kenal." jawab Raja."Terimakasih Raja, kalau begitu Aku permisi dulu," ucap Liu Shin kepada Raja, Wang Bo, dan Wang Lo."Tunggu Tuan muda!" cegah Wang Lo."Ada apa Tuan?" tanya Liu Shin."Aku sangat yakin Kamu Pemuda yang menjual pil-pil aneh," ucap Wang Lo."Apa maksudmu?" Liu Shin berpura-pura tidak tahu."Kami hanya tidak ingin kehilangan Pemuda yang menjual pil-pil itu, ingin mengetahui tentang Dia, darimana Dia berasal, dan lainnya yang ingin Kami ketahui, Paviliun tidak boleh kehilangan kerjasama dengan Tuan muda seperti itu," sahut Wang Bo.Liu Shin menjawab Wang Bo dengan telepati jiwa."Aku memang orangnya, Kalian tidak perlu khawatir tentang masalah kerjasama, klan Wang adalah saudaraku.
Ribuan tahun yang lalu, benua malaya disebut sebagai kerajaan kuno selatan. Wilayah kekuasaannya mencakup seluruh benua malaya. Kerajaan kuno selatan itulah yang terus berperang dengan benua tianlang maupun benua taishan untuk memperluas wilayah kekuasaan.Seiring dengan berjalannya waktu, perang saudara terus menerus terjadi di kerajaan kuno selatan. Kerajaan kuno selatan mulai terlupakan dan berubah nama menjadi benua malaya dengan banyak kerajaan besar maupun kecil yang berdiri tegak.Kerajaan-kerajaan di benua malaya itu tidak ubahnya seperti sekte yang memiliki aliran hitam dan putih, yaitu baik dan jahat.Si Mata Merah mengumpulkan kerajaan-kerajaan yang jahat di bawah kepemimpinan kerajaan wirasena. Dia berniat kembali menjadikan benua malaya menjadi kerajaan kuno selatan.Dalam menggapai keinginannya itu, Si Mata Merah dimanfaatkan oleh Cheng Gu, seseorang dari klan penyihir yang sempat dihabisi oleh Liu Shin.Cheng Gu menjanjikan Si Mata Merah kekuatan dahsyat sehingga mampu
Liu Shin menyimpan kristal kehidupan di cincin ruang dimensinya. Dia memikirkan cara bagaimana bisa naik ke atas gumpalan awan gunung brawijaya.“Saudaraku, apa kamu sanggup menghindari petir hitam?” tanya Liu Shin.“Meskipun harus mati, aku akan mencobanya demi adikku,” balas Surya Kelana.“Lebih baik kita menghindar terlebih dahulu dari hujan petir hitam. Kita pikirkan cara terlebih dahulu bagaimana bisa sampai ke gunung brawijaya.”“Baiklah.”Liu Shin dan Surya Kelana kemudian menjauh dari jangkauan petir hitam di atas permukaan air laut.Liu Shin melihat Surya Kelana duduk dengan posisi lotus diatas permukaan air laut dan memejamkan matanya. “Saudaraku, apa yang kamu lakukan?” tanya Liu Shin.“Aku sedang membaca beberapa kitab, siapa tahu ada yang berguna,” balas Surya Kelana.Liu Shin menyipitkan matanya. “Apa maksudmu? Aku hanya melihatmu duduk bersila tanpa melakukan apapun. Kamu juga tidak mengenakan cincin ruang dimensi sebagai tempat penyimpanan kitabmu.”“Aku tidak membutuh
“Saudaraku, lekas menjauh dari sini dan menghindar dari jangkauan hujan petir!” perintah Liu Shin kepada Surya Kelana. “Aku akan membantumu,” ujar Surya Kelana. “Ini sangat berbahaya, biarkan aku menghadapinya seorang diri,” balas Liu Shin. Liu Shin menyadari jika area untuk memasuki gunung brawijaya sangat sukar untuk ditembus. Mau tidak mau dia harus melawan kepiting raksasa dan membinasakannya. Kepiting raksasa tidak akan membiarkan seorangpun mencapai gunung brawijaya di wilayah kekuasaannya di permukaan air laut. Sementara itu, awan yang sangat besar tempat keberadaan gunung brawijaya bergemuruh sangat keras dan terus menghujani Liu Shin dan Surya Kelana dengan petir hitam. Dari pengamatan Liu Shin, gunung brawijaya menolak siapapun yang akan memasukinya dengan formasi ataupun fenomena alam yang ada disekitarnya. “Dua orang akan lebih mudah menghadapinya, aku bisa mengalihkan perhatiannya,” Surya Kelana memaksa untuk ikut menghadapi kepiting raksasa. “Baiklah,” balas Liu S
"Hmmm ... gunung brawijaya? gunung itu sangat sulit ditemukan," balas manager paviliun."Berapa harga yang harus kami bayar?" tanya Liu Shin."Ini bukan masalah harga, paviliun kami juga kekurangan informasi tentangnya.""Lalu, informasi apa yang paviliun ketahui? Aku akan membayarnya dengan harga yang pantas," balas Liu Shin kemudian mengambil ribuan koin emas dan meletakkannya di atas meja dihadapan manager paviliun."Anak muda ... masukkan kembali uangmu! Bagaimana jika kita saling bertukar informasi? Kamu tidak perlu membayarnya."Liu Shin mengerutkan alis. "Apa maksudmu?""Gunung brawijaya merupakan tempat paling mengerikan di benua ini, sangat mustahil dimasuki manusia biasa. Hanya orang-orang dengan kekuatan layaknya dewa yang bisa memasukinya. Jika kamu berhasil memasukinya, aku ingin kamu memberikan informasi tentang apa saja yang ada di gunung tersebut. Bagaimana menurutmu?""Baiklah kalau begitu, aku akan kembali ke tempat ini setelah urusanku selesai di gunung brawijaya,"
Setelah cukup lama bertarung, Liu Shin akhirnya bisa melumpuhkan Cheng Gu. Liu Shin memaksa Cheng Gu untuk memberikan informasi padanya, tapi Cheng Gu tidak mau mengakui apapun. Liu Shinpun akhirnya membunuh Cheng Gu. Liu Shin melanjutkan perjalanannya di wilayah kekuasaan kerajaan wirasena untuk mencari gunung brawijaya. Dia mencari informasi selama beberapa hari di kota ataupun desa namun tidak kunjung juga mengetahui dimana letak keberadaan gunung brawijaya. “Kemana aku bisa menemukan keberadaan gunung brawijaya? Sial, aku lupa bertanya letak gunung brawijaya kepada pendekar buta.” Liu Shin terlihat frustasi kerena tidak menemukan keberadaannya. Saat Liu Shin sedang melesat terbang, dia melihat pemuda yang sedang di keroyok oleh dua orang. Liu Shin mengamati pertarungan yang tidak seimbang tersebut. Setelah memastikan pemuda yang sedang dikeroyok tidak bersalah, Liu Shinpun akhirnya membantunya. “Saudara, biarkan aku menolongmu,” ujar Liu Shin mengagetkan pemuda yang sedang di
“Anak muda, kamu benar-benar arogan.” Wusss Orang itu melesat turun ke tanah untuk menyerang Liu Shin. “Tinju Macan Api.” Bummmm Liu Shin berhasil menghindar dari serangan orang itu. Serangan tinju orang itu sangat dahsyat mengenai tanah, membuat tanah menjadi sebuah kawah yang sangat besar. “Orang ini begitu kuat, aku harus waspada,” gumam Liu Shin. “Kembalilah ke kerajaan manggala atau aku akan membunuhmu.” Orang misterius itu kembali mengancam Liu Shin. “Aku tidak akan kembali sampai aku menemukan Si Mata Merah,” jawab Liu Shin. “Jadi, kamu mencari Si Mata Merah? Langkahi dulu mayatku,” ujar orang misterius tersebut. “Siapa kamu?” tanya Liu Shin. “Karena kamu akan mati, aku akan menjawab pertanyaanmu. Aku Cheng Gu dari klan penyihir dunia atas.” “Jadi, kamu adalah seseorang yang memburu Ratu Siluman Rubah? Kenapa kamu melindungi kerajaan wirasena dan apa hubunganmu dengan Si Mata Merah?” “Itu tidak ada urusannya denganmu,” jawab Cheng Gu. Pertempuran sengitpun terjadi
Setelah selesai makan di kedai arak, Liu Shinpun pergi dari kota kalageni untuk melanjutkan perjalanan menuju kerajaan wirasena. Dalam perjalanannya, Liu Shin melihat puluhan petapa suci melesat terbang dengan sangat cepat menuju ke arah timur. “Mau kemana orang-orang tersebut?” gumam Liu Shin. Liu Shin yang penasaran mengikuti petapa-petapa suci itu. Para Petapa ternyata menuju ke sebuah lembah yang bernama lembah hitam. Di lembah itu, sudah berkumpul sekitar ratusan petapa suci lainnya. Liu Shin bersembunyi di dahan sebuah pohon dan mengamati Para Petapa. Para Petapa terlihat berkumpul di depan sebuah pintu portal yang ada di lembah itu. Tidak lama kemudian, pintu portal terbuka dan petapa-petapa itu memasuki pintu. “Ada apa di balik pintu portal itu? Aku ikuti saja mereka.” Liu Shin mengikuti petapa-petapa suci masuk ke sebuah portal. Portal itu membawa Liu Shin menuju ke sebuah tempat yang tampak seperti labirin. “Apa yang sesungguhnya mereka cari di tempat seperti ini?” Tr
“Tunggu anak muda! Apa kamu yakin bisa mengalahkan Si Mata Merah?”“Sejujurnya, aku mungkin belum mampu mengalahkannya, oleh karenanya istriku berhasil dibawa kabur oleh Si Mata Merah ke benua ini. Namun, aku tidak ingin berlama-lama karena kedua istriku mungkin dalam bahaya,” balas Liu Shin.“Kalau begitu, aku akan mengajarimu sedikit cara bagaimana mengalahkannya. Aku sudah sangat hafal dengan jurus dan tekniknya. Apa kamu tertarik? Aku juga sudah lama menyimpan dendam dengannya dan ingin membunuhnya.”“Baiklah kalau tuan pendekar buta bersedia,” jawab Liu Shin.“Tutup matamu!” perintah Pendekar Buta.Kekuatan Si Mata Merah sangat mengerikkan. Hanya dengan menatap matanya, seseorang akan menjadi patung. Oleh karenanya, Pendekar Buta bermaksud mengajari Liu Shin bagaimana cara bertarung menggunakan insting dan pendengarannya.Liu Shin tanpa ragu menutup matanya. Mereka lalu berlatih tanding tanpa penglihatan, membuat Liu Shin selalu terkena pukulan tongkat sakti milik Si Pendekar Bu
Ribuan tahun yang lalu, benua tianlang, taishan dan malaya saling perperang untuk melebarkan kekuasaan mereka. Mereka berhenti berperang karena masing-masing dari mereka mengalami kerugian yang sangat besar.Benua malaya kembali mulai menampakkan diri, menyerang benua tianlang, dipimpin oleh seseorang dengan julukan Si Mata Merah di pesisir pantai wilayah kekaisaran Han.Kekuatan dari orang-orang benua malaya sangatlah hebat. Pasukan serigala malam yang melawan mereka bahkan banyak yang mengalami kematian. Si Mata Merah juga berhasil menculik Qing Yuqie dan Bing Susie tanpa bisa dicegah oleh Liu Shin dan pasukan serigala malamnya.“Zhu Lao, Sie Gong, Gao Lang, Fu Shen … aku akan pergi sendiri ke benua selatan untuk mencari Qing Yuqie dan Bing Susie. Kalian tetaplah disini dan jaga benua Tianlang, aku baru menyadari bahwa dunia tempatku tinggal ini ternyata sangat luas,” ucap Liu Shin.“Baik tuan … hati-hatilah menghadapi Si Mata Merah,” balas Zhu Lao.Liu Shin menuju ke benua selatan