Pemimpin Assassin terus menerus menyerang Liu Shin. Liu Shin yang sudah tidak berdaya, terlempar dan hampir melepaskan pedangnya. Tangan Liu Shin yang memegang gagang Pedang terasa sangat kelu menangkis serangan pedang Pemimpin Assassin yang sangat dahsyat tanpa tenaga dalam.Telapak tangan Liu Shin mengeluarkan banyak darah. Darahnya menyelimuti gagang Pedang Serigala Malam. Tiba-tiba, darah di telapak tangannya juga naik dengan sendirinya seperti tersedot dari tubuh Liu Shin. Gagang dan semua bilah Pedang Serigala Malamnya terselimuti oleh darahnya yang keluar semakin banyak.Suatu keanehan muncul. Tubuh Liu Shin entah kenapa menjadi berada di suatu tempat, seperti dunia lain. Dia masuk ke dalam dunia pedang."Siapa Kamu? Kenapa Aku berada di tempat ini?" tanya Liu Shin melihat sesosok Kakek tua di bawah sebuah pohon besar dan rindang di tempat itu.Kakek tua itu bersikap tenang, menyilangkan tangannya ke belakang. Rambut dan jenggotnya panjang berwarna putih, sedikit memiliki aura
Sementara itu, ribuan pasukan klan Hantu dan Kuil Lonceng Suci berhadapan dengan ribuan Pasukan Darah Iblis dan Pasukan Tujuh Pagoda.“Formasi Penghancuran Hantu.”BommmSebuah formasi lingkaran berwarna kebiruan dibuat oleh beberapa orang dari klan Hantu, membuat Istana Tujuh Pagoda dalam sekejap mata hancur lebur.“Lonceng Kuil Suci.”Sebuah lonceng raksasa emas muncul di atas ribuan Pasukan Tujuh Pagoda, bergerak mengeluarkan aura keemasan tanpa suara, membuat ribuan orang dari Tujuh Pagoda tewas seketika.PangggBommmBommmPasukan Hantu dan Kuil Lonceng Suci terus membombardir dengan kekuatan dahsyat Mereka yang sudah di persiapkan.Biksu Shao membuat Liem Fung sangat terdesak. Liem Fung terpental ratusan meter mengenai sebuah gunung batu, mengeluarkan darah segar dari mulutnya.Biksu Shao menggerakkan tangannya kemudian melakukan serangan terakhirnya sangat dahsyat.“Tapak Teratai Budha.”Sebuah telapak emas raksasa bergerak cepat kearah Liem Fung yang telah tidak berdaya.Bommm
Patriark, Tetua, dan ribuan prajurit Sekte Mawar Hitam tersentak kaget dengan sebuah bangunan yang tiba-tiba hancur."Tebasan Pedang Neraka."Liu Shin menebaskan pedang ke arah kerumunan Prajurit Sekte Mawar Hitam.DuarrrrBommmRibuan prajurit terhempas, melayang di udara, beberapa tewas seketika dan beberapa lainnya terluka terkena serangan dahsyat yang di lakukan oleh Liu Shin.Patriark dan Tetua berdiam mematung melihat Liu Shin yang sangat mengerikan, membunuh banya Prajurit Mereka dalam satu kali serangan.Prajurit yang tersisa gemetar ketakutan, Mereka tampak linglung, berkeringat dingin dan terkencing di celana.SrakkkSrakkkSrakkkLiu Shin bergerak cepat seperti bayangan di kerumunan Prajurit, seketika ratusan sampai ribuan Prajurit Sekte Mawar Hitam berjatuhan dengan kepala yang terpisah."Darimana datangnya Monster seperti itu?" Patriark masih tercengang. Dia kemudian mengendap-endap bersama dengan beberapa Tetua untuk kabur.SrakkkSrakkkSrakkkBelum sempat Mereka melesa
Liu Shin geleng-geleng kepala dengan tingkah Bing Tian.Tidak berapa lama, Mereka melihat sebuah benteng dimana banyak orang yang menjaganya."Saudara Tian ... benteng apa itu?" tanya Liu Shin."Itu benteng perbatasan Provinsi utara. Provinsi utara mampu bertahan dan tidak jatuh ke tangan Tujuh Pagoda."Liu Shin dan Bing Tian kemudian masuk wilayah Provinsi utara Kekaisaran Bing tanpa halangan yang berarti dari Penjaga benteng.Beberapa Jenderal ingin mengawal Bing Tian. Mereka tahu tentang Bing Tian yang suka membaur dengan rakyat. Tetapi, Bing Tian menolak hal itu."Adik Shin... apa Kamu akan menukar harta rampasanmu juga? Aku akan menukarnya di Ibukota Provinsi utara," ujar Bing Tian.Bing Tian berusia 23 tahun, Dia sudah sangat akrab dengan Liu Shin dan menganggapnya sebagai saudaranya. Bing Tian juga telah mengetahui kebaikan hati Liu Shin.Liu Shin mengeluarkan banyak harta untuk rakyat Kekaisaran Bing. Meskipun merupakan harta rampasan, tetap saja Pemuda seperti Liu Shin sangat
"Kakak Tian ... kenapa Kakak berpenampilan kucel seperti ini? Pantas jika Mereka tidak mengizinkan masuk dan mengira Kakak Tian adalah Pengemis," ujar Ye Xiexi."Kenapa Kakak Tian sendiri? Di mana Pengawal Kakak? Dan, siapa Pemuda ini?" lanjut Ye Xiexi seperti sedang mengintrogasi Bing Tian."Jangan banyak bertanya, Aku ingin mandi dan akan menginap di sini beberapa hari. Dia Shin Liu, saudaraku." balas Bing Tian.Ye Xiexi menggembungkan pipinya dengan Bing Tian yang tidak menjawab rasa penasarannya."Apa Kakak Tian akan melihat turnamen di Sekte Bambu Kuning?""Mungkin ... bagaimana denganmu adik Liu?" tanya Bing Tian meminta pendapat Liu Shin."Tidak ada yang salah, Aku juga ingin melihat turnamen sekte itu," balas Liu Shin.Liu Shin dan Bing Tian di bawa Ye Xiexi menemui Ye Feng di Istana.Mereka mengobrol ke sana kemari membahas Tujuh Pagoda yang mengalami kekalahan, juga tentang percintaan Bing Tian dan Ye Xiexi, membuat Bing Tian malas meladeni Penguasa utara, Ye Feng.Liu Shin
Liu Shin menolak hal itu tetapi Bing Tian terus mendesaknya, ingin melihat Liu Shin menunjukkan kemampuannya.Menjadi wasit di butuhkan kejelian dan konsentrasi yang sangat tinggi, wasit tidak akan membiarkan salah satu Peserta membuat serangan yang dapat membuat nyawa melayang.Selain itu, wasit harus selalu bersiap melakukan tindakan penyelamatan pertama jika terjadi hal yang sangat fatal saat pertarungan, menyebabkan Peserta terluka parah.“Baiklah kalau Kalian terus mendesakku,” Liu Shin hanya menyetujui permintaan Bing Tian yang di setujui oleh Para Patriark di dekat Mereka.Yu Zhong tidak kunjung datang dan babak berikutnya akan segera di lakukan, membuat Mereka mengambil keputusan yang mendadak seperti itu.Liu Shin melompat dari tempat VIP, mengagetkan Bing Tian dan lainnya di tempat VIP karena begitu tiba-tiba.“Siapa orang bertopeng itu? Apa Dia wasitnya?”Beberapa Penonton dan Peserta turnamen bertanya-tanya tentang Liu Shin.“Sial … siapa orang itu?” kutuk Seseorang yang m
Mengetahui hal itu, Zhu Lao mengeluarkan sayapnya membuat orang-orang yang melihat Mereka sangat kagum dengannya.WusshhhBommmDalam sekejap mata, Zhu Lao melesat ke atas langit dan tiba-tiba saja Singa Api berekor tiga terjatuh ke arena dari langit di hantam oleh Zhu Lao.Jika saja lantai arena tidak ada formasi pelindung. lantai itu pastilah akan hancur.Para Penonton terhentak kaget dengan Singa Api milik Patriark Yu Zhong terjatuh begitu saja. Begitupun dengan Bing Tian dan lainnya di tempat VIP."Beastnya saja terlihat mengerikan, bagaimana dengannya? Tidak salah jika Adik Liu ikut membantu Klan Hantu dan Kuil Lonceng Suci mengalahkan Tujuh Pagoda," batin Bing Tian.Yu Zhong memicingkan matanya, "Apa yang terjadi?" gumamnya.BommmBelum sempat Yu Zhong hilang rasa herannya, Zhu Lao kembali melesat ke arena di hadapan Liu Shin, membuat debu di arena berterbangan dan angin yang seperti ombak kecil tapi bertekanan kuat menerpa sekitaran arena.Singa Api berekor tiga yang tidak terl
“Pertarungan ini tidak adil … apa Kamu sudah mendapatkan pengobatan?” tanya Liu Shin.“Siapa yang mampu menyebuhkan lengan yang terputus dalam waktu singkat? Aku sudah mendapatkan sedikit pengobatan. Mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun jika Aku menginginkan lenganku kemballi. Aku tidak menyesalinya karena dapat masuk ke sekte impianku” balas Peserta itu.Liu Shin hanya mengangguk, mengagumi Peserta di hadapannya itu, “Minumlah pil ini! Istirahat terlebih dahulu untuk menumbuhkan lenganmu! Pertandinganmu di tunda tiga puluh menit lagi, biarkan yang lainnya bertarung terlebih dahulu,” ujar Liu Shin melemparkan Pil penumbuh ke Peserta itu."Putra Mahkota Bing ... Darimana Kamu mendapatkan teman seperti itu? Pil seperti itu seperti sampah saja baginya. Apalagi yang Dia punya? Beberapa pil berefek sangat luar biasa, pengobatan anehnya juga sangat manjur." Duan Li menelan ludah mengetahui Liu Shin mengeluarkan pil yang dapat menumbuhkan lengan seseorang."Apa Dia sudah berusaha menyemb
Ribuan tahun yang lalu, benua malaya disebut sebagai kerajaan kuno selatan. Wilayah kekuasaannya mencakup seluruh benua malaya. Kerajaan kuno selatan itulah yang terus berperang dengan benua tianlang maupun benua taishan untuk memperluas wilayah kekuasaan.Seiring dengan berjalannya waktu, perang saudara terus menerus terjadi di kerajaan kuno selatan. Kerajaan kuno selatan mulai terlupakan dan berubah nama menjadi benua malaya dengan banyak kerajaan besar maupun kecil yang berdiri tegak.Kerajaan-kerajaan di benua malaya itu tidak ubahnya seperti sekte yang memiliki aliran hitam dan putih, yaitu baik dan jahat.Si Mata Merah mengumpulkan kerajaan-kerajaan yang jahat di bawah kepemimpinan kerajaan wirasena. Dia berniat kembali menjadikan benua malaya menjadi kerajaan kuno selatan.Dalam menggapai keinginannya itu, Si Mata Merah dimanfaatkan oleh Cheng Gu, seseorang dari klan penyihir yang sempat dihabisi oleh Liu Shin.Cheng Gu menjanjikan Si Mata Merah kekuatan dahsyat sehingga mampu
Liu Shin menyimpan kristal kehidupan di cincin ruang dimensinya. Dia memikirkan cara bagaimana bisa naik ke atas gumpalan awan gunung brawijaya.“Saudaraku, apa kamu sanggup menghindari petir hitam?” tanya Liu Shin.“Meskipun harus mati, aku akan mencobanya demi adikku,” balas Surya Kelana.“Lebih baik kita menghindar terlebih dahulu dari hujan petir hitam. Kita pikirkan cara terlebih dahulu bagaimana bisa sampai ke gunung brawijaya.”“Baiklah.”Liu Shin dan Surya Kelana kemudian menjauh dari jangkauan petir hitam di atas permukaan air laut.Liu Shin melihat Surya Kelana duduk dengan posisi lotus diatas permukaan air laut dan memejamkan matanya. “Saudaraku, apa yang kamu lakukan?” tanya Liu Shin.“Aku sedang membaca beberapa kitab, siapa tahu ada yang berguna,” balas Surya Kelana.Liu Shin menyipitkan matanya. “Apa maksudmu? Aku hanya melihatmu duduk bersila tanpa melakukan apapun. Kamu juga tidak mengenakan cincin ruang dimensi sebagai tempat penyimpanan kitabmu.”“Aku tidak membutuh
“Saudaraku, lekas menjauh dari sini dan menghindar dari jangkauan hujan petir!” perintah Liu Shin kepada Surya Kelana. “Aku akan membantumu,” ujar Surya Kelana. “Ini sangat berbahaya, biarkan aku menghadapinya seorang diri,” balas Liu Shin. Liu Shin menyadari jika area untuk memasuki gunung brawijaya sangat sukar untuk ditembus. Mau tidak mau dia harus melawan kepiting raksasa dan membinasakannya. Kepiting raksasa tidak akan membiarkan seorangpun mencapai gunung brawijaya di wilayah kekuasaannya di permukaan air laut. Sementara itu, awan yang sangat besar tempat keberadaan gunung brawijaya bergemuruh sangat keras dan terus menghujani Liu Shin dan Surya Kelana dengan petir hitam. Dari pengamatan Liu Shin, gunung brawijaya menolak siapapun yang akan memasukinya dengan formasi ataupun fenomena alam yang ada disekitarnya. “Dua orang akan lebih mudah menghadapinya, aku bisa mengalihkan perhatiannya,” Surya Kelana memaksa untuk ikut menghadapi kepiting raksasa. “Baiklah,” balas Liu S
"Hmmm ... gunung brawijaya? gunung itu sangat sulit ditemukan," balas manager paviliun."Berapa harga yang harus kami bayar?" tanya Liu Shin."Ini bukan masalah harga, paviliun kami juga kekurangan informasi tentangnya.""Lalu, informasi apa yang paviliun ketahui? Aku akan membayarnya dengan harga yang pantas," balas Liu Shin kemudian mengambil ribuan koin emas dan meletakkannya di atas meja dihadapan manager paviliun."Anak muda ... masukkan kembali uangmu! Bagaimana jika kita saling bertukar informasi? Kamu tidak perlu membayarnya."Liu Shin mengerutkan alis. "Apa maksudmu?""Gunung brawijaya merupakan tempat paling mengerikan di benua ini, sangat mustahil dimasuki manusia biasa. Hanya orang-orang dengan kekuatan layaknya dewa yang bisa memasukinya. Jika kamu berhasil memasukinya, aku ingin kamu memberikan informasi tentang apa saja yang ada di gunung tersebut. Bagaimana menurutmu?""Baiklah kalau begitu, aku akan kembali ke tempat ini setelah urusanku selesai di gunung brawijaya,"
Setelah cukup lama bertarung, Liu Shin akhirnya bisa melumpuhkan Cheng Gu. Liu Shin memaksa Cheng Gu untuk memberikan informasi padanya, tapi Cheng Gu tidak mau mengakui apapun. Liu Shinpun akhirnya membunuh Cheng Gu. Liu Shin melanjutkan perjalanannya di wilayah kekuasaan kerajaan wirasena untuk mencari gunung brawijaya. Dia mencari informasi selama beberapa hari di kota ataupun desa namun tidak kunjung juga mengetahui dimana letak keberadaan gunung brawijaya. “Kemana aku bisa menemukan keberadaan gunung brawijaya? Sial, aku lupa bertanya letak gunung brawijaya kepada pendekar buta.” Liu Shin terlihat frustasi kerena tidak menemukan keberadaannya. Saat Liu Shin sedang melesat terbang, dia melihat pemuda yang sedang di keroyok oleh dua orang. Liu Shin mengamati pertarungan yang tidak seimbang tersebut. Setelah memastikan pemuda yang sedang dikeroyok tidak bersalah, Liu Shinpun akhirnya membantunya. “Saudara, biarkan aku menolongmu,” ujar Liu Shin mengagetkan pemuda yang sedang di
“Anak muda, kamu benar-benar arogan.” Wusss Orang itu melesat turun ke tanah untuk menyerang Liu Shin. “Tinju Macan Api.” Bummmm Liu Shin berhasil menghindar dari serangan orang itu. Serangan tinju orang itu sangat dahsyat mengenai tanah, membuat tanah menjadi sebuah kawah yang sangat besar. “Orang ini begitu kuat, aku harus waspada,” gumam Liu Shin. “Kembalilah ke kerajaan manggala atau aku akan membunuhmu.” Orang misterius itu kembali mengancam Liu Shin. “Aku tidak akan kembali sampai aku menemukan Si Mata Merah,” jawab Liu Shin. “Jadi, kamu mencari Si Mata Merah? Langkahi dulu mayatku,” ujar orang misterius tersebut. “Siapa kamu?” tanya Liu Shin. “Karena kamu akan mati, aku akan menjawab pertanyaanmu. Aku Cheng Gu dari klan penyihir dunia atas.” “Jadi, kamu adalah seseorang yang memburu Ratu Siluman Rubah? Kenapa kamu melindungi kerajaan wirasena dan apa hubunganmu dengan Si Mata Merah?” “Itu tidak ada urusannya denganmu,” jawab Cheng Gu. Pertempuran sengitpun terjadi
Setelah selesai makan di kedai arak, Liu Shinpun pergi dari kota kalageni untuk melanjutkan perjalanan menuju kerajaan wirasena. Dalam perjalanannya, Liu Shin melihat puluhan petapa suci melesat terbang dengan sangat cepat menuju ke arah timur. “Mau kemana orang-orang tersebut?” gumam Liu Shin. Liu Shin yang penasaran mengikuti petapa-petapa suci itu. Para Petapa ternyata menuju ke sebuah lembah yang bernama lembah hitam. Di lembah itu, sudah berkumpul sekitar ratusan petapa suci lainnya. Liu Shin bersembunyi di dahan sebuah pohon dan mengamati Para Petapa. Para Petapa terlihat berkumpul di depan sebuah pintu portal yang ada di lembah itu. Tidak lama kemudian, pintu portal terbuka dan petapa-petapa itu memasuki pintu. “Ada apa di balik pintu portal itu? Aku ikuti saja mereka.” Liu Shin mengikuti petapa-petapa suci masuk ke sebuah portal. Portal itu membawa Liu Shin menuju ke sebuah tempat yang tampak seperti labirin. “Apa yang sesungguhnya mereka cari di tempat seperti ini?” Tr
“Tunggu anak muda! Apa kamu yakin bisa mengalahkan Si Mata Merah?”“Sejujurnya, aku mungkin belum mampu mengalahkannya, oleh karenanya istriku berhasil dibawa kabur oleh Si Mata Merah ke benua ini. Namun, aku tidak ingin berlama-lama karena kedua istriku mungkin dalam bahaya,” balas Liu Shin.“Kalau begitu, aku akan mengajarimu sedikit cara bagaimana mengalahkannya. Aku sudah sangat hafal dengan jurus dan tekniknya. Apa kamu tertarik? Aku juga sudah lama menyimpan dendam dengannya dan ingin membunuhnya.”“Baiklah kalau tuan pendekar buta bersedia,” jawab Liu Shin.“Tutup matamu!” perintah Pendekar Buta.Kekuatan Si Mata Merah sangat mengerikkan. Hanya dengan menatap matanya, seseorang akan menjadi patung. Oleh karenanya, Pendekar Buta bermaksud mengajari Liu Shin bagaimana cara bertarung menggunakan insting dan pendengarannya.Liu Shin tanpa ragu menutup matanya. Mereka lalu berlatih tanding tanpa penglihatan, membuat Liu Shin selalu terkena pukulan tongkat sakti milik Si Pendekar Bu
Ribuan tahun yang lalu, benua tianlang, taishan dan malaya saling perperang untuk melebarkan kekuasaan mereka. Mereka berhenti berperang karena masing-masing dari mereka mengalami kerugian yang sangat besar.Benua malaya kembali mulai menampakkan diri, menyerang benua tianlang, dipimpin oleh seseorang dengan julukan Si Mata Merah di pesisir pantai wilayah kekaisaran Han.Kekuatan dari orang-orang benua malaya sangatlah hebat. Pasukan serigala malam yang melawan mereka bahkan banyak yang mengalami kematian. Si Mata Merah juga berhasil menculik Qing Yuqie dan Bing Susie tanpa bisa dicegah oleh Liu Shin dan pasukan serigala malamnya.“Zhu Lao, Sie Gong, Gao Lang, Fu Shen … aku akan pergi sendiri ke benua selatan untuk mencari Qing Yuqie dan Bing Susie. Kalian tetaplah disini dan jaga benua Tianlang, aku baru menyadari bahwa dunia tempatku tinggal ini ternyata sangat luas,” ucap Liu Shin.“Baik tuan … hati-hatilah menghadapi Si Mata Merah,” balas Zhu Lao.Liu Shin menuju ke benua selatan