"Baiklah, Tuan Besar Yu." Tetua Wen menghormat kepada semua orang dan kembali berbicara, "Para tamu undangan perjamuan yang terhormat! Pada kesempatan kali ini. Saya Wen Hou, telah diberi suatu kepercayaan dari Tuan Besar Shen dan Tuan Besar Yu untuk mengumumkan sebuah perjanjian pernikahan antara tuan muda kedua Yu Zhen dengan salah satu dari bayi kembar yang masih ada di dalam kandungan Nyonya Shen."Tetua Wen Hou berhenti sejenak untuk mengatur pernapasannya yang menjadi terengah-engah akibat berbicara cukup panjang."Maaf, Tuan Besar Yu dan Tuan Besar Shen! Bukankah bayi dalam kandungan Nyonya Besar Shen masih belum jelas. Apakah itu perempuan atau sebaliknya?" Salah seorang tamu dari Keluarga Guo melemparkan pertanyaan."Pertanyaan yang masuk akal dan sangat bagus. Maka, akan mendapatkan jawaban yang bagus pula." Shen Ming yang menjawab dengan sikap tenang. "Tetua Wen yang akan menjelaskan kepada Anda semua."Shen Ming menoleh ke arah Tetua Wen dan berkata, "Tetua Wen. Silakan!"
Pada keesokan harinya, Yu Zhen berpamitan untuk mencari Shen Ji dan tentu saja Yu Shan mengijinkannya. Pria itu melepas kepergian putranya di pintu gerbang kediaman Keluarga Guo dengan dikawal oleh beberapa orang pengawal. Meskipun ada sedikit rasa bersalah dan berat hati, tetapi ucapan seseorang tidak boleh diingkari. Huan Li terlihat sibuk menyiapkan seekor kuda untuk Yu Zhen, sedangkan yang lainnya hanya berjaga-jaga saja. "Ayah, Zhen'er berangkat sekarang. Tolong sampaikan salam dan maaf kepada ibu." Yu Zhen membungkus tinjunya dengan tangan kiri sambil membungkukkan sedikit badannya ke depan."Baiklah, pasti akan ayah sampaikan. Semoga saja kamu berhasil menemukan Ji'er, dan kembali dengan selamat, Anakku," sahut Yu Shan sambil memegang sepasang senjata pedang yang terbungkus sarung khusus, dan menyerahkannya kepada Yu Zhen."Bawalah sepasang Pedang Batu Bintang Merah untuk berjaga-jaga. Di luar sana banyak bahaya yang mengintai dan bisa saja menyerangmu kapan saja." Yu Shan be
Melihat hal buruk terjadi di depan mata, Yu Zhen segera meloncat dari atas punggung kuda sembari menarik salah satu Pedang Batu Bintang Merah yang ada di belakang punggungnya.Pemuda itu melesat secepat kilat dengan menggunakan ilmu peringan tubuh Langkah Angin dan mulai sibuk menangkis puluhan batang anak panah yang meluncur deras hendak membunuh Yu Ling, kakaknya.Trang!Trang!Trang!Terdengar suara bising akibat tabrakan batang-batang anak panah berbahan kayu besi ketika beradu dengan pedang batu bintang yang terus terayun di udara. Bilah batu hitam itu menebas ke segala arah dengan sangat cepat. Terkadang membelah, memotong dan menghancurkan senjata musuh hingga menjadi serpihan tak berbentuk hanya dalam sekejap mata.Puluhan batang anak panah berhasil dijatuhkan oleh Yu Zhen, sedangkan Yu Ling sendiri hanya bisa terpaku dengan mata terbelalak lebar dan napas yang bagai terhenti. Tubuh pemuda itu juga bergetar hebat disertai guyuran keringat dingin. Terlebih lagi, beberapa batang
Jika membicarakan tentang perasaan takut, Yu Ling adalah orang paling sensitif terhadap sesuatu yang menakutkan. Namun, saat ini ia juga tidak bisa menarik diri untuk kembali dan memilih untuk terus melangkah maju meski hatinya merasa tidak nyaman.Terlebih lagi, serangan hujan anak panah yang nyaris merenggut nyawa mereka adalah pengalaman mengerikan yang masih membuat tubuh dan hatinya bergetar.Dia membayangkan, andai Yu Zhen tidak datang tepat waktu, akankah saat ini dirinya masih bisa bernapas?Sambil membayangkan kembali peristiwa tadi, Yu Ling berucap, "Tentu saja aku sangat takut. Tapi, aku tetap ingin pergi bersamamu. Hanya berdiam diri di tempat itu membuat badanku sakit semua."Namun Yu Ling menegaskan. "Ayo, kita lanjutkan pencarian!"Yu Ling menjalankan kudanya secara perlahan. "Hei, apa lagi yang kamu tunggu?""Oh!" Yu Zhen tersadar dan langsung mengikuti kakaknya."Kak, apakah Kakak sengaja melarikan diri untuk mengindari pertemuanmu dengan Nona Shi?" Yu Zhen merasa pen
Telapak tangan Yu Ling sedingin es ketika sesekali mengusap lengannya yang sudah ditumbuhi bulu kuduk."Aku juga tidak tahu, Kak. Aku merasa seperti tidak ada kehidupan di desa ini.""Atau, kita berputar balik saja? Di Desa Likeng mungkin ada tempat yang sedang kita cari." Yu Zhen menoleh ke arah kakaknya yang tampak mulai lemas akibat lelah dan lapar. "Bagaimana, Kak?""Ya sudah, apa boleh buat! Keadaan desa ini juga sangat aneh." Yu Ling memperhatikan pintu-pintu dan jendela rumah penduduk yang tertutup di siang hari. "Bahkan tak ada satu pun yang menampakkan diri, meskipun hanya sekadar untuk menyapa kita.""Ayo, kita pergi sekarang!" Yu Ling memutuskan.Yu Zhen dan Yu Ling memutar kudanya dan bergerak kembali menuju gerbang desa. Mereka sekarang sudah berada di tepi Desa Niuping yang terbengkalai dan seperti sudah lama ditinggalkan penghuninya.Angin berbisik melalui reruntuhan bangunan, mengusik debu dan kenangan yang terpendam. Di hadapan mereka, rumah-rumah kosong dengan pintu
Seorang pelayan pria penjaga arak yang melihat kedatangan Yu Zhen. Lelaki itu bermata cekung, iris abu-abu seperti rambut dan jenggotnya. Ia juga memiliki sedikit bungkuk di punggung, tetapi ada kesan bijaksana, kesetiaan dan ketenangan pada wajahnya. Pria itu pun tak bisa untuk tidak bertanya, "Tuan Muda Kedua?"Yu Zhen berhenti sejenak di anak tangga dan menoleh. "Oh, Paman Sun rupanya. Salam, Paman." "Salam kembali, Tuan Muda Kedua." Paman Sun Tao membungkuk hormat dengan sedikit dalam. "Tuan Muda Kedua, siapakah wanita dalam gendonganmu itu?" tanya Sun Tao, salah seorang pelayan pria setengah tua yang memang sudah mengenalnya. Pelayan tersebut tengah menjaga pintu ruangan tempat penyimpanan arak."Aku juga tidak tahu siapa orang ini, Paman Sun. Kami menemukannya di jalan." Yu Zhen berkata jujur."Menemukannya di jalan?" Paman Sun Tao bergumam heran."Dia hantu." Yu Ling datang menyahut."Hantu?" Paman Sun Tao sampai terlonjak kaget dengan suara Yu Ling. Lelaki itu menoleh ke ara
"Salam, Paman. Salam, Bibi."Walaupun Yu Ling memiliki sifat yang terkadang membuat orang lain merasa kesal, tepi ia masih tetap menghormati saudara-saudara Yu Shan, ayahnya."Ling'er, jadi itu kamu?" Yu Shu menggerakkan kepalanya ke arah lain, mencari seseorang. "Aku tadi seperti mendengar suara adikmu.""Oh, Bocah Bau itu. Dia ke sana!" Yu Ling menunjuk ke arah kamar yang ada di ruang lainnya. "Dia juga membawa seorang hantu wanita yang kami temukan di pinggir jalan tadi.""Hantu wanita?" Yu Shu lagi-lagi dibuat tekejut oleh perkataan Yu Ling."Iya, Paman. Paman tinggal lihat saja sendiri." Yu Ling melangkah masuk dengan sedikit menabrak lengan Yu Shu sambil meneguk araknya."Paman, terima kasih atas hadiahnya. Aku suka arak ini!" Yu Ling mengangkat guci arak dengan wajah cerah. "Kamu ini!" Yu Shu berseru, mengangkat tangan dan lalu berkacak pinggang sambil menggelengkan kepala. "Heehh. Arak itu seharusnya satu minggu
Yu Zhen menggeleng. "Tidak terluka, tapi mengapa lenganmu ini berdarah?" Qu Fei tidak kalah khawatir. "Zhen'er, ikut bibi ke ruang pengobatan. Lukamu ini harus segera diobati. Qu Fei menarik tangan Yu Zhen untuk dibawa ke ruang pengobatan. Akan tetapi, Yu Zhen menahannya dengan lembut.Yu Shu memberi isyarat kepada Yu Zhen agar segera mengikuti Qu Fei. "Aku tidak apa-apa, Paman, Bibi. Ini bukan darahku," jawab Yu Zhen sambil menyingsingkan sedikit lengan bajunya, memperlihatkan jika tidak ada luka apa pun di sana.Demi melihat tangan Yu Zhen baik-baik saja, Yu Shu dan Qu Fei merasa lega. "Baguslah kalau kamu tidak terluka. Tapi, jika itu bukan darahmu, lalu darah siapa?" Qu Fei merasa penasaran. "Dia." Yu Zhen menunjuk ke dalam kamar, tepatnya ke arah wanita yang ia baringkan di atas pembaringan. "Dia?" Qu Fei memerhatikan secara saksama sesosok tubuh seorang wanita yang terbaring di atas pembaringan bersampul kain biru tua. "Siapa gadis itu, Zhen'er?""Zhen'er juga tidak tahu,
Qing Yuan sekarang dibuat sibuk mengutuki isi otaknya sendiri. Selama hidupnya, Qing Yuan tidak pernah merasakan getaran apa pun ketika ia bersentuhan dengan seorang gadis. Bahkan selama ini pun dia sangat jarang memerhatikan muridnya secara rinci. Tidak. Dia tidak pernah memikirkannya! Meskipun Shen Ji memang sangat cantik sekarang, tapi dia adalah murid yang diambil hanya sebagai budak catur untuk mempermulus langkahnya dalam mendekati Keluarga Shen, untuk kemudian menghancurkan mereka semua pada malam perjanjian satu tahun di puncak Gunung Que. Ini adalah susunan rencananya, karena hanya satu hal yang menjadi tujuan Qing Yuan, yaitu terbunuhnya Shen Ming di tangan putrinya sendiri. Qing Yuan dengan pemikiran gilanya ini benar-benar mengabaikan segalanya. Siapa suruh Shen Ji adalah anak Shen Ming, pembunuh paman besarnya? Siapa suruh pula gadis itu datang sendiri ke sarang serigala yang sedang mengincar nyawanya? Dalam hal ini, ia bahkan sudah merencanakan tentang
Qing Yuan menutup mulutnya yang baru saja sedikit mengeluarkan darah. "Aku tidak apa-apa, Hua'er. Aku hanya sedikit lelah akibat terlalu keras berlatih ilmu tingkat tinggi, dan mencoba menerobos paksa. Shifu akan baik-baik saja setelah beristirahat barang beberapa hari." Shen Ji rasanya tak 100 persen memercayai ucapan Qing Yuan. Suara itu terdengar lemah, seakan tengah menahan penderitaan yang dalam. Namun, ia tak ingin mempermasalahkannya untuk saat ini. Shen Ji lalu melepaskan topeng jelek dan menggantung benda itu di sabuk yang terpasang pinggang rampingnya. Baru setelah itu, ia menoleh ke arah sang guru. Melihat noda darah di sudut bibir Qing Yuan, hatinya merasa sakit dan khawatir. Shen Ji lalu mengambil sapu tangan dari balik hanfunya, dan membersihkan cairan merah itu dengan tanpa ragu. Anehnya, Qing Yuan juga tak menolak dan membiarkan lembutnya kain sapu tangan ungu muda itu menari-nari di sekitar bibir dan pipinya hingga semua noda darah tak ada lagi di sana. Ha
Yu Zhen tiba-tiba merasa yakin jika pemuda di hadapannya memiliki hubungan dengan ayahnya. Ataukah mungkin, dia salah seorang muridnya? "Karena kesamaan itulah, aku sangat ingin bertanya, mengapa pedangmu nyaris sama dengan Pedang Batu Bintang Merahku ini?" Qing Yuan balik bertanya seraya menghunus kedua pedangnya. "Kamu lihatlah dengan mata kepalamu. Bukankah pedang kita benar-benar sama?" Qing Yuan dengan sengaja memamerkan kedua pedangnya. "Memang sama." Yu Zhen mengakui. "Bahkan namanya pun sama! Siapa kamu ini sebenarnya, dan apa hubunganmu dengan pembuat pedang ini? Apakah kamu salah seorang murid dari Perguruan Wu Lin?" tanya Yu Zhen semakin merasa penasaran. "Aku?" Qing Yuan menunjuk dirinya sendiri. "Namaku bukanlah hal yang penting untuk kamu ketahui. Dan asal kamu tahu saja, aku sama sekali tidak memiliki hubungannya dengan pembuat pedang ini, ataupun dengan perguruan yang kamu sebutkan itu. Aku juga tidak tahu mengapa kita memiliki pedang ganda yang sama. Lal
Shen Ji tercekat. Ia hanya bisa pasrah tak berdaya saat merasakan adanya daya tarik suatu kekuatan yang menarik kedua pedang ganda milik Yu Zhen dari tangannya. Senjata kembar itu sekarang sudah berpindah tempat ke tangan Qing Yuan dan sedang diperiksa secara teliti oleh sang guru. Binar mata cerah Qing Yuan biasa cemerlang sekarang dipenuhi sorot keheranan. Berulang kali pemuda itu membolak-balik, meneliti hingga ke sudut paling rumit dari pedang di tangannya. SLING! Suara jernih dan nyaring pedang yang ditarik keluar masuk dari sarungnya, seakan sedang mengiris hati Shen Ji yang diliputi kekhawatiran dalam hati akan datangnya sosok sang guru. Mengingat sifat Qing Yuan yang sangat tidak suka disaingi, ini sungguh mencemaskan! Bagaimana jika Qing Yuan dan Yu Zhen nantinya berhadapan sebagai musuh? "Apakah shifu akan benar-benar bertarung dengan Kak Yu Zhen?" Shen Ji bertanya dalam hati dengan
Namun, suara Qing Wei tak didengar oleh Qing Yuan yang terlanjur mengira jika muridnya sedang dihukum oleh Yang Hua. Pemuda itu segera melesat pergi dengan pedang di tangan disertai niat membunuh di mata dan hatinya. "Ketua, kembali!" Qing Wei berteriak panik dan langsung ingin pergi menyusul Qing Yuan yang sudah melesat seperti orang kesurupan. "Ketua, jangan pergi! Tubuh Anda masih sangat lemah, jadi Ah Wei mohon kembalilah!" Feng Shaonian yang mendengar suara keributan bergegas mendatangi ruang perawatan Qing Yuan. Namun, ia hanya melihat dua orang sedang berkejaran menuju keluar. "Tuan Muda Yuan, bukankah tadi dia masih pingsan? Dan bahkan tubuhnya dipenuhi luka sengatan, tapi mengapa dia sekarang berlarian seperti itu?" Feng Shao sampai mengerutkan dahi saat memikirkannya. "Ah, sudahlah. Untung ada Nona Wei. Dia pasti bisa mengatasinya." Feng Shao tak ingin terlibat dalam urusan mereka. Pria itu kembali ke kamarnya u
"Baik, Paman." Yang Shui bangkit dari berlututnya dan melangkah mendekati Yang Hua. "Maafkan aku, Paman. Aku sungguh tidak mengetahui kedatangan Paman kali ini. Sepertinya, Paman sengaja membuat suatu kejutan." "Tidak mengetahui kedatanganku! Itu karena kamu dan semua orang di sini terlalu sibuk dengan anak dari pembunuh orang tuamu!" Yang Hua berkata dengan nada suara masih diliputi kemarahan. "Jadi, kamu sudah lupa, bagaimana ayah dan ibumu mati?" "Paman, tentu saja aku tidak akan lupa tentang bagaimana cara orang tuaku meninggal saat itu. Meskipun menurut kabar itu dilakukan oleh Shen Ming. Akan tetapi, bagaimanapun juga, anaknya tidak ikut bersalah atas hal itu. Ampun, Paman ... itulah yang aku pikirkan." Yang Shui berucap tetap dengan nada setenang gunung yang tak terusik. "Ah Shui!" Yang Hua membalikkan badannya dan mencengkeram kedua bahu Yang Shui dengan sangat kuat. Yang Shui menatap pamannya dengan sorot mata lembut. "Paman, tenangkan hatimu. Kebencian dan dendam ti
Huan Li ingin mengatakan sesuatu, tapi Qing Sha tak memedulikannya sama sekali dan bergerak pergi dengan cepat ke penjara Yu Zhen. "Orang itu benar-benar menyebalkan!" Huan Li hampir membanting mangkuk di tangannya guna melampiaskan rasa geram.Huan Li mendesah pasrah. "Semoga tidak terjadi apa-apa dengan tuan muda kedua." Shen Ji sendiri masih sibuk memeriksa sepasang pedang milik Yu Zhen yang terasa tidak asing baginya.Sepasang senjata kembar itu memiliki bentuk yang unik dihiasi gerigi-gerigi kecil pada sisi atas mata pedang. Warnanya hitam keabu-abuan dengan permukaan kasar bermotif guratan-guratan merah serupa akar yang memenuhi sepanjang bilahnya. Berat benda tersebut juga terbilang tidak terlalu ringan. "Rupanya pedang ini bukan terbuat dari logam, melainkan berbahan dasar batu," gumam Shen Ji sambil meraba permukaan pedang dengan jari-jemarinya. "Aku sendiri tidak pernah menyentuh pedang milik shifu. Apakah pedangnya juga sama persis seperti ini?"Yu Zhen menatap tak rela
"Baik, Nona!" Penjaga yang membawa kunci segera membuka pengunci dan membiarkan Ji Mei Hua masuk. "Silakan, Nona!" "Emmm." Shen Ji menganggukkan kepala dan melangkah masuk. Qing Sha bergegas ingin mengikuti sang nona, tetapi Shen Ji memintanya untuk memberikan keranjang lain untuk Huan Li. Qing Sha mengangguk patuh dan membawa keranjang makanan itu ke ruangan di mana Huan Li ditahan. Jika dibandingkan dengan Yu Zhen, pria itu lebih mudah untuk ditangani. Ji Mei Hua datang menghampiri Yu Zhen yang sengaja tak diikat sama sekali. Kondisi pemuda itu masih cukup lemah akibat dari asap racun pelumpuh yang dilemparkan oleh Ji Mei Hua kemarin. Terlebih lagi, selama ini Yu Zhen membiarkan dirinya kelaparan akibat merasa jijik dengan menu makanan yang diberikan kepada para tawanan. Ji Mei Hua meletakkan keranjang bambu di atas lantai yang kotor dan lembab. Gadis bertopeng itu lalu berjongkok di dekat Yu Zhen, memerhatikan secara saksama wajah tampan yang saat ini tengah tertidur pu
Seketika Yang Shui dan Qing Wei berlari ke arah empat orang yang ternyata membawa tubuh Qing Yuan."Adik Yuan!" Yang Shui langsung mengetahui siapa orang yang berada di atas tandu."Ketua!" Qing Wei juga menyadari sesuatu.Keduanya bergegas menyongsong kedatangan rombongan kecil tersebut. Rasa cemas tak terkira membuat wajah-wajah keduanya menjadi tegang dan pucat disertai debaran jantung tak beraturan.Rombongan para murid Sekte Lembah Kegelapan akhirnya berhenti. Mereka masih tidak meletakkan tandu yang membawa tubuh Qing Yuan."Kakak Shui, kami diperintahkan oleh laoshi untuk membawa tuan muda." Yang Bin berkata sambil menunjuk ke arah tandu."Biar aku melihatnya." Bibir Yang Shui sampai bergetar saat berkata."Baiklah, Kakak Shui!" Yang Bin lalu memberi isyarat kepada para murid untuk meletakkan tandu yang membawa tubuh Qing Yuan di hadapan Yang Shui dan Qing Wei.Mata Yang Shui dan Qing Wei terbelalak lebar dengan mulut terbuka. Mereka benar-benar tercekat saat melihat kondisi Qi