Kedatangan para tetua itu sudah di tunggu oleh En Jio yang sedang berdiri di depan pintu, hingga membuat mereka tidak dapat berkutik lalu memutuskan untuk segera memasuki kediaman tetua mereka itu.Tidak ada kata sambutan dari pria paruh baya itu kepada para tetua, sementara mereka hanya dapat tertunduk tanpa bisa mengangkat kepala sama sekali.Guan Ping bahkan enggan untuk membuka mulut, akan tetapi keadaan itu tidak berlangsun lama ketika En Jio mulai berkata, “Cepat jelaskan apa maksud ini semua Guan Ping!” ucap pria itu.Beberapa tetua semakin menundukkan kepalanya, akan tetapi tidak dengan Guan Ping, dia sadar jika semua kejadian itu adalah kesalahan yang telah dia buat.“Tetua En, aku minta maaf, semua ini atas kesalahan ku!” ujarnya.Mendengar hal tersebut para tetua semakin tidak berani membuka mulut bahkan beberapa di antara mereka sempat berkeringat dingin, ketika mendengar pertanyaan dari tetua mereka itu.Namun sesuatu yang tidak pernah mereka duga kemudian terlontar kelua
Saat ini tabib Hua Tuo sedang berusaha untuk mengendalikan situasi yang sudah terlanjur memanas, akan tetapi usahanya itu tidak berlangsung mulus ketika salah satu penjaga tersebut mencoba untuk memaksanya berbicara.Namun ia tidak ingin menyerah dengan terus meyakinkan para penjaga itu, “Aku tidak mengerti apa maksud kalian?” tanya pria tua itu kepada para penjaga.Mendengar hal tersebut para penjaga tidak tinggal diam, lalu kembali memaksa pria tua itu untuk berbicara jujur, “Jangan berbohong atau kami akan membunuh mu!” ucap salah satu penjaga.Hua Tuo mengangkat alisnya, “Membunuh ku! Apa aku tidak salah mendengarnya?”Tampak para penjaga itu merasa ketir ketika Hua Tuo meyakinkan mereka, “Tabib, kami tidak ingin berurusan dengan mu, cepat serahkan mereka!”Mereka tahu, jika pria tua itu sangat kuat, meski dia adalah seorang tabib ternama di kota tersebut, akan tetapi dari segi kekuatan pria tua itu tidak dapat di anggap remeh.Beberapa orang yang cukup kuat bahkan pernah di kalah
Tong Guan merasa panik ketika salah satu orang mata – mata yang di utus kembali dengan melaporkan informasi terkait kelompok Heng Juesha.Pria itu geram sembari berkata, “Sial, tidak aku sangka tabih Hua Tuo akan melakukan sesuatu untuk melawan ku!” ucap Tong Guan sembari mengepalkan tangannya.Dengan laporan tersebut, Tong Guan lantas menyuruh penjaga untuk kembali ke tempat tabib tersebut dengan tujuan menangkapnya hidup – hidup, “Cepat tangkap tabib Hua Tuo dan bawa ke sini!” perintahnya kepada para penjaga.Para penjaga itu sempat menolak lalu mengatakan jika mereka telah menggeledah tempat itu, tetapi tidak menemukan orang yang di cari, “Tetua, tampaknya mereka sudah melarikan diri!” ujar salah satu penjaga.Dengan jawaba itu, Tong Guan merasa kesal lalu membentak para penjaga tersebut, “Bodoh!” ucapnya, “Aku tidak ingin mendengar hal itu, cepat cari mereka atau kalian akan menerima akibatnya!”Para penjaga itu berkeringat dingin lalu menundukkan kepala sebelum berkata, “Baik, k
Guan Ping mengangkat alisnya pada saat En Jio melontarkan kalimat barusan, dia tahu jika Ling memang seorang anak yang cukup kuat.Namun untuk mengalahkan dirinya, tentu tidak akan mudah, hal itulah yang membuat ia sangat percaya diri untuk memberikan ujian terhadap pemuda tersebut.“En, kau tahu aku masih sangat banyak urusan-“ ujar Guan Ping lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “Sebaiknya kita tunda terlebih dahulu..”Mendengar hal tersebut En Jio bereaksi dengan cara tertawa yang membuat Guan Ping kembali menaikkan alisnya lalu berkata, “Apa yang kau tertawakan?” tanya pria itu.En Jio berhenti dari tawanya lalu kembali menatap pria itu satu kali sebelum ia berkata, “Aku tidak mengatakan untuk melakukannya sekarang bukan?” timpalnya, “Setidaknya kita harus memberitahu para tetua terlebih dahulu!”Guan ping terkekeh mendengarnya lalu kembali menggaruk kepalanya beberapa kali sembari menjawab, “Kau benar, aku lupa!” ujarnya.**Pada saat yang sama, Hen Swe dan Ling memutuskan u
Saat ini Hen Swe tampak kelelahan, nafasnya tersengal diikuti dengan kaki yang mulai gemetar dan tanpa dia sadari keringat dingin mulai mengalir dari atas keningnya.Hal itu bisa terjadi bukan karena dirinya merasa takut, akan tetapi karena dirinya sudah mengeluarkan semua kemampuan yang dia miliki, sementara itu ia tidak dapat memberikan perlawanan yang cukup berarti.Sesekali Hen Swe menelan ludahnya yang mulai terasa kering di tenggorakkannya, lalu dia berkata, “Kau sangat kuat, Ling!” ujarnya sembari menatap pemuda itu dari jarak beberapa depa, “Namun aku belum merasa puas.”Dari arah berlawanan, Ling yang mendengar ucapan dari pemuda tersebut hanya memberikan senyuman tipis, sebelum ia membalasanya, “Kau juga kuat, Hen hanya saja-“ timpalnya sembari memasang kuda-kuda, “Kau butuh waktu untuk meningkatkan kekuatan yang kau miliki!”Keduanya tersenyum sebelum mereka kembali bergerak untuk memberikan serangan, di mulai dari Hen Swe yang melesat lebih dulu.Melihat hal itu, Ling juga
Saat ini kelompok Heng Juehsa menjadi waspada ketika rombongan penjaga itu tiba di lokasi yang sama dengan mereka.Tanpa banyak bicara lagi, pria itu kemudian memerintahkan bawahannya untuk segera menangkap kelompok Heng Juesha dan juga tabib Hua Tuo.Melihat situasi yang sudah tidak di kendalikan lagi, mereka bersiap untuk memberikan serangan kepada para penjaga tersebut.“Kau urus saja mereka, biar aku yang menghadapi pria itu!” ujar Hua Tuo memastikan.Heng Juesha dan Yu Lian yang menjadi mata tombak mereka lantas bereaksi dengan cepat lalu menatap kedatangan para penjaga itu dengan sangat dingin.Tidak butuh waktu yang lama, semua pasukan yang berasal dari kota Xi An itu langsung mengepung keberadaan kelompok Heng Juesha.“Jangan takut, mereka bukan tandingan kita, tetapi-““Aku tahu Ketua, hanya saja jumlah mereka terlalu banyak.”“Tangkap mereka..!”Satu teriakkan dari seseorang dari pasukan itu langsung membuat semuanya bereaksi untuk melakukan penangkapan terhadap kelompok te
“Kau baik-baik saja?”Hua Tuo mengalihkan pandangan pada salah satu anggota Heng Juesha yang hampir saja terbunuh, akan tetapi pertanyaan yang dia lontarkan barusan tidak mendapat jawaban, melainkan pria itu hanya memberikan reaksi dengan menganggukkan kepala.Melihat hal tersebut, Hua Tuo hanya tersenyum tipis sebelum akhirnya dia mengalihkan pandangan untuk kembali bergerak dan memberikan serangan terhadap pasukan tersebut.Namun baru beberapa langkah ia bergerak, tiba tiba Zihan bergerak dengan cepat lalu memberikan tebasan kearah pria tua itu sembari berucap, “Sebaiknya kau mati saja Kakek tua..!” ucapnya, “Hia.”Wush.Satu detik setelah tebasan pedang itu hampir mengenai dirinya, Hua Tuo bereaksi dengan cepat lalu menangkis tebasan itu menggunakan pedang yang dia miliki.Ting.Mendapati serangan yang baru saja di patahkan oleh pria tua itu, Zihan lantas bergerak dengan cepat lalu memberikan tendangan kearah perut Hua Tuo.Pria tua itu kembali bereaksi dengan cepat lalu menahan te
“Tidak akan aku biarkan kau pergi dari sini, Hua Tuo..!” ucapnya, “Hia..”Syaoran melompat lalu menggunakan jurus meringankan tubuh untuk mengejar Hua Tuo yang telah melarikan diri.Sementara itu, Zihan yang sebelumnya menderita luka dalam akibat serangan pria tua tersebut, hanya dapat menahan rasa sakit pada bagian dadanya.Semua pasukan yang telah ia bawa sebelumnya sudah banyak yang telah mati dan meninggalkan setengah dari jumlah keseluruhan pasukan tersebut.Sedangkan bala bantuan yang baru saja tiba, langsun bergegas untuk menolong semua pasukan lain dari anggota mereka yang terluka dan sebagian dari mereka lantas mengikuti pergerakan Syaoran.“Sial, aku terlalu meremehkan pria tua itu!” gumam Zihan sembari menelan ludah.“Kami akan membawa mu pulang, Ketua!” ujar salah satu dari pasukan tersebut kepadanya.Mendengar hal itu, Zihan menolaknya dengan menepis tangan orang yang ingin membantunya itu, seolah tidak terima atas kelalahan yang baru saja dia dapatkan.Para pasukan itu h
Ling terdiam dalam keheningan, tatapannya masih terpaku pada tempat di mana sosok berjubah putih itu menghilang. Lengkukup dan En Jio berdiri di sisinya, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Namun, pertanyaan yang menggantung di udara tidak segera menemukan jawaban."Siapa dia?" En Jio akhirnya memecah kesunyian, suaranya bergetar lemah. "Penjaga Kuil Tianlong? Aku tidak pernah mendengar tentang sosok seperti itu..."Lengkukup, yang biasanya tenang dan penuh perhitungan, hanya menggelengkan kepala. "Dia muncul tepat saat kita membutuhkannya. Entah siapa atau apa tujuannya, kita sebaiknya bersyukur."Ling menghela napas panjang, tubuhnya masih lelah setelah serangan besar yang hampir menghabisi kekuatannya. "Kita harus segera pergi dari sini. Tempat ini penuh dengan kegelapan, dan aku merasakan sesuatu yang tidak beres."Mereka bertiga mengangkat diri, meskipun tubuh mereka masih t
Sima Yan berdiri tegak di hadapan Ling, Lengkukup, dan En Jio. Aura kegelapan yang memancar dari tubuhnya membuat udara di sekitar mereka terasa berat. Pedangnya yang besar dan hitam berkilauan dengan cahaya merah yang jahat, menandakan kekuatan yang luar biasa.Ling mengepalkan tangannya lebih kuat di sekitar gagang pedangnya. Napasnya terasa berat, dan dadanya bergemuruh dengan adrenalin. Dia tahu ini bukan hanya pertarungan melawan seorang musuh yang kuat, tapi juga perjuangan untuk tetap hidup."Kita tidak bisa membiarkan dia menang!" desis Ling dengan penuh semangat, meski dia tahu dalam hatinya bahwa mereka mungkin tidak akan bertahan dari pertarungan ini.Lengkukup berdiri di sampingnya, menatap dingin ke arah Sima Yan. "Kita bertarung sampai napas terakhir. Tidak ada pilihan lain."En Jio, yang masih terluka, mengangguk dengan susah payah. Meskipun kondisinya jauh dari ideal, dia tahu tidak ada waktu untuk mundur.
Ketika mereka keluar dari gua, lembah yang dulunya gelap sekarang diterangi cahaya redup matahari yang mulai tenggelam. Udara terasa lebih berat, seolah sesuatu yang jahat menyelimuti mereka dari kejauhan. Langit di atas Gunung Tianfeng mulai berubah menjadi merah darah, pertanda bahwa bahaya semakin dekat.
Suasana di dalam ruangan besar itu mendadak tegang. Pria berjubah hitam yang berdiri di hadapan mereka tampak mengintimidasi, dengan senyum penuh kebencian yang menyiratkan keyakinan mutlak pada kekuatannya. Cahaya dari kristal elemen hijau memantul di zirah hitamnya, mempertegas aura kegelapan yang menyelimuti tubuhnya."Aku adalah pengawal elemen ini," ucap pria itu dengan suara rendah yang bergetar. "Namaku Hei Long, dan kalian tak akan bisa melewati gerbang kehidupan ini."Ling menatap pria itu dengan tajam, mempersiapkan diri. "Kalau begitu, kita tak punya pilihan lain selain melawanmu."Lengkukup dan En Jio mengambil posisi di sebelah Ling. Meskipun mereka tahu bahwa Hei Long adalah lawan yang kuat, mereka tidak punya waktu untuk ragu. Kristal elemen hijau itu adalah kunci untuk melengkapi kekuatan Kitab Dewa Naga, dan mereka harus mendapatkannya, apa pun risikonya."Serahkan saja elemen itu
Malam mulai menyelimuti perbukitan, namun Ling, Lengkukup, dan En Jio terus melangkah. Suasana semakin mencekam saat kabut tipis mulai muncul, menyelimuti jalanan setapak yang semakin sempit. Hutan lebat di kiri dan kanan mereka seolah menjadi dinding kegelapan yang tak tertembus. Hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar di tengah keheningan itu."Kita semakin dekat," kata Lengkukup, matanya terus mengawasi setiap gerakan di sekitar. "Aku bisa merasakan kehadiran sesuatu yang tidak biasa di sini."Ling mengangguk setuju. Dari kitab Dewa Naga yang berada dalam genggamannya, ia bisa merasakan energi yang semakin kuat. "Lembah itu tak jauh lagi. Energi dari elemen berikutnya sangat jelas terpancar dari sana."En Jio, yang biasanya penuh semangat, kali ini tampak lebih tenang. "Apa kalian sudah siap? Kalau pasukan hitam benar-benar menunggu di sana, ini akan menjadi pertempuran yang sulit."
Setelah berhasil mengalahkan Pengawal Bayangan dan mengamankan elemen es, Ling, Lengkukup, dan En Jio melanjutkan perjalanan mereka menuju perbukitan yang lebih rendah, meninggalkan puncak es yang mencekam di belakang. Udara di sini lebih hangat, tapi suasana tegang masih melingkupi mereka. Masing-masing terdiam, merenungkan pertempuran yang baru saja mereka lalui.“Kita sekarang memiliki dua elemen,” kata Lengkukup, memecah keheningan. “Tapi musuh kita pasti semakin sadar dengan keberadaan kita.”Ling mengangguk. “Kita harus bergerak cepat. Mereka tidak akan tinggal diam dan membiarkan kita mengambil semua elemen begitu saja.”En Jio, yang biasanya ceria, kali ini terlihat lebih serius. “Kalau mereka sudah mengirim Pengawal Bayangan, berarti kekuatan besar sedang memantau kita. Kita harus siap menghadapi mereka, kapan pun mereka menyerang.”
Setelah berhasil mendapatkan elemen es dari Puncak Es, Ling, Lengkukup, dan En Jio tidak bisa beristirahat lama. Meski mereka baru saja mengalahkan serigala es yang menjaga elemen tersebut, perasaan cemas tidak pernah benar-benar pergi. Keheningan yang melingkupi pegunungan bersalju seolah menyembunyikan ancaman yang belum terungkap.“Ling,” kata Lengkukup tiba-tiba, matanya tajam menatap ke kejauhan. “Kita sedang diawasi.”Ling yang sedang mengatur napas setelah pertempuran, langsung siaga. Dia mengeluarkan pedangnya dengan gerakan cepat, memfokuskan seluruh indranya untuk mendeteksi ancaman yang disampaikan Lengkukup. Seiring angin dingin yang menusuk, bayangan mulai terlihat di balik kabut tebal.En Jio, yang sebelumnya sedang bercanda untuk menghilangkan ketegangan, kini mengalihkan pandangannya dengan wajah serius. “Sepertinya, penjaga elemen es bukan satu-satunya yang harus kita hadapi.”Dari kabut yang semakin pekat, muncul sosok-sosok berpakaian hitam. Mereka bergerak dengan k
Setelah berhasil mendapatkan elemen api dari Gunung Berapi Hitam, Ling, Lengkukup, dan En Jio tidak memiliki banyak waktu untuk merayakan keberhasilan mereka. Tantangan berikutnya, elemen es, menanti mereka di ujung dunia yang berlawanan, di Puncak Es yang dilapisi salju abadi.“Kita tidak bisa berlama-lama di sini,” ujar Ling, napasnya masih terengah-engah setelah pertarungan yang menegangkan. “Puncak Es jauh, dan kita tidak tahu apa yang menanti kita di sana.”Lengkukup menyetujui, mengangkat elemen api dengan hati-hati. Cahaya merah yang menyala dari elemen itu berdenyut lembut, memberikan rasa hangat yang kontras dengan suhu yang akan mereka hadapi di perjalanan berikutnya.“Kau benar, Ling,” katanya. “Kita harus segera bergerak. Semakin lama kita menunda, semakin besar kemungkinan musuh kita mengetahui keberadaan elemen ini.”En Jio, yang telah berhasil mengalihkan perhatian naga api, berjalan mendekat. Dia tersenyum puas, meskipun wajahnya dipenuhi keringat. “Aku tidak sabar unt
Dengan hati yang penuh semangat dan ketegangan yang meningkat, Ling, Lengkukup, dan En Jio meninggalkan pasar malam. Mereka tahu bahwa perjalanan ini akan menjadi salah satu yang paling menantang yang pernah mereka hadapi. Mereka harus mendapatkan dua elemen yang berlawanan, dan langkah pertama adalah menuju Gunung Berapi Hitam.Di jalan, Ling merenungkan kata-kata lelaki tua itu. Kekuatan tidak hanya datang dari kemampuan fisik, tetapi juga dari keputusan yang mereka buat. Perjalanan ini bukan hanya tentang mencari kunci, tetapi juga tentang menemukan diri mereka sendiri dan menguji batasan mereka.Sesampainya di tepi hutan, mereka berhenti sejenak. Ling bisa merasakan perubahan udara, dari segar menjadi panas dan berbau sulfur. “Kita sudah dekat dengan gunung,” ujarnya.“Kau yakin kita siap menghadapi makhluk yang menjaga elemen api?” Lengkukup bertanya, merasakan ketegangan di udara.“Kita harus percaya satu sama lain,” jawab Ling. “Kita sudah melalui banyak hal bersama. Ini hanya