Beranda / Fantasi / Legenda Kitab Surgawi / Ch. 207 Keterkejutan Yu Lian

Share

Ch. 207 Keterkejutan Yu Lian

Penulis: ACANKUN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Di sisi lain, tampak seseorang sedang berlari ketakutan, nafasnya mulai tersengal karena sudah tidak sanggup untuk melarikan diri dari kejaran orang yang berada tepat di belakangnya.

“Ampuni aku!” ucap pria itu.

Dia baru saja lepas dari maut, ketika aksinya untuk merampas harta benda kelompok Heng Juesha gagal, karena salah dalam memilih lawan.

Namun belum lama ia berhasil melarikan diri, dia kembali mendapat pengejaran dari seseorang yang tidak dia kenal.

Namun dari lambang yang berada di bagian tangan pria tersebut, dia mengenalinya, ya, pria itu adalah anggota Mata Elang.

Pada akhirnya dia terjatuh kerena kehabisan nafas, lalu berusaha untuk mendapat ampunan dari pria tersebut, “Apa yang kau inginkan?”

Pria dengan tubuh tinggi besar itu tidak menjawab, melainkan menatap pria yang berada di hadapannya secara dingin.

Tangannya bergerak dengan cepat untuk mencabut pedang yang berada di samping pinggangnya.

Sing.

Lalu dengan cepat pula ia menghunus pedang tersebut tepat kearah leher pr
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Legenda Kitab Surgawi   Ch. 208 Melarikan Diri Dari Orang Tidak Di Kenal

    Saat ini En Jio mengangkat alisnya, sebelum pada akhirnya dia dapat bernafas dengan lega.“Apa yang kau maksud dengan syarat?” En Jio menanyakan hal tersebut.Pria itu mendekat kearah mereka berdua lalu tersenyum tipis. Dia berkata, “Untuk saat ini, dia tidak akan mampu untuk menerima tehnik tulang dariku!” ujarnya, “Jika memaksa untuk mempelajarinya, maka dia akan mati dengan sendirinya.”Ya, En Jio mengerti maksud dari perkataan pria itu, dia tahu jika tehnik itu terlalu tinggi, sehingga akan sangat sulit untuk di pelajari.Bagi dirinya yang sudah berpengalaman dalam mengolah tenaga dalam, tentu saja dia tahu jika mempelajari suatu jurus akan membutuhkan waktu yang lama.Meski Ling merupakan seorang anak yang sangat jenius dalam mempelajari suatu jurus, akan tetapi untuk mendapatkan tehnik tulang dari pria itu tidaklah semudah mempelajari sebuah jurus.“Lalu bagaimana, apa yang harus dia lakukan?” tanya En Jio memastikan.Mendengar pertanyaan En Jio barusan, membuat pria itu sempat

  • Legenda Kitab Surgawi   Ch. 209 Kembalinya En Jio dan Ling

    Di sisi lain, Guan Ping saat ini tengah mempersiapkan beberapa rencana kembali untuk memajukan desa, sesuai keinginannya.Hal itu di landasi ketika rencana yang telah mereka lakukan beberapa waktu yang lalu, rupanya sangat berhasil dengan meningkatnya sumber daya mereka saat ini.Namun beberapa tetua sempat tidak mendukung, jika dirinya akan memperkerjakan sebagian besar pemuda yang ingin bergabung dalam misi tersebut.Ya, dari semua orang yang berangkat dalam misi itu, ada sebagian orang yang belum kembali dan keberadaannya belum di ketahui hingga sampai saat ini, kuat dugaan mereka telah mati, akan tetapi hal itu di sangkal oleh Guan Ping sendiri.“Tetua Guan, apa hal ini tidak terlalu berlebihan?” tanya salah satu tetua kepada Guan Ping.“Keberhasilan ini harus kita teruskan, jika tidak-“ timpal Guan Ping sendiri.Beberapa tetua hendak membantah, tetapi tidak mereka lakukan, karena mereka tidak memiliki cukup alasan untuk menghentikan kehendak Guan Ping.Pada akhirnya mereka hanya

  • Legenda Kitab Surgawi   Ch. 210 Tekanan

    Di sisi lain tampak seseorang sedang menuju pusat kota dan menemui seseorang yang merupakan pemimpin di kota Xi an, dia adalah seorang yang kejam serta bersekutu dengan kelompok Mata Elang.“Tetua, mereka sudah mengetahui tujuan kita!” ucap pria itu ketika menghadap Tong Guan.Mendengar hal tersebut, pria bertubuh besar itu lantas mengerinyitkan dahinya sebelum dia berkata, “Bodoh, aku tidak perduli, cepat tangka mereka!” timpalnya.Dengan jawaban itu, pria yang barusan melaporkan siatuasi tersebut hanya dapat tertunduk, karena tidak berani menatap mata pemimpinnya itu sembari berkata, “Baik Tetua, aku mengerti!” ucapnya.Setelah mengatakan hal itu dia lantas segera pergi untuk menjalankan tugasnya dengan membawa pasukan dari tempat tersebut.Namun setelah kepergian pria barusan, datang satu orang lagi yang menemui pemimpin itu lalu berkata, “Apa yang kau pikirkan saudaraku?” tanya pria tersebut.Kedatangan orang ini membuat Tong Guan sempat menghela nafas sebelum dia mulai menjawab,

  • Legenda Kitab Surgawi   Ch. 211 Penjaga Kota Xi An

    Saat ini Guan Ping sempat merasa panik ketika En Jio mengatakan sesuatu yang harus mereka tutupi, hal itu bahkan membuat para tetua yang merasa sangat gugup serta tidak berani untuk mengangkat kepala.Melihat hal itu, En Jio bereaksi dengan menaikkan alisnya, seakan meminta jawaban atas pertanyaan yang telah dia lontarkan barusan.“Apa yang terjadi Guan?” tanya En Jio memastikan.“A, aku-” timpal Guan Ping terbata, “Tidak begitu yakin untuk mengatakannya tetapi-“En Jio semakin menaikkan alisnya sebelum kembali berkata, “Cepat katakan Guan atau aku-“Sebelum Guan Ping menjawabnya, para tetua yang lain ikut bereaksi dan berniat untuk membenarkan perkataan Guan Ping, “Maaf Tetua En, sebaiknya masalah ini di bahas nanti saja, kau harus segera istirahat begitu juga Ling!” sahut salah satu tetua.Mendengar hal tersebut, En Jio lalu mengangguk satu kali kemudian melontarkan kalimat sebelum dia memutuskan untuk pergi, “Setelah ini, kalian semua harus datang ketempatku!” ujarnya.Para tetua t

  • Legenda Kitab Surgawi   Ch. 212 Kedatangan Para Tetua

    Kedatangan para tetua itu sudah di tunggu oleh En Jio yang sedang berdiri di depan pintu, hingga membuat mereka tidak dapat berkutik lalu memutuskan untuk segera memasuki kediaman tetua mereka itu.Tidak ada kata sambutan dari pria paruh baya itu kepada para tetua, sementara mereka hanya dapat tertunduk tanpa bisa mengangkat kepala sama sekali.Guan Ping bahkan enggan untuk membuka mulut, akan tetapi keadaan itu tidak berlangsun lama ketika En Jio mulai berkata, “Cepat jelaskan apa maksud ini semua Guan Ping!” ucap pria itu.Beberapa tetua semakin menundukkan kepalanya, akan tetapi tidak dengan Guan Ping, dia sadar jika semua kejadian itu adalah kesalahan yang telah dia buat.“Tetua En, aku minta maaf, semua ini atas kesalahan ku!” ujarnya.Mendengar hal tersebut para tetua semakin tidak berani membuka mulut bahkan beberapa di antara mereka sempat berkeringat dingin, ketika mendengar pertanyaan dari tetua mereka itu.Namun sesuatu yang tidak pernah mereka duga kemudian terlontar kelua

  • Legenda Kitab Surgawi   Ch. 213 Menjadi Saudara

    Saat ini tabib Hua Tuo sedang berusaha untuk mengendalikan situasi yang sudah terlanjur memanas, akan tetapi usahanya itu tidak berlangsung mulus ketika salah satu penjaga tersebut mencoba untuk memaksanya berbicara.Namun ia tidak ingin menyerah dengan terus meyakinkan para penjaga itu, “Aku tidak mengerti apa maksud kalian?” tanya pria tua itu kepada para penjaga.Mendengar hal tersebut para penjaga tidak tinggal diam, lalu kembali memaksa pria tua itu untuk berbicara jujur, “Jangan berbohong atau kami akan membunuh mu!” ucap salah satu penjaga.Hua Tuo mengangkat alisnya, “Membunuh ku! Apa aku tidak salah mendengarnya?”Tampak para penjaga itu merasa ketir ketika Hua Tuo meyakinkan mereka, “Tabib, kami tidak ingin berurusan dengan mu, cepat serahkan mereka!”Mereka tahu, jika pria tua itu sangat kuat, meski dia adalah seorang tabib ternama di kota tersebut, akan tetapi dari segi kekuatan pria tua itu tidak dapat di anggap remeh.Beberapa orang yang cukup kuat bahkan pernah di kalah

  • Legenda Kitab Surgawi   Ch. 214 Permintaan En Jio

    Tong Guan merasa panik ketika salah satu orang mata – mata yang di utus kembali dengan melaporkan informasi terkait kelompok Heng Juesha.Pria itu geram sembari berkata, “Sial, tidak aku sangka tabih Hua Tuo akan melakukan sesuatu untuk melawan ku!” ucap Tong Guan sembari mengepalkan tangannya.Dengan laporan tersebut, Tong Guan lantas menyuruh penjaga untuk kembali ke tempat tabib tersebut dengan tujuan menangkapnya hidup – hidup, “Cepat tangkap tabib Hua Tuo dan bawa ke sini!” perintahnya kepada para penjaga.Para penjaga itu sempat menolak lalu mengatakan jika mereka telah menggeledah tempat itu, tetapi tidak menemukan orang yang di cari, “Tetua, tampaknya mereka sudah melarikan diri!” ujar salah satu penjaga.Dengan jawaba itu, Tong Guan merasa kesal lalu membentak para penjaga tersebut, “Bodoh!” ucapnya, “Aku tidak ingin mendengar hal itu, cepat cari mereka atau kalian akan menerima akibatnya!”Para penjaga itu berkeringat dingin lalu menundukkan kepala sebelum berkata, “Baik, k

  • Legenda Kitab Surgawi   Ch. 215 Kemajuan Pesat Hen Swe

    Guan Ping mengangkat alisnya pada saat En Jio melontarkan kalimat barusan, dia tahu jika Ling memang seorang anak yang cukup kuat.Namun untuk mengalahkan dirinya, tentu tidak akan mudah, hal itulah yang membuat ia sangat percaya diri untuk memberikan ujian terhadap pemuda tersebut.“En, kau tahu aku masih sangat banyak urusan-“ ujar Guan Ping lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “Sebaiknya kita tunda terlebih dahulu..”Mendengar hal tersebut En Jio bereaksi dengan cara tertawa yang membuat Guan Ping kembali menaikkan alisnya lalu berkata, “Apa yang kau tertawakan?” tanya pria itu.En Jio berhenti dari tawanya lalu kembali menatap pria itu satu kali sebelum ia berkata, “Aku tidak mengatakan untuk melakukannya sekarang bukan?” timpalnya, “Setidaknya kita harus memberitahu para tetua terlebih dahulu!”Guan ping terkekeh mendengarnya lalu kembali menggaruk kepalanya beberapa kali sembari menjawab, “Kau benar, aku lupa!” ujarnya.**Pada saat yang sama, Hen Swe dan Ling memutuskan u

Bab terbaru

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 344: Cahaya di Tengah Kegelapan

    Ling terdiam dalam keheningan, tatapannya masih terpaku pada tempat di mana sosok berjubah putih itu menghilang. Lengkukup dan En Jio berdiri di sisinya, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Namun, pertanyaan yang menggantung di udara tidak segera menemukan jawaban."Siapa dia?" En Jio akhirnya memecah kesunyian, suaranya bergetar lemah. "Penjaga Kuil Tianlong? Aku tidak pernah mendengar tentang sosok seperti itu..."Lengkukup, yang biasanya tenang dan penuh perhitungan, hanya menggelengkan kepala. "Dia muncul tepat saat kita membutuhkannya. Entah siapa atau apa tujuannya, kita sebaiknya bersyukur."Ling menghela napas panjang, tubuhnya masih lelah setelah serangan besar yang hampir menghabisi kekuatannya. "Kita harus segera pergi dari sini. Tempat ini penuh dengan kegelapan, dan aku merasakan sesuatu yang tidak beres."Mereka bertiga mengangkat diri, meskipun tubuh mereka masih t

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 343: Perlawanan Terakhir di Kaki Gunung Tianfeng

    Sima Yan berdiri tegak di hadapan Ling, Lengkukup, dan En Jio. Aura kegelapan yang memancar dari tubuhnya membuat udara di sekitar mereka terasa berat. Pedangnya yang besar dan hitam berkilauan dengan cahaya merah yang jahat, menandakan kekuatan yang luar biasa.Ling mengepalkan tangannya lebih kuat di sekitar gagang pedangnya. Napasnya terasa berat, dan dadanya bergemuruh dengan adrenalin. Dia tahu ini bukan hanya pertarungan melawan seorang musuh yang kuat, tapi juga perjuangan untuk tetap hidup."Kita tidak bisa membiarkan dia menang!" desis Ling dengan penuh semangat, meski dia tahu dalam hatinya bahwa mereka mungkin tidak akan bertahan dari pertarungan ini.Lengkukup berdiri di sampingnya, menatap dingin ke arah Sima Yan. "Kita bertarung sampai napas terakhir. Tidak ada pilihan lain."En Jio, yang masih terluka, mengangguk dengan susah payah. Meskipun kondisinya jauh dari ideal, dia tahu tidak ada waktu untuk mundur.

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 342: Bayangan di Balik Gunung Tianfeng

    Ketika mereka keluar dari gua, lembah yang dulunya gelap sekarang diterangi cahaya redup matahari yang mulai tenggelam. Udara terasa lebih berat, seolah sesuatu yang jahat menyelimuti mereka dari kejauhan. Langit di atas Gunung Tianfeng mulai berubah menjadi merah darah, pertanda bahwa bahaya semakin dekat.

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 341: Pertempuran di Lembah Kematian

    Suasana di dalam ruangan besar itu mendadak tegang. Pria berjubah hitam yang berdiri di hadapan mereka tampak mengintimidasi, dengan senyum penuh kebencian yang menyiratkan keyakinan mutlak pada kekuatannya. Cahaya dari kristal elemen hijau memantul di zirah hitamnya, mempertegas aura kegelapan yang menyelimuti tubuhnya."Aku adalah pengawal elemen ini," ucap pria itu dengan suara rendah yang bergetar. "Namaku Hei Long, dan kalian tak akan bisa melewati gerbang kehidupan ini."Ling menatap pria itu dengan tajam, mempersiapkan diri. "Kalau begitu, kita tak punya pilihan lain selain melawanmu."Lengkukup dan En Jio mengambil posisi di sebelah Ling. Meskipun mereka tahu bahwa Hei Long adalah lawan yang kuat, mereka tidak punya waktu untuk ragu. Kristal elemen hijau itu adalah kunci untuk melengkapi kekuatan Kitab Dewa Naga, dan mereka harus mendapatkannya, apa pun risikonya."Serahkan saja elemen itu

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 340: Perjalanan Menuju Lembah Kematian

    Malam mulai menyelimuti perbukitan, namun Ling, Lengkukup, dan En Jio terus melangkah. Suasana semakin mencekam saat kabut tipis mulai muncul, menyelimuti jalanan setapak yang semakin sempit. Hutan lebat di kiri dan kanan mereka seolah menjadi dinding kegelapan yang tak tertembus. Hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar di tengah keheningan itu."Kita semakin dekat," kata Lengkukup, matanya terus mengawasi setiap gerakan di sekitar. "Aku bisa merasakan kehadiran sesuatu yang tidak biasa di sini."Ling mengangguk setuju. Dari kitab Dewa Naga yang berada dalam genggamannya, ia bisa merasakan energi yang semakin kuat. "Lembah itu tak jauh lagi. Energi dari elemen berikutnya sangat jelas terpancar dari sana."En Jio, yang biasanya penuh semangat, kali ini tampak lebih tenang. "Apa kalian sudah siap? Kalau pasukan hitam benar-benar menunggu di sana, ini akan menjadi pertempuran yang sulit."

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 339: Kabar di Balik Perbukitan

    Setelah berhasil mengalahkan Pengawal Bayangan dan mengamankan elemen es, Ling, Lengkukup, dan En Jio melanjutkan perjalanan mereka menuju perbukitan yang lebih rendah, meninggalkan puncak es yang mencekam di belakang. Udara di sini lebih hangat, tapi suasana tegang masih melingkupi mereka. Masing-masing terdiam, merenungkan pertempuran yang baru saja mereka lalui.“Kita sekarang memiliki dua elemen,” kata Lengkukup, memecah keheningan. “Tapi musuh kita pasti semakin sadar dengan keberadaan kita.”Ling mengangguk. “Kita harus bergerak cepat. Mereka tidak akan tinggal diam dan membiarkan kita mengambil semua elemen begitu saja.”En Jio, yang biasanya ceria, kali ini terlihat lebih serius. “Kalau mereka sudah mengirim Pengawal Bayangan, berarti kekuatan besar sedang memantau kita. Kita harus siap menghadapi mereka, kapan pun mereka menyerang.”

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 338: Bayangan di Balik Puncak Es

    Setelah berhasil mendapatkan elemen es dari Puncak Es, Ling, Lengkukup, dan En Jio tidak bisa beristirahat lama. Meski mereka baru saja mengalahkan serigala es yang menjaga elemen tersebut, perasaan cemas tidak pernah benar-benar pergi. Keheningan yang melingkupi pegunungan bersalju seolah menyembunyikan ancaman yang belum terungkap.“Ling,” kata Lengkukup tiba-tiba, matanya tajam menatap ke kejauhan. “Kita sedang diawasi.”Ling yang sedang mengatur napas setelah pertempuran, langsung siaga. Dia mengeluarkan pedangnya dengan gerakan cepat, memfokuskan seluruh indranya untuk mendeteksi ancaman yang disampaikan Lengkukup. Seiring angin dingin yang menusuk, bayangan mulai terlihat di balik kabut tebal.En Jio, yang sebelumnya sedang bercanda untuk menghilangkan ketegangan, kini mengalihkan pandangannya dengan wajah serius. “Sepertinya, penjaga elemen es bukan satu-satunya yang harus kita hadapi.”Dari kabut yang semakin pekat, muncul sosok-sosok berpakaian hitam. Mereka bergerak dengan k

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 337: Perjalanan ke Puncak Es

    Setelah berhasil mendapatkan elemen api dari Gunung Berapi Hitam, Ling, Lengkukup, dan En Jio tidak memiliki banyak waktu untuk merayakan keberhasilan mereka. Tantangan berikutnya, elemen es, menanti mereka di ujung dunia yang berlawanan, di Puncak Es yang dilapisi salju abadi.“Kita tidak bisa berlama-lama di sini,” ujar Ling, napasnya masih terengah-engah setelah pertarungan yang menegangkan. “Puncak Es jauh, dan kita tidak tahu apa yang menanti kita di sana.”Lengkukup menyetujui, mengangkat elemen api dengan hati-hati. Cahaya merah yang menyala dari elemen itu berdenyut lembut, memberikan rasa hangat yang kontras dengan suhu yang akan mereka hadapi di perjalanan berikutnya.“Kau benar, Ling,” katanya. “Kita harus segera bergerak. Semakin lama kita menunda, semakin besar kemungkinan musuh kita mengetahui keberadaan elemen ini.”En Jio, yang telah berhasil mengalihkan perhatian naga api, berjalan mendekat. Dia tersenyum puas, meskipun wajahnya dipenuhi keringat. “Aku tidak sabar unt

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 336: Menuju Gunung Berapi Hitam

    Dengan hati yang penuh semangat dan ketegangan yang meningkat, Ling, Lengkukup, dan En Jio meninggalkan pasar malam. Mereka tahu bahwa perjalanan ini akan menjadi salah satu yang paling menantang yang pernah mereka hadapi. Mereka harus mendapatkan dua elemen yang berlawanan, dan langkah pertama adalah menuju Gunung Berapi Hitam.Di jalan, Ling merenungkan kata-kata lelaki tua itu. Kekuatan tidak hanya datang dari kemampuan fisik, tetapi juga dari keputusan yang mereka buat. Perjalanan ini bukan hanya tentang mencari kunci, tetapi juga tentang menemukan diri mereka sendiri dan menguji batasan mereka.Sesampainya di tepi hutan, mereka berhenti sejenak. Ling bisa merasakan perubahan udara, dari segar menjadi panas dan berbau sulfur. “Kita sudah dekat dengan gunung,” ujarnya.“Kau yakin kita siap menghadapi makhluk yang menjaga elemen api?” Lengkukup bertanya, merasakan ketegangan di udara.“Kita harus percaya satu sama lain,” jawab Ling. “Kita sudah melalui banyak hal bersama. Ini hanya

DMCA.com Protection Status