Share

Bantuan Dari Langit

Автор: ACANKUN
last update Последнее обновление: 2024-10-29 19:42:56

Kencana baru menyadari jika dari arah langit, mendadak bersinar terang seolah cahaya surga menembus kedalam lembah siluman, mendapati hal itu Kencana sempat menutup sebagian matanya dengan sebelah tangan.

Dari balik awan terlihat sepintas tiga sosok manusia, yang Kencana duga murupakan siluman tingkat tinggi. Kencana sempat berdecak berkali-kali karena disituasi saat ini, malah muncul lagi sosok yang akan membuat masalah, sedangkan posisi mereka sekarang sangat tidak diuntungkan.

Para siluman yang beberapa detik lalu hendak menyerang Lengkukup, menghentikan gerakan mereka hampir serempak, mereka menatap langit yang kini bersinar terang, dari balik awan muncul 3 sosok siluman yang salah satunya memiliki sayap.

“Mau apa mereka kesini” gumam Kencana.”Bukankah mereka terluka cukup parah.”

Kencana masih tidak mengerti, mengapa tiga sosok siluman tingkat tinggi itu tiba-tiba muncul

Заблокированная глава
Продолжайте читать эту книгу в приложении
Комментарии (1)
goodnovel comment avatar
Skyline Zoldiak
pemeran utamanya siapa sebnernya
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Related chapter

  • Legenda Kitab Surgawi   Petapa Yuanju

    Mendengar ucapan dari Fines, Kencana tidak langsung menjawab melainkan melihat Conan lalu mengalihkan pandangan kearah sosok yang berada tidak jauh dari Lengkukup berada.Kencana mencoba menebak tentang kedatangan mereka yang telah membantu menghabisi siluman yang beberapa saat lalu hampir merenggut nyawanya serta Lengkukup yang telah berada diambang batas.Jika kedatangan mereka sedikit terlambat, mungkin Kencana tidak akan bisa selamat terlebih untuk menyelamatkan Lengkukup.“Kau tidak usah khawatir, kedatangan kami disini bukan untuk sesuatu yang buruk.” Ujar Fines.“Benar, kami yang salah, karena telah berbuat semau kami.” Conan menambahkan.Mendengar ucapan Fines dan Conan membuat Kencana bertanya-tanya seraya menaikkan alis, mencoba mencari tau maksud sesungguhnya dari kedatangan mereka.Kencana ingin memberikan serangan namun ta

  • Legenda Kitab Surgawi   Kekuatan Tersembunyi Petapa Yuanju

    Fines ikut bereaksi ketika Conan angkat bicara, dirinya tidak ingin jika Conan nantinya akan terkena imbas dari ketegangan yang sedang berlangsung. Semua kejadian yang menimpa Kencana di lereng bukit berbatu itu merupakan ide dari Fines sendiri, pada saat itu Conan sempat menolak dan mencari caranya sendiri, sayangnya hal itu juga tidak berhasil. Di sisi lain Yuanju sedang menuju kearah Kencana dengan diikuti Lengkukup di belakangnya, karena melihat situasi yang sepertinya tidak dapat dikendalikan dengan kepala dingin. Tidak butuh waktu lama kini Yuanju dan Lengkukup berada diantara Kencana dan kedua siluman tingkat tinggi yang tidak lain Fines dan Conan. Melihat keberadaan Lengkukup, Kencana ingin memeluknya dengan erat namun sayang, tubuhnya menolak untuk melakukan gerakan. Kencana bahkan sempat memaksa sebelum akhirnya menerima jika dirinya tidak bisa menggerakkan tubuh. “Percuma saja, kau berada didalam k

  • Legenda Kitab Surgawi   Rencana Perebutan Tahta

    Mendengar ucapan dari Kencana membuat Yuanju mengangkat alisnya berkali-kali, karena tidak menyangka Kencana akan berkata demikian. Tentu hal itu tidak pernah terpikir oleh Yuanju yang akan mendidik Lengkukup kedepannya.Yuanju hanya berniat jika dirinya akan memberikan sesuatu kepada Lengkukup untuk mendapatkan bantuan dari Lengkukup sendiri.“Tunggu dulu, aku tidak berniat untuk mendidiknya.” Ucap Yuanju.”Aku hanya akan memberikan sesuatu kepada anak ini, agar dirinya bisa mendapatkan sedikit kekuatan dari iblis itu.” Tambahnya.“Jadi Tetua Yuan tidak akan mengambilnya dariku?” tanya Kencana.“Tentu saja tidak.!” Timpal Yuanju.Kencana sedikit merasa lega karena Yuanju tidak akan mengambil Lengkukup darinya, akan tetapi belum sempat Kencana berfikir lebih jauh Yuanju kembali berucap. “Tentu saja tidak gratis, kau harus membayarnya…!!”

  • Legenda Kitab Surgawi   Pedang Bermata Dua

    Ular naga itu sempat menatap Lengkukup tajam sebelum akhirnya membuka mulut, terlihat sesuatu keluar dari dalam mulut ular naga itu dengan diikuti cahaya terang. Lengkukup dan Kencana hanya memperhatikan penuh antusias, berharap semua itu bukanlah hal buruk yang akan terjadi kepada mereka.Tampak Yewang sedikit kesusahan mengeluarkan benda itu, akan tetapi tidak lama kemudian Yewang dapat bernafas dengan lega ketika dirinya berhasil mengeluarkan dua benda yang tampak misterius.Lengkukup yang pertama bereaksi ketika melihat benda itu salah satunya adalah pedang, akan tetapi yang satunya lagi masih menjadi pertanyaan baik Kencana maupun Lengkukup sendiri. Yuanju kemudian mengajak Lengkukup untuk mendekati kedua benda itu dengan diikuti Kencana.“Benda apa itu paman?” tanya Lengkukup.“Kau akan mengetahuinya…” timpa Yuanju.Mendengar ucapan Yuanju semakin membuat Lengkukup penas

  • Legenda Kitab Surgawi   Hadiah Perpisahan

    Mendengar ucapan Lengkukup membuat Kencana menepuk jidatnya sendiri, karena Kencana sendiri tidak tau bagaimana caranya supaya dapat keluar dari lembah siluman. Melihat Kencana yang seolah tidak menanggapi, Lengkukup menghampiri seolah mencari jawaban atas sikap yang diberikan Kencana.Fines dan Conan sempat merasa curiga jika Kencana sebenarnya tidak tau cara untuk kembali, akan tetapi itu semua sudah menjadi dugaan Fines sebelumnya, jika Kencana dapat masuk kedalam lembah siluman atas bantuan dari hati iblis yang kini menjadi milik Lengkukup.Di satu sisi Yuanju hanya bisa tersenyum tenang, seolah memiliki jawaban atas sikap yang diberikan Kencana. Yuanju bahkan belum sempat memberikan hadiah untuk perpisahan mereka, dirinya kemudian angkat bicara, “Ehem, maaf aku menyela, tetapi setidaknya kalian tidak mengabaikanku…” ucap Yuanju seraya memandangi Kencana dan Lengkukup.“Maaf paman, tetapi kam

  • Legenda Kitab Surgawi   Salam Perpisahan

    Tidak begitu lama Fines dan Conan juga telah sampai dilokasi, pandangan mereka tertuju pada satu arah, yaitu Lengkukup yang sedang tidak sadarkan diri. Yuanju bahkan ingin menahan tawa ketika melihat tingkah yang di lakukan Lengkukup, sebagai pemilik hati iblis Lengkukup harusnya tidak bertindak demikian.Namun percayalah, itu semua bukan kehendak dari Lengkukup, semua orang juga pasti berfikir wajar jika Lengkukup tidak sadarkan diri, dia hanya anak-anak. Akan tetapi Kencana tidak berfikir demikian, dia hanya menduga jika Lengkukup hanya takut dengan ketinggian.Karena merasa sudah cukup lama, bahkan hampir 10 menit berlalu Kencana mengangkat tubuh Lengkukup yang masih terlihat tidak bertenaga itu keatas bahunya. Kencana tidak ingin berniat lebih lama ditempat itu, mengingat masih banyak yang harus dilakukan ketika berada diatas sana.“Tetua Yuan, aku rasa sudah saatnya…” ujar Kencana.“K

  • Legenda Kitab Surgawi   Rencana Yang Dibuat

    Mendengar ucapan dari Kencana membuat Lengkukup sadar, jika dirinya sedang duduk diatas bebatuan, akan tetapi yang membuat Lengkukup sedikit terkejut ialah batu yang berada didekatnya terjatuh ketika mereka mencoba bergerak.Kencana sedikit memberikan saran kepada Lengkukup, jika lebih baik dirinya tidak perlu panik ketika menghadapi sesuatu. Mendengar ucapan dari Kencana, sekali lagi membuat Lengkukup tersadar jika dirinya memang masih perlu banyak belajar.Karena perjalanan yang cukup lama, tidak terasa sinar matahari telah meninggalkan mereka dan disambut dengan gelapnya malam. Mungkin lelap sesaat dapat menenangkan pikiran yang kalut. Ah, sudah cukup! Sepertinya jawaban itu akan segera datang ketika mentari membangunkan mereka esok pagi.“Apa yang harus aku lakukan ketika berhasil tiba diatas sana…!!” gumam Lengkukup.Di tengah gelapnya malam, Lengkukup tidak bisa memejamkan ma

  • Legenda Kitab Surgawi   Jalan Yang Begitu Curam

    Dari upuk timur, sinar mentari menerobos diantara awan yang sesekali melintas dan terkadang menutupi sinarnya. Lengkukup bahkan sudah membuka mata lebih dulu dari pada Kencana, karena tidak bisa melakukan banyak hal, Lengkukup hanya menunggu Kencana sambil sesekali melempar batu kecil dari ketinggian.Angin yang begitu kencang menerpa, sesekali membuat tubuh mereka tidak hentinya berusaha tetap menyeimbangkan diri. Lengkukup bahkan tidak sanggup untuk menoleh kearah bawah, dirinya sadar jika melakukan itu maka bisa jadi akan kehilangan kesadaran.Tidak lama berselang Kencana terbangun dari tidur singkatnya dan mendapati Lengkukup sedang menatapnya penuh arti, Kencana ingin bertanya kepada Lengkukup, akan tetapi kata-katanya terhenti di tenggorokan sehingga mengurungkan niat untuk berbicara.“Ini tidak akan sulit…” ucap Kencana seraya menopang tubuhnya dengan kedua tangan.“Guru, aku bahkan

Latest chapter

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 344: Cahaya di Tengah Kegelapan

    Ling terdiam dalam keheningan, tatapannya masih terpaku pada tempat di mana sosok berjubah putih itu menghilang. Lengkukup dan En Jio berdiri di sisinya, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Namun, pertanyaan yang menggantung di udara tidak segera menemukan jawaban."Siapa dia?" En Jio akhirnya memecah kesunyian, suaranya bergetar lemah. "Penjaga Kuil Tianlong? Aku tidak pernah mendengar tentang sosok seperti itu..."Lengkukup, yang biasanya tenang dan penuh perhitungan, hanya menggelengkan kepala. "Dia muncul tepat saat kita membutuhkannya. Entah siapa atau apa tujuannya, kita sebaiknya bersyukur."Ling menghela napas panjang, tubuhnya masih lelah setelah serangan besar yang hampir menghabisi kekuatannya. "Kita harus segera pergi dari sini. Tempat ini penuh dengan kegelapan, dan aku merasakan sesuatu yang tidak beres."Mereka bertiga mengangkat diri, meskipun tubuh mereka masih t

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 343: Perlawanan Terakhir di Kaki Gunung Tianfeng

    Sima Yan berdiri tegak di hadapan Ling, Lengkukup, dan En Jio. Aura kegelapan yang memancar dari tubuhnya membuat udara di sekitar mereka terasa berat. Pedangnya yang besar dan hitam berkilauan dengan cahaya merah yang jahat, menandakan kekuatan yang luar biasa.Ling mengepalkan tangannya lebih kuat di sekitar gagang pedangnya. Napasnya terasa berat, dan dadanya bergemuruh dengan adrenalin. Dia tahu ini bukan hanya pertarungan melawan seorang musuh yang kuat, tapi juga perjuangan untuk tetap hidup."Kita tidak bisa membiarkan dia menang!" desis Ling dengan penuh semangat, meski dia tahu dalam hatinya bahwa mereka mungkin tidak akan bertahan dari pertarungan ini.Lengkukup berdiri di sampingnya, menatap dingin ke arah Sima Yan. "Kita bertarung sampai napas terakhir. Tidak ada pilihan lain."En Jio, yang masih terluka, mengangguk dengan susah payah. Meskipun kondisinya jauh dari ideal, dia tahu tidak ada waktu untuk mundur.

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 342: Bayangan di Balik Gunung Tianfeng

    Ketika mereka keluar dari gua, lembah yang dulunya gelap sekarang diterangi cahaya redup matahari yang mulai tenggelam. Udara terasa lebih berat, seolah sesuatu yang jahat menyelimuti mereka dari kejauhan. Langit di atas Gunung Tianfeng mulai berubah menjadi merah darah, pertanda bahwa bahaya semakin dekat.

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 341: Pertempuran di Lembah Kematian

    Suasana di dalam ruangan besar itu mendadak tegang. Pria berjubah hitam yang berdiri di hadapan mereka tampak mengintimidasi, dengan senyum penuh kebencian yang menyiratkan keyakinan mutlak pada kekuatannya. Cahaya dari kristal elemen hijau memantul di zirah hitamnya, mempertegas aura kegelapan yang menyelimuti tubuhnya."Aku adalah pengawal elemen ini," ucap pria itu dengan suara rendah yang bergetar. "Namaku Hei Long, dan kalian tak akan bisa melewati gerbang kehidupan ini."Ling menatap pria itu dengan tajam, mempersiapkan diri. "Kalau begitu, kita tak punya pilihan lain selain melawanmu."Lengkukup dan En Jio mengambil posisi di sebelah Ling. Meskipun mereka tahu bahwa Hei Long adalah lawan yang kuat, mereka tidak punya waktu untuk ragu. Kristal elemen hijau itu adalah kunci untuk melengkapi kekuatan Kitab Dewa Naga, dan mereka harus mendapatkannya, apa pun risikonya."Serahkan saja elemen itu

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 340: Perjalanan Menuju Lembah Kematian

    Malam mulai menyelimuti perbukitan, namun Ling, Lengkukup, dan En Jio terus melangkah. Suasana semakin mencekam saat kabut tipis mulai muncul, menyelimuti jalanan setapak yang semakin sempit. Hutan lebat di kiri dan kanan mereka seolah menjadi dinding kegelapan yang tak tertembus. Hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar di tengah keheningan itu."Kita semakin dekat," kata Lengkukup, matanya terus mengawasi setiap gerakan di sekitar. "Aku bisa merasakan kehadiran sesuatu yang tidak biasa di sini."Ling mengangguk setuju. Dari kitab Dewa Naga yang berada dalam genggamannya, ia bisa merasakan energi yang semakin kuat. "Lembah itu tak jauh lagi. Energi dari elemen berikutnya sangat jelas terpancar dari sana."En Jio, yang biasanya penuh semangat, kali ini tampak lebih tenang. "Apa kalian sudah siap? Kalau pasukan hitam benar-benar menunggu di sana, ini akan menjadi pertempuran yang sulit."

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 339: Kabar di Balik Perbukitan

    Setelah berhasil mengalahkan Pengawal Bayangan dan mengamankan elemen es, Ling, Lengkukup, dan En Jio melanjutkan perjalanan mereka menuju perbukitan yang lebih rendah, meninggalkan puncak es yang mencekam di belakang. Udara di sini lebih hangat, tapi suasana tegang masih melingkupi mereka. Masing-masing terdiam, merenungkan pertempuran yang baru saja mereka lalui.“Kita sekarang memiliki dua elemen,” kata Lengkukup, memecah keheningan. “Tapi musuh kita pasti semakin sadar dengan keberadaan kita.”Ling mengangguk. “Kita harus bergerak cepat. Mereka tidak akan tinggal diam dan membiarkan kita mengambil semua elemen begitu saja.”En Jio, yang biasanya ceria, kali ini terlihat lebih serius. “Kalau mereka sudah mengirim Pengawal Bayangan, berarti kekuatan besar sedang memantau kita. Kita harus siap menghadapi mereka, kapan pun mereka menyerang.”

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 338: Bayangan di Balik Puncak Es

    Setelah berhasil mendapatkan elemen es dari Puncak Es, Ling, Lengkukup, dan En Jio tidak bisa beristirahat lama. Meski mereka baru saja mengalahkan serigala es yang menjaga elemen tersebut, perasaan cemas tidak pernah benar-benar pergi. Keheningan yang melingkupi pegunungan bersalju seolah menyembunyikan ancaman yang belum terungkap.“Ling,” kata Lengkukup tiba-tiba, matanya tajam menatap ke kejauhan. “Kita sedang diawasi.”Ling yang sedang mengatur napas setelah pertempuran, langsung siaga. Dia mengeluarkan pedangnya dengan gerakan cepat, memfokuskan seluruh indranya untuk mendeteksi ancaman yang disampaikan Lengkukup. Seiring angin dingin yang menusuk, bayangan mulai terlihat di balik kabut tebal.En Jio, yang sebelumnya sedang bercanda untuk menghilangkan ketegangan, kini mengalihkan pandangannya dengan wajah serius. “Sepertinya, penjaga elemen es bukan satu-satunya yang harus kita hadapi.”Dari kabut yang semakin pekat, muncul sosok-sosok berpakaian hitam. Mereka bergerak dengan k

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 337: Perjalanan ke Puncak Es

    Setelah berhasil mendapatkan elemen api dari Gunung Berapi Hitam, Ling, Lengkukup, dan En Jio tidak memiliki banyak waktu untuk merayakan keberhasilan mereka. Tantangan berikutnya, elemen es, menanti mereka di ujung dunia yang berlawanan, di Puncak Es yang dilapisi salju abadi.“Kita tidak bisa berlama-lama di sini,” ujar Ling, napasnya masih terengah-engah setelah pertarungan yang menegangkan. “Puncak Es jauh, dan kita tidak tahu apa yang menanti kita di sana.”Lengkukup menyetujui, mengangkat elemen api dengan hati-hati. Cahaya merah yang menyala dari elemen itu berdenyut lembut, memberikan rasa hangat yang kontras dengan suhu yang akan mereka hadapi di perjalanan berikutnya.“Kau benar, Ling,” katanya. “Kita harus segera bergerak. Semakin lama kita menunda, semakin besar kemungkinan musuh kita mengetahui keberadaan elemen ini.”En Jio, yang telah berhasil mengalihkan perhatian naga api, berjalan mendekat. Dia tersenyum puas, meskipun wajahnya dipenuhi keringat. “Aku tidak sabar unt

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 336: Menuju Gunung Berapi Hitam

    Dengan hati yang penuh semangat dan ketegangan yang meningkat, Ling, Lengkukup, dan En Jio meninggalkan pasar malam. Mereka tahu bahwa perjalanan ini akan menjadi salah satu yang paling menantang yang pernah mereka hadapi. Mereka harus mendapatkan dua elemen yang berlawanan, dan langkah pertama adalah menuju Gunung Berapi Hitam.Di jalan, Ling merenungkan kata-kata lelaki tua itu. Kekuatan tidak hanya datang dari kemampuan fisik, tetapi juga dari keputusan yang mereka buat. Perjalanan ini bukan hanya tentang mencari kunci, tetapi juga tentang menemukan diri mereka sendiri dan menguji batasan mereka.Sesampainya di tepi hutan, mereka berhenti sejenak. Ling bisa merasakan perubahan udara, dari segar menjadi panas dan berbau sulfur. “Kita sudah dekat dengan gunung,” ujarnya.“Kau yakin kita siap menghadapi makhluk yang menjaga elemen api?” Lengkukup bertanya, merasakan ketegangan di udara.“Kita harus percaya satu sama lain,” jawab Ling. “Kita sudah melalui banyak hal bersama. Ini hanya

DMCA.com Protection Status