Pagi hari di hotel tempat Rey menginap, pria itu sudah bangun dari tidurnya. Bahkan sudah membersihkan diri dan menyiapkan sarapan untuk Revalina yang masih tertidur lelap di ranjang.Revalina yang mencium bau makanan, ia mulai mengerjapkan matanya dan terbangun. Wanita itu melihat Rey sedang menata makanan di meja."Kamu sudah bangun?" Rey bergegas menghampiri Revalina yang masih terbaring di ranjang di tutupi selimut, "mandi, terus sarapan bersama."Revalina mengangguk sambil tersenyum. Namun, ketika ia akan beranjak dari berbaringnya, wanita itu meringis kesakitan. Rey yang melihat hal tersebut langsung memapahnya."Kamu tidak apa-apa?" tanya Pria itu khawatir.Revalina tersenyum getir. "Aku tidak apa, hanya sedikit perih, ini pertama kalinya buatku.""Eh ...." Rey tertegun menatap wanita yang semalam ia gagahi hingga beberapa kali. Pria itu tidak menyadari kalau semalam merupakan malam pertama untuk keduanya. Karena terlalu bersemangat, Rey tidak menyadari sewaktu Revalina yang seb
Rey keluar dari hotel, meninggalkan Revalina untuk beristirahat sendirian di sana, setelah mereka sepakat akan pergi ke Andalas untuk menemui Avril.Pria itu masuk ke dalam mobilnya. Ia tertegun sejenak, mengingat kata-kata Revalina yang menerima kalau dirinya di duakan."Dunia ini memang benar-benar gila, apa ini semua karena status ku yang sekarang bukan pria miskin dan lusuh lagi?" Rey bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, ia menghela napas panjang kemudian menyalakan mobil, meninggalkan parkiran hotel.Rey sudah berjanji akan bertemu dengan Azalea, setelah wanita itu menekan kontrak dengan keluarga Roxfold. Pria itu berniat melihat perusahaannya yang ada di Ibukota Dalas.Setelah setengah jam perjalanan dari hotel, Rey sampai di Asmodeus Corporation. Terlihat di depan gedung Azalea dan para eksekutif perusahaan berada di sana."Tuan Asmodeus datang! Jangan sampai ada yang berbuat kesalahan!" seru Azalea tegas,ketika melihat mobil Rey."Di mengerti Mis Azalea!" jawab mereka serempa
Azalea yang melihat Rey sudah terlalu emosi, wanita itu mencekal lengannya.Rey menoleh ke arah Azalea, wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya agar Rey tidak bertindak seperti orang tidak berpendidikan. Pria itu pun menyadari kalau tindakannya sudah salah, ia lekas melepaskan kakinya dari leher Serin.Terdengar Serin terbatuk-batuk, pria paruh baya tersebut memegangi leher dan mulutnya yang terasa sakit efek tamparan dan injakan Rey."Ayah!" Marvel lekas menghampiri sang Ayah.Serin menatap Rey dengan wajah ketakutan, ia pikir kalau Bos barunya akan mudah terintimidasi, tapi ternyata dia sangat berani."Azalea, suruh semua petinggi perusahaan berkumpul, sekarang!" perintah Rey tegas."Ba-Baik Tuan," jawab Azalea sopan. Ia menoleh ke salah satu eksekutif, "kumpulkan semuanya di ruang rapat sekarang!" "Baik Mis," jawab salah satu eksekutif yang berada di sana.Rey langsung keluar dari ruangan tersebut, di antar Azalea ke ruang rapat. Wanita itu mengekorinya dari belakang.Perintah me
Rey keluar dari ruang rapat, pria tersebut pergi ke ruangannya. Di sana ada Nina yang sudah menyiapkan Jas pesanan dari Azalea."Apa kau sudah bekerja lama di sini?" tanya Rey ketika memasuki ruangannya."Baru satu tahun Tuan," jawabnya sopan.Rey mengangguk mengerti. "Kamu boleh keluar."Nina membungkuk hormat kemudian pergi meninggalkan Rey seorang diri di ruangannya. Setelah pintu di tutup, Rey mengenakan Jasnya.Pria itu tersenyum ketika melihat ada jam tangan juga yang di sediakan oleh Nina, menurutnya wanita itu sangat baik menyiapkan semua itu.Tok! Tok!Terdengar suara ketukan pintu setelah Rey selesai mengenakan pakaian Formalnya. "Masuk!" seru Rey dari dalam ruangannya.Pintu pun terbuka, terlihat Azalea masuk ke dalam ruangan Rey sambil membawa beberapa berkas yang harus di tanda tangani Bosnya tersebut."Tuan, ini semua berkas kontrak proyek yang sudah di putuskan para petinggi perusahaan," ucap Azalea sopan, sambil menaruh berkas-berkas tersebut di Meja Rey.Rey langsung
Pria berpenampilan sangat rapi di ikuti beberapa orangnya keluar dari bandara. Mereka naik mobil jemputan yang sudah menunggunya di luar Bandara Andalas."Apa semuanya sudah di amankan, Zo?" tanya pria yang merupakan pemimpin kelompok tersebut.Sopir yang di panggil Zo menganggukkan kepala. "Semua polisi di sini tidak akan bisa menangkap anda, saya sudah membereskan semuanya."Pemimpin kelompok tersenyum puas. "Kau memang bisa di andalkan."Zo balas tersenyum, ia pun terus melajukan mobilnya ke sebuah tempat persembunyian mereka yang ada di kota Andalas. Tanpa ada yang mengetahui pergerakan mereka sama sekali.***Sementara itu di tempat Rey berada. Revalina sedang duduk di pangkuan Rey sambil menikmati wine, setelah Serena sudah pergi meninggalkan mereka berdua."Rey, bagaimana kamu tahu kalau keluarga kedua Pamanku ingin membunuh kami?" tanya Revalina sedih.Rey menghela napas. "Entahlah, aku hanya mengikuti instingku saja."Revalina mengerutkan kening, menatap pria yang sudah di ang
Rey sekarang sudah tahu kalau Teroris yang berhubungan dengan misi, pasti orang-orang yang bersembunyi di bangunan gedung terbengkalai pinggiran kota Andalas tersebut. Ia berpikir lebih cepat dari sebelumnya setelah melewati semua yang telah terjadi selama menjalankan misi.Setiap misi pasti berhubungan dengan kehidupannya. Rey yakin ada sasaran tertentu kenapa para teroris tersebut datang ke Drago Island. Namun, pria itu tidak memikirkannya untuk sekarang, mengingat Sistem tidak memberikannya tenggat waktu seperti sebelumnya.***Mobil Rey sampai di Apartemennya ketika hari sudah larut malam, pria itu dengan lembut membangunkan Revalina yang tertidur di sebelahnya."Re, kita sudah sampai," ucap Rey pelan, sembari mengusap pipi wanita itu lembut.Perlahan Revalina mengerjapkan matanya, ia membuka mata, melihat Rey yang sedang mengusap pipinya sambil tersenyum."Apa kita sudah sampai, sayang?" tanya Revalina lembut.Rey menganggukkan kepalanya. "Iya, ayo turun."Pria itu turun dari mobi
Ke esokan harinya di Apartemen Rey. Terdengar suara bel beberapa kali. Avril yang sudah tidak sabar bertemu Rey, ia sengaja datang setelah tahu kalau kekasihnya tersebut sudah pulang ke Andalas lewat pemindai lokasi di Ponselnya.Wanita itu tampak bersemangat, membawa sarapan untuk Rey sebelum ia berangkat ke Universitas.Beberapa kali Avril memencet bel. Rey belum juga membuka pintu, hingga setelah lima kali ia menelan bel, pintu pun terbuka."Re ... y ...." Wajah berseri-seri Avril seketika langsung berubah menjadi murung ketika melihat seorang wanita hanya membuka pintu, di tambah wanita itu mengenakan selimut."Pagi-pagi buta begini datang, ada apa?" tanya Revalina yang terlihat masih mengantuk."Kamu siapa? Kenapa bisa ada di Apartemen kekasihku? Dimana Rey?" cecar Avril langsung.Revalina seketika langsung membuka matanya dengan lebar, ia menatap wanita yang sedang berdiri di depan pintu. Melihatnya dari atas sampai ke bawah seolah sedang memastikan."Jawab pertanyaan ku! Dimana
Rey sedikit mendorong tubuh Avril dan dia segera beranjak dari berbaringnya, memegang kedua bahu wanita itu.Avril yang mendapatkan perlakuan seperti itu terkejut, ia menundukkan kepalanya ketakutan. Karena merasa telah melakukan kesalahan yang seharusnya tidak ia lakukan.Rey menghela napas panjang. Ia menyibak rambut Avril ke atas telinga. "Kapan kamu datang?" Avril perlahan menatap Rey. "A-Aku tidak ingin berpisah denganmu, Rey.""Kenapa? Kau sudah lihat sendiri aku bersama wanita lain di sini?" cecar Rey."Jujur aku juga sangat marah dengan perbuatanmu, tapi aku sadar kalau aku tidak mungkin bisa melarang mu dekat dengan wanita lain ... bisakah aku tetap bersama kamu?" tanya Avril dengan tatapan sedih.Revalina yang mendengar perkataan Avril tersenyum, ia setidaknya tahu kalau wanita yang di taksir Rey pertama kali itu benar-benar menyukainya.Rey hanya bisa tersenyum tipis, ia kemudian teringat kalau dirinya belum mengenakan pakaian dan langsung menurunkan Avril dari pangkuannya
Rey berdiri tegap di depan gerbang kediamannya, menatap tajam ke arah Hors yang juga sedang menatapnya balik. Mereka berdua seperti terjebak dalam ketegangan yang tak terucapkan, seolah ada perang bisu yang terjadi di antara mereka. Bawahan Rey, yang melihat dari kejauhan, pun tak luput dari suasana yang menyelimuti situasi itu. Mereka menyaksikan Tuan mereka dengan kewaspadaan yang tinggi, siap siaga untuk bertindak jika ketiga orang yang datang bersama Hors tiba-tiba berbuat onar, walaupun mereka yakin Rey pasti mampu menangani segalanya sendiri. Hors akhirnya memecahkan keheningan dengan ucapannya yang langsung menohok. "Ikutlah dengan kami secara baik-baik, kau harus menjelaskan darimana kekuatanmu itu berasal," tantangnya tanpa basa-basi, dengan nada yang tegas."Ikut denganmu? Kau seenaknya datang dan menyuruhku ikut denganmu, apa kau pikir aku mudah ditekan?" tanya Rey mengejek.Bawahan Hors yang terhempas terlihat menyerang kembali ke arah Rey, kali ini dengan kecepatan penu
Keesokan harinya, Hors dan ketiga bawahannya berjalan dengan langkah pasti di jalanan kota yang sibuk, mencari tahu keberadaan Rey, manusia yang memiliki kekuatan setara dengan mereka yang merupakan Dewa. Mereka terus menyusuri jalan-jalan di kota tersebut, sambil mencoba mencari tanda-tanda keberadaan Rey.Tak lama kemudian, mereka menemukan sebuah bangunan megah yang tampaknya menjadi tempat tinggal Rey. Bangunan itu berdiri megah di tengah-tengah kota, dengan arsitektur yang mewah dan elegan. Mereka merasa yakin bahwa di sinilah tempat Rey berada.Hors, dengan bijaksana, meminta para bawahannya untuk menekan energi spiritual mereka, agar kedatangan mereka tidak terdeteksi oleh Rey. Mereka ingin mengejutkan Rey dan menghadapinya dengan kekuatan penuh."Jangan sampai keberadaan kita diketahui olehnya," ucap Hors penuh penekanan.Ketiga bawahan Hors mengangguk dan segera menurunkan energi spiritual mereka, membuat mereka tampak seperti manusia biasa yang berjalan di jalanan kota. Mere
Di Istana Langit yang megah dan penuh keagungan, Dewa Agung duduk di atas singgasananya yang tinggi. Dia yang sudah tahu kalau Rey manusia terkuat yang ada di Bumi, tidak merasa terganggu sama sekali dengan keberadaannya. Karena sepanjang dia mengawasi Rey, pria itu tidak pernah berbuat sesuatu yang negatif, cenderung bergerak positif melindungi orang-orang terdekatnya.Sementara itu, Hors, berbeda Dewa Agung, dia yang merasa penasaran dengan sosok Rey. Pasalnya, Rey mampu mengelabuhi sihir penglihatan Dewa Pengawasan yang selama ini dianggap sempurna. Hors merasa perlu untuk turun ke Bumi dan mencari tahu tentang siapa sebenarnya Rey.Hors berencana turun ke Bumi membawa beberapa bawahannya, untuk melihat sendiri, siapa sebenarnya Rey.Hors segera memanggil beberapa bawahannya yang handal, setelah dari kediaman Dewa pengawasan.Mereka bersiap-siap untuk turun ke Bumi, menyamar sebagai manusia biasa, dan mencari informasi tentang Rey dari jarak jauh."Kalian, jangan sampai membuat kes
Rey berdiri di atas atap rumahnya, menatap langit yang semakin gelap. Raihdo baru saja meninggalkan Rey setelah mereka membuat segel kontrak janji.Raihdo berjanji tidak akan memberitahukan kekuatan yang dimilikinya pada Dewa lainnya dan akan melindungi rahasia Rey.Angin malam bertiup kencang, membuat rambut hitam Rey terbang mengikuti hembusan angin. Matanya yang tajam melihat ke arah langit, seolah mencari sosok Raihdo yang sudah menghilang.Rey menghela napas panjang, menahan kebingungan dan kekhawatiran yang kini mulai menguasai pikirannya."Semakin rumit saja, masalahku," gumam Rey dalam hati.Dalam sekejap, hidupnya berubah drastis. Entitas yang seharusnya jauh dari kehidupannya, kini turun ke Bumi dan mencampuri urusannya. Rey merasa gelisah, namun sekaligus penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.Rey menghentakkan kakinya ke atap, mengekspresikan rasa frustrasinya. Dia tahu bahwa situasi ini berpotensi membawa bahaya bagi dirinya dan orang-orang yang dia cintai.R
Raihdo terkejut ketika melihat kekuatan yang dimiliki oleh Rey, yang sudah mencapai tingkat Dewa tinggi. Dia merasa takjub dan tak percaya, bagaimana mungkin seorang manusia biasa seperti Rey bisa memiliki kekuatan sebesar itu. Rey berdiri tegak, penuh percaya diri, dengan sinar kilauan kekuatan yang melingkupi tubuhnya. Kemampuan regenerasi yang dimiliki Rey juga sangat cepat, membuat Raihdo merasa tidak mampu lagi untuk melawannya. Setelah berpikir panjang, Raihdo akhirnya memutuskan untuk menyerah. Dia menunjukan wajah memelas pada Rey, memohon belas kasihannya.Rey menatap Raihdo dengan pandangan tajam, mencoba menilai kejujuran dari wajah sosok tersebut. Setelah beberapa saat, dia akhirnya angkat bicara. "Baiklah, aku akan mengampunimu. Tapi, jelaskan padaku, apa tujuanmu datang ke Bumi?"Rey melepaskan injakan kakinya dari dada Raihdo, sosok tersebut pun perlahan beranjak dari tanah dan bertekuk lutut dihadapan Rey.Raihdo menghela napas panjang, kemudian mulai bercerita. "Sebe
Raihdo, terkejut melihat sosok manusia yang datang menghampirinya. Energi spiritual yang dimiliki manusia itu begitu kuat, sehingga Raihdo merasa tertekan dan tidak bisa bergerak sama sekali. Keringat dingin mengalir di wajah Raihdo, dan matanya terbelalak, menatap sosok tersebut dengan takjub."Siapa kau?!" tanya Raihdo dengan suara yang bergetar karena rasa takut yang menyelimuti dirinya.Sosok manusia itu tersenyum tipis, lalu menjawab dengan suara yang tenang dan tegas, "seharusnya bukankah aku yang bertanya padamu, kenapa kau berada di sini?"Raihdo menelan ludah, merasakan betapa luar biasa tekanan yang diberikan oleh energi spiritual Rey. Dia tidak pernah menyangka bahwa akan ada manusia yang mampu menekan dirinya,sebagai sosok Dewa penjaga gerbang langit, hingga sejauh ini.Rey melangkah maju, menyadari ketakutan Raihdo, namun tetap tidak menurunkan energi spiritualnya. "Aku tidak tahu apa yang kau cari di sini, tetapi dari kekuatanmu, aku yakin kau bukanlah manusia biasa," uc
Raihdo dan Uruz merupakan penjaga gerbang langit, ketika mereka sedang berjaga melihatvpetir kehendak langit aktif, keduanya pun langsung mencari tempat dimana petir kehendak langit menyambar yang menandakan adanya peningkatan Drajat Dewa. Kedua Dewa penjaga gerbang itu langsung turun ke Bumi sebab hal seperti ini jarang sekali terjadi."Uruz, kau laporkan masalah ini pada Dewa Agung! Aku yang akan mencari sosok yang telah mengaktifkan petir kehendak langit!" Perintah Raihdo dengan nada tegas."Baik, berhati-hatilah, Raihdo," jawab Uruz sambil pergi meninggalkan rekannya tersebut.Dengan kekuatanya, Raihdo segera melacak sosok yang terkena sambaran petir kehendak langit tersebut. Ternyata sumbernya berasal dari tempat Rey tinggal. Meskipun hanya merasakan samar-samar, tetapi Raihdo yakin itu berasal dari sana.Raihdo yang penasaran dengan apa yang terjadi dan ingin mencari tahu lebih jelas lagi, dia memperhatikan kediaman Rey dari kejauhan untuk berjaga-jaga agar tidak ada yang melih
Ledakan yang menggelegar terdengar mengiringi sambaran petir berbentuk siluet Naga yang menghantam tubuh Rey. Seketika, tempat itu hancur, membuat bawahan-bawahan Rey yang berada di kejauhan terhempas oleh gelombang angin yang tercipta oleh benturan dahsyat tersebut.Noel yang tahu betul bahwa tuannya sedang berada dalam proses peningkatan kekuatan, hanya bisa menundukkan kepalanya sambil berharap semoga Rey baik-baik saja. Tubuhnya terjungkal terhempas oleh gelombang angin yang disebabkan oleh sambaran petir Naga yang sangat besar tersebut.Para bawahan Rey lainnya yang terhempas oleh gelombang angin itu juga terlihat sangat khawatir, mereka menatap ke arah Rey dengan mata yang penuh kegelisahan. Beberapa di antaranya berusaha bangkit dan melihat kearah Rey untuk memastikan kondisinya, namun asap tebal masih menyelimuti tempat tersebut.Sementara itu, Rey yang terkena sambaran petir Naga, terasa seolah tubuhnya terbakar oleh energi yang luar biasa. Wajahnya tampak meringis menahan ras
Rey terpaku melihat tubuh manusia rekayasa genetika yang hancur di depan matanya. Dalam hitungan detik, ia menyaksikan daging dan tulang yang hancur mulai menyatu kembali, perlahan membentuk sosok yang utuh. "Tidak mungkin..." gumam Rey terkejut, matanya membelalak tak percaya. Ia merasa darahnya terasa membeku melihat kekuatan regenerasi yang dimiliki sosok itu, seperti kekuatan yang ia miliki. Merasakan ancaman yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Rey merasa terancam oleh kekuatan yang sama dengan dirinya, kini ada pada sosok di depannya.Rey menatap tajam ke arah sosok misterius itu, bersiap untuk menghancurkan setiap inci tubuhnya agar tidak bisa beregenerasi kembali. Dia menghirup napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan tenaga penuh. SwuzzSwuttBooomm! Kawah raksasa yang sudah tercipta menjadi semakin besar ketika Rey melepaskan pukulan mautnya. Asap tebal menyelimuti tubuh Rey, menciptakan nuansa mencekam di sekitarnya. Namun, kali ini Rey tidak menunggu asap t