Ethan berbalik. Dia melihat Jessie memegangi sebuah sepeda baru sambil menatapnya dengan penuh senyuman.
Ethan melirik sepeda baru itu dan bertanya dengan terkejut, "Ja-jadi ini yang ingin kamu berikan padaku?""Sebuah sepeda baru?"Ethan tidak tahu harus bagaimana.Aku sudah bersusah payah agar bisa menumpang di sepedamu. Kenapa kamu malah membelikanku sepeda baru?Bagaimana aku bisa menumpang disepedamu besok-besok?"Ya, apa kamu tidak menyukainya?" tanya Jessie keheranan. Dari ekspresinya, Ethan lebih kelihatan kecewa daripada gembira."Uhuk, tidak, aku suka kok. Aku sangat menyukainya. Wow! Sepeda baru ini keren sekali!""Apa ini hadiahmu untukku? Aku sangat senang!" teriak Ethan, yang lantas berpura-pura terkejut.Jessie kehabisan kata-kata."Apa kamu tidak bisa berbohong lebih baik lagi?""Kalau kamu tidak menyukainya, aku akan mengembalikannya besok!" Jessie mendengus dAda sebuah pasar malam di dekat kompleks karyawan. Tempat ini adalah tujuan favorit para karyawan Pabrik Rolling Baja No. 3 saat malam hari. Di sana ada barbeku, berbagai minuman manis, sate, bubur ayam, dan banyak makanan lezat lainnya. Pada saat itu, karena pasar malam lampu jalan di Danau Barat menjadi sangat populer, setiap jalan di kota Genjora memiliki satu jalanan kecil pasar malam seperti itu di sebelah setiap kawasan pemukiman.Pasar malam ini tidak jauh dari kompleks karyawan. Butuh lebih dari 10 dengan berjalan kaki atau kurang dari 10 menit dengan bersepeda untuk sampai ke sana.Malam itu, Ethan mengajak Jessie ke pasar malam itu dan memarkir sepedanya di pinggir jalan. "Wah, sepertinya di sini sudah tidak terlalu ramai lagi," ucap Jessie kaget sambil menatap ke arah pasar malam.Di kedua sisi persimpangan jalan, ada kios yang menjual pakaian, pakaian dalam, serta kaus kaki. Selain itu, ada berbagai kios makanan ringan. Masih ada banyak pedagang yang berjualan, tetapi p
Selagi berbicara, dia buru-buru membungkus pakaian dalam pilihan Jessie. "Ah ... hehe." Jessie memaksa dirinya untuk tersenyum. Ethan menmbayarnya dan menyerahkan bungkusan pakaian dalam tadi kepada Jessie, "Nah, ini punyamu." "Terima kasih!" Jessie dengan senang hati mengambilnya. "Ini ukuran berapa? Nanti bisa tambah besar tidak?" tanya Ethan penasaran. Jessie mencubit Ethan, "Kalau tidak bisa bicara, tidak usah bicara!" Saat keduanya meninggalkan kios, wanita pemilik kios tadi tersenyum, "Apa mereka benar-benar bukan pasangan?" Enaknya jadi anak muda!Setelah membeli pakaian dalam, keduanya pergi ke warung barbeku dan membeli beberapa tusuk sate. Dagingnya masih segar dan terasa empuk di mulut. Selain itu, dagingnya diberi sedikit saus lada hitam. Rasanya jadi mirip steak. Ethan makan sate itu dengan lahap. Sebaliknya, Jessie makan dengan gaya anggun. Dia menggigit dagingnya sedikit-sedikit. Ethan selesai makan lebih dahulu. Dia mengambil selembar tisu dan menyeka mulutn
"Haha! Jessie, kenapa, ya, orang-orang mengira kita ini pasangan? Ah, keterlaluan sekali. " Ethan berpura-pura kesal, tetapi senyum di bibirnya tidak bisa disembunyikan. Jessie mendengkus. "Orang bodoh mana yang suka padamu? Cuma orang bodoh yang bisa jatuh cinta padamu!" "Padahal mereka punya bisnis, kenapa masih salah menilai orang? Dasar!" Wajah kesal Jessie terlihat lucu di mata Ethan. "Ya sudah, minum susu jahemu." Keduanya meminum minuman masing-masing sambil membicarakan segala hal seperti tidak akan pernah kehabisan topik. Jessie menghabiskan setengah minumannya, lalu menatap es sagu mutiara milik Ethan sambil menjilat bibirnya. "Tuan Ethan, es sagu enak tidak?" Ethan langsung paham maksud gadis itu. "Ini, kamu boleh coba dua sendok. Ingat ya, cuma dua sendok. Jangan banyak-banyak," ucap Ethan sambil tersenyum penuh kasih. Jessie mengangguk penuh semangat. "Hehe, percaya saja padaku. Aku minta sedikit saja kok." Jessie meraih es sagu Ethan. Awalny
"Untuk ku?" tanya Jessie sambil menunjuk dirinya sendiri."Ya, apa yang dibutuhkan oleh seorang pria dewasa seperti ku dengan bunga? Aku akan memberikannya padamu." kata Ethan sambil tersenyum.Jessie menunjukkan senyuman bahagia, "Baiklah! Maka aku akan menerima dengan berat hati!"Dia mengambil rangkaian bunga mawar, menciumnya, "Wanginya enak sekali!""Aku akan membawa pulang dan merawatnya."Ethan berkata, "Terserah kamu, tapi sepertinya mawar ini tidak akan bertahan lama.""Selama seseorang menaruh hati mereka ke dalamnya, mereka semua bisa dibangkitkan!" Jessie berkata dengan percaya diri.Dua orang itu pulang dengan bersepeda setelah selesai makan.Saat turun ke lantai bawah, kebetulan bertemu dengan Tian yang sedang berjalan-jalan di luar.“Saudara Ethan, kamu akan bermain di mana dengan Jessie?” Tian mendatangiku.Dia tiba-tiba melihat Jessie memegang buket bunga mawar di tangannya, dan tiba-tiba terlihat linglung."Oh oh~ aku mengerti, hehe, saudara Ethan sangat berbakat!"T
"Gadis kecil, jangan berada di luar, nanti kedinginan, masuklah dan duduk." Ethan berkata sambil tersenyum prihatin dan membuka pintu toko."Mmmmm, terima kasih kakak Ethan~" Neya mengangguk patuh.Sejak membelikannya sekantong permen dan makanan ringan kemarin, Neya tidak terlalu takut pada Ethan lagi dan memiliki sedikit kedekatan.Tidak ada yang lain di dalam toko selain empat dinding putih, dan sebuah dapur kosong di bagian belakang.Toko ini memiliki peralatan keras yang cukup baik, namun Ethan ingin melakukan renovasi pada sistem kelistrikan dan merombak tata letaknya agar toko dapat beroperasi dengan lebih nyaman.Tadi malam, Ethan sudah desain denah toko dengan gambar.Ini jelas merupakan desain yang melampaui waktu. Perabotan lembut dan layanan di toko harus diintegrasikan secara keseluruhan, sehingga pelanggan yang mengunjungi toko dapat merasakan pengalaman konsumen yang tak tertandingi.Toko sebagai satu-satu
"Ya sudah, istirahatlah sebentar sebelum mulai bekerja." Ethan pun bangkit dan mulai membantu membersihkan bekas makanan. Setelah beristirahat lebih dari sepuluh menit, Ethan membagikan masker pada yang lain dan mulai mengebor dinding. Neya masih terlalu muda untuk melakukan pekerjaan berat, jadi dia membantu menyemprotkan air, menyapu lantai, dan membersihkan peralatan. Pertama, Ethan menggambar garis di dinding sesuai rancangannya semalam, menentukan lokasi soket, dan kemudian menebalkannya dengan tinta. Sembari melakukannya, Ethan mengajari dua kakak-beradik itu apa yang harus dilakukan. Dekorasinya sangat sederhana. Pasti tidak sulit mempelajarinya, bahkan bagi mereka yang punya sedikit pengalaman. Setelah selesai, dia mulai mengebor dengan mesin bor. Dia membuat lubang di permukaan dan menyusuri garisnya dengan palu untuk memasang soket. Ethan mengajari dengan sangat teliti dan memperagakannya dua kali. Putra menyimak baik-baik dan mengambil buku catatan untuk me
Ethan merenung sejenak dan merasa bahwa tidak ada salahnya pergi, jadi dia mengangguk dan berkata, "Baiklah, saya akan menumpang makan dengan Bos Zaki malam ini." Mendengar Ethan setuju, Zaki langsung berseri-seri dan dengan gembira berkata, "Haha! Oke, aku akan pesan private room sekarang!" Zaki dengan gembira berlari pergi menelepon dengan telepon rumah. "Ethan, apakah kita sungguh akan pergi makan?" Tian terlihat ragu dan agak tegang. Dia belum pernah pergi perjamuan makan, takut salah bicara kemudian ditertawakan. "Jangan tegang, nanti kamu cukup ikuti saja aku, tidak perlu banyak bicara." Ethan tersenyum tenang, senyumnya penuh percaya diri. Sebelumnya, sudah sering menghadiri perjamuan makan. Ketika berbisnis, aku sering makan dan minum dengan berbagai pemimpin dan manajer. Di dalam negeri, sebagian besar bisnis mencapai kesepakatan dalam perjamuan makan. Budaya perjamuan makan dan budaya bisnis saling terikat satu sama lain. Tidak ada perjamuan tanpa anggur, inilah kebe
"Hah? Tidak akan makan di rumah? Bagus ya! Kalian pergi ke warnet main, kan?" "Tidak, hanya ... pergi berkeliling sekitar pusat kota saja." "Baiklah, lain kali aku juga ingin ikut!" "Oke, minggu depan ketika kamu ulang tahun aku akan mengajakmu pergi." Mereka berdua menutup telepon setelahnya. Ethan menimbang ponselnya, memiliki ponsel memang lebih nyaman! Kemudian Ethan, Tian dan Zaki, mereka bertiga naik taksi menuju Restoran. Ethan dan Tian sampai di pintu masuk restoran, terlihat banyak terparkir banyak mobil mewah seperti Mercedes-Benz, BMW, Audi, Cadillac, dan lain-lain. Di masa kini, jika dapat membeli mobil merupakan orang kaya dan yang dapat membeli mobil mewah sebagian besar adalah seorang jutawan. "Wah! Banyak sekali mobil mewah!" Tian menatap dengan iri. Ethan merasa biasa saja karena sudah sering melihat mobil mewah, "Jangan terlalu iri, nanti kita juga bisa mengendarai m
"Baiklah, sudah selesai, Ethan bau. Sekarang keluar dari sini dan pergi tidur." Jessie meletakkan gunting kukunya lalu menepuk kedua tangan. "Sudah selesai?" Ethan enggan berpisah dengannya.Dia merasa sangat senang saat kedua tangan kecil Jessie yang lembut menyentuh kulitnya. Sayangnya, waktu berlalu dengan sangat cepat. "Kau mau apa lagi? Kau ini sangat lambat!" Nada bicara Jessie terdengar kesal. "Baiklah kalau begitu, aku pulang dulu. Tapi bisakah kau menolongku?" Ethan menatapnya dengan tatapan memelas. "Oke,""Kau ini memang baik sekali!" Jessie membantunya berdiri dari tempat tidur. Ethan bangkit dan sedikit oleng, bahkan sampai harus memeluk erat Jessie supaya tidak jatuh. Dia seolah dibuat melayang ke surga begitu aroma tubuh Jessie menyeruak memenuhi indra penciumannya. Aroma yang sangat unik dan menyegarkan. Jessie wangi sekali!"Berdiri yang benar, aku tidak bisa terus menahan tubuhmu!" Jessie tersipu malu, dia mengembungkan pipinya, berpura-pura marah. Entah k
"Ah, sakit, sakit!" Ethan berteriak kesakitan. "Jessie, apa yang kau lakukan!" Jessie mendonggak dan menatap Ethan dengan ekspresi wajah datar, "Aku ini sedang mengoleskan salep, jadi pasti akan terasa sedikit sakit." "Sabar dulu kalau mau cepat sembuh." "Sudah besar masih saja cengeng." Ethan terdiam mendengarnya. "Enak saja kalau bicara. Kau sendiri juga menjerit kesakitan waktu aku mengobati lukamu, kan?" Jessie memelototinya lagi dan bertanya, "Benarkah? Apakah aku sampai menjerit? Bohong!" "Hmph, tentu saja benar. Aku masih ingat, saat kau kelas dua SMP kau jatuh dari tangga. Haha!" Ethan teringat kejadian saat Jessie jatuh berguling menuruni tangga, bahkan sampai terkena kotoran kucing. Apalagi posisi jatuhnya sangat lucu. Ethan tak akan melupakannya seumur hidup. Wajah Jessie terlihat menahan malu. Dia lalu mendengus dan makin menekan kaki Ethan. Raut wajah Ethan langsung berubah! "Aduh!" Jeritan kesakitan pun langsung menggema. Di ruang tamu di luar pintu, Hendra
"Loh, aku kan belum menyanyikan lagu selamat ulang tahun untukmu," ucap Ethan yang terkejut. "Ethan, aku sudah terlalu sering mendengarmu bernyanyi, jadi kenapa aku harus mendengarnya lagi?" balas Jessie sambil mengalihkan pandangan dari Ethan. "Tapi kan ...." Ethan hanya bisa tersenyum tak berdaya. Dulu dia memang tidak punya bakat menyanyi, tapi dia belajar musik sebagai mata kuliah pilihan. Bahkan meski sudah lulus, dia tetap mendaftar kursus menyanyi. Jadi seharusnya kemampuan bernyanyinya lumayan bagus. Ah, mungkin Jessie belum beruntung untuk bisa mendengar suara merduku.Jessie memotong dan membagikan kuenya pada yang lebih tua terlebih dahulu. Kemudian baru memberikannya pada Ethan, sementara dia sendiri hanya memakannya sedikit. "Kenapa hanya makan sedikit?" tanya Ethan. "Kalori kuenya terlalu tinggi, aku takut gemuk. Kau saja makan yang banyak." Jessie menjawab dengan santai."Benar juga. Kau kan pendek, kalau makan banyak pasti terlihat gemuk. Bukankah kau harus diet
"Ethan, akhirnya kau datang juga. Kebetulan sekarang sudah saatnya makan!" ujar Jessie seraya tersenyum. "Aku lapar sekali, aku mau makan dua porsi malam ini!" balas Ethan sambil tersenyum. Begitu memasuki rumah Jessie, Ethan pun melihat ibunya dan ibu Jessie sedang sibuk memasak di dapur, sementara ayahnya dan ayah Jessie mengobrol di ruang tamu. Tapi entah apa yang dua orang itu bicarakan. "Anakku sudah pulang rupanya. Ayo, sini." panggil Jerry seraya melambaikan tangan. "Memangnya ada apa, Yah?" tanya Ethan seraya berjalan menghampiri. "Aku dengar dari Jessie kalau hasil tesmu sudah keluar, dan kau termasuk dalam sepuluh besar di kelas. Apa benar begitu?" tanya Jerry. "Ya, hasil tesku memang cukup baik. Tapi aku masih harus meningkatkan nilaiku dalam pelajaran Fisika, Kimia dan Bahasa," kata Ethan sambil tersenyum. Jerry kemudian bertanya, "Apa kau yakin bisa lulus ujian masuk universitas?" "Kalau bisa lulus, kau akan masuk ke universitas yang bagus." "Nilai Jessie juga lu
Dia sama sekali tak peduli meski si gendut Zaki itu menyuruh Geral untuk memata-matainya. Karena hal ini sama sekali tidak mudah dipelajari hanya dengan melihat. "Siap, siap." Geral lalu berbalik badan untuk mengambilkan barang yang diminta. Ekspresi wajahnya tampak buruk, namun dia berusaha untuk tak terlalu menunjukkannya. Sementara Ethan terlalu malas untuk memedulikannya, dan hanya fokus untuk bekerja. Geral kemudian mengamati cara kerjanya. Namun sama sekali tak berani banyak bertanya karena takut membuat Ethan malah marah. Jika dia mau belajar dari Ethan, maka dia tidak boleh membuat pemuda ini sampai marah. Meskipun tidak suka dengan sikap Ethan, tapi Geral tetap harus bersikap sopan karena statusnya di sini adalah sebagai asisten magang yang akan membantu Ethan. Zaki yang duduk di sudut toko tampak mengulas senyum puas menyaksikan dua orang tersebut. Geral ini merupakan lulusan jurusan komputer dari universitas ternama, jadi pasti orangnya akan cepat belajar, kan? Asa
"Oh, dek Ethan sudah datang rupanya. Sini aku kenalkan padanya!" Zaki menyambut hangat kedatangannya.Namun senyuman itu terasa palsu bagi Ethan. "Wah, Bos Zaki, suasana hatimu sepertinya sedang baik hari ini, apakah kakak iparmu hamil lagi?" Ethan bercanda."Hei, dek Ethan memang pandai bercanda, kita harus menanggapi untuk memiliki lebih sedikit anak, hei, hari ini bukan untuk membicarakan tentang ini!" Zaki bereaksi karena dibawa miring, lalu tertawa: "Ayo, saya akan memperkenalkan Anda, Geral, teman sekelas kakak ipar saya, adalah mahasiswa senior Universitas Ratulangi Provinsi Sulawesi Selatan, baru saja lulus beberapa waktu yang lalu.""Halo Kak Ethan." Sapa Geral sambil membenarkan letak kacamatanya dan tersenyum malu. Bukankah terdengar sedikit memalukan bagi seorang lulusan dari universitas top harus memanggil seorang bocah SMA dengan sebutan kakak? "Hai, biasanya lulusan Universitas Ratulangi ini orangnya pintar-pintar," kata Ethan. Geral pun tampak tersenyum bangga mend
"Kak Ethan, nih makanannya ada di sini!" Mata Jessie berkedip dan berkata, "Aku akan pergi makan camilan dulu!" Dengan cepat dia menyelinap keluar dari bawah lengan Ethan dan berlari mengambil camilan. "Dasar rakus." Ethan menggelengkan kepalanya tersenyum dan mengikuti. Dengan dua puluh ribu, Putra membeli banyak jenis camilan. Jessie makan biskuit, melihat Ethan mengambil sosis, dia juga ingin makan, tetapi hanya ada satu. "Ah, sudah tidak ada sosis? Hanya ada satu?" kata Jessie kecewa. Ethan memberikan sosisnya kepada Jessie. "Gigit pelan saja, hati-hati dengan gigimu." "Tidak akan, aku bukan anak kecil. Aku sudah 18 tahun." "Hehe!" "Hmm, kamu gigit saja ini! Kenapa, tidak senang? Masih ingin membantahku?" "Baiklah, ini untukmu saja." Ethan menyerah dan hanya bisa memberi sosis itu kepadanya. Jessie takut Ethan akan merebutnya lagi dan segera memasukkan sosis ke dalam mulutnya. "Haha! Sekarang semua penuh air liurku. Kamu tidak bisa makan lagi!" Dia tertawa bangga dan
Dia telah memikirkannya selama beberapa tahun, tetapi dia juga tahu bahwa kondisi keuangan keluarganya tidak seberapa. Komputer adalah barang mewah bagi keluarganya. Oleh karena itu, setiap kali dia mendengar beberapa teman sekelas dari keluarga berada membahas tentang komputer, Facebook dan permainan di sekolah, dia sangat iri. Hanya bisa diam-diam iri. Ketika dia melihat begitu banyak komputer menumpuk di sini, meskipun semuanya tampak tua, matanya sulit melepaskan pandangan sehingga sulit untuk mengendalikan rasa gembira. Walaupun komputer bekas, satu unit setidaknya seharga delapan sampai sepuluh juta, itu juga sudah cukup mahal. "Saat ini, hanya dua yang sudah diperbaiki, dan yang lainnya belum diperbaiki." Ethan tersenyum dan pergi menepuk komputer di atas meja kerja. "Komputer ini adalah hadiah ulang tahunmu." Jessie tertegun selama tiga detik ketika mendengarnya. "Hah? Apa? Untuk hadiah ulang tahunku?" "Ethan, apa kamu serius?" "Benarkah?" Jessie dengan bersemangat m
Ethan membawa Jessie ke tokonya. "Tempat apa ini?" Jessie mendongak ke pintu toko yang dibangun oleh Ethan dengan ragu. "Markas karierku, masuklah." Ethan tersenyum dan membuka pintu untuk masuk. "Kak Ethan!" Putra melihat Ethan, meletakkan palu di tangannya, dan bangkit menyambutnya. "Putra, apa kamu tidak beristirahat di akhir pekan?" Ethan melihat pakaiannya penuh debu, dan matanya sedikit merah. Dia tampak sangat lelah. "Aku tidak lelah. Aku tidak perlu istirahat. Aku ingin menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin," Ucap Putra dengan suara serak."Tetap saja kamu perlu istirahat. Kamu terus-terusan begini, pekerjaan belum selesai, lalu jatuh sakit." "Jangan kerja lagi. Tugasmu hari ini hanya satu, istirahat dengan baik. Jika aku melihat kamu bekerja lagi, gaji kamu akan dipotong." Kata Ethan dengan wajah datar. Hati Putra menghangat dan dia mengembuskan napas, "Baik, kak Ethan, aku paham." Dia tiba-tiba melihat seorang gadis cantik berdiri di belakang Ethan, bertemperamen