Home / Romansa / LUKA TAK BERDARAH / 90. PART EMPAT PULUH SEMBILAN

Share

90. PART EMPAT PULUH SEMBILAN

Author: Eguh Setiawan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Taman Wisata Bukit Bunga, pukul 09:45.

“Akhirnya sampai juga …,” kata Indah dengan senang. Lalu mematikan mobilnya setelah terpakir rapi di tempat parkir Taman Wisata Bukit Bunga.

“Wow …, benar-benar menakjubkan pemandangan disini beib!” ucap Erna kagum, saat melihat beberapa taman yang dipenuhi dengan bunga-bunga mawar warna warni yang bermekaran di depan pintu gerbang masuk Taman Wisata Bukit Bunga.

“Benar beib! ini tempat keren bangeettt …,” timpal Rina juga terlihat kagum.

“Ya udah yuk turun! Kita foto-foto disana,” ajak Indah, sambil menunjuk ke arah taman bunga yang dipenuhi oleh pengunjung yang sedang berfoto-foto ria.

Lalu mereka berempat keluar dari mobil dan berjalan menuju ke arah taman bunga yang terletak di depan pintu gerbang masuk Taman Wisata Bukit Bunga.

Indah dan ketiga sahabatnya pun mulai berfoto-foto di spot taman-taman bunga mawar warna warni yang terdapat di depan pintu gerb

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • LUKA TAK BERDARAH   91. PART LIMA PULUH

    Pukul 14:25 di Warung mie ayam “Bunda”. Setelah suasana Warung mie ayam “Bunda” mulai sepi dari para pembeli dan mie ayam juga telah habis. Eguh dan para pelayan mulai bersih-bersih warung serta peralatan berjualan. Tak ketinggalan Cindy yang masih menunggu di warung juga ikut membantu bersih-bersih. Karena tadi siang sang ayah pulang duluan, membuat Eguh tidak ada tumpangan untuk pulang sehingga meminta sahabatnya Cindy untuk menunggunya sampai warung tutup. Tak beberapa lama mereka semua sudah selesai bersih-bersih warung, dan sebelum pulang seperti biasa Eguh mengajak semua pegawai sang ayah untuk makan terlebih dahulu. Sengaja Eguh hari ini mengajak semua pegawai sang ayah untuk makan di warung nasi uduk “Mak Iyah” yang berada di dekat perempatan jalan pasar. “Yuk, berangkat sekarang …,” ajak Eguh yang sudah diatas motor metic milik Cindy. “Siap bos!” ucap kelima pegawai sang ayah bersamaan. Dan mereka pun juga suda

  • LUKA TAK BERDARAH   92. PART LIMA PULUH SATU

    Karena kejadian yang tidak menyenangkan waktu perjalanan pulang, Eguh memilih untuk mengantarkan pulang Cindy terlebih dahulu. Setelah mengantarkan Cindy sampai di depan rumah, Eguh berpamitan untuk langsung pulang.“Mampir dulu yuk!” pinta Cindy.“Udah lain kali aja. Aku langsung balik,” ucap Eguh, sambil memberikan kunci motor kepada Cindy.“Lho!” ucap Cindy heran saat Eguh mengembalikan kunci motornya.“Sudah aku jalan kaki aja, sekalian olah raga sore. Hehehe …,” jelas Eguh.Cindy pun hanya bisa diam saat mendengar penjelasan Eguh.“Udah ya, kamu masuk terus istirahat!” ucap Eguh.“Iya. Terima kasih ya, Guh!” balas Cindy.“Assalamu’alaikum,” ucap pamit Eguh.“Wa’alaikumussalam. Hati-hati di jalan ya …,” balas salam Cindy, lalu beranjak masuk ke dalam rumah. Setelah Cindy masuk ke dalam rumah, baru

  • LUKA TAK BERDARAH   93. PART LIMA PULUH DUA

    Keesokan harinya …Seperti biasanya di pagi hari yang cerah, Eguh membantu kedua orang tuanya untuk membersihkan rumah dan juga menyapu halaman depan dan halaman belakang rumah. selesai menyapu rumahnya, Eguh beristirahat sejenak di kursi teras rumahnya.‘Huff …, lumayan capek ni! Istirahat sebentar dulu boleh kali,’ gumam Eguh dalam hati.Tak berselang lama, setelah beristirahat sebentar di teras rumahnya. Eguh melanjutkan menyapu halaman depan rumah dan juga pinggir jalan depan rumah yang dipenuhi oleh dedaunan kering berserakan.Tiba-tiba rasa laper mengacaukan pencernaan Eguh, sehingga memaksa dia menyudahi aktivitasnya menyapu halaman depan rumah dan juga pinggir jalan depan rumah. Dan segera Eguh ke ruang tengah mengambil beberapa air mineral gelas dan juga martabak manis sisa semalam, lalu membawanya ke teras depan rumah.“Wah …, ada yang lagi

  • LUKA TAK BERDARAH   94. PART LIMA PULUH TIGA

    Masih di teras belakang warung mie ayam “Bunda”.Eguh terus mencoba untuk menghubungi kekasihnya. Berkali-kali Eguh mencoba untuk menelpon sang kekasih. Sama sekali tidak diangkat oleh sang kekasih. Lalu Eguh mencoba untuk mengirim pesan singkat sms, juga tidak balas. Bahkan hingga berkali-kali dia kirim sms, tidak ada satupun balasan sms dari sang kekasih. Sehingga membuat hati Eguh menjadi gundah gulana, dia pun menjadi galau segalaunya.‘Sayang …, sebenarnya salah apa yang aku perbuat? Sehingga kamu seperti ini. Tidak mau mengangkat telpon dariku. Dan juga tidak sudi lagi membalas smsku!’ gumam Eguh dalam hati yang kini dirundung kegalauan.Hingga tanpa Eguh sadari, mbak Ayu memanggilnya dari dalam dapur warung.“Mas …,” panggil mbak Ayu berteriak pelan mencari keberadaan sang anak majikannya.Namun tak ada jawaban dari Eguh.&ldq

  • LUKA TAK BERDARAH   95. PART LIMA PULUH EMPAT

    Di Warung Mie Ayam “Bunda”.Terlihat seorang gadis cantik berkacama bulat yang mengenakan gamis warna krem sedang memarkirkan motor metic-nya. Lalu sang gadis cantik itu buru-buru masuk ke dalam warung mie ayam “Bunda” yang sudah tutup.“Maaf mbak Cindy warungnya udah tutup!” ucap Nia saat mengetahui kedatangan Cindy.“Eh, iya maaf. Saya kesini mau nemuin mbak Nita! Katanya ada hal penting yang mau dibicarakan, makanya beliau menyuruh saya buruan kesini! Mbak Nita-nya ada?” jelas Cindy.“Ada di belakang sepertinya mbak! Kalo begitu aku panggilin mbak Nita. Mbak Cindy bisa nunggu disini sebentar,” ucap Nia, lalu beranjak melangkah ke dapur untuk memanggil mbak Nita.Sambil menunggu mbak Nita, Cindy mengajak ngobrol Rosa.“Oh ya, Ros! Eguh kemana ya?” tanya Cindy mengawali obrolan ringan mereka berdua.“Mas Eguh sepertinya lagi

  • LUKA TAK BERDARAH   96. BERMAIN PERASAAN

    Tiga hari telah berlalu … Senin pagi yang cerah, pukul 07:00 di SMA Negeri 1 Kota Kumbang. Di halaman sekolah sudah terlihat barisan siswa-siswi baru kelas X dan juga siswa-siswi kelas XI dan kelas XII mengikuti upacara bendera dan upacara pembukaan masa orientasi siswa baru. Semua siswa dan guru mengikuti upacara dengan tertib dan hikmat, dengan kepala sekolah sebagai pembina upacara. Satu jam kurang upacara bendera telah selesai, semua siswa-siswi kelas X masuk ke dalam ruang kelas masing-masing sesuai dengan kelompoknya. Sementara kelas XI dan kelas XII menunggu pembagian kelas. Ada beberapa siswa-siswi yang pergi ke kantin sekolah, ada beberapa juga yang pergi ke perpustakaan dan ada yang ngobrol-ngobrol santai di taman dan depan kelas. “Bro, murung aja dari tadi!” sapa Dayat penasaran. “Iya ni. Dari tadi ketemu di depan gerbang hingga ngumpul disini muka lu terlihat kusut gitu. Memangn

  • LUKA TAK BERDARAH   97. PUTUS

    Seminggu sudah berlalu … Seminggu sejak kembali masuk sekolah. dan sudah empat belas hari setelah kejadian waktu itu di warung mie ayam “Bunda”. Indah selalu menghindar dan terus menghindar ketika dia bertemu muka dengan Eguh di sekolah. ‘Tak terasa sudah seminggu lebih sikapnya masih sama padaku. Semakin hari dia selalu menghindar saat kita bertemu. Padahal status kita masih pacaran. Tapi saat ini, nyatanya kita seperti dua orang yang tidak pernah saling kenal dan dekat. Apakah pintu maaf di hatimu sudah tertutup oleh kebencian? Hufttt …,’ gumam Eguh dalam hati. Apa yang Eguh rasakan saat ini, hatinya dipenuhi kegalauan. Hari-harinya tidak lagi ceria, tak lagi merasakan keindahan cinta. Masalah yang diharapkan bisa cepat selesai, ternyata tak kunjung menemukan titik penyelesaiannya. Hingga pada akhirnya kegalauan membawa Eguh pada titik jenuh dan bosan. ‘Mungkin besok a

  • LUKA TAK BERDARAH   98. PUTUS (BAGIAN 2)

    Masih di Café “Putri Lembayung”, malam semakin larut suasana café semakin ramai oleh pengunjung yang berdatangan. Terlihat suasana yang berbeda di meja nomor 21, tempat Eguh dan Indah duduk. Suasana di meja nomer 21 terlihat hening. ‘Bukan kata putus yang bikin aku sedih. Tapi kenapa aku bisa mencintai wanita sepertimu? Mengenalmu ternyata musibah tsunami yang menerjang hati. luka hati namun tak berdarah …,’ gumam Eguh dalam hati. “Kalo sudah tidak ada yang mau diomongin lagi, aku mau balik dulu udah malam. Terima kasih ya buat semuanya,” kata Indah pamit, lalu berdiri dari kursinya. Eguh hanya diam membisu, tidak menjawab ucap pamit dari Indah. Indah yang melihat keadaan sang mantan segera melangkah pergi meninggalkan meja nomor 21. Namun sebelum pergi menjauh… “Tunggu!” teriak Eguh pelan memanggil. Indah yang mendengar panggilan dari Eguh menghentikan langkah kakinya dan berbalik menghadap ke arah sang

Latest chapter

  • LUKA TAK BERDARAH   105. PART LIMA PULUH TUJUH

    Keesokan harinya…Hari jum’at ini Eguh pergi ke sekolah seperti biasa. Selesai mandi dan mengenakan seragam sekolah warna cokelat serta sepatu hitam Eguh segera pergi ke sekolah. Sebelum berangkat ke sekolah, Eguh mampir dulu ke warung nasi di depan kosannya untuk sarapan. Sengaja pagi ini dia sarapan nasi uduk.Selesai sarapan barulah Eguh berangkat ke sekolah dengan jalan kaki. Saat Eguh sampai di depan gerbang sekolah, dia bertemu dengan Indah yang baru turun dari mobil yang mengantarnya.“Hai …,” sapa Eguh ramah, saat dirinya bertemu dengan Indah.“Hai juga!” balas sapa Indah.“Gimana kabarnya ni? Kok sepertinya sekarang jarang ke kantin?” lanjut Indah bertanya.“Ya begini ini …, Alhamdulillah baik. Kamu sendiri apa kabarnya?” jawab Eguh, lalu balik bertanya.“Lu bisa lihat sendiri kan kondisiku …, Alhamdulillah baik juga

  • LUKA TAK BERDARAH   104. PART LIMA PULUH ENAM

    Sore hari menjelang, pukul 16:20. Di sebuah kosan… BRAAKKK! Suara pintu kosan tertabrak sesuatu dari luar. Eguh, Andre, Baron, Heru, dan Alek yang lagi nyantai di ruang tengah sambil nonton TV. Tiba-tiba kaget mendengar suara gaduh akibat benturan dari sesuatu yang menabrak pintu kosan. “Lek, tolong lu cek ada apa diluar!” pinta mas Andre. Lalu segera Alek beranjak melangkah menuju keluar untuk mengecek apa yang terjadi di luar kosan. Namun ketika Alek membuka pintu kosan. Betapa terkejutnya dia melihat Jay sudah tergeletak di tanah dengan muka lebam penuh luka. Darah membasahi wajahnya. “JAYY …,” teriak Alek kaget. Eguh, Andre, Baron dan Heru yang mendengar teriakan Alek, langsung beranjak melangkah ke depan. “Bro, ada apa lu teriak-teriak!” ucap mas Andre agak berteriak kepada Alek. “Iya ne! seperti kagak ada kerjaan!” timpal mas

  • LUKA TAK BERDARAH   103. BERTEMU SESEORANG (BAGIAN 2)

    Keesokan harinya… Di pagi hari yang cerah, angin pagi berhembus sepoi. Burung-burung bernyanyi dengan kicauannya yang merdu. Mentari bersinar dengan senyum cerianya menyinari pagi. Rutinitas pagi hari yang selalu Eguh kerjakan, belajar dan bersih-bersih kamar. Terkadang dia juga ikutan memasak sarapan pagi dengan teman-teman kost lainnya. Setelah mengerjakan semua itu, barulah Eguh pergi mandi dan bersiap-siap untuk ke sekolah. Selesai sarapan Eguh pun berangkat ke sekolah seperti biasanya dengan berjalan kaki. Sesampainya di dalam kelas, Eguh segera berjalan menuju ke bangkunya yang berada di belakang. Setelah menaruh tas ranselnya diatas meja, dia pun duduk santai dan mengambil buku pelajarannya untuk jam pelajaran pertama di hari kamis. Sambil menunggu bel masuk Eguh pun meluangkan waktu untuk membaca novel karya Kahlil Gibran yang dipinjamnya di perpustakaan beberapa hari yang lalu. Dan saat sedang as

  • LUKA TAK BERDARAH   102. BERTEMU SESEORANG

    Hari berlalu, minggu berganti, tak terasa sudah dua minggu berlalu setelah Eguh putus dengan Indah. Dua minggu yang menguras hati dan pikiran sudah Eguh lalui dengan kesabaran dan keikhlasan. Bagaimana dia belajar untuk menenangkan hatinya dengan cara mengikhlaskan kepergian orang yang seharusnya pergi. Agar dia bisa move on dan kembali menjadi kepribadian yang ceria. Sehingga di masa depan dia bisa membuka hatinya untuk cinta yang lain. Rutinitas yang Eguh lalui seminggu kemarin pun lebih terasa semakin nyaman. Sehingga bisa membuatnya berdamai lagi dengan hatinya. Kini dirinya juga bisa kembali fokus dengan pelajaran di sekolahnya. Kini Eguh sudah tidak lagi merasa canggung ketika di kantin sekolah ngumpul dan ngobrol dengan Indah. Obrolan di antara Eguh dan Indah sudah terlihat lebih nyaman kembali, bahkan tak jarang juga mereka bercanda bersama. Eguh terlihat benar-benar sudah bisa move on dari sang mantan. Seiring be

  • LUKA TAK BERDARAH   101. MOVE ON

    Eguh melangkah berjalan menuruni tangga menuju ke lantai satu restoran. Saat Eguh melintasi lantai dua, tak sengaja Eguh melihat Indah dan ketiga sahabatnya sedang makan dan ngumpul. Lalu dengan rasa sedikit ragu dia menghampiri sang mantan yang sedang makan plus ngobrol santai dengan ketiga sahabatnya. “Hai semua …,” sapa Eguh ketika sudah berada di hadapan Indah dan ketiga sahabatnya. “Eh, Guh! Lagi ngapain ni?” sapa Erna agak terkejut dengan kehadiran mantan sahabatnya. Maklum aja, kalo mereka berempat sedang asyik ngobrol pasti tidak begitu peduli dengan situasi sekitar mereka. Indah yang membelakangi Eguh, tiba-tiba salah tinggakah saat sang mantan berdiri tepat di belakangnya. Lalu dia segera menoleh ke belakang. “Guh, kok kamu disini?” tanya Indah. “Iya Er! Ini aku lagi ada acara dengan teman-teman kosan. Gabung yuk?” ajak Eguh. “Kangen sama kamu yang pernah mengisi hatiku dengan keindahan cinta …,” goda Eguh ke Indah sambil sen

  • LUKA TAK BERDARAH   100. MENCOBA MOVE ON

    Dalam heningnya malam…Di kamar kost, terlihat Eguh terdiam dalam hening dan sunyi. dia memikirkan perubahan yang terjadi pada sang mantan. Dia seakan tak percaya dengan sikap sang mantan siang tadi di kantin sekolah. Situasi siang tadi di kantin sekolah, seakan telah membawa kembali kebahagiaan hati yang telah lama dinodai kegalauan.‘Aku kira dia tidak mau lagi mengenal diri ini yang hanya seorang anak penjual mie ayam. Tetapi tadi siang tidak! Saat aku melihatnya di kantin sekolah, dia malah memanggil dan mengajakku untuk gabung satu meja dengannya. Huffttt …, sepertinya berteman dengannya adalah pilihan terbaik buat kebersamaan kita!’ gumam Eguh dalam hati.Karena suntuk di dalam kamar, Eguh mencoba untuk bersantai di teras depan kamarnya. Sambil bersandar ke pagar tembok tepian teras bangunan lantai dua, dia bisa menikmati indahnya cahaya rembulan dan kerlip bintang-bintan

  • LUKA TAK BERDARAH   99. PART LIMA PULUH LIMA

    Malam pun semakin larut dalam hening kesunyian, hanya suara merdu makhluk-makhluk malam menemani. Hati yang galau akibat putus cinta membawa luka namun tak berdarah. Kini diri yang fakir ini, hanya bisa berpasrah pada jalan takdir semesta. Berdamai hati ini dengan kesedihan, merasakan pilu yang mendalam. Hujan tangisnya hati tak bisa terbendung, hanya memberikan luka kegalauan di hati. Bukan sebuah kata putus yang aku tangisi, tapi jatuh cinta padamu yang aku sesali. Tak ada lagi keindahan yang menyisakan cerita cinta kita. Kesedihan akibat kata putus menghadirkan mimpi horor ending percintaan. Sungguh tragis seorang fakir cinta yang hanya memiliki kesederhanaan. Tak punya kemewahan untuk dibanggakan sebagai bukti cinta. ‘Aku tahu cinta yang aku berikan padamu hanya sebuah kesederhanan dari seorang fakir. Karena aku hanya ingin mencintaimu secara sederhana. Tapi kenyataan yang menyakitkan kamu berikan kepadaku. Aku yang hanya

  • LUKA TAK BERDARAH   98. PUTUS (BAGIAN 2)

    Masih di Café “Putri Lembayung”, malam semakin larut suasana café semakin ramai oleh pengunjung yang berdatangan. Terlihat suasana yang berbeda di meja nomor 21, tempat Eguh dan Indah duduk. Suasana di meja nomer 21 terlihat hening. ‘Bukan kata putus yang bikin aku sedih. Tapi kenapa aku bisa mencintai wanita sepertimu? Mengenalmu ternyata musibah tsunami yang menerjang hati. luka hati namun tak berdarah …,’ gumam Eguh dalam hati. “Kalo sudah tidak ada yang mau diomongin lagi, aku mau balik dulu udah malam. Terima kasih ya buat semuanya,” kata Indah pamit, lalu berdiri dari kursinya. Eguh hanya diam membisu, tidak menjawab ucap pamit dari Indah. Indah yang melihat keadaan sang mantan segera melangkah pergi meninggalkan meja nomor 21. Namun sebelum pergi menjauh… “Tunggu!” teriak Eguh pelan memanggil. Indah yang mendengar panggilan dari Eguh menghentikan langkah kakinya dan berbalik menghadap ke arah sang

  • LUKA TAK BERDARAH   97. PUTUS

    Seminggu sudah berlalu … Seminggu sejak kembali masuk sekolah. dan sudah empat belas hari setelah kejadian waktu itu di warung mie ayam “Bunda”. Indah selalu menghindar dan terus menghindar ketika dia bertemu muka dengan Eguh di sekolah. ‘Tak terasa sudah seminggu lebih sikapnya masih sama padaku. Semakin hari dia selalu menghindar saat kita bertemu. Padahal status kita masih pacaran. Tapi saat ini, nyatanya kita seperti dua orang yang tidak pernah saling kenal dan dekat. Apakah pintu maaf di hatimu sudah tertutup oleh kebencian? Hufttt …,’ gumam Eguh dalam hati. Apa yang Eguh rasakan saat ini, hatinya dipenuhi kegalauan. Hari-harinya tidak lagi ceria, tak lagi merasakan keindahan cinta. Masalah yang diharapkan bisa cepat selesai, ternyata tak kunjung menemukan titik penyelesaiannya. Hingga pada akhirnya kegalauan membawa Eguh pada titik jenuh dan bosan. ‘Mungkin besok a

DMCA.com Protection Status